Anda di halaman 1dari 8

EKONOMI HINDIA-BELANDA PADA PERIODE

POLITIK LIBERAL (1870-1933)

MAKALAH

Disusun oleh:

1. MOHAMMAD ALFIAN ANWAR ROSYID 190110301047


2. REZA FEBRI PRATAMA 190110301061
3. NURSYAMSU 190110301064

HALAMAN SAMPUL

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


PRAKATA

Hal pertama yang terbesit dalam penulisan makalah ini adalah rasa syukur yang
senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena, atas limpahan
rahmat dan hidayahnya, makalah ini dapat selesai tanpa halangan suatu apapun.

Kami menulis makalah berjudul Ekonomi Hindia-Belanda Pada Periode


Politik Liberal (1870-1933) sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Sejarah
Ekonomi Indonesia. Makalah ini bermaksud untuk memberikan penjelasan
mengenai kondisi perekonomian Hindia-Belanda selepas Politik Liberal
diterapkan di Hindia Belanda, menggantikan Politik Konservatif dan sebelum
Krisis Malaise.

Adapun dalam penyusunan makalah ini, kami memberikan upaya


semaksimal mungkin agar makalah ini dapat menjadi sebuah makalah yang layak
baca. Namun, kami tetap sadar bahwa makalah kami masih banyak terdapat
kekurangan. Sebagai pembelajar, kami tentu memohon adanya kritik dan saran
yang membangun, agar kami dapat memberikan hasil kerja dengan kualitas yang
lebih baik.

Jember, 9 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sebagai pendahuluan, ada baiknya terlebih dahulu menyorot Sistem Tanam Paksa
yang menjadi potensi pengantar terhadap peralihan arah politik kolonial, yaitu
Politik Liberal. Sistem Tanam Paksa, yang diusulkan oleh Johannes Van den
Bosch1 membawa dampak pada kesejahteraan masyarakat Hindia-Belanda
kalangan bawah pada masa kritisnya, yaitu pada dasawarsa 1840-an. 2 Keadaan
bimbang kemudian mendera Pemerintah Hindia Belanda, akankah sistem tersebut
dapat bertahan lebih lama lagi? Namun, memang pada kenyataannya, sistem
pemaksaan tersebut mendatangkan surplus keuangan Kerajaan Belanda dari
Hindia-Belanda. Sistem ini, selama berangsur-angsur mulai berhenti diterapkan
dengan pencabutan peraturan penanaman komoditas ekspor.3

Tentu, pemberhentian yang berangsur-angsur itu diiringi oleh gejolak


keadaan politik di Negeri Induk, Belanda, yang terilhami paham liberalisme dari
Revolusi Perancis.4 Staten Generaal kemudian menjadi arena perjuangan
sejumlah golongan, yang terdiri dari golongan humanis, liberalis (yang termasuk
di dalamnya golongan borjuis dan kapitalis) untuk medapatkan hak mereka dalam
menikmati keuntungan-keuntungan yang berasal dari Jawa. Beriringan dengan hal

1
Gubernur Jenderal Hindia-Belanda periode 1830-1834
2

Boediono. Ekonomi Indonesia dalam Lintasan Sejarah. (Bandung: PT Mizan


Pustaka, 2016), hlm.51.
3

Pemberhentian penanaman dilakukan pada komoditas lada, cengkih, pala, nila,


teh, kayu manis, tembakau, kopi hingga gula yang dimulai pada 1862 hingga awal abad
ke-20.
4

Dewi Salindri. “Masa Politik Konservatif ke Politik Liberal: Studi Tentang


Kedudukan Bupati Jawa Abad XIX” dalam Historia, Vol.4, No.2 (Juli-Desember 2009),
hlm. 138.
itu, golongan tersebut juga ingin menghapuskan sistem tanam paksa beserta
penindasan rakyat yang dilakukan secara penuh.

Politik Liberal kemudian melabeli dirinya dengan tujuan pemberian


kebebasan terhadap kehidupan sosial, politik, dan ekonomi di Hindia Belanda.
Usaha yang dilakukan di dalam parlemen Belanda membuahkan berbagai macam
aturan-aturan baru yang sejalan dengan permintaan kelompok oposisi pemerintah
yang menang, seperti adanya Regerings Reglement pada 1854, disusul dengan
Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet), Undang-Undang Gula (Suiker Wet),
dan Pernyataan Hak Tanah (Domein Verklaring) yang terbit di tahun yang sama,
pada 1870.

