Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUTORIAL FARMAKOTERAPI II

KASUS PENYAKIT TULANG DAN SENDI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmakoterapi II


Dosen Pengampu : Apt. Yedy Purwandi Sukmawan, M.Farm

Kelompok 2

Disusun oleh:
Widia Danisa Nurul Huda
31118167
4D Farmasi

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2021/2022
KASUS
PENYAKIT TULANG DAN SENDI

Tn T (49 tahun, BB 65, TB 166) mengalami nyeri pada panggul dan sendi-sendi jari
tangan serta kaki. Hasil anamnesa menyatakan pasien tidak memiliki riwayat penyakit
apapun. Pasien bekerja sehari-harinya sebagai penyedia air bersih dengan cara
didorong untuk dijajakan ke rumah-rumah warga. Pasien mengatakan sedang
mengkonsumsi Obat W (Glucosamine, chondroitine, vitamin C, Mn, Mg, Zn). Akan
tetapi, nyeri yang dirasakan tidak terdapat perbaikan. Pasien menyatakan tidak
memiliki alergi terhadap obat.
Hasil Pemeriksaan Fisik
TD : 118/79 mmHg, Nadi : 96x/menit, Respirasi: 18x/menit, Nyeri saat dilakukan fleksi
dan terdengar bunyi krepitus.
Hasil Laboratorium
a. Hemoglobin: 15 g/dL
b. Leukosit 5400 mcL
c. Hematokrit 47%
d. Trombosit 250000/mcL
e. Kreatinin 0,9 mg/dL
f. Asam Urat 9,7 mg/dL
g. Vitamin D 18 ng/mL
Hasil Radiografi

Pasien didiagnosis menderita Osteoartritis dan Hiperurisemia.


Pertanyaan
a. Tuliskan dan Jelaskan Subjektif pasien tersebut?
b. Tuliskan dan Jelaskan Objektif Pasien tersebut?
c. Tuliskan dan Jelaskan Assessment Kondisi Klinis pasien tersebut?
d. Tuliskan dan Jelaskan Plan terhadap pasien tersebut dari sudut padang
farmakoterapi yang meliputi terapi farmakologi dan non-farmakologi?
TERMINOLOGI
Istilah Pengertian
Anamnesa Pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu
percakapan antara dokter dengan pasien secara
langsung untuk mengetahui kondisi pasien
Fleksi Gerakan tubuh maju mundur atau Gerakan
mengurangi sudut antara dua tendon (tulang)
Krepitus Suara yang muncul dari persendian disebabkan oleh
geseakan jaringan yang menjadi struktur utama
persendian.
Alergi Kondisi ketika sistem kekebalan tubuh breaksi
secara normal terhadap zat asing
Hemoglobin (kadar normal: 14,0 – 18,0) Metaloprotein didalam
sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut
O2 dari pembuluh darah
Leukosit Sel darah putih, merupakan bagian penting dari
sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk
menghasilkan antibodi. Leukosit paling sedikit
dalam tubuh jumlahnya sekitar 4.000-11.000/mm3
Hematokrit Perbandingan sel darah merah dengan volume
darah dengan kadar sekitar 42-52
Trombosit Keping darah dan berperan penting dalam proses
pembekuan darah (150.000 – 400.000)
Kreatinin Produk akhir dari metabolisme keratin otot
kreatinin fosfat (protein), disisntesa dalam
hati, ditemukan dalam otot rangka dan darah yang
direaksikan oleh ginjal kedalam urine. Kadar
normal serum pada pria adalah 0,7 -1,3 mg/dL
sedangkan pada wanita 0,6-1,1 mg/dL
Asam urat Asam berbentuk kristal yang merupakan produk
akhir dari metabolisme atau pemecahan purin
(bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu
komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-
sel tubuh kadar normal 3,5-7,2
Vitamin D Merupakan vitamin larut lemak yang diperlukan
untuk membantu penyerapan kalsium dan fosfor di
dalam tubuh.
Hiperurisemia Peningkatan kadar asam urat dalam darah.
Osteoarthitis Peradangan pada sendi akibat kerokan tulang
rawan.
SUBJEKTIF
1. Tn T (49 tahun, BB 65, TB 166)
2. Mengalami nyeri pada panggul dan sendi-sendi jari tangan serta kaki.
3. Pasien bekerja sehari-harinya sebagai penyedia air bersih dengan cara didorong untuk
dijajakan ke rumah-rumah warga.
4. Pasien menyatakan tidak memiliki alergi terhadap obat.

