KELOMPOK VII
KASUS II
“ KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH “
Step 1
1. Pemeriksaan CEA ( bagus) :
a. Pemeriksaan CEA mengukur konsentrasi carcinoembryonic antigen (CEA) dalam darah.
(tata)
b. CEA= (Carcinoembryonic antigen) yang merupakan zat penanda tumor (ingencia,
Imelda)
2. Endoskopi (Anna )
a. Teknologi optik berupa vidio untuk pemeriksaan rongga tubuh
3. Poliklinik ( Cici )
a. tempat untuk melayani masyarakat dalam melakukan pemeriksaan organ dlam atau
pembedahan yg dilakukan oleh dokter spesialis (bagus)
4. Wasir/ambeien ( Belen )
a. vena yang membengkak di bagian anus (santika)
5. kemoterapi (Agnes)
a. kemoterapi adalah penatalaksanaan medis untuk penderita tumor atau kanker untuk
mengurangi pertumbuhan sel (alda)
b. Kemoterapi adalah cara pengobatan dengan zat kimia yang digunakan untuk megurangi
rasa nyeri (belen)
Step II
1. Apa yang menyebabkan seseorang terkena ambeyen? (tata)
2. Cara mengatasi ambeyen (cici)
3. Apakah penyakit ambeyen itu penyakit keturunan ( belen)
4. Apakah ada obat tradisional yang dapat menyembuhkan wasir? Jika ada apa (bagus)
5. Gejala apa saja yang timbul saat seseorang terkena wasir? (stefanus)
6. Apakah duduk terlalu lama merupakan salah satu penyebab wasir/ambeien? (alda)
7. Apakah pemicu utama seseorang terkena wasir (bagus)
8. Apakah ambeyen beresiko untuk ibu hamil (santika)
9. berapa nilai normal CEA pada orang dewasa (stefanus)
10. setelah mengetahui diagnosa pasien tindakan yang pertama dilakukan untuk pasien itu apa saja
(ingen)
11. masalah keperawatan apa yang mungkin muncul pada pasien ini ( bu sisca)
12. Apakah ambeian bisa di sembuhkan secara total (Imelda)
13. Pengkajian apa saja yang dilakukan pada pasien ini (bu sisca)
Step III
1. Penyebab mbeien : kurang asupan serat, duduk terlalu lama (santika)
2. Cara mengatasi ambeien
a. Rendam dengan air hangat, Jangan terlalu banyak duduk Jangan menahan BAB (agnes)
b. Cara mengatasi ambeien adalah menerapkan pola makan, mengonsumsi obat-obatan
tradisional, dan menjalani operasi pengangkatan wasir jika merasa kesakitan yang cukup
parah (Imelda)
3. Tidak, karena penyakit ini terjadi karena aktivitas sehari hari yang berat (belen)
4. Obat tradisional wasir daun sirsak,minyak jarak (alda)
5. Tanda gejala: munculnya rasa tidak nyaman, keluar darah pada saat tubuh mengeluarkan feses
(santika)
6. Iya karena dengan duduk lama maka terjadi tekanan pada pembuluh darah yg lama sehingga
menimbulkan benjolan (bagus)
7. Mengejan terlalu keras pada saat BAB (stefanus)
8. Menurut saya tidak mengganggu, karena ambeien terjadi di anus tidak menghalangi jalan lahir
(belen)
9. Nilai normal pada dewasa adalah kurang dari 3 ng/mL ( kak ingen)
10. Melakukan perencanaan mengenai tindakan selanjutnya seperti pemberian obat atau
pengengangkatan ambeien (bagus)
11. Masalah keperawatan:nyeri ,kebutuhan nutrisi kurang dari normal (alda)
12. Bisa dengan cara pengangkatan ambien denfan operasi (bagus)
13. Penkes:managemen nyeri (distraksi,relaksasi,guiden imagery) (alda)
Step IV ( LO )
Konsep Medis
1. Definisi
2. Anatomi Fisiologi terkait
3. Epidemiologi
4. Etiologi
5. Patofisiologi/ Pathway
6. Tanda dan gejala
7. Klasifikasi/ derajat (jika ada)
8. Pemeriksaan diagnostik
9. Penatalaksanaan medis
10. Komplikasi
11. Pencegahan
12. Prognosis
13. Discharge planning
Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. NCP
4. SAP/ Penyuluhan
5. Jurnal terkait
Step V ( Mapping/ Kanker Colon)
DEFINISI PENGKAJIAN
KOMPLIKASI PENCEGAHAN
A. Konsep keperawatan
1. Definisi
Kanker kolon merupakan kanker yang menyerang bagian usus besar, yakni bagian akhir
dari sistem pencernaan. Sebagian besar kasus kanker kolorektal dimulai dari sebuah
benjolan/polip kecil, dan kemudian membesar menjadi tumor (Yayasan Kanker Indonesia,
2018).
