Contoh Makalah
Contoh Makalah
PEREKONOMIAN INDONESIA
PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN
Nama Kelompok :
FAKULTAS EKONOMI
S1 MANAJEMEN
2011
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Perekonomian Indonesia “
Kependudukan dan Ketenagakerjaan “ dengan baik dan tepat waktu.
Ucapan terima kasih juga tidak lupa kami ucapkan kepada banyak pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas makalah ini. Makalah ini kami susun dengan tujuan
membantu para pembaca dalam mempelajari, mendalami, dan menambah pengetahuan dalam
mata kuliah Perekonomian Indonesia “ Kependudukan dan Ketenagakerjaan “
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum sempurna, seperti ibarat kata
pepatah “Tiada Gading yang Tak Retak” maka dari itu tegur sapa, saran, dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan agar makalah ini menjadi lebih baik.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Amin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………………… ( i )
Kata Pengantar……………………………………………………………………………... ( ii )
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.4 Lapangan, Status, Jenis ,Jam Pekerjaan, dan Upah Kerja …………………………………………...8
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………………….9
3.2. Saran………………………………………………………………………………………..23
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
atau kecil jumlahnya. Akan tetapi juga tergantung pada kapasitas penduduk tersebut, baik
selaku konsumen atau sumber permintaan maupun selaku produsen atau sumber penawaran.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kepadatan penduduk di Indonesia
2. Untuk mengetahui apa saja masalah kependudukan yang ada di Indonesia
3. Untuk mengetahui penduduk yang bagaimana yang disebut dengan angkatan kerja
4. Untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi angkatan kerja dalam perekonomian di
Indonesia
5
BAB II
PEMBAHASAN
Penafsiran jumlah penduduk di Indonesia pertama kali dilakukan pada tahun 1815. Itu
hanya di lakukan di pulau jawa yang di tafsir jumlah penduduknya 4,5 juta jiwa. Tetapi perkiraan
jumlah penduduk Indonesia yang paling tepat adalah pada tahun 1930 yaitu sekitar 60,73uta jiwa
dan 41,82 juta jiwa di antaranya adalah penduduk di Pulau Jawa. Jumlah penduduk Indonesia
tiap tahunnya bertambah 2%.
Dari hasil sensus penduduk tahun 1990 jumlah penduduk Indonesia adalah 179,4 juta.
Berarti Indonesia termasuk negara terbesar ke tiga di antara negara-negara yang sedang
berkembang setelah Cina dan India.Dibanding dengan jumlah sensus tahun 1980 maka akan
terlihat peningkatan penduduk Indonesia rata-rata 1,98% pertahun. Berdasarkan hasil proyeksi
penduduk, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1995 sebanyak 195,3 juta jiwa.
Bila dilihat dari luas wilayah pada peta penyebaran penduduknya terlihat tidak merata di
27 propinsi. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 1990 sekitar 60% penduduk tinggal di
pulau Jawa, padahal luas pulau Jawa hanya 7% dari luas wilayah Indonesia. Dilain pihak pulau
Kalimantan yang luas wilayahnya hanya ditempati oleh 5% dari jumlah penduduknya.
Di Indonesia dari tingkat partisipasi anak usia sekolah baru mencapai 53% meskipun
wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun telah dicanangkan oleh pemerintah. Dibanding negara
tetangga, tingkat partisipasi pendidikan kita tergolong rendah. Hongkong misalnya tahun 1985
telah mencapai 95%, Korea Selatan 88% dan Singapura telah mencapai 95 % (Surabaya Post, 2
Oktober 1995).
6
2.2. Masalah Kependudukan di Indonesia
Tingkat fertilitas secara keseluruhan dari periode 1981- 1984 ke periode 1986 -1989 turun
sebesar 18 % atau sekitar 3,9% pertahun. Namun tingkat penurunan fertilitas mulai melambat
atara periode 1986-1989 dan 1987-1990 yaitu menjadi 2,1% rata-rata pertahun.
1) Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam hal penyediaan
aspek fisik misalnya fasilitas kesehatan ketimbang aspek intelektual.