OBJEKTIF
1. Hasil pemeriksaan fisik
- TD : 118/79 mmHg,
- Nadi : 96x/menit,
- Respirasi: 18x/menit,
- Nyeri saat dilakukan fleksi dan terdengar bunyi krepitus.
2. Pasien mengkonsumsi Obat W (Glucosamine, chondroitine, vitamin C, Mn, Mg, Zn),
tetapi nyeri yang dirasakan tidak terdapat perbaikan.
3. Hasil Laboratorium
- Hemoglobin: 15 g/dL
- Leukosit 5400 mcL
- Hematokrit 47%
- Trombosit 250000/mcL
- Kreatinin 0,9 mg/dL
- Asam Urat 9,7 mg/dL
- Vitamin D 18 ng/mL
4. Pasien didiagnosis menderita Osteoartritis dan Hiperurisemia.
ASSESMENT
1. Pemeriksaan Lab
Hasil Lab Kadar Normal Keterangan
TD : 118/79 mmHg 90/60-120/80 mmHg Normal
Nadi : 96x/menit 60-100 denyut/menit Normal
Respirasi: 18x/menit Dewasa: 16-20 x/menit Normal
a. Hemoglobin: 15 g/dL >15 g/dL Normal
b. Leukosit 5400 mcL 5.000-10.000 mcL Normal
c. Hematokrit 47% 37 – 47%. Normal
d. Trombosit
200.000-400.000/mcL Normal
250000/mcL
Pria adalah 0,7-1,3 mg/dL
e. Kreatinin 0,9 mg/dL Normal
wanita 0,6-1,1 mg/dL
Pria: 2-8,5 mg/dl
f. Asam Urat 9,7 mg/dL Tidak Normal (Tinggi)
Wanita: 2-8 mg/dl
g. Vitamin D 18 ng/mL 30-50 ng/mL, Tidak Normal (Rendah)
2. Hasil Frax Calculator

(FRAX Calculation Tool, 2011)


Hasil Frax Calculation sebesar 2,8% dimana hasil tersebut termasuk hasil <3%
yang tidak perlu membutuhkan adanya kalsium.
3. DRP’s
a. Ada indikasi tanpa obat
1) Defisinsi Vitamin D (18 ng/mL)
Konsumsi Vitamin D karena secara kondisioanl membantu mengobati pasien
dengan OA lutut, pinggul, dan atau tangan (Kolasinski et al., 2020).
2) Kadar asam urat tinggi (9,7 mg/dL)
Dapat diberikan pengobatan menggunakan Allopurinol
b. Pengobatan tanpa indikasi
Tidak ada
c. Gagal menerima obat
Pasien setelah diberi obat W (Glucosamine, chondroitine, vitamin C, Mn, Mg,
Zn), tetapi nyeri yang dirasakan tidak mengalami perbaikan.
d. Pemilihan obat yang tidak tepat
Penggunaan obat W yang mengandung glucosamine, chondroitine, vitamin C,
Mn, Mg, Zn tidak direkomendasikan dalam terapi komplementer untuk OA hip dan
atau knee, karena memiliki kualitas yang sangat rendah (Royal Australian Collage of
General Practioners, 2018).
e. Subterapetik Dose (Underdose)
Tidak ada, karena tidak tercantum dosis atau regimen obat yang diberikan pada
pasien Tn. T.
f. Overdose
Tidak ada, karena tidak tercantum dosis atau regimen obat yang diberikan pada
pasien Tn. T.
g. Interaksi Obat
Interaksi Obat Kasium Kalsium/Vitamin D dan Makanan (Moderate)
- Penyerapan kalsium dapat ditingkatkan dengan makanan. Namun, makanan tinggi
asam oksalat (bayam atau rhubarb), atau asam fitat (dedak dan biji-bijian) dapat
menurunkan penyerapan kalsium.  Pertimbangkan untuk mengatur jarak
pemberian kalsium minimal 2 jam sebelum atau sesudah mengonsumsi makanan
yang tinggi asam oksalat atau asam fitat. 
- Sesuaikan Interval Dosis : Pemberian dengan makanan dapat meningkatkan
penyerapan kalsium. Namun, makanan tinggi asam oksalat (bayam atau rhubarb),
atau asam fitat (dedak dan biji-bijian) dapat menurunkan penyerapan kalsium.
- Penatalaksanaan : Kalsium dapat diberikan bersama makanan untuk
meningkatkan absorpsi. Pertimbangkan untuk menahan pemberian kalsium
setidaknya selama 2 jam sebelum atau setelah mengonsumsi makanan tinggi asam
oksalat atau asam fitat.