Kanker kolon adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon
(bagian terpanjang dari usus besar) (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).
b. Kolon asenden
Bagian ini memanjang dari saekum ke fossa iliaka kanan sampai ke sebelah kanan
abdomen. Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan dan di hati
membelok ke kiri. Lengkungan ini disebut fleksura hepatika (fleksura coli dextra)
dan dilanjutkan dengan kolon transversum.
c. Kolon transversum
Merupakan bagian usus besar yang paling besar dan paling dapat bergerak bebas
karena tergantung pada mesokolon, yang ikut membentuk omentum majus.
Panjangnya antara 45-50 cm, berjalan menyilang abdomen dari fleksura coli dekstra
sinistra yang letaknya lebih tinggi dan lebih ke lateralis. Letaknya tidak tepat
melintang (transversal) tetapi sedikit melengkung ke bawah sehingga terletak di
regio umbilikus.
d. Kolon desenden
Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri, dari atas ke
bawah, dari depan fleksura lienalis sampai di depan ileum kiri, bersambung dengan
sigmoid, dan dibelakang peritoneum.
e. Kolon sigmoid
Sering disebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kurang lebih 40 cm dan berbentuk
lengkungan huruf S. Terbentang mulai dari apertura pelvis superior (pelvic brim)
sampai peralihan 14 menjadi rektum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini
ditandai dengan berakhirnya ketiga teniae coli dan terletak + 15 cm di atas anus.
Kolon sigmoid tergantung oleh mesokolon sigmoideum pada dinding belakang
pelvis sehingga dapat sedikit bergerak bebas (mobile).
f. Rektum
Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu kolon sigmoid dengan panjang
sekitar 15 cm. Rektum memiliki tiga kurva lateral serta kurva dorsoventral. Mukosa
rektum lebih halus dibandingkan dengan usus besar. Rektum memiliki 3 buah
valvula: superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3 bagian distal rektum
terletak di rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan 1/3 bagian proksimal terletak
dirongga abdomen dan relatif mobile.Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum
reflektum dimana bagian anterior lebih panjang dibanding bagian posterior. Saluran
anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke
bagian usus yang lebih proksimal, dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan
internal ) serta otot-otot yang mengatur pasase isi rektum kedunia luar. Spinkter ani
eksterna terdiri dari 3 sling : atas, medial dan depan.
3. Epidemiologi
Di Indonesia, kanker kolonektal merupakan jenis kanker ketiga terbanyak. Pada tahun 2008,
Indonesia menempati urutan keempat di Negara ASEAN, dengan inciden cerate
17,2per100.000 penduduk dan angka ini di prediksikan akan terus meningkat dari tahun
ketahun. Studi epidemiologi sebelumnya menunjukkan bahwa usia pasien kanker kolon
ektal di Indonesia lebih muda dari pada pasien kanker kolonektal dinegara maju. Lebih dari
30% kasus di dapat pada pasien yang berumur 40 tahun atau lebih muda, sedangkan
dinegara maju, pasien yang umurnya kurang dari 50 tahun hanya 2-8% saja.
(Sayuti&Nouva,2019).
4. Etiologi
Sebagian orang memang memiliki risiko tinggi terkena kanker kolorektal. Beberapa faktor
risiko tersebut ada yang tidak bisa diubah, 15 seperti usia lebih dari 50 tahun, riwayat
menderita polip, riwayat menderita infeksi usus besar (colitis ulcerative atau penyakit
Chron), dan memiliki anggota keluarga yang mempunyai riwayat polip atau kanker usus
besar. Faktor risiko lain adalah pola hidup yang tidak sehat yang dapat meningkatkan risiko
kanker kolorektal di usia muda dibawah 40 tahun. Salah satunya adalah mengonsumsi
daging merah dan daging olahan secara berlebihan.
Oleh sebab itu, untuk mencegah timbulnya kanker kolorektal, batasi makanan tinggi
lemak termasuk daging merah. Merokok juga merupakan faktor risiko terjadinya kanker
kolorektal. Diperkirakan, satu dari lima kasus kanker usus besar di Amerika Serikat
dihubungkan dengan rokok. Merokok berhubungan dengan kenaikan risiko terbentuknya
adenoma dan peningkatan risiko perubahan adenoma menjadi kanker usus besar. Faktor
risiko tinggi lain adalah pengonsumsian alkohol. Usus mengubah alkohol menjadi
asetildehida yang meningkatkan risiko kanker kolorektal. Lebih baik konsumsi buah dan
sayur yang mengandung probiotik, karena kandungan seratnya akan mengikat sisa makanan
dan membuat feses lebih berat sehingga mudah dibuang (Kemenkes RI, 2019).
5. Patofisiologi/ Pathway
Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari polip adenoma.
Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya masih terjadi di rektum
dan kolon 16 sigmoid. Polip tumbuh dengan lambat, sebagian besar tumbuh dalam waktu 5-
10 tahun atau lebih untuk menjadi ganas. Ketika polip membesar, polip membesar di dalam
lumen dan mulai menginvasi dinding usus. Tumor di usus kanan cenderung menjadi tebal
dan besar, serta menyebabkan nekrosis dan ulkus. Sedangkat tumor pada usus kiri bermula
sebagai massa kecil yang menyebabkan ulkus pada suplai darah (Black & Hawks, 2014).
Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke dalam lapisan lebih
dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker kolorektal menyebar
dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa, dan dinding luar
usus. Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor lambung, duodenum, usus
halus, pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan dinding abdominal juga dapat dikenai
oleh perluasan. Metastasis ke kelenjar getah bening regional sering berasal dari penyebaran
tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun
kelenjar regional masih normal. Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar
melalui sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru, otak,
tulang, dan ginjal. “Penyemaian” dari tumor ke area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi
bila tumor meluas melalui serosa atau selama pemotongan pembedahan (Black & Hawks,
2014).
Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan 20–30 %
terjadi di sigmoid dan kolon desending. Kanker kolorektal terutama adenocarcinoma
(muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%. Tumor pada kolon asenden lebih banyak
ditemukan daripada pada transversum (dua kali lebih banyak). Tumor bowel maligna
menyebar dengan cara (Black & Hawks, 2014):
a. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara langsung misalnya ke
abdomen dari kolon transversum. Penyebaran secara langsung juga dapat mengenai
bladder, ureter dan organ reproduksi.
b. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa mengenai paru-
paru, ginjal dan tulang.
Faktor Genetik
Pola gaya hidup tidak sehat
Faktor Usia Kolitis ulsreatif
Penyakit crohn
Menuju kolon
Mengubah
Menumpuk Obstruksi
perilaku sel
dalam kolon usus,
menempel
Meningkatkan di dinding
sel karsinogen Perubahan
abnormal
pada
dinding usus
Kanker colon
T Penilaian Tumor
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada ditemukan tumor primer
M penilaian metasisitas
M1 Metastasis jauh
M1a Metastasis terjadi pada satu organ atau sisi (hati, paru, ovarium, KGB non
regional)
M1b Metastasis terjadi pada >1 organ / sisi atau di peritoneum
d. Stadium ca colon
stadium T N M keterangan
0 Tis N0 M0 Tis: Tumor terbatas pada mukosa
I T1 N0 M0 T1: Tumor menyerang submukosa
T2 T1: Tumor menyerang submukosa
c. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto polos abdomen atau
menggunakan kontras. Teknik yang sering digunakan adalah dengan memakai double
kontras barium enema, yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang
berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan bersama-sama sigmoidoskopi, merupakan
cara yang hemat biaya sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak
dapat mentoleransi kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang
pada pasien yang mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko
perforasi dengan menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu sebesar 0,02 %. Jika
terdapat kemungkinan perforasi, maka sebuah kontras larut air harus digunakan daripada
barium enema. Computerised Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging
(MRI), Endoscopic Ultrasound (EUS) merupakan bagian dari teknik pencitraan yang
digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan kanker kolon, tetapi
teknik ini bukan merupakan skrining tes
d. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan
rektum. Prosedur kolonoskopi dilakukan saluran pencernaan dengan menggunakan alat
kolonoskopi, yaitu selang lentur berdiameter kurang lebih 1,5 cm dan dilengkapi dengan
kamera. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan
polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi
sebesar 94%, lebih baik daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar
67%. Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol
perdarahan dan dilatasi dari striktur. Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat
aman dimana komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya
muncul kurang dari 0,2% pada pasien. Kolonoskopi merupakan cara yang sangat
berguna untuk mendiagnosis dan manajemen dari inflammatory bowel disease, non akut
divertikulitis, sigmoid volvulus, gastrointestinal bleeding, megakolon non toksik,
striktur kolon dan neoplasma. Komplikasi lebih sering terjadi pada kolonoskopi terapi
daripada diagnostik kolonoskopi, perdarahan merupakan komplikasi utama dari
kolonoskopi terapeutik, sedangkan perforasi merupakan komplikasi utama dari
kolonoskopi diagnostik.
