Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ARTRITIS REUMATOID

DISUSUN OLEH:

RINA TRI WAHYUNI

20210940100090

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2021-2022
A. Latar Belakang
Perubahan ‐ perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya
usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan
tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada
kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit
reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama
adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya
usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada
bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi
tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita
reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat
dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan.golongan penyakit
yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan
adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap
sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem
muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu:
pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982).
B. KONSEP DASAR REUMATIK.
1. Pengertian

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif,

cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris (Rasjad Chairuddin,

Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).

Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi

pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya

dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi

kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin Tucker, 1998).

Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran sinovial dari

persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas,

dan keletihan (Diane C. Baughman, 2000).

Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis

progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Arif Mansjour, 2001)


2. Etiologi

Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang diketahui

berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;

a. Usia lebih dari 40 tahun

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat.

Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang

rawan sendi pada penuaan berbeda dengan prubahan pada osteoartritis.

b. Jenis kelamin wanita lebih sering

Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki- laki lebih sering

terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun,

frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50

tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal

ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

c. Suku bangsa.

Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini

mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan

kongenital dan pertumbuhan tulang.


d. Genetik

Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama

kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko

relative 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.

e. Kegemukan dan penyakit metabolik.

Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya

osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan

oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis

sendi lain

(tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena
meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor

lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.

f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga.

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan

peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang

berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.

g. Kelainan pertumbuhan.

Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis

paha pada usia mudah.

h. Kepadatan tulang.

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal

ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan

beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih

mudah robek.
3. Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat

febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada

sendi artikular kartilago dari sendi. Pada

persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk
ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat

karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago

sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu

(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa

menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa

menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak

adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak

terserang lagi. Yang lain. Terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan

rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.


4. Patway
5. Manifestasi Klinis.

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu

bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri

yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,

pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai

karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna

kemerahan, antara lain;

1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit

berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa

nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.

2. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan

bertambahnya rasa nyeri.

3. Kaku pagi

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari kursi,

atau setelah bangun dari tidur.

4. Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.


5. Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling

sering) secara perlahan-lahan membesar

6. Perubahan gaya berjalan

Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang

menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan

ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

6. Asuhan Keperawatan

a. Biodata

Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data dasar
pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan

keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya

eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

b. Riwayat Kesehatan

• Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

• Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien

mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

c. Pemeriksaan fisik

• Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna

kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.


• Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovia

• Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

• Catat bila ada krepitasi

• Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

• Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

• Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

• Ukur kekuatan otot

• Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

• Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

d. Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan

pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada

gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.

Tanda : Malaise Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada

sendi.

e. Kardiovaskuler

Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis,

kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).

f. Integritas ego

Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,

ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.

Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)

Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya

ketergantungan pada orang lain).


g. Makanan/ cairan

Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat:

mual, anoreksia

Kesulitan untuk mengunyah Tanda :

Penurunan berat badan

Kekeringan pada membran mukosa.

h. Hygiene

Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.

Ketergantungan

i. Neurosensori

Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

Gejala : Pembengkakan sendi simetris

j. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada

sendi).

k. Keamanan

Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam

ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan menetap

Kekeringan pada mata dan membran mukosa.

l. Interaksi social

Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.

m. Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada

pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi

karena ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan


sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien
khususnya aspek body image dan harga diri klien.
7. Diagnosa Keperawatan.

1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal.

Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan


kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,

ketidakseimbangan mobilitas
8. Rencana Tindakan.

a. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi

jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

Kriteria Hasil:

- Keluhaan nyeri menurun


- Kesulitan tidur menurun
- Ketegangan otot menurun
- Pola tidur membaik

Intervensi :
- Identidikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas, skala nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan mempengaruhi nyeri
- Monitor terapi komplamenter yang sudah diberikan
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

b. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal.

Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

Kriteria Hasil :
- Pergerakan ekstremitas meningkat
- Kekuatan otot meningkat
- Nyeri menurun
- Kaku sendi menurun

Intervensi :
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
- Monitopr kondisi umum selama melakukan ambulasi
- Fasilitasi aktvitas ambulasi dengan alat bantu (mis tongkat)
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi

c. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan

kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,

ketidakseimbangan mobilitas

Kriteria Hasil :

- Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun

- Verbalisasi kekhawatiran pada reaksi orang lain menurun

Intervensi :

- Indentifikasi penyebab stres

- Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup untuk mengembalikan tingkat energi

- Ajarkan teknik menurunkan stres (mis. Latihan pernapasan, relaksasi, terapi sentuhan)
Daftar Pustaka

Azizah,Lilik Ma'rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu.

Yogyakarta. 2011

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta Kushariyadi.

Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika.

Jakarta. 2010

Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi.

Salemba Medika. Jakarta. 2011

Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari

Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2006

Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2011.

Anda mungkin juga menyukai