Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dea Rezkiani

NIM : 200112008
Prodi : Peternakan B
Mata Kuliah : Per-UU Peternakan
Materi : Kesmavet

REVIEW JURNAL

NO. JUDUL JURNAL


1. Pemalsuan Daging Sapi dengan Daging Babi Hutan di Kota Bogor.
2. Penyebaran Penyakit Brucellosis Area Koasistensi Administrasi Dinas dan Kesehatan
Masyarajat Veteriner.
3. Kajian Pemahaman Peternak dan Pelaku Usaha Produk Pangan Asal Hewan tentang
penyakit Zoonosis dan Pencegahannya di Kota Kupang.

JURNAL 1. Menurut penelitian dari Lailatun Nida, Herwin Pisestyani, dan Chaerul Basri
menyebutkan bahwa Stok daging sapi yang terbatas disertai dengan permintaan daging sapi yang
melonjak menjelang hari besar keagamaan nasional (HBKN) seringkali berujung pada naiknya
harga daging sapi. Hal ini kadang disalahgunakan oleh beberapa oknum pedagang yang ingin
mendapatkan keuntungan lebih besar, salah satunya yaitu dengan mencampurkan daging sapi
dengan daging babi. Tidak hanya itu, penulis mengatakan bahwa pemalsuan daging sapi dengan
daging babi juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi akibat ketidak percayaan konsumen
serta meningkatkan risiko penularan penyakit zoonosis karena jenis daging babi yang
dicampurkan biasanya berasal dari daging babi hutan atau daging celeng. Resiko pemalsuan
daging sapi dengan daging babi perlu mendapat pengawasan untuk menjamin produk hewan
yang halal, aman, utuh, dan sehat.
Materi dan Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis ini merupakan studi kasus dengan
menggunakan metode pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer dan data
sekunder yang dikumpulkan adalah terkait kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat veteriner
terhadap peningkatan mutu pangan asal hewan di Dinas Pertanian Kota Bogor.
Hasil dan Pembahasan yang didapatkan oleh penulis yaitu Kasus Pemalsuan Daging Sapi di Kota
Bogor Tahun 2013-2017 Sampel daging untuk uji identifikasi spesies oleh Dinas Pertanian Kota
Bogor diambil dalam rangka program monitoring dan surveilans terhadap pemalsuan daging di
Kota Bogor. Pemeriksaan organoleptik dilakukan secara menyeluruh di setiap kios penjual
daging sapi di pasar tradisional, terutama pada daging sapi berbentuk gelondongan dan cincang.
Sebaliknya, sampel daging yang dicurigai mengandung daging babi secara organoleptik, namun
memberikan hasil uji cepat yang negatif lalu dibawa ke Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi
Produk Hewan (BPMSPH) untuk dikonfirmasi secara laboratorium dengan metode enzyme-
linked immunosorbent assay (ELISA) dan polymerase chain reaction (PCR) sebagai uji gold
standard.
Umumnya, daging yang dipalsukan oleh pedagang mengandung konsentrasi daging babi yang
besar, sehingga hasil uji cepat yang negatif menjadi perhatian apabila tidak terdeteksi oleh uji.
Kasus pemalsuan daging sapi dengan daging babi yang ditemukan di Kota Bogor pada tahun
2013 diduga disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu populasi babi hutan Sumatera
yang tinggi. Faktor lain yang diduga menimbulkan rawannya kasus pemalsuan daging sapi
dengan daging babi hutan di Kota Bogor adalah posisi Kota Bogor yang strategis dekat dengan
ibukota Jakarta dan Provinsi Banten. Tidak ditemukannya kasus pemalsuan daging sapi dengan
daging babi di Kota Bogor selama 3 tahun berturut-turut, yaitu pada 2014, 2015, dan 2016 dapat
mengindikasikan bahwa program pengawasan mutu dan kehalalan pangan hewan oleh kerja
sama antara Dinas Pertanian Kota Bogor dan Jurnal Kajian Veteriner Vol.

