Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH FISIKA ZAT PADAT

“PITA ENERGI DALAM FISIKA ZAT PADAT MENURUT TEOREMA BLOCH”

OLEH :
KELOMPOK 6
PUTI ZAFIRAH MS 18033162
PUTRI NABILA 18033164
SITI RAHMA F YANI 18033042

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Riri Jonuarti, S.Pd,M.Si.

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena berkat rahmat-Nya kami
diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah yang diberikan
kepada kami pada Mata Kuliah Fisika Zat Padat. Dalam penyusunan tugas makalah ini
kami banyak mendapat dukungan, bimbingan, serta semangat dari banyak pihak sehingga
kami bisa menyelesaikannya tepat waktu. Untuk itulah dengan penuh rasa hormat kami
ucapkan terima kasih.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih
memerlukan pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan agar nantinya dapat diperoleh hasil yang
lebih maksimal dan demi kesempurnaan tugas berikutnya. Dalam kesempatan ini kami
juga mohon maaf jika ada hal-hal yang tidak berkenan dalam makalah ini dan proses yang
dilalui dalam penyusunannya.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua yang berpartisipasi demi
terselesaikannya tugas ini dan semoga kita terus dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kristal adalah susunan atom-atom molekul dalam ruang yang dibangun dengan
mengadakan pengulangan struktur satuan dasar dalam tiga dimensi. Karena jarak antar
atom dalam zat padat berdekatan satu sama lain maka antara atom yang satu dengan
yang lain terjadi interaksi. Akibatnya keadaan tingkat energi akan berbeda dengan
keadaan tingkat energi atom terisolasi. Untuk atom-atom yang membentuk kristal
ternyata tingkat energi dari elektron-elektron pada kulit dalam tidak berubah, tetapi
tingkat tenaga elektron pada kulit terluar berubah karena elektron-elektron tersebut
menjadi milik bersama lebih dari satu atom dalam kristal. Tingkat energi elektron
pada kulit terluar tersebut berubah menjadi pita.
Jika seperti dalam sebuah pita benar-benar terisi penuh dengan elektron dan pita
yang tepat di atasnya kosong, maka material tersebut memiliki celah pita energi. Celah
pita energi ini adalah perbedaan energi antara pita valensi dan pita konduksi. Elektron
dalam logam juga disusun dalam pita, tetapi dalam logam distribusi elektron berbeda,
elektron tidak terisolasi. Dalam logam sederhana dengan satu elektron valensi per
atom, seperti natrium, pita valensi tidak terisi penuh, sehingga terdapat tempat
tertinggi bagi elektron untuk menduduki tingkat keadaan tersebut. Bahan tersebut
merupakan konduktor listrik yang baik, karena ada keadaan energi kosong yang
tersedia, sehingga elektron dapat dengan mudah memperoleh energi dari medan listrik
dan melompat ke keadaan energi yang kosong.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada model pita energi yaitu:
1. Ada energi potensial periodik V (͞r͞) yang tidak sama dengan nol di dalam kristal
dengan keberkalaan kisi kristal
2. Fungsi gelombang Ψ (r͞ ) dibuat berdasarkan kisi yang sempurna, tidak mengenal
cacat geometrik, tidak mengenal ketakmurnian, dan dimana dianggap kisi tidak
melakukan getaran termal.
3. Teori pita energi dikembangkan sebagai teori elektron tunggal, dimana di telaah
perilaku satu elektron di bawah pengaruh suatu potensial periodik V (͞r͞) yang
merepresentasikan semua interaksi baik dengan ion-ion kristal maupun semua
elektron yang lain.
4. Teori elektron tunggal berarti bahwa dapat dipergunakan persamaan Schroedinger
untuk satu elektron
Pada makalah ini akan dibahas teori pita energi pada materi fungsi gelombang
elektron dalam potensial periodik, jumlah orbital dalam pita energi, dan beda antara
logam, isolator dan semikonduktor.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah, sebagai
berikut:
1. Bagaimana fungsi gelombang elektron dalam potensial periodik?
2. Bagaimana jumlah orbital dalam pita energi?
3. Bagaimana beda antara logam, isolator dan semikonduktor?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Untuk menerapkan fungsi gelombang elektron dalam potensial periodik.
2. Untuk mengetahui bagaimana jumlah orbital dalam pita energi.
3. Untuk mengetahui beda antara logam, isolator, dan semikonduktor.

D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut
1. Bagi pembaca, sebagai bahan referensi bacaan mengenai Teori Pita Energi
2. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat tugas mata kuliah Fisika Zat Padat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Persamaan Gelombang Elektron pada Potensial Periodik


Rata-rata bentuk yang diharapkan sebagai solusi persamaan Schrödinger terjadi
jika vektor gelombang terletak pada batas daerah, yaitu k = π/a. Misalkan U(x)
merupakan energi potensial elektron kisi linier dari konstanta kisi a. Kita ketahui
bahwa energi potensial invarian pada translasi kisi kristal: U(x) = U(x + a). Fungsi
invarian pada translasi kisi kristal diperluas menggunakan deret Fourier dalam vektor
kisi resiprok G. Deret Fourier untuk energi potensial sebagai berikut:

U ( x )=∑ U G e iGx (22)


G

Nilai koefisien UG untuk potensial kristal sebenarnya bergantung pada pengurangan


secara cepat dengan peningkatan besaranya G. Untuk potensial coulomb lugas UG
berkurang menjadi 1/G2.