Sejak sifat politik yang memiliki kelekatan dengan ekonomi karena


sebagai motif, kemudian implikasi politik ini juga selaras dengan kehidupan
ekonomi di Hindia-Belanda dan membentuk lapisan sejarahnya sendiri. Terdapat
istilah lain yang menyebutkan Politik Liberal, yaitu Politik Pintu Terbuka dengan
makna pembukaan keran bagi golongan kapitalis yang kesempatannya terhimpit
pada masa Hindia-Belanda masih dalam pengaruh Sistem Tanam Paksa. Investasi
modal swasta kemudian mengambil alih perekonomian Hindia-Belanda. Terdapat
perubahan peranan pemerintah dalam penyelenggaraan kehidupan perekonomian
yang awalnya mendominasi, kini menyurut intensitasnya. Timbullah para
pengusaha-pengusaha yang menggerakkan perekonomian dalam beberapa jenis
bidang usaha, seperti: industri perkebunan, pertambangan, perdagangan,
manufaktur, hingga keuangan.5

Setiap jenis usaha tentunya terdiri dari sejumlah perusahaan yang


dipegang oleh negara dan pihak swasta. Setiap operasional perusahaan kemudian
menciptakan relasi antara masyarakat Pribumi sebagai tenaga kerja dan para
pemilik usaha yang didominasi oleh bangsa Eropa. Gonjang-ganjing
perekonomian yang mengikuti mekanisme pasar ini terlihat saat gagalnya tujuan
Politik Liberal dicapai. Meski dalam masa ini ekonomi Hindia-Belanda
mengalami kegemilangan dengan perubahan pendapatan masyarakat Eropa,
5
Boediono, op.cit, hlm. 52.
dilihat dari akumulasi keuntungan investasi, namun tidak pada masyarakat
Pribumi. Sejujurnya, pendapatan mengalami ketimpangan berdasarkan etnis. 6 Hal
ini kemudian ditengarai sebagai merosotnya kesejahteraan penduduk Pribumi
karena keuntungan tidak terbagi sebagaimana mestinya. Pada masa pergantian
abad, timbul tren protes dari kalangan terpelajar usai diberlakukannya Politik Etis
yang diusulkan oleh van Deventer atas nasib penduduk Pribumi. Kiranya, keadaan
ironi yang seperti ini yang mendasari kami meneliti Ekonomi Hindia-Belanda
Pada Periode Politik Liberal (1870-1933).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dijawab dalam makalah ini, yaitu sebagai
berikut:

1. Mengapa terjadi perubahan arah politik kolonial dari Konservatif menuju


Liberal?
2. Bagaimana pengaruh UU Agraria, UU Gula, dan Pernyataan Hak Tanah
terhadap perekonomian Hindia-Belanda?
3. Apa dampak dari diterapkannya sistem perekonomian liberal di Hindia-
Belanda?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari dituliskannya makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Menjelaskan sebab-sebab terjadinya perubahan arah politik kolonial dari


Konservatif menuju Liberal.
2. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan proses UU Agraria, UU Gula, dan
Pernyataan Hak Tanah dalm mempengaruhi perekonomian Hindia-
Belanda.
3. Mengidentifikasi dan menyingkap fakta dari dampak diterapkannya sistem
perekonomian liberal di Hindia-Belanda.

6
Ibid, hlm. 58.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan makalah dengan judul Ekonomi Hindia-Belanda Pada Periode Politik
Liberal (1870-1933) memberikan sejumlah manfaat, yaitu:

1. Merupakan suatu kontribusi yang melengkapi koleksi historiografi


Indonesia dalam periode kolonial.
2. Memberikan wawasan dan pengetahuan kepada pembaca mengenai
sejarah ekonomi Hindia-Belanda pada masa Politik Liberal.
3. Menjadi referensi atau acuan bagi penulis yang sedang menyusun
penelitian dalam topik yang sama.
4. Mengilhami pemerintah dan pengusaha swasta dalam menentukan karakter
berusaha, agar memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
BAB 2

PEMBAHASAN

1.1 Pendekatan

Anda mungkin juga menyukai