JURNAL 2. Menurut penelitian dari Roza Azizah Primatika, Bambang Sumiarto, Widagdo Sri
Nugroho, Dyah Ayu Widiasih, Yatri Drastini, Doddy Yudhabuntara, dan Heru Susetya.
Menyatakan bahwa Kesmavet mempunyai peranan yang penting dalam mencegah penularan
penyakit pada manusia baik melalui hewan maupun bahan makanan asal hewan atau bahan asal
hewan lainnya, dan ikut serta memelihara dan mengamankan produksi bahan makanan asal
hewan dari pencemaran dan kerusakan akibat kurang higienisnya bahan makanan tersebut.
Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) merupakan penyakit hewan yang berdampak pada
kerugian ekonomi tinggi karena bersifat menular, menyebar dengan cepat sehingga angka
morbiditas dan mortalitasnya tinggi, atau berpotensi mengancam kesehatan masyarakat.
Sehingga, melalui penyelenggaraan Koasistensi Administrasi Dinas dan Kesehatan Masyarakat
Veteriner (KODIN) di berbagai Dinas Peternakan ataupun instansi terkait di Pulau Jawa, perlu
kajian mengenai perkembangan kejadian Brucellosis dengan mengetahui frekuensi Brucellosis di
beberapa wilayah untuk dilakukan prediksi kejadian yang akan datang dengan data yang telah
diperoleh.
Materi dan Metode Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan Dinas
Peternakan ataupun instansi terkait mengenai jumlah penyakit Brucellosis di wilayah
penyelenggaraan Koa Penyebaran Penyakit Brucellosis Area Koasistensi Administrasi Dinas.
Wilayah Koasistensi Administrasi Dinas dan Kesmavet yaitu Kabupaten Blitar, Kabupaten
Purbalingga, Kota Semarang. Data yang telah diperoleh yaitu data jumlah penyakit Brucellosis.
Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu menghitung jumlah data penyakit
yang diperoleh di masing-masing wilayah pada tahun yang telah dicatat. Jumlah penyakit ini
yang merupakan frekuensi Penyakit Brucellosis di masing-masing wilayah.
Hasil dan Pembahasan Penelitian yang dilakukan di wilayah Koasistensi Administrasi Dinas dan
Kesmavet, yaitu Kabupaten Blitar, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten
Boyolali, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Purbalingga, Kota Semarang.

JURNAL 3. Menurut penelitian dari Desi Maria Anggriani Biru, Annytha I.R Detha, dan Diana
A. Wuri yang menyatakan bahwa Zoonosis secara umum dapat didefinisikan sebagai penyakit
yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Belakangan ini maraknya penyakit
zoonosis yang terjadi di Indonesia membuat keresahan yang dalam bagi masyarakat dan
pemerintah. Zoonosis dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui beberapa cara, yaitu
kontak langsung dengan hewan yang sakit dan kontak tidak langsung melalui vektor atau
mengkonsumsi pangan yang berasal dari ternak sakit atau yang disebut foodborne disease. Hal
ini menjadi penting untuk diperhatikan agar penyebaran penyakit zoonosis melalui pangan dapat
diminimalisir tingkat kejadiannya, sehingga pangan yang dihasilkan dan dikonsumsi berdampak
positif bagi kesehatan atau tidak menimbulkan penyakit pada manusia. Apabila bahan pangan
asal ternak tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan, maka selain dapat menyebabkan
gangguan kesehatan atau kematian, juga dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan
kemampuan intelektual masyarakat yang mengkonsumsi pangan tersebut. Oleh karena itu
dengan adanya tuntutan kualitas hidup dan kehidupan yang semakin meningkat maka
pembangunan peternakan dan industri pengolahan pangan asal hewan tidak hanya dituntut untuk
meningkatkan kualitas pangan, tetapi juga dituntut untuk dapat menyediakan pangan asal ternak
yang berkualitas dan aman bagi konsumen (Bahri et al). Hal inilah yang mendasari peneliti untuk
melakukan penelitian "Kajian Pemahaman Peternak dan Pelaku Usaha Produk Pangan Asal
Hewan tentang Penyakit Zoonosis dan Pencegahannya di Kota Kupang".

Review.
Dari ketiga jurnal diatas pengujian kesehatan hewan sebelum dikonsumsi sangatlah penting,
karena adanya penyakit hewan yang disebut dengan zoonosis. Zoonosis sendiri adalah penyakit
yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai