Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUTORIAL FARMAKOTERAPI II

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmakoterapi II

Dosen Pengampu : apt. Ilham Alifiar, M.Farm

Disusun oleh:
Kelompok 2 II Farmasi 4D

Ardianes Firmansya 31118184


Dina Lestari 31118193
Fahmi Kamil 31118164
Muhammad Ihsan 31118153
Mentari Kiki Noerzaqiah 31118165
Nita Agustiani 31116179
Widia Danisa Nurul Huda 31118167
Yeni Maelani 31118147

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2021
KASUS
Tn. OS (52 tahun) dengan berat badan 55 kg tinggi 155 cm, mengeluh sakit pada
daerah persedian pada kedua kaki dan kedua tangannya. Melakukan control obat habis.

Hasil Lab:
Tekanan Darah 128/67 mmHg
Nadi 65x /menit
Respirasi 18x /menit

Diagnosis:
Gout atritis,
OA genu
Spondylosis lumbal

Pengobatan Terapi:
Meloxicam 1x15 mg
Metil predinisolon 3x8 mg
Allopurinol 1x300 mg
TERMINOLOGI
Istilah Pengertian
Gout Athritis Gout artritis merupakan suatu penyakit peradangan pada
persendiaan yang dapat diakibatkan oleh kelebihan kadar senyawa
asam urat didalam tubuh, baik karena produksi berlebih atau
peningkatan asupan purin (Putri et al., 2017).
OA Genu Osteoarthritis Genu (OA Genu) merupakan salah satu penyakit
degeneratif yang progresif, yang ditandai dengan timbulnya
kerusakan pada kartilago, terjadi pertumbuhan osteofit yang
abnormal, kapsul sendi merenggang, mucul tanda peradangan dan
terjadi kelemahan otot-otot sekitar sendi yang menimbulkan nyeri
lokal pada area lutut.
Spondylosis lumbal Spondylosis lumbal merupakan penyakit degeneratif pada corpus
vertebra atau diskus intervertebralis. Kondisi ini lebih banyak
menyerang pada wanita. Faktor utama yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan spondylosis lumbal adalah usia, obesitas,
duduk dalam waktu yang lama dan kebiasaan postur yang jelek.
Pada faktor usia menunjukkan bahwa kondisi ini banyak dialami
oleh orang yang berusia 40 tahun keatas. Faktor obesitas juga
berperan dalam menyebabkan perkembangan spondylosis lumbal
(Infomedia, 2009).
Spondylosis lumbal adalah penyakit degeneratif yang terjadi
dalam diskus intervertebralis sehingga mengakibatkan peradangan
persendian termasuk osteoarthritis. Perubahan degeneratif
intervertebra joint serta apophyseal joint (facet joint), perubahan
degeneratif pada lumbal bersifat asimptomatik dan simptomatik
disebabkan osteoartritis dengan gejala yang muncul seperti nyeri
punggung, spasme otot, serta keterbatasan gerak (Prasetyo et al.,
2013).
SUBJEKTIF
- Tn. OS
- Mengeluh sakit pada kedua tangannnya
- Mengeluh sakit pada kedua kakinya
- kontrol obat habis

OBJEKTIF
- TD: 128/67 mmHg
- HR: 65
- RR: 18
- BB: 55 kg
- Gout atritis, Osteoatritis genu, Spondylosis lumbalis
- Meloxicam 1x15 mg
- Metil predinisolon 3x8 mg
- Allopurinol 1x300 mg

ASSESMENT
Hasil Lab:
Hasil Lab Kadar Normal Keterangan
TD : 128/67 mmHg <140/90 mmHg Normal
Nadi : 65x/menit 60-100 denyut/menit Normal
Respirasi: 18x/menit Dewasa: 16-20 x/menit Normal

DRP’s
1. Indikasi tanpa obat : Tidak ada
2. Pengobatan tanpa indikasi : Tidak ada
3. Gagal menerima obat : Tidak ada
4. Pemilihan obat yang tidak tepat : Tidak ada
5. Indikasi yang tidak di terapi : Tidak ada
6. Under dosis: Tidak ada
7. Over dosis: Tidak ada
8. Interaksi obat
- Meloxicam dan Metilprednisolon (Moderate)
Penggunaan kombinasi kortikosteroid dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
dapat meningkatkan potensi toksisitas gastrointestinal (GI) yang serius, termasuk
peradangan, perdarahan, ulserasi, dan perforasi. Dalam sebuah studi kasus-kontrol besar
pada pasien usia lanjut, mereka yang menggunakan kortikosteroid dan NSAID secara
bersamaan memiliki perkiraan risiko relatif (RR) untuk penyakit ulkus peptikum dan
perdarahan GI sebesar 14,6 dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan
keduanya.
PLAN
A. Terapi Farmakologi
1. Penatalaksanaan rasa nyeri pada Osteoatritis genu dan Spondylosis lumbal