e. Histopatologi
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma
kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
9. Penatalaksanaan medis
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut :
1. Pembedahan
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal,
pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi
dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopi dengan polipektomi
merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya
pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam
membuat keputusan di kolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus
diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C.
Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan
pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor sudah menyebar dan
mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan
tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
3. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anti kanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini
ada kira–kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu
macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI,
2001 : 211)
5. Penatalaksanaan Keperawatan
Dukungan adaptasi dan kemandirian.
Meningkatkan kenyamanan.
Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
Mencegah komplikasi.
Memberikan informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
6. Penatalaksanaan diet
Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur – sayuran dan buah – buahan Serat
dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi
menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang
terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
Kacang – kacangan (lima porsi setiap hari)
Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
terutama yang terdapat pada daging hewan.
Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut
dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
10. Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemoragi.
Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
Pembentukan abses
Komplikasi awal yang dapat terjadi adalah sumbatan (obstruksi) saluran cerna.
Sumbatan tersebut tentu diakibatkan tumor yang memenuhi saluran usus. Adanya
sumbatan tersebut menyebabkan penderitanya mengalami konstipasi dan nyeri perut.
Selain obstruksi, tumor juga dapat menyebabkan usus mengalami kebocoran
(perforasi). Perforasi usus dapat menimbulkan gejala yang berat seperti nyeri perut
hebat, perut terlihat membesar dan tegang, muntah, serta infeksi berat.
Tak berhenti di situ, kanker usus juga dapat menimbulkan perdarahan. Hal
tersebut dapat terjadi bila tumor berada di sekitar rektum, salah satu bagian terakhir
usus besar. Perdarahan tumor dapat menyebabkan penderitanya kehilangan darah
yang cukup banyak, sehingga menimbulkan anemia (kekurangan sel darah merah).
Komplikasi lain dari kanker usus adalah penyebaran sel tumor ke organ yang
lain. Proses yang disebut metastasis ini lazim terjadi pada berbagai jenis kanker,
terutama yang sifatnya ganas. Organ tubuh yang paling sering menjadi sasaran
metastasis sel kanker usus adalah kelenjar getah bening, paru, dan selaput rongga
perut. Metastasis dapat menimbulkan gejala sesuai organ yang terkena, misalnya
benjolan di sekitar leher, sesak napas, dan nyeri perut serta perut yang semakin
membesar (Timurtini, 2019).
11. Pencegahan
a. Banyak mengonsumsi makanan berserat, karena mudah dicerna oleh usus besar
sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk melekat pada sel-sel saluran cerna dan
dapat menyebabkan kontraksi timbulnya rasa inngun buang air besar.
b. Hindari makanan yang berlemak tinggi (maknan cepat saji atau praktis)
c. Mengonsumsi sayur dan buah-buahan setiap hari
d. Olahraga yang teratur melakukan aktivitas fisik.