2) Fertilitas meningkat maka pertumbuhan penduduk akan semakin meningkat tinggi akibatnya
bagi suatu negara berkembang akan menunjukan korelasi negatif dengan tingkat kesejahteraan
penduduknya.
Jika ASFR 20- 24 terus meningkat maka akan berdampak kepada investasi SDM yang semakin
menurun.
Selama hampir 20 tahun terakhir, Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami penurunan sebesar
51,0 pada periode 1967-1986. Tahun 1967 AKB adalah 145 per 1000 kelahiran, kemudian turun
menjadi 109 per 1000 kelahiran pada tahun 1976.
Selama 9 tahun terjadi penurunan sebesar 24,8 persen atau rata-rata 2,8 persen per tahun.
Berdasarkan SP90, AKB tahun 1986 diperkirakan sebesar 71 per 1000 kelahiran yang
menunjukan penurunan sebesar 34,9 persen selama 10 tahun erakhir atau 3,5 persen pertahun
(Trend Mortalitas, 66).
7
2.2.3 Masalah Komposisi Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus tahun 1990 berjumlah 179246785 dari
jumlah tersebut komposisi usianya tidak berimbang yang menyebabkan timbulnya masalah-
masalah baru.
Penumpukan jumlah penduduk pada usia muda, yaitu usia 0 -4 tahun berjumlah 20985144 jiwa,
usia 5-9 tahun sebesar 23223058 jiwa dan 10 -14 tahun 21428141 jiwa yang mana pada usia
tersebut belum produktif masih tergantung pada orang-orang lain terutama keluarga.
Mobilitas antar pulau didominasi mobilitas penduduk di Pulau Jawa. Penduduk yang keluar dari
Jawa sebanyak 3,6 juta jiwa tahun 1980 dan 5,3 juta jiwa tahun 1990. Sebagian besar migrasi
menuju Sumatera, yaitu 79,75% pada tahun 1980 dan 68,70% pada tahun 1990.
Pola mobilitas di Jawa masih sangat besar. Di Jawa Timur jumlah pendatang masih didominasi
migran sekitarnya terutama Jawa Tengah. Keadaan ini menunjukan bahwa pekembangan
mobilitas terjadi karena peningkatan peranan lalu lintas di Pulau Jawa dan Sekitarnya termasuk
Lampung, Sumatera Selatan sebagai akibat pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Sedang
migran yang keluar dari Jawa Timur mayoritas menuju wilayah Indonesia Barat terutama
Sumatera dan daerah pusat pertumbuhan ekonomi seperti Jakarta.
8
Mobilitas Penduduk dari Desa ke Kota
Dilihat dari jumlah penduduknya Indonesia termasuk negara terbesar ketiga diantara negara-
negara sedang berkembang setelah Gina dan India. Hasil pencacahan lengkap sensus penduduk
1990, penduduk Indonesia berjumlah 179,4 juta jiwa. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk,
julah penduduk pada tahun 1995 mencapai 195,3 juta jiwa.
Sekitar ¾ penduduk Indonesia termasuk di dalam batas usia kerja, dengan kata lain ¼ penduduk
merupakan bukan tenaga kerja karena berusia di bawah 10 tahun. Tidak semua angkatan kerja
yaitu mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga. Proposi tenaga kerja yang tergolong
sebagai tenaga kerja hanyalah sekitar 55-60%. Pertumbuhan jumlah tenaga kerja lebih cepat di
banding dengan pertumbuhan jumlah penduduk secara keseluruhan.
Penduduk
Jumlah (juta) 179,4 182,7 186,1 189,1 192,2
Pertumbuhan (%) 1,8 1,9 1,6 1,6
Tenaga kerja
9
Proposi-T 57,2 57,3 56,5
Tingkat pendidikan di Indonesia relative rendah, dari data pada tahun 1993 angkatan
kerja yang berjumlah 81,4 juta,59,6 juta orang hanya berpendidikan tamat sekolah dasar bahkan
lebih rendah, 9,8 juta orang tidak pernah bersekolah.
TPAK menurut umur mengikuti pola huruf "U" terbalik. Angkatan rendah pada usia-usia
muda karena sekolah, kemudian naik sejalan kenaikan umur sampaimencapai 25 -29 tahun,
kemudian turun secara perlahan pada umur-umur berikutnya (antara lain karena pensiun).