Kita inginkan energi potensial U(x) untuk menjadi fungsi real:

U ( x )= ∑ U G ( e )=2 ∑ U G cos Gx
i Gx −iGx
+e (23)
G >0 G> 0

Untuk meyakinkan, diasumsikan bahwa kristal simetris sekitar x = 0 dan U0 = 0.

Persamaan gelombang sebuah elektron dalam kristal adalah H ψ = єψ , dimana


H merupakan Hamiltonian dan є merupakan nilai egen. Solusi ψ disebut fungsi eigen
atau fungsi orbital atau Bloch. Secara eksplisit, persamaan gelombangnya adalah

( 21m p +U ( x )) ψ ( x) =( 21m p +∑ U e ) ψ ( x )=ϵψ (x )


2 2

G
G
iGx
(24)

Fungsi gelombang ψ (x) dinyatakan sebagai penjumlahan deret Fourier semua


nilai vektor gelombang yang dilegalkan oleh adanya kondisi batas, sehingga

ψ=∑ C ( k) e ikx, (25)


k

Dimana k real. (Kita menuliskan indeks k sebagai subskrip G dengan sama baiknya,
seperti Gk).
Kumpulan nilai k memiliki bentuk 2πn/L, karena nilai-nilai ini memenuhi
kondisi batas periodik selama panjang L. Sifat translasi ψ (x) dideterminasikan oleh
teorema Bloch (7).

2 πn
Tidak semua set gelombang vektor termasuk Fourier yang merupakan
L
perluasan salah satu fungsi Bloch. Jika salah satu vektor gelombang k termasuk dalam
ψ, maka semua vektor gelombang lainnya di Fourier merupakan perluasan ψ. Jika
salah satu vektor gelombang k termasuk dalam ψ, maka semua vektor gelombang
lainnya di Fourier merupakan perluasan ψ hal ini akan memiliki bentuk k +G , dimana
G adalah vektor kisi resiprokal.

Kita mendapatkan bahwa ψ sebagai fungsi gelombang yang berisi sebuah


komponen k sebagai ψ k atau sama dengan ψ k+ G. Vektor gelombang berjalan k +G di
atas G yang dibatasi subset dari set 2 πn /L , seperti ditunjukkan pada Gambar. 7.

Kita biasanya harus memilih sebuah label untuk fungsi Bloch bahwa k yang
terletak dalam zona Brillouin pertama. Situasi ini berbeda dengan masalah phonon.
Permasalahan elektron seperti permasalahan difraksi sinar-x karena medan
elektromagnetik ada dimana-mana dalam kristal dan tidak hanya pada ion.
Untuk menyelesaikan persamaan gelombang, substitusi (25) dalam (24) untuk
mendapatkan satu set persamaan aljabar linear untuk koefisien Fourier. Persamaan
energi kinetik

1 2
2m
( )
p ψ x=
1
2m
−iℏ
d 2
dx (( )
ψ x= )
−ℏ 2 d2 ψ ℏ2
2 m dx 2
= ∑
2m k
k 2 C (k ) eikx

Dan persamaan energi potensial

( ∑ U G e iGx ψ ( x )=∑ ∑ U G e iGx C (k )e ikx


)
G G k

Persamaan gelombang diperoleh sebagai jumlah

2
∑ 2ℏm k 2 C ( k ) e ikx +∑ ∑ U G C (k) e i (k+G ) x=ϵ ∑ C (k ) e ikx .... (26)
k G k k

Setiap komponen Fourier harus memiliki koefisien yang sama pada kedua sisi
persamaan. Sehingga
( λ k −ϵ ) C ( k ) +∑ U G C ( k −G )=0
G
(27)

2 2
Dengan notasi λ k =ℏ k /2 m

Gambar 7. titik rendah mewakili nilai dari vektor gelombang k =2 πn /L yang


diperoleh dari kondisi batas periodik fungsi gelombang ke cincin lingkar L yang
terdiri dari 20 sel primitif. Nilai-nilai memungkinkan terus sampai ± ∞. Titik-titik atas
mewakili saat baru beberapa vektor gelombang yang dapat masuk ke dalam ekspansi
Fourier dari fungsi gelombang ψ (x), mulai dari vektor gelombang tertentu
2π 2π 2π
k =k 0=−8( ).Vektor kisi resiprokal terpendek adalah =20( ).
L a L

Penyajian kembali Teorema Bloch


Setelah kita menentukan bentuk C (27), fungsi gelombang (25) diberikan sebagai

ψ k ( x ) =∑ C(k−G) ei ( k−G) x (29)


G

Yang dapat diatur kembali sebagai

ψk ( x) =
( ∑ C (k −G)e
−iGx
)
ikx ikx
e =e uk ( x ) ,
G

Dengan definisi uk ( x )=∑ C (k −G)e


−iGx

Karena uk ( x )adalah seri Fourier dari vektor kisi resiprokal, hal ini adalah invarian
dalam sebuah translasi kisi kristal T, sehingga uk ( x )=uk ( x+ T ) . Kita mencek langsung
dengan memasukkanuk ( x+ T ) :
uk ( x+ T ) =∑ C ( k −G ) e
−iG ( x+T )
=e
−iGT
[ ∑ C (k −G)e−iGx ]=e−iGT uk ( x).
Karena exp (−iGT )=1 maka uk ( x+ T ) =uk ( x) , sehingga membentuk periodisitas uk .