- Pada assessment diatas termasuk kedalam OA sedang sampai berat, NSAID oral
tetap menjadi andalan manajemen farmakologis OA, dan penggunaannya sangat
dianjurkan sebagai lini pertama. Sejumlah besar percobaan telah menetapkan
kemanjuran jangka pendeknya. NSAID oral adalah obat oral awal pilihan dalam
pengobatan. Pemberian NSAID oral COX-2 dapat direkomendasikan
(Kolasinski et al., 2020; Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014).
- Pemberian NSAID dalam mengendalikan nyeri sendi sedang dalam pengobatan
radang sendi dengan sifat analgesik dan antiinflamasinya. Namun,
penggunaannya juga dikaitkan dengan peningkatan risiko efek samping GI dan
non-GI. Inhibitor selektif COX-2 berpotensi mengurangi risiko toksisitas GI
(Yocum et al., 2000).
- Meloxicam, 7,5 dan 15 mg/hari, terbukti efektif, aman, dan ditoleransi dengan
baik untuk pengobatan OA dan secara statistik lebih unggul dan mirip dengan
diklofenak. Selain itu, efek samping GI dengan dosis meloxicam lebih rendah
daripada diklofenak (Tavakoli, 2003).
2. Penatalaksanaan Gout Athritis
- pemberian obat NSAID yang dapat digunakan untuk mencegah pembengkakan
pada gout
- Penambahan obat Allopurinol untuk hiperusemia, dengan pemberian dosis
sebesar 300 mg/hari (moderate) disesuaikan setiap 2-5 minggu sampai kadar
asam urat dalam keadaan normal.

Sumber : ACR, 2020


- Penambahan metilprednisolon direkomendasikan kortikosteroid oral, prednison
atau prednisolon dengan dosis awal minimal 0,5 mg/ kg per hari selama 5-10
hari, diikuti dengan penghentian atau bergantian 2-5 hari dengan dosis penuh,
diikuti dengan pengurangan selama 7-10 hari, dan kemudian penghentian.
Prevalensi penggunaan saat ini, sebagai pilihan yang tepat menurut penyedia
dan preferensi pasien, penggunaan paket dosis metilprednisolon oral untuk
pengobatan awal serangan asam urat akut. Merekomendasikan injeksi
kortikosteroid intraartikular untuk keterlibatan 1-2 sendi dan juga
merekomendasikan, sebagai pilihan yang tepat, metilprednisolon intravena atau
intramuskular pada dosis awal 0,5-2,0 mg/kg (Khanna et al., 2012).
Sumber: (Khanna et al., 2012)
B. Terapi Non-Farmakologi
1. Penatalaksanaan Osteoatritis
- Edukasi mengenai penyakitnya secara lengkap
- Salah satu penanganan nyeri pada OA Genu adalah dengan menggunakan
modalitas Kinesio Taping (KT). Metode ini merupakan metode yang aman, relatif
tidak mahal, mudah diaplikasikan, dan memiliki sedikit efek samping serta
merupakan intervensi yang cocok untuk mengurangi nyeri, meningkatkan kinerja
atau aktivitas otot, lingkup gerak sendi dan propioseptik (Christine et al., 2017).

Kinesio Taping (KT)


- Modalitas lain untuk mengurangi nyeri pada OA Genu yaitu Akupresur.
Akupresur merupakan salah satu teknik pengobatan tradisional Cina dengan
metode memberikan tekanan di beberapa titik pada permukaaan tubuh
menggunakan ibu jari, siku, atau benda tumpul lainnya seperti kayu. Manfaat dari
teknik ini adalah untuk menyeimbangkan sirkulasi energi pada tubuh. Teknik
akupresur ini aman, tidak invasif, dan juga efektif (Kurniyawan, 2016).

Akuspresur
2. Penatalaksanaan Spondylosis lumbal
- Terapi fisik digunakan dalam mengatasi nyeri, penurunan kekuatan otot,
penurunan lingkup gerak sendi, spasme otot dan gangguan kemampuan aktivitas
fungsional yakni short wave diathermy serta transcutaneus electrical nerve
stimulation. Kombinasi terapi ini efektif untuk mengatasi permasalahan pada
tubuh karena jaringan dirangsang oleh energi panas dan listrik yakni hasil
konversi dari gelombang elektromagnetik.
- Core stability exercises ini merupakan suatu program inti diaplikasikan pada
pasien nyeri punggung bawah dengan latihan menumpu berat badan melibatkan
proprioseptif serta keseimbangan (Susanti, 2013). Model latihan ini dapat
meningkatkan kemampuan mengkontrol posisi gerakan batang badan melalui
panggul serta kaki guna memungkinkan produksi gerak optimal. Selain itu latihan
ini berguna meningkatkan penampilan gerak guna menghindari adanya cedera.
(Zulfikar et al., 2014).
3. Penatalaksanaan Gout
- Membatasi asupan alkohol secara kondisional direkomendasikan untuk pasien
dengan asam urat, terlepas dari: aktivitas penyakit.
- Membatasi asupan purin secara kondisional direkomendasikan untuk pasien
dengan asam urat, terlepas dari aktivitas penyakitnya.
- Membatasi asupan fruktosa tinggi adalah direkomendasikan bersyarat untuk
pasien dengan asam urat, terlepas dari aktivitas penyakit.
- Menggunakan program penurunan berat badan (tidak spesifik program yang
didukung) direkomendasikan secara kondisional untuk pasien dengan asam urat
yang kelebihan berat badan / obesitas, terlepas dari aktivitas penyakit.
- Menambahkan suplemen vitamin C secara kondisional direkomendasikan untuk
pasien dengan asam urat, terlepas dari aktivitas penyakitnya

MONITORING
1. Beritahu pasien untuk segera kembali sebelum obat habis
2. Pasien untuk check up dengan melakukan anamnesa terkait rasa nyeri dan dilakukan cek
kadar asam urat
3. Tujuan terapi kadar asam urat <6 mg/dL, lakukan titrasi dosis minimal 2 minggu, bila
tidak ada perubahan kadar asam urat maka ditambah dosis menjadi 300 mg/hari (1x1),
bila kadar didapatkan tetap selama 5 minggu, maka dapat diturunkan kembali dosis
menjadi 100 mg/hari, setelah diberi pengobatan selama 3-6 bulan kadar telah tercapai
tujuan terapi dapat dihentikan pengobatan asam urat dan di monitoring selama 2-5
minggu dan 6-12 bulan bila tidak terjadi kenaikan pengobatan dihentikan.
4. Pemberian Meloxicam dengan Metilprednisolon dapat mengakibatkan adanya gangguan
GI, bila terdapat adanya gangguan GI dapat diberikan penggunaan selektif terapi anti-
ulkus profilaksis (misalnya, antasida, antagonis H2).
DAFTAR PUSTAKA
Infomedia, J. (2009). Lumbar Spondylosis.
Khanna, D., Khanna, P. P., FitzGerald, J. D., Singh, M. K., Bae, S., Neogi, T., Pillinger, M.
H., Merill, J., Lee, S., Prakash, S., Kaldas, M., Gogia, M., Perez-Ruiz, F., Taylor, W., &
Terkeltaub, R. (2012). 2012 American College of Rheumatology Guidelines for
Management of Gout Part II: Therapy and Anti-inflammatory Prophylaxis of Acute
Gouty Arthritis. Arthritis Care & Research, 64(10), 1447–1461.
https://doi.org/https://doi.org/10.1002/acr.21773
Kolasinski, S. L., Neogi, T., Hochberg, M. C., Oatis, C., Guyatt, G., Block, J., Callahan, L.,
Copenhaver, C., Dodge, C., Felson, D., Gellar, K., Harvey, W. F., Hawker, G., Herzig,
E., Kwoh, C. K., Nelson, A. E., Samuels, J., Scanzello, C., White, D., … Reston, J.
(2020). 2019 American College of Rheumatology/Arthritis Foundation Guideline for the
Management of Osteoarthritis of the Hand, Hip, and Knee. Arthritis and Rheumatology,
72(2), 220–233. https://doi.org/10.1002/art.41142
Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2014). Rekomendasi IRA untuk Diagnosis dan
Penatalaksanaan Osteoartritis. In Divisi Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/RSCM.
Putri, S. Q. D., Rahmayanti, D., & Diani, N. (2017). Pengaruh Pemberian Kompres Jahe
Terhadap Intensitas Nyeri Gout Artritis Pada Lansia Di Pstw Budi Sejahtera Kalimantan
Selatan. Dunia Keperawatan, 5(2), 90. https://doi.org/10.20527/dk.v5i2.4112
Tavakoli, M. (2003). Modelling therapeutic strategies in the treatment of osteoarthritis: An
economic evaluation of meloxicam versus diclofenac and piroxicam.
PharmacoEconomics, 21(6), 443–454. https://doi.org/10.2165/00019053-200321060-
00007
Yocum, D., Fleischmann, R., Dalgin, P., Caldwell, J., Hall, D., & Roszko, P. (2000). Safety
and efficacy of meloxicam in the treatment of osteoarthritis: A 12-week, double-blind,
multiple-dose, placebo-controlled trial. Archives of Internal Medicine, 160(19), 2947–
2954. https://doi.org/10.1001/archinte.160.19.2947

Anda mungkin juga menyukai