12. Prognosis
Prognosis kanker kolon dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ukuran lesi, jumlah lesi,
keterlibatan nodus limfatikus, dan metastasis. Pada penderita dengan keterlibatan
peritoneum, angka harapan hidup berkurang antara 6–18 bulan. Kadar
CEA (carcinoembryonic antigen) yang tinggi juga memberikan prediksi prognostik yang
buruk. Jika digabungkan, angka 5 years survival rate kanker kolorektal adalah sekitar 63%.
[17,18].
a. Pengumpulan data
1) Identitas pasien : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, tempat
tinggal
2) Riwayat penyakit sekarang : Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya keluhan
pada area abdomen terjadi pembesaran
3) Riwayat penyakit dahulu : Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien
dengan timbulnya kanker kolon.
4) Riwayat penyakit keluarga : Adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit
seperti yang dialami pasien, adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit
kronis lainnya
5) Riwayat psikososial dan spiritual : Bagaimana hubungan pasien dengan anggota
keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum maupun saat sakit, apakah pasien
mengalami kecemasan, rasa sakit, karena penyakit yang dideritanya, dan bagaimana
pasien menggunakan koping mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
b. Riwayat bio-psiko-social-spiritual
1) Pola nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis makanan apa saja yang
sering di konsumsi, makanan yang paling disukai, frekuensi makanannya
2) Pola eliminasi
Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB, BAK, adakah keluar darah atau
tidak, keras, lembek, cair ?
3) Pola personal hygiene
Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan sabun atau tidak,
menyikat gigi.
4) Pola istirahat
Kebiasaan istirahat tidur berapa jam ?
Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa saja yang dilakukan?
5) Pola aktivitas dan tidur
Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar kegiatan
olaraga, misalnya mengurusi urusan adat di kampung dan sekitarnya.
6) Kebiasaan yang mempengaruhi
Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras, ketergantungan dengan
obat-obatan ( narkoba ).
7) Hubungan peran
Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, temanteman sekitar
lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap keluarga, kebersamaan
dengan keluarga
9) Pola nilai kepercayaan
Kepercayaan terhadapTuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap agama yang
dianut, mengerjakan perintah agama yang di anut dan patuh terhadap perintah dan
larangan-Nya.
10) Pola reproduksi dan seksual
Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan dengan keluarga besarnya
dan lingkungan sekitar.
e. Pemeriksaan dada
1) Inspeksi : Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi pernapasan, irama,
gerakkan cuping hidung, terdengar suara napas tambahan.
2) Palpasi : Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus sama antara kanan kiri
dinding dada.
3) Perkusi : Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara redup pada batas paru
dan hepar.
4) Auskultasi : Terdengar adanya suara visikoler di kedua lapisan paru, suara ronchi
dan wheezing
f. Kardiovaskuler
1) Inspeksi: Bentuk dada simetris
2) Palpasi: Frekuensi nadi,
3) Parkusi: Suara pekak
4) Auskultasi: Irama regular, systole/ murmur
g. Sistem pencernaan/abdomen
1) Warna dan suhu kulit
2) Perabaan nadi distal
3) Depornitas extremitas alus
4) Gerakan extremitas secara aktif dan pasif
5) Gerakan extremitas yang tak wajar adanya krapitasi
6) Derajat nyeri bagian yang cidera
7) Edema tidak ada, jari-jari lengkap dan utuh
8) Reflek patella
i. Pemeriksaan pelvis/genetalia
1) Kebersihan, pertumbuhan rambut
2) Kebersihan, pertumbuhan rambut pubis, terpasang kateter, terdapat lesi atau tidak
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai seseorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan
asuhan keperawatan (Dinarti & Yuli Muryanti, 2017). Diagnosa yang mungkin muncul
menurut (PPNI, 2017):
Pre kemoterapi
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
Intra kemoterapi
a. Risiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur invasive
b. Risiko Gangguan integritas kulit ditandai dengan bahan kimia iritatif
Post kemoterapi
a. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan atau pengobatan (misal.
Pembedahan, kemoterapi dan radioterapi)
c. Resiko defisit nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan menelan makanan
3. SAP (penyuluhan)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
CARCINOMA COLON
A. Latar belakang
Usus besar adalah bagian dari saluran cerna yang berfungsi untuk penyerapan air. Usus
ini berfungsi dengan rektum di bagian ujungnya yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara dari feses yang selanjutnya akan dibuang melalui anus.