Momentum Kristal dari Elektron


Apa arti penting dari vektor gelombang k yang digunakan untuk melabeli fungsi
Bloch? Hal ini memiliki beberapa sifat:

 Dalam translasi kisi kristal yang membawa r sampai r+T kita mendapatkan
ik . T ik . r ik .T
uk ( r +T )=e e u k ( r +T )=e ψ k (r ), (30)
Karena uk ( r +T )=u k ( r ) . Jadi exp ( ik . T ) adalah faktor fase dimana fungsi Bloch
dikalikan ketika kita membuat sebuah translasi kisi kristal T.
 Jika potensi kisi hilang, persamaan pusat (27) tereduksi menjadi ( λ k −ϵ ) C ( k )=0 ,
sehingga semua C (k −G)adalah nol kecuali C (k ), dan dengan demikian uk ( r )
ik .r
konstan. Kita memilikiψ k ( r )=e , seperti untuk elektron bebas.
 Besaran k masuk dalam hukum konservasi yang mengatur proses tumbukan dalam
kristal. Jadi ℏk disebut momentum kristal elektron. Jika k elektron menyerap dalam
tumbukan sebuah vektor gelombang phonon q, aturan pemilihan adalah
'
k + q=k +G. Dalam proses ini elektron tersebar dari keadaan k ke keadaan k ',
dengan G adalah vektor kisi resiprokal. Setiap kesembarangan dalam label fungsi
Bloch dapat diserap dalam G tanpa mengubah proses fisika.

Solusi dari Persamaan Pusat


Persamaan (27) dapat disebut persamaan pusat:

( λ k −ϵ ) C ( k ) +∑ U G C ( k −G )=0 (31)
G

menggambarkan persamaan linear simultan yang menghubungkan koefisien C (k −G)


untuk semua vektor kisi resiprokal G. Ini adalah satu set karena ada banyak persamaan
yang menggunakan koefisien C. Persamaan-persamaan ini konsisten jika determinan
dari koefisien hilang.
Kami menganggap bahwa energi potensial U ( x )hanya mengandung sebuah
komponen fourier Ug = U-g, dinotasikan dengan U. maka determinan dari koefisiennya
adalah:
λk-2g - ϵ U 0 0 0

U λk-g - ϵ U 0 0

0 U λk - ϵ U 0

0 0 U λk+g - ϵ U

0 0 0 U λk+2g - ϵ

Model Kroning - Penney dalam ruang timbal balik

A εsebagai contoh penggunaan persamaan pusat ( 31 ) untuk masalah yang akan


dipecahkan , kita menggunakan Kroning - Penney model potensi delta - fungsi
periodik

U ( x )=2 ∑ U G cos Gx = Aa ∑ δ (x−sa) (33)


G>0 s

DimanaA adalah konstanta dan jarak kisi rangkuman atas semua bilangan bulat s
antara 0 dan 1 / a . Kondisi batas periodik atas cincin satuan panjang , yang berarti
lebih dari 1 / a atom . Dengan demikian koefisien Fourier potensi adalah

1 1
U G =∫ dx U ( x ) cos Gx= Aa ∑ ∫ dx ( x−sa ) cos Gx= Aa ∑ cos Gsa= A
0 s 0 s

Kami menulis persamaan pusat dengan k sebagai indeks blok. sehingga (31)
menjadi

2 πn
( λ k −ϵ ) C ( k ) + A ∑ C k− a =0
n
( ) (35)

2 2
h k
dimana λ k= dan rangkuman atas semua bilangan bulat n. Kita mendefinisikan
2m

2 πn
f ( k )=∑ C (k − ) (36)
n a

Sehingga pesamaan (35) menjadi


C ( k )=

( 2 mA
h )
2
f (k )
(37)
2 2 mϵ
k −( 2 )
h

Karena penjumlahan pada persamaan (36) di atas untuk semua koefisien C,


yang kita miliki untuk setiap n,

2 πn
f ( k )=f (k − ) (38)
a

Hubungan ini dapat dituliskan

C k−( 2 πn
a
=−
2 mA
h2 ) (
f ( k)¿ ¿(39)
)
( )
2
h
=−∑ ¿ ¿ ¿ (40)
2 mA n

Penjumlahanini dapatdilakukandengan bantuandari relasistandar

1
ctn x=∑ (41)
n nπ + x

Setelah manipulasi trigonometri di mana kita menggunakan hubungan untuk


selisih dua cotangen dan produk dari dua sinus, jumlah pada persamaan (40) menjadi

a2 sin Ka
(42)
4 Ka¿ ¿

di manakita menulis K 2=2 mϵ / h2seperti padapersamaan (13).Hasil akhiruntuk


persamaan (40) adalah

( )
2
mA a −1
2
( Ka ) sin Ka+cos Ka=cos ka (43)
2h
yang setuju dengan hasil Kroning-Penney (21b) dengan Pditulis untukmA a 2 /2 h2

Pendekatan Kisi Kosong


Struktur band yang sebenarnya biasanya diperlihatkan dengan plot energi
berbanding dengan vector gelombang di zona Brillouin pertama.ketika vector
gelombang kebetulan diberikan di luar zona pertama, mereka dibawa kembali ke zona
pertama dengan mengurangkan timbal balik vektor kisi yang sesuai. Terjemahan
demikian selalu dapat ditemukan. Operasi ini membantu dalam visualisasi pada kertas
grafik.