PLAN

A. TERAPI FARMAKOLOGI
1. Penatalaksanaan Nyeri
- Sesuai dengan assessment yang telah diuraikan, maka dapat dihilangkan
pengobatan dari glukosinamin dan kondroitin karena tidak memiliki efek ataupun
memiliki efek yang sangat lemah terhadap OA, sehingga tidak
direkomendasiakan penggunaannya dalam Osteoatritis, khususnya osteroatrithis
pinggul (Royal Australian Collage of General Practioners, 2018).
- Osteoatritis
a. NSAID oral tetap menjadi andalan manajemen farmakologis OA, dan
penggunaannya sangat dianjurkan sebagai lini pertama. Sejumlah besar
percobaan telah menetapkan kemanjuran jangka pendeknya. NSAID oral
adalah obat oral awal pilihan dalam pengobatan dengan menanmbahkan
Natrium Diklofenak 50 mg (2x1) selama 7-14 hari (Kolasinski et al., 2020).
b. Penambahan parasetamol selama 7-14 hari
c. Penambahan Tramadol
d. Penambaha Duloxetin
e. Monitoring efek samping Natrium Diklofenak yang menyebabkan gangguan
Gastointestinal, dimana penggunaan NSAID dapat menginduksi terjadinya
gangguan pada saluran gastrointestinal, dapat diatasi dengan menggunakan
acid-suppressing agent seperti PPIs (Proton Pump Inhibitors). Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan PPIs paling efektif dibandingkan
H2 blockers dan misoprostol dalam mencegah dan mengatasi gangguan pada
saluran GI.
2. Frax Rendah
Hasil Frax Calculation menunjukkan 2,8% dimana hasil tersebut merupakan
resiko frax rendah (<3%) dapat diberikan penambahan Vitamin D dengan dosis 1000
UI (FRAX Calculation Tool, 2011).

(MIMS, n.d.)
3. Penatalaksanaan Hiperurisemia
Penambahan obat Allopurinol untuk hiperusemia, dengan dilakukan titrasi
dosis dinaikkan perlahan sampai 100 mg/hari disesuaikan setiap 2-5 minggu sampai
kadar asam urat dalam keadaan normal.

Sumber : ACR, 2020

B. TERAPI NON-FARMAKOLOGI
- Melakukan olahraga setiap hari sekitar 22 menit.
- Kurangi Aktivitas Fisik atau berganti pekerjaan sekarang
- Diet makanan mengandung purin
- Kurangi minuman yang mengandung fruktosa
- Berjemur dibawah sinar matahari pukul 8-10 sekitar 30 menit
- Menggunakan program penurunan berat badan, untuk pasien dengan asam urat yang
kelebihan berat badan/ obesitas,. Minimal penurunan 5% dari berat badan, dengan
target BMI 18,5 – 25 (level of evidence I)
- Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi, penguatan otot- otot
(quadrisep/pangkal paha) dan alat bantu gerak sendi (assistive devices for
ambulation): pakai tongkat pada sisi yang sehat. (Level of evidence: II)

MONITORING FOLLOW UP
1. Beritahu pasien untuk segera kembali sebelum obat habis
2. Pasien untuk check up dengan melakukan anamnesa terkait rasa nyeri dan dilakukan cek
kadar asam urat
3. Tujuan terapi kadar asam urat <6 mg/dL, lakukan titrasi dosis minimal 2 minggu, bila
tidak ada perubahan kadar asam urat maka ditambah dosis menjadi 300 mg/hari (1x1),
bila kadar didapatkan tetap selama 5 minggu, maka dapat diturunkan kembali dosis
menjadi 100 mg/hari, setelah diberi pengobatan selama 3-6 bulan kadar telah tercapai
tujuan terapi dapat dihentikan pengobatan asam urat dan di monitoring selama 2-5
minggu dan 6-12 bulan bila tidak terjadi kenaikan pengobatan dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
FRAX Calculation Tool. (2011). Fracture Risk Assesment Tool.
https://www.sheffield.ac.uk/FRAX/tool.aspx?country=9
Kolasinski, S. L., Neogi, T., Hochberg, M. C., Oatis, C., Guyatt, G., Block, J., Callahan, L.,
Copenhaver, C., Dodge, C., Felson, D., Gellar, K., Harvey, W. F., Hawker, G., Herzig,
E., Kwoh, C. K., Nelson, A. E., Samuels, J., Scanzello, C., White, D., … Reston, J.
(2020). 2019 American College of Rheumatology/Arthritis Foundation Guideline for the
Management of Osteoarthritis of the Hand, Hip, and Knee. Arthritis and Rheumatology,
72(2), 220–233. https://doi.org/10.1002/art.41142
MIMS. (n.d.). Prove D3-1000. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/prove d3 - 1000
Royal Australian Collage of General Practioners. (2018). Guideline for the management of
knee and hip osteoarthritis. In Australian Government National Health and Medical
Research Council (2nd ed., Vol. 31, Issue 3).

Anda mungkin juga menyukai