Oleh Kelompok 6:
KELAS C
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan sehingga
makalah Manajemen Pendidikan tentang “Konsep Dasar dan Ruang Lingkup Management
Kurikulum dan Management Kelas”ini bisa selesai sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Penulis berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan
bagi pembaca. Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa
dengan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya penulis meminta
maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa
kami juga berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun bagi penulis demi
terciptanya makalah yang lebih baik. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
Kelompok 6
I
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 23
II
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berangkat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum sangat
diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya. Dalam proses
pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengontrolan. Sedangkan manajemen adalah salah satu displin ilmu yang
implikasinya menerapkan proses-proses tersebut. Maka dalam penerapan pelaksanaan
kurikulum, seorang yang mengelola lembaga pendidikan harus menguasai ilmu manajemen,
baik untuk mengurus pendidikan ataupun kurikulumnya.
Jika kondisi kelas berantakan, semrawut, tanpa penataan yang baik serta berbagai
sarana yang dimiliki kurang memadai tentu akan menghambat ketercapaian kegiatan belajar-
mengajar. Sebaliknya, jika kelas dikelola dengan baik, sangat dimungkinkan keberhasilan
kegiatan belajar-mengajar akan tercapai. Oleh karena itu, selain dituntut untuk menguasai dan
memahami prinsip belajar dan keterampilan mengajar, guru juga dituntut untuk dapat
memahami konsep dasar manajemen kelas.
Dalam hal ini kami akan menjelaskan tentang konsep dasar dan ruang lingkup
management kurikulum dan management kelas.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
2
D. Metode Penulisan
Metode penggunaan referensi yang digunakan adalah berdasarkan buku rujukan dan
hasil carian di Internet.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi, manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata manusia yang
berarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata ini digabungkan menjadi kata
kerja manager yang berarti “menangani”. Kata ini selanjutnya diadopsi dalam bahasa Italia
maneggiare yang berarti “mengendalikan” terutama “mengendalikan kuda”. Dalam
perkembangannya diadopsi kedalam bahasa Prancis management, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur.
Manager diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage,
dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang yang melakukan kegiatan
manajemen. Kemudian, management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
pengelolaan.
Manajemen adalah melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah
atau organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode, material, mesin dan
pemasaran yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses.
Menurut Hasibuan, manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut Stoner, manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi pekerjaan organisasi dan untuk
menggunakan sumber daya organisasi yang tesedia untuk mencapai tujuan organisasi yang
dinyatakan dengan jelas.
Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat
terpacu), dan pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum
diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampaifinish
untuk memperoleh mendali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam
4
dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh
seseorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan
dalam bentuk ijazah.
Berdasarkan pengertian di atas, dalam kurikulum terkandung dua hal pokok, yaitu :
Dengan demikian, setiap siswa harus menguasai seluruh mata pelajaran yang diberikan
dan menempatkan guru dalam posisi yang sangat penting dan menentukan. Istilah kurikulum
pada dasarnya tidak hanya terbatas pada sejumlah mata pelajaran, tetapi mencakup semua
pengalaman belajar yang dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya.
1) Harold B. Alberty, kurikulum sebagai kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah
tanggung jawab sekolah.
2) Saylor, Alexander, dan lewis, kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk
memengaruhi siswa belajar, baik dalam ruangan kelas, di halaman sekolah, maupun di luar
sekolah.
3) S. Nasution, kurikulum dalam arti luas meliputi seluruh program di sekolah, yakni segala
pengalaman di bawah tanggung jawab sekolah.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk
mencapai pendidikan tertentu.
5
B. Tujuan Manajemen Kurikulum
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin dicapai. Dalam
skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang
dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu yang dicita-citakan
masyarakat. Misalkan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah
Pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah membentuk
masyarakat yang pancasilais.
Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi sekolah serta
tujuan-tujuan yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses
pembelajaran.
1) Kurikulum sebagai suatu ide, adalah kurikulum yang dihasilkan melalui teori-teori
dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, adalah sebagai perwujudan dari kurikulum
sebagai suatu ide yang diwujudkan dalam bentuk dokumen, yang di dalamnya memuat
tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
6
4) Kurikulum sebagai suatu hasil, merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku
atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Manajemen kurikulum adalah bagian dari studi kurikulum. Ruang lingkup manajemen
kurikulum adalah sebagai berikut :
Perencanaan kurikulum dijadikan sebagai pedoman yang berisi petunjuk tentang jenis
dan sumber peserta yang diperlukan, media penyampaian, tindakan yang diperlukan, sumber
7
biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem control, dan evaluasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
a) Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini ditangani oleh kepala sekolah.
b) Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan langsung
kepada para guru.
4. Penilaian Kurikulum
Penilaian kurikulum atau evaluasi kurikulum merupakan bagian dari sistem manajemen.
Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk penentuan
keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti.
8
5. Perbaikan Kurikulum
1) Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip ini ada dua jenis, yaitu relevansi
eksternal artinya kurikulum harus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang ada
pada masa kini maupun kebutuhan yang diprediksi untuk masa depan, dan relevansi internal,
yaitu kesuaian antar komponen kurikulum itu sendiri.
2) Prinsip Fleksibel
Prinsip fleksibel berarti suatu kurikulum harus lentur (tidak kaku), terutama dalam hal
pelaksanaannya.
3) Prinsip Kontinuitas
9
Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan prinsip praktis, yaitu dapat dan mudah
diterapkan di lapangan. Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktik pendidikan, sesuai
dengan situasi dan kondisi tertentu.
5) Prinsip Efektivitas
Prinsip ini menunjukkan pada suatu pengertian bahwa kurikulum selalu berorientasi
pada tujuan tertentu yang ingin dicapai.
1) Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang
harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum.
3) Kooperatif, dalam mencapai suatu kegiatan manajemen kurikulum harus ada rasa kerja
sama dengan baik untuk menghasilkan tujuan yang diinginkan.
4) Efektif dan efesiensi, dalam menjalankan suatu kegiatan didalam manajemen kurikulum
harus dilaksanakan dengan efektifitas dan efesiensi untuk mencapai tujuan kurikulum.
Demikian beberapa prinsip manajemen kurikulum yang jika kita perhatikan semuanya
mengarahkan pada kegiatan yang mampu menghasilkan suatu capaian yang diinginkan
dengan mensinergikan semua komponen yang ada didalamnya.
10
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum agar perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi kurikulum berjalan dengan efektif, efisien, dan optimal dalam
memberdayakan berbagai sumber belajar, pengalaman belajar, maupun komponen
kurikulum.
2) Meningkatkan keadilan (equality) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang
maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui
kegiatan intrakurikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang
dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.
4) Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang professional, efektif, dan terpadu dapat
memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
5) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses pembelajaran selalu
dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan
pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, ketidaksesuaian antara desain dengan
implementasi dapat dihindarkan. Disamping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk
melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien karena adanya dukungan kondisi positif
yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
11
E. Proses Manajemen Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah suatu proses sosial yang kompleks dan menuntut
berbagai jenis tingkat pembuatan keputusan kebutuhan untuk mendiskusikan dan
mengkoordinasikan proses penggunaan model-model aspek penyajian kunci. Sebagaimana
pada umumnya rumusan model perencanaan harus berdasarkan asumsi-asumsi rasionalitas
dengan pemrosesan secara cermat. Proses ini dilaksanakan dengan pertimbangan sistematik
tentang relevansi pengetahuan filosofis (isu-isu pengetahuan yang bermakna), sosiologis
(argumen-argumen kecenderungan sosial), dan psikologi (dalam menentukan urutan materi
pelajaran).
Perencanaan kurikulum dijadikan sebagai pedoman yang berisi petunjuk tentang jenis
dan sumber peserta yang diperlukan, media penyampaian, tindakan yang perlu dilakukan,
sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol, dan evaluasi untuk mencapai
tujuan organisasi. Dengan perencanaan akan memberikan motivasi pada pelaksanaan sistem
pendidikan sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
Kegiatan inti pada perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang memuat
seluruh materi dan kegiatan yang dalam bidang pengajaran, mata pelajaran, masalah-masalah,
proyek-proyek yang perlu dikerjakan. Isi kurikulum dapat disusun sebagai berikut :
c) Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi satuan-satuan bahasan atau standar kopetensi
dan kopetensi dasar.
Dari rumusan perencanaan di atas penulis menyimpulkan bahwa kurikulum itu tidak
hanya memuat pada rangkaian susunan mata pelajaran, tetapi juga memuat seluruh aspek
kegiatan pendidikan dan pendukung-pendukungnya. Hanya saja dalam perumusan lebih
banyak difokuskan pada perencanaan pengajaran dengan menyusun materi ajar. Karena
12
materi pelajaran adalah sesuatu yang dianggap sangat urgen dalam kurikulum. Maka dalam
perumusanya juga sangat diperlukan adanya landasan yang kokoh untuk sebagai pedoman.
a) Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini langsung ditangani oleh kepala
sekolah. Selain dia bertanggung jawab supaya kurikulum dapat terlaksana di sekolah, dia juga
berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun kalender akademik yang akan
berlangsung disekolah dalam satu tahun, menyusun jadwal pelajaran dalam satu minggu,
pengaturan tugas dan kewajiban guru, dan lain-lain yang berkaitan tentang usaha untuk
pencapaian tujuan kurikulum.
b) Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan langsung
kepada para guru. Pembagian tugas ini meliputi :
3) Kegiatan bimbingan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang berada
dalam diri siswa dan membantu siswa dalam memecahkan masalah.
a) Peserta didik, dengan mengidentifikasi pada cara belajar, prestasi belajar, motivasi belajar,
keaktifan, kreativitas, hambatan dan kesulitan yang diahadapi.
c) Media pengajaran, dengan melihat pada jenis media yang digunakan, cara penggunaan
media, pengadaan media, pemeliharaan dan perawatan media.
e) Jumlah lulusan: kategori, jenjang, jenis kelamin, kelompok usia, dan kualitas kemampuan
lulusan.
4. Perbaikan Kurikulum
Kurikulum suatu pendidikan itu tidak bisa bersifat selalu statis, akan tetapi akan
senantiasa berubah dan bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan kurikulum itu sangat
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang menuntutnya untuk melakukan penyesuaian
supaya dapat memenuhi permintaan. Permintaan itu baik dikarenakan adanya kebutuhan dari
siswa dan kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhan
terus menerus.
Perbaikan kurikulum intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat
disoroti dari dua aspek, proses, dan produk. Kriteria proses menitikberatkan pada efisiensi
14
pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional, sedangkan kualitas produk melihat pada
tujuan pendidikan yang hendak dicapai dan output (kelulusan siswa).
g) Evaluasi.
Sedangkan dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari
(2006) mengemukakan tentang siklus proses manajemen kurikulum yang terdiri dari empat
tahap :
a) Analisis kebutuhan.
15
2. Tahap Pengembangan, meliputi langkah-langkah :
4. Tahap penilaian :
Terutama dilakukan untuk melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan dari
kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif.
1) Penilaian Konteks : Memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual,
masalah-masalah dan peluang.
16
2) Penilaian Input : Memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan,
implementasi design dan cost benefit dari rancangan.
3) Penilaian Proses : Memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan
keputusan dalam melaksanakan program.
4) Penilaian Produk : Berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program
(identik dengan evaluasi sumatif).
Dalam kurikulum terdapat sejumlah hal yang mendukung terhadap proses menejemen
kurikulum, antara lain dapat dikemumakan dibawah ini :
2) Faktor sosial budaya dalam manajemen kurikulum karena kurikulum disesuaikan dengan
tuntunan dan tekanan serta kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda.
3) Faktor politik dalam manajemen kurikulum merupakan hal yang berpengaruh karena
politik yang melandasi arah kebijakan dari pengembangan kurikulum itu sendiri.
4) Faktor ekonomi dalam manajemen kurikulum merupakan hal yang memiliki pengaruh
yang cukup besar karena faktor ekonomi yang dapat mengembangkan sekaligus mendorong
pola pengembangan kurikulum mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah, mulai dari
pelaku kebijakan sampai pada pelaku di lapangan ( di sekolah-sekolah ).
17
Pendidikan di Indonesia di arahkan untuk menciptakan suatu individu atau masyarakat
yang memiliki sikap kemandirian sehingga tertanam sebuah keterampilan dan pengetahuan
yang baik yang dapat menunjang kehidupan dirinya sendiri maupun orang disekitarnya.
1) Ketidaksinambungan dan ke tidak sinergian antara pendidik yang ada di lapangan dengan
pendidik yang memberikan kebijakan di atasnya.
4) Kualifikasi pendidikan guru yang tidak sesuai dengan bidangnya, yang berujung pada
tingkat profesionalisme guru dalam kegiatan pembelajaran atau penyampaian materi
pelajaran.
G. Kegiatan
Menurut Eka Prihatin, secara etimologis, kata manajemen merupakan terjemahan dari
management (bahasa Inggris). Kata management tersebut berasal dari kata manage atau
magiare yang berarti melatih kuda dalam melangkahkan kakinya. Dalam pengertian
manajemen tersebut terkandung dua kegiatan, yaitu kegiatan berpikir (mind) dan kegiatan
tingkah laku (action).