Ketika energi Band yang didekati dengan cukup baik oleh elektron bebas
energi ϵ k =h2 k 2 /2m , disarankan untuk memulai perhitungan dengan membawa energi
elektron bebas kembali ke zona pertama. Prosedur ini cukup sederhana sekali
sehingga Anda dapat menguasainya. Kita mencari G sehingga k’ dalam memenuhi
zona pertama.

'
k +G=k

Dimana k tidak dibatasi dan merupakan vector gelomkbang elektron bebas


dalam latice kosong. (Setelah gelombang bidang dimodulasi oleh kisi-kisi, tidak ada
vector gelombang tunggal untuk bagian ψ ).

Energi elektron bebas dapat ditulis sebagai

2
h
ϵ ( k x , k y , k z ) =( )(k +G)2
2m

2
h
) [ (k x +Gx ) +(k y +G y ) +(k z +G z ) ]
2 2 2
¿(
2m

dengan inisialk zona pertama dan G diizinkan untuk berjalan sesuai poin kisi
resiprokal.

Kita anggap sebagai contoh band elektron bebas dataran rendah kisi kubik
sederhana. Misalkan kita ingin menunjukkan energi sebagai fungsi dari k di arah[ 100 ] .
Untuk kenyamanan, pilih unit seperti bahwa h2 /2 m = 1. Kami menunjukkan beberapa
band dataran rendah dalam pendekatan kisi kosong dengan energi ϵ (000) pada k = 0
dan ϵ (k x 00) sepanjang sumbu k x pada zona pertama:
Band Ga/2 π ϵ (000) ϵ ( k ,00)

1 000 0 kx
2

2, 3 100, 1 00 2π 2 (k ¿ ¿ x ± 2 π /a)2 ¿
( )
a

2

( )
4, 5, 6, 7 010, 01 0, 001, 001 a 2π 2
k 2x ±( )
a
2π 2
2( )
a 2π 2
2

8, 9, 10, 11 110, 101, 11 0, 101 (k ¿ ¿ x +2 π /a) +( ) ¿


a
2π 2
2( )
a 2π 2
(k ¿ ¿ x −2 π /a)2 +( )¿
a
12, 13, 14, 15 1 10 ,1 01 ,11 0 , 10 1 2π 2
2( )
a 2 2π 2
k x +2( )
a
16, 17, 18, 19 011, 01 1, 01 1 ,0 11

Pita elektron ini bebas diplot seperti pada gambar 8. Ini adalah latihan yang
baik untuk merencanakan band yang sama untuk k sejajar dengan arah ruang (111)
vector gelombang .

Pada prinsipnya determinan bernilai tak berhingga, tetapi


sering juga menghasilkan nol.

Dari nilai k, tiap-tiap akar ϵ atau ϵ k menunjukkan pita


energi yang berbeda, kecuali pada keadaan khusus. Solusi dari
faktor (32) menunjukkan energi nilai Eigen ϵ nk.

Jika kita memilih k berbeda dari yang sebenarnya


dengan menghitung perbandingan kisi vektor, kita dapatkan
persamaan yang sama dalam urutan yang berbeda – tetapi memiliki spektrum energi
yang sama.

Memperkirakan solusi untuk zona batas

Kita menganggap bahwa komponen Fourier UG dari energi potensial


bernilai kecil dalam perbandinganya dengan energi kinetik dari elektron bebas di
dalam zona batas. Pertama kita melihat sebuah faktor gelombang persis pada zona
batas pada 1/2 G, yaitu π /a.

k2 = (½G)2; (k-G)2 = (½G – G)2 = (½G)2

Jadi, area lingkup energi kinetik terdiri dari dua komponen gelombang sama dengan
1
k =± G .
2

Jika C(1/2 G) ialah koefisien yang perting di orbital pada area ikatan, maka C(-
1/2G) menjadi koefisien yang penting. Kita hanya menguasai persamaan pada
persamaan pusat yang terdiri atas dua koefisien C(1/2G) dan C(1/2G), dan
mengabaikan semua koefisien yang lain.

Satu persamaan dari (31) menjadi, dengan k=1/2G danλ=ℏ


1 2
2
G /2m,
2
( )
( λ−ϵ ) C ( 12 G )+U C ( −12 G )=0 (44)

Persamaan lain dari (31) menjadi,

( λ−ϵ ) C ( −12 G )+UC ( 12 G )=0 (45)

Dua persamaan memiliki solusi yang kurang maksimal untuk dua koefisien jika
energi ϵ

|λ−ϵ
U
U
λ−ϵ |
=0 (46)

maka,
( )
2 2
( λ−ϵ )2=U 2 ; ϵ = λ ±U = ℏ 1 G ±U .(47)
2m 2

Energi memiliki dua asal, satu lebih rendah energi kinetik elektron bebas dengan U,
dan satu lebih tinggi oleh U. maka energi potensial 2U cos Gx dibentuk dari jarak
energi 2U pada area ikatan.

Rasio dari beberapa C di dapatkan dari beberapa persamaan (45) atau (45):

C ( −12 G ) = λ−ϵ =±1 (48)


C( G)
1 U
2

Maka ekspansi fourier dariψ ( x ) pada area ikat memiliki penyelesaian.