Angka kesempatan kerja yang merupakan pebandingan antara penduduk yang bekerja
dengan angkatan kerja pada tahun 1993 cukup tinggi yaitu sekitar 97,2%. Ini berarti angka
penganguran kurang lebih hanya 2,8 0/00 (BPS:1994,30). Berdasarkan hasil sensus tahun 1994
jumlah TPAK sebesar 19.254.554 (Sensus PBS; 1990,417) sedangkan jumlah penduduk
mencapai 179.247.283 jiwa sehingga TPAK meskipun mungkin termasuk angkatan kerja.
Melihat rasio TPAK dan Non TPAK tampaknya jauh tidak seimbang hal ini kemungkinan dapat
menyebabkan masalah antara lain:
(a) Produktifitas yang dihasilkan oleh sebagian kecil manusia kemungkinan bias habis
dikonsumsi sebagian besar penduduk.
10
(b) Pendapatan perkapita akan rendah sehingga berpengaruh pada sektor ekonomi masyarakat.
Lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia adalah sector pertanian, sampai tahun
1994, separuh dari jumlah pekerja menyandarkan sector pertanian sebagai sumber nafkah utama.
Sector perdagangan dan sector jasa menempati urutan kedua dan ketiga menyerap 15,79% dan
13,34%. Sector industry menyerap 11,09% pekerja berada di urutan ke empat.
Ditinjau dari status pekerjaan utama yang dilakukan angkatan kerja yang berstatus buruh,
pekerja atau karyawan. 20,79% berstatus pekerja keluarga. Yang berstatus menjalankan
pekerjaan dan memiliki buruh tidak ada satu persen, pekerja lainnya yang memilki dan
menjalankan usaha.
Secara garis besar terdapat 10 jenis pekerjaan. Pada tahun 1994 mencatat 49,60% petani
atau di sector pertanian. Yang kedua adalah tenaga usaha penjualan. 0,77% tenaga
kepemimpinan dan ketatalaksanaan.
Seseorang dikatakan bekerja penuh atau full time jika jam kerjanya dalam seminggu
mencapai 35 jam kerja, atau menurut konsep bekerja selama satu jam berturut-turut. Maka dari
seluruh angkatan kerja hanya 58,46% yang bekerja secara penuh, selebihnya bekerja secara tidak
penuh. Pekerja yang tidak penu terutama pekerja perempuan yaitu 55,53%.
Upah tertinggi yang berstautus karyawan ada dalam sector pertambangan, pada tahun
1994 upah rata-rata Rp 57.300,00 perbulan, di sector perhotelan memperoleh Rp 38.200,00,
sedangkan di sector industry pengolahan rata-rata Rp 32.000,00.
11
Tingkat upah di Indonesia khususnya para pekerja rendahan atau buruh kasar sangat
rendah. Hal ini bias terlihat dari perbandingan kebutuhan fisik minimum. Menurut biro pusat
statistika kebutuhan seorang karyawan lajang di NTB sebesar Rp 70.619,00 per bulan untuk
tahun 1993. Bandingkan : upah rata-rata tertinggi pekerja di sector pertambangan pada tahun
1994 lebih rendah di banding dengan kebutuhan fisik minimum terendah pekerja lajang
12
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Penduduk berfungsi ganda dalam perekonomian. Dalam konteks pasar ia berada baik di sisi
permintaan maupun di sisi penawaran. Di sisi permintaan, penduduk adalah konsumen, sumber
permintaan akan barang-barang dan jasa. Di sisi penawaran, penduduk adalah produsen. Jika ia
pengusaha atau pedagang, atau tenaga kerja, jika ia semata-mata pekerja. Dalam konteks
pembangunan, pandangan terhadap penduduk terpecah dua. Ada yang menganggapnya sebagai
penghambat pembangunan, ada pula yang menganggapnya pemacu pembangunan.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 1990 sekitar 60% penduduk tinggal di pulau Jawa,
padahal luas pulau Jawa hanya 7% dari luas wilayah Indonesia. Dilain pihak pulau Kalimantan
yang luas wilayahnya hanya ditempati oleh 5% dari jumlah penduduknya.