Sedangkan menurut Eka Prihatin, Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana mengungkapkan
bahwa manajemen berasal dari bahasa Inggris, yaitu administration sebagai the management
of executive affairs. Dengan pengertian tersebut, manajemen diartikan bukan hanya sekadar
kegiatan tulis-menulis, melainkan pula pengaturan dalam arti luas.2
18
Dari deskripsi di atas, menurut penulis manajemen merupakan rangkaian kegiatan yang
berupa proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan penilaian untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan bersama. Dari definisi yang telah diungkapkan oleh
penulis tersebut, dalam manajemen setidaknya terdapat tiga unsur penting, yaitu sekelompok
orang, kerja sama, dan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam sekelompok orang tersebut ada
seorang manajer yang memfasilitasi kerja sama antaranggotanya untuk meraih tujuan yang
telah ditetapkan secara bersama-sama. Menurut teori manajemen, seorang manajer yang
sukses adalah manajer yang memiliki unsur kepemimpinan (leadership) dan mampu
menerapkan serta mengembangkannya. Dengan kata lain, manajer yang mampu bertindak
sebagai pemimpin (manager as a leader). Jika
Demikian apa sebenarnya perbedaan antara seorang manajer dengan pemimpin? Seorang
manajer adalah orang yang menggunakan wewenang dan kebijaksanaan organisasi untuk
menggerakkan staf atau bawahannya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Itulah sebabnya,
seorang manajer biasanya bertugas untuk mengelola sumber daya fisik berupa modal
(capital), keterampilan- keterampilan manusia (human skill), bahan mentah (raw material),
dan teknologi agar dapat melahirkan produktivitas, efisiensi, tepat waktu (sesuai dengan
rencana kerja), dan kualitas.
Sementara itu, seorang pemimpin (leader) lebih memfokuskan kerjanya pada visi. Ia berusaha
mengajak dan memotivasi staf atau bawahannya untuk bersama-sama mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Itulah sebab mengapa seorang pemimpin (leader) biasanya berusaha
mengelola sumber-sumber emosional dan spiritual yang berupa nilai-nilai (values),
keberpihakan (commitment), dan aspirasi (aspiration) staf atau bawahannya agar dapat
melahirkan kebanggaan dan kepuasan dalam bekerja.
H. Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan.
Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi
anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu
sendiri akar katanya adalah “kelola” ditambah awal “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari
pengelolaan adalah “manajemen” yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.
Menurut Suharsimi Arikunto (1990:2) dalam pengertian umum manajemen disebut juga
19
dengan pengadministrasian, pengaturan, atau penataan suatu kegiatan. Dalam pengertian
lainnya pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan belajar mengajar atau membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal
sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan
I. Pengertian Kelas
Menurut Nawawi mengartikan kelas sebagai suatu masyarakat kecil yang merupakan
bagian dari masyarakat sekolah sebagai satu kesatuan diorganisasikan menjadi unit kerja
yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang kreatif
untuk mencapai tujuan.
Secara sederhana, kelas dapat diartikan sebagai unit kerja terkecil di sekolah yang
digunakan sebagai tempat untuk kegiatan belajar mengajar. Pembagian kelas sebagai sebuah
unit biasanya ditentukan oleh jenjang usia peserta didik. Misalnya untuk jenjang peserta didik
usia 6 hingga 12 tahun yang belajar di SD, mereka belajar mulai dari kelas I, II, III, IV, V,
dan VI. Kemudian, untuk jenjang peserta didik usia 12 hingga 14 tahun yang belajar di SMP
mereka belajar mulai dari kelas VII, VIII, dan IX. Sementara itu, di tingkat SMA yang
peserta didiknya berusia 15-17 tahun, kelas ditentukan bukan hanya dengan jenjang dan
umur, tetapi juga minat peserta didik. Misalnya, setelah belajar di kelas X, peserta didik naik
ke kelas XI kemudian XII dan diperkenankan memilih program yang ia minati, misalnya
program IPA, IPS, atau Bahasa sehingga ada kelas XI IPA, XI IPS, XI Bahasa, XII IPA, XII
IPS, dan XII Bahasa.
Kelas yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang sedang melakukan kegiatan
belajar bersama di bawah kepemimpinan seorang guru dilingkupi oleh berbagai kondisi. Ada
kondisi kelas yang diharapkan Kondisi kelas yang diharapkan adalah kondisi kelas yang
mendukung keberhasilan kegiatan belajar-mengajar. Sementara kondisi kelas yang tidak
diharapkan sudah tentu mendukung keberhasilan kegiatan belajar-mengajar.
20
dan memberikan kepuasan kepada peserta didik setelah melaksanakan kegiatan belajar di
kelas Tentu saja semua guru menghendaki kondisi kelas yang dapat mendukung keberhasilan
kegiatan belajar-mengajar.