ψ ( x ) =exp ( iGx /2 ) ± exp (−iGx /2 )

Satu solusi dari fungsi gelombang pada jarak energi terendah; persamaan yang
diberikan pada fungsi gelombang pada jarak tertinggi. Dimana solusi memiliki energi
yang rendah terdiri atas U.

Kita sekarang menyelesaikan untuk orbital gelombang vektor k berdekatan


dengan area ikat ½ G. kita menggunakan dua kompenen yang sama, sekarang fungsi
gelombang dengan bentuk

ikx i ( k−G ) x
ψ ( x ) =C ( k ) e +C (k −G) e (49)

Arah dari persaman pusat (31), kita selesaikan dengan membagi persamaan

( λ−ϵ ) C ( k ) +UC ( k −G )=0 ;

( λ k−G−ϵ ) C ( k−G ) +UC ( k )=0 ,

ℏ2 k 2
Dengan λ k ditentukan dengan . Pada persamaan memiliki solusi jikaenergi ϵ .
2m

|
λ k −ϵ
U
U
λk−G −ϵ
=0
|
2 λ 2
Dimana, ϵ −ϵ ( λ k−G + λ k ) + λ k +G −U =0
k
Energi memiliki dua asal:

[ ]
1 /2
1 1
ϵ= ( λk−G + λk ) ± ( λk−G + λk )2 +U 2 , (50)
2 4

dimana pengukuran berbeda K=k-1/2G dalam vektor gelombang antara k dan area
ikat.

[ ( ) ]
1

ϵk= ( )(
ℏ2
2m
1 2
4
G +K 2 ± 4 λ
ℏ2
2m)+U 2
2

( )( ) [ ( )] ,
2 2 2
ℏ 1 2 ℏ k
¿ G + K 2 ± U 1+ 2 ( λ/U 2 ) (51)
2m 4 2m

( )( )
2 2 2
ℏ Gk | | ℏ 1
Pada area ≪ U . disini λ= G , seperti sebelumnya .
2m 2m 2

Asal dari penulisan area ikat (47) sepertiϵ ( ± ), kita mungkin menulis (51)
seperti

( )
ϵ k ( ± )=ϵ ( ± ) +
ℏ2 k 2
2m
( 1 ±2 λ /U ) (52)

Terdapat beberapa sumber untuk energi ketika vektor gelombang sangat dekat dengan
area ikat pada ½ G.

B. Jumlah Orbital dalam Pita Energi


Terdiri atas linear kristal dengan jumlah N sel permitif pada kisi konstan a.
pada order untuk perhitungan kita menggunakan kondisi ikatan periodic untuk
panjang pada fungsi gelombang Kristal. Mengikuti nilai vektor gelombang elektron
k dalam zona Brillouin pertama dapat dinyata dengan :

2π 4π Nπ
k =0 ;± ;± ;… ; ,
L L L

Nπ −Nπ
Kita potong bagian =πa, untuk area ikat. =−πa tidak dihitung point
L L
erikat karena dihubungkan oleh vektor kisi reciprocal phi/a. jumlah total titik kisi
adalah N, sejumlah sel primitif.

Gambar. Ratio koefisien ψ ( x ) =C ( k ) e ikx +C ( k−G ) e i (k−G ) x seperti yang terhitung


dekat batasan daerah Brillouin pertama.
Tiap sel primitif memberikan satu nilai bebas k pada tiap pita energi. Hasilnya
membawa ke dalam 3 dimensi. Dengan menghitung 2 orientasi bebas dari spin
elektron, ada 2N orbital bebas dala tiap pita energi. Jika ada satu valensi atom
dalam tiap sel primitif, pitanya dapat terpenuhi separuhnya dengan elektron. Jika
tiap atom memberikan 2 elektron valensi ke pita itu, pita dapat terisi. Jika ada 2
atom dengan valensi 2 dalam tiap sel primitif, maka pita dapat juga terisi.

Logam dan insulator


Jika elektron valensi diisi satu atau lebih pita, meninggalkan kekosongan,
kristal akan menjadi insulator. Sebuah medan listrik eksternal tidak akan
menyebabkan arus mengalir dalam sebuah insulator. Diketahui pita yang terisi
sebagian dari celah energi dari pita yang lebih tinggi selanjutnya, tidak ada cara
untuk mengubah total momentum elektron-elektron jika setiap bagian sudah terisi.
Tidak ada yang berubah ketika ada medan listrik. Hal ini tidak sama ketika elektron
bebas memiliki nilai k yang meningkat secara seragam dalam medan listrik.

Gambar . Struktur pita dan bagian yang terjadi sebagai (a) insulator, (b) logam
atau semilogam karena pita bertumpukan dan (c) logam karena banyaknya
elektron. Dalam (b) tumpukan pita yang terjadi tidak memiliki kesamaan arah
dalam daerah Brillouin. Jika tumpukan kecil, dengan bagian kecil lain yang ikut,
kita sebut semilogam.
Kristal dapat menjadi insulator jika jumlah elektron valensi dalam sel primitif
kristal adalah genap. Jika kristal mempunyai jumlah elektron valensi genap tiap sel
primitif, ini baik untuk menentukan ada atau tidak pita yang bertumpuk dalam
energi. Jika pita-pita bertumpuk dalam energi, kemudian pita yang terisi
merupakan insulator, kita dapat memiliki 2 bagian pita yang terisi sebagai logam.
(Gambar 11).
Logam alkali dan logam nobel memiliki satu elektron valensi tiap sel primitif;
mereka dapat menjadi insulator, tetapi pita-pita bertumpukkan dalam energi
menjadi logam tetapi bukan logam yang baik. Berlian, silikon, dan germanium
memiliki 2 atom dengan elektron valensi 4, maka ada 8 elektron valensi tiap sel
primitif; pita tidak bertumpukkan, dan kristal asli adalah insulator tepat di nol.