Dibandingkan penyakit jantung koroner, penyakit keganasan atau kanker usus besar
(kolon) kurang mendapat perhatian masyarakat awam. Padahal angka kejadiannya
cukup tinggi. Apalagi diikuti dengan makin bertambahnya usia harpan hidup, penyakit –
penyakit degeneratif seperti kanker juga akan semakin meningkat (Robbins, 2012).
B. Tujuan
a. Menjelaskan tentang carsinoma colon
b. Menyebutkan penyebab carsinoma colon
c. Menyebutkan tanda dan gejala carsinoma colon
d. Menjelaskan tentang diet carsinoma colon
e. Menjelaskan tentang pencegahan carsinoma colon
C. Kegiatan penyuluhan
D. Media belajar
a. Diskusi
b. demonstrasi
4. NCP
Intervensi atau perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan untuk mengatasi masalah
dan meningkatkan kesehatan pasien. Perencanaan keperawatan adalah suatu rangkaian
kegiatan penentuan langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan
tujuan, rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan analisis
data dan diagnosa keperawatan (Dinarti & Yuli Muryanti, 2017).
Terapeutik
1) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
Edukasi
1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
2) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
3) Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
b. Risiko gangguan integritas kulit ditandai dengan bahan kimia iritatif (D.0139)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko gangguan
integritas kulit menurun.
Kriteria Hasil :
1) Elastisitas meningkat
2) Hidrasi meningkat
3) Kerusakan jaringan menurun
4) Kerusakan lapisan kulit menurun
Edukasi
1) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Terapeutik
1) Kontrol faktor lingkungan penyebab mual
2) Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
Edukasi
1) Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
2) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan/pengobatan (D.0083)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan persepsi tentang
penampilan pasien dapat meningkat.
Kriteria Hasil :
1) Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun
2) Verbalisasi kekhawatiran pada penolakan atau reaksi orang lain
3) Menyembunyikan bagian tubuh berlebihan menurun
4) Respon nonverbal pada perubahan tubuh membaik
5) Hubungan sosial membaik
Terapeutik
1) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
2) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
3) Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
4) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
Edukasi
1) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
2) Latih fungsi tubuh yang dimiliki
3) Latih peningkatan penampilan diri
c. Resiko defisit nutrisi (D.0032) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan nutrisi pasien meningkat
Kriteria hasil :
1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
2) Kekuatan otot pengunyah meningkat
3) Kekuatan otot menelan meningkat
4) Frekuensi makan membaik
5) Nafsu makan membaik
Edukasi
1) Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misal. Pereda nyeri,
antiemetik)
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
5. Jurnal terkait
Aktivitas Antikanker Pektin Kulit Buah Kakao Terhadap Jumlah Sel Goblet Kolon
Kinanthi P. Rizki, Wahyu W. Rochmah, Nandan G. Cempaka, Sugi Hartono, Fifteen
A. Fajrin
Laboratorium Biologi Farmasi dan Biomedik, Fakultas Farmasi, Universitas Jember,
Jember, Jawa Timur, Indonesia
Abstrak
Jumlah penderita kanker kolon yang tinggi mendorong penelitian akan pengobatan yang lebih
efektif dan mengurangi efek samping dari pengobatan masa kini, salah satunya adalah dengan
pengobatan secara herbal. Kulit buah kakao (Theobroma cacao) memiliki kandungan pektin yang
diketahui dapat menekan pertumbuhan sel kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
potensi aktivitas antikanker kolon dari pektin kulit buah kakao (Theobroma cacao) pada tikus yang
dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu kelompok I kontrol negatif, kelompok II pektin
dosis 8 mg/kgBB, kelompok III pektin dosis12 mg/kgBB, dan kelompok IV pektin dosis 16
mg/kgBB. Hasil penelitian menunjukkan dosis uji tertinggi, yaitu 16 mg/kgBB memberikan
aktivitas terbaik dalam memulihkan kembali sel goblet yang rusak akibat induksi dari senyawa
karsinogen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pektin kulit buah kakao (Theobroma
cacao) memiliki potensi aktivitas antikanker kolon pada dosis uji. Kata kunci: DMBA, kulit buah
Daftar Pustaka
Ariska, M., Movic, I., & Andriani, F. (n.d.). E :\ Tita \ D \ Tita \ Jan 15 \ Jurnal mo