Kondisi tersebut menunjukan bahwa kepadatan penduduk Indonesia tidak seimbang. Kondisi
tersebut memerlukan upaya pemerataan dan upaya tersebut telah dilaksanakan melalui program
transmigrasi dan gerakan kembali ke Desa. Dilihat dari tingkat pertambahan penduduknya
Indonesia masih tergolong tinggi, hal ini bila tidak diupayakan pengendalianya akan
menimbulkan banyak masalah.
4.2. Saran
Saran dari studi makalah ini adalah :
1. Pemerintah lebih mensosialisasikan program-program dan upaya-upaya penekanan jumlah
penduduk kepada masyarakat agar tidak terjadi peledakan penduduk, seperti Keluarga
Berencana (KB)
2. Membuat program dan penyuluhan transmigrasi kepada wilayah yang padat penduduk agar
mau bersedia untuk bertransmigrasi ke wilayah atau daerah yang yang jarang penduduknya
agar terjadi pemerataan penduduk yang seimbang. Dalam hal ini, masyarakat yang hendak
melakukan transmigrasi diberikan penyuluhan, pembekalan keterampilan atau skill dan
13
pengetahuan sehingga diharapkan masyarakat ini dapat meningkatkan taraf hidupnya
menjadi lebih baik ke wilayah yang hendak dituju.
3. Pemerintah dalam hal sektor lapangan kerja, harus mampu meningkatkan lapangan kerja agar
dapat menyerap tenaga kerja produktif. Sehingga pencapaian pendapatan perkapita pun dapat
merata.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, L., (2004). Ekonomi Pembangunan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.
Booth, A., (2000). Poverty and Equality in The Soeharto Era: An Assessment. Bulletin of
Indonesian Economic Studies. Vol. 36 No. 1,April 2000. pp. 73 – 104.
Gie, KK., (2009). Platform Presiden RI 2009. Usulan Kepada Presiden Mendatang.
KoranInternet. www.koraninternet.com.
Hariadi, P., Arintoko., Bawono, RI., (2007). Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Kabupaten
Banyumas Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan, hal 61 – 70.
Krisnamurthi, B., (2002). Krisis Moneter Indonesia dan Ekonomi Rakyat. Jurnal Ekonomi
Rakyat, Artikel Th. I No. 3, Mei 2002. www.ekonomirakyat.org;
Kuncoro, AS., (2008). Kemiskinan: Kesenjangan Antar Provinsi. Project Officer untuk
TARGETMDGs (BAPENAS/UNDP). MDGs News, Edisi 01/Juli-September 2008.
Matitaputty, IT., (2004). Gross National Product (GNP) & Economic Growth: Kasus Indonesia.
Makalah Pribadi. Sekolah Pasca Sarjana/S3, Institut Pertanian Bogor.
Mubiarto, (2002). Ekonomi Rakyat Indonesia Pasca Krismon. Jurnal Ekonomi Rakyat, Artikel
Th. I No. 9, Nopember 2002. www.ekonomirakyat.org;
_________, (2002). Kemiskinan dan Ekonomi Rakyat Yogyakarta. Jurnal Ekonomi Rakyat,
Artikel Th. I No. 1, Maret 2002. www.ekonomirakyat.org;
Munandar, H., Kurniawan, F., Santoso, P., (2007). Mencari Hubungan Antara Kebijakan
Moneter Dengan Kemiskinan dan Ketimpangan Pendapatan: Kajian Menggunakan Data
Regional Indonesia. Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Bank Indoneisa.
Noegroho, SY., Soelistianingsih, L., (2007). Analisis Disparitas Pendapatan Kabupaten/ Kota Di
Propinsi Jawa Tengah Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Regional.
Makalah Seminar Urban & Regional. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Nugroho, H., (2002). Perjalanan Panjang Ekonomi Indonesia: Dari Isu Globalisasi Hingga Krisis
Ekonomi. Jurnal Ekonomi Rakyat, Artikel Th. I No. 3, Mei 2002. www.ekonomirakyat.org;
Perkins, J., (2009). Membongkar Jaringan Kejahatan Internasional. UFUK PRESS, Jakarta-
Indonesia. pp. 33 – 34.
15