C. Pita Energi pada Isolator, Konduktor dan Semikonduktor


Gambar 2.3. Skema pita energi untuk isolator, logam, dan semikonduktor. Pita yang
diarsir
berarti terisi electron
Keterangan :

P.V = Pita Valensi = pita energi yang terisi oleh elektron valensi
P.K = Pita Konduksi = pita energi diatas pita valensi,yang akan terisi elektron konduksi
E.g = Celah energi = energi yang diperlukan elektron untuk loncat ke pita Konduksi
Kristal berkelakuan sebagai isolator jika pita energi terisi penuh atau kosong oleh
elektron, sehingga tidak ada elektron yang berpindah akibat adanya medan listrik. Kristal
berkelakuan sebagai logam jika satu atau lebih pita terisi sebagian oleh elektron, pita
energinya terisi antara (10-90)% oleh elektron. Kristal berkelakuan sebagai
semikonduktor atau semilogam jika satu atau dua pita terisi sedikit penuh atau sedikit
kosong.
Daerah energi yang diperkenankan sesungguhnya merupakan keadaan elektron
yang tersedia bagi elektron dalam kristal. Terisi atau tidak terisi keadaan elektron tersebut
oleh elektron masih bergantung pada jumlah dan statistika elektron dalam kristal. Ada dua
hal, dimana medan listrik luar tidak menghasilkan arus elektron dalam kristal, yaitu :
a) pita energi yang diperkenankan sama sekali tidak dihuni elektron
b) pita energi yang diperkenankan terisi penuh oleh elektron, atau semua keadaan
elektron terisi penuh oleh elektron.
Hal pertama mudah dipahami, yakni karena tidak ada elektron dalam pita energi,
maka arus elektronpun sama dengan nol. Hal kedua, misalnya kuat medan listrik
berpengaruh pada distribusi kecepatan elektron v . Andaikanlah kecepatan masing masing
elektron adalah vi , maka kecepatan rata-rata untuk elektron dengan kerapatan no pada
volume kristal V adalah
1
v=
no V
∑i v i
Penjumlahan dilakukan terhadap semua elektron dalam pita yang ditinjau. Rapat
arus elektron yang terjadi
−e
J=−no e v= ∑v
V i i
Misalnya, pita yang ditinjau seperti Gambar berikut.

Gambar 2.4. Grafik E(k) terhadap k


Dalam hubungannya dengan frekuensi radial ω, energi elektron dapat dinyatakan E = h ω
sehingga kecepatan kelompok v g dapat dinyatakan :
dω 1 dE
v g= =
d k h dk
Pada gambar di atas, vg sama dengan kemiringan fungsi E=E(k). Sedangkan fungsi
E=E(k) simetri terhadap sumbu k=0. Pada harga k=-k, kecepatan elektron sama besar,
tetapi berlawanan tanda, sehingga Σvi=0. Dengan demikian, jelaslah bahwa rapat arus
sama dengan nol untuk suatu pita energi yang kosong (elektron) atau pita energi yang
penuh. Hanya pita energi yang terisi sebagian (atau yang kosong sebagian) dapat
memberikan sumbangan pada arus listrik. Misalnya, sebuah elektron A berada dalam
suatu pita energi yang kosong, seperti Gambar berikut.

Gambar 2.5. Grafik E(k) terhadap k


Posisi setimbang elektron berada pada kedudukan paling rendah. Medan listrik ε
menyebabkan gaya sebesar −eε bekerja pada elektron, dan menggerakkannya secara terus-
menerus ke arah keadaan elektron dengan momentum linier (negatip) yang makin besar
sampai akhirnya mencapai titik A’ pada posisi k =−π /a . Pada titik ini terjadi refleksi
Bragg, dan elektron muncul di titik A” pada posisi k =+ π /a; dan kemudian menempuh
lagi siklus yang sama. Proses pengulangan ini disebut osilasi Zener. Adanya
ketidaksempurnaan kisi menyebabkan hamburan terjadi sebelum osilasi Zener sempat
muncul, Misalnya, dalam pita yang ditinjau terdapat keadaan elektron total sebanyak s ,
yang terisi elektron sebanyak i , dan yang kosong sebanyak s. Jika masing-masing
dianggap mempunyai distribusi kecepatan, maka :
∑ v l= ∑ v i+ ∑ v s
l i s

Karena ∑ v l=0 yakni semua keadaan elektron dianggap terisi penuh eleh elektron,
l

maka rapat arus elektron yakni :


−e
J= ∑v
V i i
dan dapat juga ditulis dalam bentuk
+e
V ∑
J= vs
s

Ungkapan rapat arus diatas menunjukkan bahwa pembawa muatannya adalah elektron
yang bermuatan –e. Umumnya, ungkapan ini digunakan bila keadaan elektron di pita
energi yang diperkenankan hanya terisi elektron sedikit saja, seperti Gambar berikut :

Gambar 2.6. Grafik E(k) terhadap k

Ungkapan rapat arus menunjukkan bahwa pembawa muatannya mempunyai


muatan +e (sering disebut hole) dan “menempati” keadaan elektron yang kosong.
Umumnya, ungkapan ini digunakan bila pita energinya hampir penuh elektron. Hole
menempati pita energi bagian atas, seperti Gambar berikut.
Gambar 2.7. Grafik E(k) terhadap k
Berdasarkan uraian tentang pengisian keadaan elektron dalam pita energi yang
diperkenankan seperti di atas, dapatlah dibedakan antara konduktor, isolator,
semikonduktor dan semilogam.