Untuk itu, guru harus berusaha menciptakan kondisi kelas yang diharapkan. Usaha
tersebut akan efektif jika:
• Guru mengetahui secara tepat factor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi
yang menguntungkan dalam kegiatan belajar-mengajar;
• Guru mengenal masalah-masalah yang diperkirakan muncul dalam kegiatan belajar-
mengajar yang dapat merusak iklim belajar di kelas;
• Guru menguasai berbagai pendekatan dalam manajemen kelas dan mengetahui kapan
dan untuk masalah apa suatu pendekatan digunakan.
Dan sebagai seorang leader di kelas, guru berupaya memotivasi peserta didik serta
menanamkan nilai-nilai kebaikan yang harus diyakini dan diaplikasikan oleh peserta sebagai
seorang manajer di kelas, guru bertugas untuk mengelola sarana di kelas, mengelola potensi
menggunakan teknologi dalam mengelola kelas agar peserta didik serta dapat melahirkan
produktivitas kerja, efisiensi, tepat waktu (sesuai dengan pembelajaran), dan kualitas kegiatan
belajar-mengajar.
Pengelolaan Ruang Kelas ini meliputi ketatalaksanaan atau pengaturan kelas, dan pengaturan
ventilasi, tempat duduk peserta didik, dan alat peraga pembelajaran.
Dalam hal ini berkaitan dengan pemberian stimulus dalam membangkitkan dan
mempertahankan kondisi motivasi peserta didik untuk berperan aktif dan terlibat dalam
kegiatan belajar di kelas.
Komponen adalah bagian dari keseluruhan atau unsur yang membentuk suatu system
atau kesatuan. 6 dan komponen-komponen yang dikelola dalam kelas tersebut yaitu :
21
a. Adanya tujuan yang hendak dicapai.
b. Adanya siswi yang menjadi subyek dan obyek yang aktif.
c. Adanya guru yang melaksanakan kurikulum
d. Adanya materi atau bahan pembelajaran yang menjadi isi kegiatan.
e. Adanya sarana dan prasarana yang menunjang terselenggaranya pembelajaran.
f. Adanya metode untuk mencapai tujuan
g. Adanya situasi yang memungkinkan proses pembelajaran dapat berjalan dengan
lancar.
h. Adanya penilaian untuk mengetahui proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen adalah melakukan pengelolaan sumber daya yang memiliki oleh sekolah
atau organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode, material, mesin dan
pemasaran yang dilkukan dengan sistematis dalam suatu proses.sedangkanseperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu.
4) Penilaian kurikulum.
5) Perbaikan Kurikulum.
1) Produktivitas.
2) Demokrasi.
3) Kooperatif.
Dalam kurikulum terdapat sejumlah hal yang mendukung terhadap proses menejemen
kurikulum, antara lain dapat dikemumakan dibawah ini :
c) Faktor politik
d) Faktor ekonomi
a) Ketidaksinambungan dan ke tidak sinergian antara pendidik yang ada di lapangan dengan
pendidik yang memberikan kebijakan di atasnya.
d) Kualifikasi pendidikan guru yang tidak sesuai dengan bidangnya, yang berujung pada
tingkat profesionalisme guru dalam kegiatan pembelajaran atau penyampaian materi
pelajaran.
24
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di
sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru melaksanakan dua
kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar
pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar
siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-
mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai
tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Keberhasilan guru mengajar di kelas tidak cukup bila hanya berbekal pada pengetahuan
tentang kurikulum, metode mengajar, media pengajaran, dan wawasan tentang materi yang
akan disampaikan kepada anak didik. Di samping itu guru harus menguasai kiat manajemen
kelas. Guru hendaknya dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang
menguntungkan bagi anak didik supaya tumbuh iklim pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan. Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas
fisik dan rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan
mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.
25
DAFTAR PUSTAKA
Jahja, Yudrik, dkk. 2005. Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Raudlatul Athfal. Jakarta:
Departemen Agama RI.
Oviyanti, Fitri, dkk. 2015. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran. Palembang: Noer
Fikri.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Seri II: Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada.
Tim Pengembang MKDP. 2013. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
http://sayamakalah.blogspot.com/2015/12/makalah-manajemen-kurikulum.html
http://kiswankurikulum.blogspot.com/
http://syahdansejarah.blogspot.com/2012/04/manajemen-kurikulum.html
http://sumberbelajarangga.wordpress.com/2012/12/10/makalah-manajemen-
kurikulum-dan-pembelajaran/
Djamarah, Syaful Bahri, Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
26