1) Isolator
Semua energi terisi penuh oleh elektron atau sama sekali kosong, sehingga tidak
dapat terjadi konduksi listrik. Pita energi tertinggi yang terisi penuh elektron disebut pita
valensi. Celah energi ΔE cukup besar, sehingga elektron dari pita energi. Karena pita
valensi terisi penuh maka elektron dalam pita ini tidak dapat berganti status. Satu-satunya
cara untuk berganti status adalah dengan melompati celah energi dan masuk ke pita
konduksi. Namun jika celah energi cukup lebar, beberapa e V , perpindahan ini hampir
tidak mungkin terjadi kecuali ditambahkan energi yang cukup besar misalnya dengan
pemanasan. Material yang memiliki diagram pita energi seperti ini tidak mudah
menghantarkan arus listrik, mereka termasuk dalam kelompok material isolator
seperti misalnya intan, quartz, dan kebanyakan padatan dengan ikatan kovalen dan ikatan
ion.
Yang penuh tidak dapat melompat (karena energi termal) ke pita energi yang
kosong. Tingkat energi Fermi EF melalui daerah energi yang kosong. Contoh isolator
adalah intan (karbon) yang memiliki celah energi 6 eV . Intan merupakan kristal karbon C
yang memiliki konfigurasi elektron1 s 2 2 s 2 2 p2; tingkat energi kedua sebenarnya mampu
memuat sampai 8 elektron, yaitu 2 di 2s dan 6 di 2p, namun elektron yang ada di tingkat
kedua ini hanya 4. Jika jarak atom makin dekat, 2s dan 2p mulai tumpang tindih. Pada
jarak atom yang lebih kecil lagi pita energi ini pecah lagi menjdi dua pita yang
masing-masing dapat menampung 4 elektron. Oleh karena itu 4 elektron yang ada
akan menempati empat tingkat energi terendah dan menyisakan empat tingkat energi
yang lebih tinggi yang kosong. Dalam jarak keseimbangan, celah energi antara pita yang
terisi dan pita yang kosong di atasnya adalah sekitar 5 e V . Oleh karena itu intan
merupakan material isolator.Hal ini dijelaskan oleh Gambar di atas.

2) Konduktor
Tingkat energi Fermi EF melewati pita energi yang diperkenankan, sehingga pita
tersebut setengahnya (atau sebagiannya) terisi oleh elektron. Pita energi tertinggi yang
terisi elektron sebagian disebut pita konduksi. Ada sebagian elektron di atas EF (apabila
T>0 K), tetapi masih berada dalam daerah pita energi yang sama, dengan meninggalkan
keadaan elektron kosong (hole) di bawah EF. Konduksi listrik terutama terjadi aliran
elektron. Contoh konduktor adalah logam alkali (Li, K dan lain-lain) dan logam mulia (Cu,
Ag, Au dan lain-lain). Hal ini dijelaskan dalam Gambar berikut.

Contohnya yaitu pada atom Na orbital 3s yang seharusnya dapat memuat 2


elektron hanya terisi 1 elektron; inilah elektron valensi atom Na. Oleh karena itu pita
energi 3s pada padatan Na hanya setengah terisi, dan disebut pita valensi. Orbital
berikutnya 3p tidak terisi elektron (kosong). Diantara pita-pita energi terdapat celah energi
yang merupakan celah terlarang bagi elektron.

Gambar2.8. Diagram pita energi padatan N a


Pita energi yang tumpang-tindih dapat dipandang sebagai pelebaran pita. Elektron
yang berada pada pita yang tumpang-tindih mempunyai kesempatan lebih luas untuk
berpindah tingkat energi karena adanya tambahan tingkat energi dari orbital yang lebih
tinggi. Dalam kasus atom Na, elektron di orbital 3s dengan mudah “pindah” ke 3p dan 3d;
elektron ini berada dalam “pita energi gabungan” yang jauh lebih lebar dari pita s

dimana semula ia berada. Pada 0 oK elektron terdistribusi dalam pita valensi sampai
tingkat tertinggi yang disebut tingkat Fermi, EF (tentang energi Fermi ini akan kita bahas
di bab berikutnya). Pada temperatur kamar elektron di sekitar tingkat energi Fermi
mendapat tambahan energi dan mampu naik ke orbital di atasnya yang masih kosong.
Elektron yang naik ini relatif bebas sehingga medan listrik dari luar akan menyebabkan
elektron bergerak dan terjadilah arus listrik. Oleh karena itu material dengan struktur pita
energi seperti ini, di mana pita energi yang tertinggi tidak terisi penuh, merupakan
konduktor yang baik. Pita valensi 3s pada padatan yang setengah terisi disebut juga
pita konduksi, seperti misalnya pada Na
Terbentuknya pita energi dapat pula kita lihat sebagai terjadinya perluasan kotak
potensial sebagai akibat kotak-kotak yang tumpang- tindih. Ruang di sekitar suatu ion
dapat kita pandang sebagai kotak potensial. Dalam kotak inilah elektron terjebak. Jika ion-
ion tersusun secara rapat, maka kotak-kotak potensial ini saling tumpang-tindih
sehingga membentuk kotak potensial yang lebih besar. Dengan membesarnya kotak
potensial maka tingkat-tingkat energi menjadi rapat.

3) Semikonduktor
Tingkat energi Fermi EF melewati daerah harga energi terlarang, sehingga pada
T=0 K hanya ada pita yang sama sekali penuh, dan di atasnya pita energi yang kosong
sama sekali. Celah energi ΔE tidak tinggi, sehingga pada T>0 K sebagian elektron dapat
melompatinya, dan berpindah ke pita konduksi yang masih kosong. Sementara tempat
yang ditinggalkan elektron menjadi hole dalam pita valensi. Dengan demikian, pembawa
muatannya adalah elektron dan hole. Makin tinggi suhu, makin banyak elektron yang
melampaui ΔE sehingga konduktivitas zat makin meningkat. Contoh semikonduktor
adalah Si dan Ge, dengan celah energi masing-masing 1,1 eV dan 0,7 eV. Umumnya, pada
suhu kamar celah energi semikonduktor kurang dari 2 eV. Sketsa pengisian elektron dalam
pita energi ditunjukkan dalam Gambar berikut.

Gambar 11. Pengisian electron dalam pita energy bahan semikonduktor


Diagram pita energi untuk material semikonduktor mirip dengan material isolator
akan tetapi berbeda pada lebar celah energi-nya. Celah energi pada semikonduktor
hanya sekitar 1 eV. Germanium dan silicon adalah material semikonduktor. Konfigurasi

atom Ge [Ar] 3d104s24p2 dan Si [Ne] 3s2 3p2; kedua macam atom ini memiliki 4
elektron di tingkat energi terluarnya. Tumpang-tindih pita energi di tingkat energi terluar
akan membuat pita energi terisi penuh 8 elektron. Karena celah energi sempit maka
jika temperatur naik, sebagian elektron di pita valensi naik ke pita konduksi dengan
meninggalkan tempat kosong (hole) di pita valensi. Keadaan ini digambarkan pada
gambar . Baik elektron yang telah berada di pita konduksi maupun hole di pita valensi
akan bertindak sebagai pembawa muatan untuk terjadinya arus listrik. Konduktivitas
listrik naik dengan cepat dengan naiknya temperatur.
Konduktivitas listrik tersebut di atas disebut konduktivitas intrinksik.
Konduktivitas material semikonduktor juga dapat ditingkatkan dengan penambahan atom
asing tertentu (pengotoran, impurity). Jika atom pengotor memiliki 5 elektron terluar
(misalnya P atau As) maka akan ada kelebihan satu elektron tiap atom. Kelebihan elektron
ini akan menempati tingkat energi sedikit di bawah pita konduksi (beberapa perpuluh eV)
dan dengan sedikit tambahan energi akan sangat mudah berpindah ke pita konduksi dan
berkontribusi pada konduktivitas listrik. Atom pengotor seperti ini disebut donor
(karena ia memberikan elektron lebih) dan semikonduktor dengan donor disebut
semikonduktor tipe n.
Jika atom pengotor memiliki 3 elektron terluar (misalnya B atau Al) maka akan
ada kelebihan satu hole tiap atom. Kelebihan hole ini akan menempati tingkat energi
sedikit di atas pita valensi dan dengan sedikit tambahan energi akan sangat mudah
elektron berpindah dari pita valensi ke hole di atasnya dan meninggalkan hole di pita
valensi yang akan berkontribusi pada konduktivitas listrik. Atom pengotor seperti ini
disebut akseptor (karena ia menerima elektron dari pita valensi) dan semikonduktor
dengan akseptor disebut semikonduktor tipe p.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari bahasan yang diatas dapat disimpulkan bahawa :

1. Solusi dari persamaan gelombang dalam kisi kristal dari Bloch dimana u k (r)
adalah sama dalam translasi kisi kristal.

2. Ada daerah energi yang bukan solusi dari fungsi Bloch. Energi ini membentuk
daerah terlarang dimana fungsi gelombang yang teredam dalam ruang-ruang
dan nilai-nilai k yang kompleks, seperti pada gambar di bawah ini.
Adanya daerah energi terlarang merupakan syarat terjadinya isolator
3. Pita energi dapat didekati dengan satu atau dua bidang gelombang, contoh

dekat dengan daerah batas

4. Jumlah orbital dalam pita adalah 2N, dimana N adalah jumlah sel dalam
specimen

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, R.T dan Naufal, R. 2018. Pengantar Fisika Zat Padat (Teori Pita Energi).
Universitas Padjajaran : Jatinangor.

Kittel, Charles.1996. Introduction To Solid State Physics 7th.ed .New York : Jhon Wiley
and Sons Ashcroft and Mermin.1976. Solid Sate Physics. Philadelphia : Saunders
College

Nurfauzia. 2017. Pita Energi Dalam Fisika Zat Padat Menurut Teorema Bloch. .
Universitas Negeri Makassar : Makassar

Anda mungkin juga menyukai