Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI BENIH


PRODUKSI PEMBIBITAN JAMUR TIRAM Pleurotus ostreatus F2 DAN F3 DI
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG

Dosen Pengampu:
R. Hermawan, SP. MP.

Oleh

Ihsan Setiawan ( 03.06.19.01 )


Irvan Khakiki ( 03.06.19.0119 )
Muhammad Praditya Dimas ( 03.06.19.0092 )

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI BENIH


JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
KEMENTERIAN PERTANIAN
2022
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL
MATA KULIAH KEWIRUSAHAAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI BENIH

PRODUKSI PEMBIBITAN JAMUR TIRAM Pleurotus ostreatus F2 DAN F3 DI


POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG

Oleh:
Ihsan Setiawan ( 03.06.19.01 )
Irvan Khakiki ( 03.06.19.0119 )
Muhammad Praditya Dimas ( 03.06.19.0092 )

Mengetahui,
Ketua Program Studi Dosen Pengampu

Agus Wartapa, SP., MP. R. Hermawan, SP., MP.


NIP. 196106271987031001 NIP. 197111101999031001
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan
masyarakat. Saat ini jamur yang sangat populer untuk dikonsumsi oleh masyarakat
luas diantaranya adalah jamur tiram dan jamur merang. Selain mudah untuk
dibudidayakan, jamur tiram dan jamur merang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan
prospektif sebagai sumber pendapatan petani. Jamur tiram dan jamur merang
mempunyai keunggulan seperti kandungan protein yang tinggi serta asam amino yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Secara umum
proses budidaya jamur meliputi empat tahap yaitu pembuatan biakan murni, biakan
induk, bibit induk dan bibit produksi (Gunawan, 2000).
Budidaya jamur tiram mampu mendatangkan keuntungan yang sangat
menggiurkan baik dilakukan dalam skala kecil maupun besar. Hal ini tidak lepas dari
tingginya permintaan dan nilai jual dari jamur tiram. Kegiatan budidaya jamur tiram
di Indonesia, masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan kebutuhan atau
permintaan dari konsumen tiap harinya. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan permintaan
jamur tiram yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Menurut data dari Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2008 kebutuhan masyarakat terhadap jamur tiram untuk
kota Yogyakarta membutuhkan 200 - 250 kg per hari, Semarang 350 kg per hari,
Bandung 500 kg per hari, Tasikmalaya 300 kg per hari, Tangerang 3.000 kg per hari.
Kebutuhan tersebut hanya untuk memenuhi permintaan jamur tiram segar saja.
Padahal untuk memenuhi permintaaan pasar jamur tiram tidak hanya dipasarkan
dalam keadaan segar, tetapi juga dapat diolah lebih lanjut menjadi produk olahan siap
saji seperti keripik atau abon. Terbatasnya produksi jamur tiram di Indonesia
dikarenakan oleh beberapa faktor penghambat, salah satunya adalah penyedian bibit
jamur yang berkualitas atau bibit yang bermutu.
Berdasarkan data diatas penulis termotivasi untuk mengembangkan pembibitan
jamur tiram di Daerah Istimewa Yogyakarta. Cukup tingginya tingkat permintaan dan
kebutuhan jamur tiram sebagai bahan konsumsi dengan harga yang cukup terjangkau
tentu akan menarik minat orang-orang untuk membudidayakan jamur tiram. Dalam
hal ini penulis tertarik untuk menyediakan bibit jamur tiram dalam bentuk F2 dan F3
bagi calon petani jamur tiram konsumsi.
B. Tujuan
1. Pemenuhan tugas mata kuliah pengantar kewirausahaan
2. Melatih jiwa kewirausahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari
serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.
Pertumbuhan jamur tiram sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya.
Pada kehidupan alaminya jamur ini tumbuh di hutan dan biasanya tumbuh
berkembang dibawah pohon berdaun lebar atau dibawah tanaman berkayu. Menurut
Triono (2012) budidaya jamur tiram yang baik adalah:
1. Syarat Tumbuh Jamur Tiram
a. Temperatur
Miselium jamur tiram tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara
29- 30° C. Waluapun begitu, dengan temperatur di bawah 29 °C, miselium
jamur masih dapat tumbuh meskipun memerlukan waktu yang lebih lambat.
pertumbuhan tubuh buah jamur tiram yang bentuk seperti cangkang tiram,
memerlukan kisaran suhu antara 25-28 °C selama 8 sampai 10 hari sejak awal
penyiraman.
b. Kelembaban
Kandungan air di dalam subtrat sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur. Terlalu sedikit air akan
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu, bahkan
terhenti sama sekali. Apabila terlalu banyak air, miselium akan membusuk dan
mati. Kandungan air di dalam substrat jamur akan didapat dengan baik bila
dilakukan penyiraman. Jamur tumbuh baik dalam keadaan yang lembab, tetapi
tidak menghendaki genangan air. Miselium jamur tiram tumbuh optimal pada
subtrat yang memiliki kandungan air sekitar 60%. Sedangkan untuk
merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh buah, memerlukan kelembapan
udara sekitar 70-85%.
c. Derajat Keasaman (pH)
Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada pH media yang
netral yaitu antara pH 6,8-7,0. Nilai pH medium diperlukan untuk produksi
metabolisme dari jamur tiram, seperti produksi asam organik.
d. Ketinggian Tempat
Kondisi untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur lebih mudah
dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl. Kemungkinan
budidaya jamur di dataran rendah tidak mustahil, asalkan iklim ruang
penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan jamur.
2. Pembibitan
Bibit yang dapat digunakan adalah F2. Bibit jamur tiram merupakan
penentu kualitas dan produksi jamur tiram. Kualitas bibit yang baik maka
produksi dan kualitas jamur tiram akan baik. Induk bibit jamur didapatkan
dengan memilih sumber indukan yang baik seperti: spora belum dilepaskan,
pertumbuhan miselium cepat, produksi dalam satu rumpun banyak dan
berwarna putih cerah. Indukan ditumbuhkan di media agar kemudian di
turunkan menjadi bibit F1 dan F2 pada media jagung. Bibit F2 ini lah yang
digunakan untuk inokulasi ke baglog.
3. Pembuatan Jamur Tiram
Jamur tiram diproduksi dengan memilih dan membersihkan serbuk
gergaji. Bagian yang besar dan tajam harus dibuang agar tidak merusak plastik
kemasan baglog. Bahan pembuatan baglog di campurkan dalam 100 kg
campuran bahan baglog adalah 80 kg serbuk gergaji, 18 kg dedak padi, kapur
2 kg dan air sampai kadar air mencapai 60%. Bahan yang sudah siap
kemudian dicampurkan higga rata. Campuran bahan dimasukan ke dalam
plastik Polypropylene transparan dengan ukuran 20 x 35 cm dan tebal 0,3.
Media harus dipadatkan agar terbentuk baglog yang baik. Media yang bagus
adalah kepadatannya merata sehingga miselium akan lebih mudah dalam
berkembang dan menjalar. Pengisian dilakukan setinggi 20 cm.
Plastik yang berisi campuran baglog kemudian ditutup mulut
baglognya menggunakan cincin dan tutup baglog. Baglog yang sudah jadi
selanjutnya siap disterilisasi dalam wadah sampai dengan suhu 100oC. Baglog
yang sudah steril dibiarkan selama 8 jam atau sampai dingin pada ruangan
yang tertutup untuk selanjutnya dilakukan penanaman bibit. Media yang sudah
ditanami bibit disimpan di atas rak. Biarkan sampai seluruh media ditumbuhi
dan tertutup miselium. Setelah seluruh baglog media ditumbuhi miselium,
tutup kapas dan cincin pada bagian atas baglog tersebut dibuka. Kelembaban
lingkungan dipertahankan dengan menyemprot menggunakan sprayer agar
jamur tiram dapat tumbuh dengan baik.

BAB III BAHAN METODE


A. Alat Bahan
1. Baglog yang sudah di sterilisasi
2. Bibit F1 jamur tiram
3. Autoklaf
4. Alcohol 70%
5. Bunsen

B. Cara Kerja
1. Pembuatan F2
Pembiakan tahap kedua atau pembibitan F2 bertujuan memperbanyak
miselium jamur yang berasal dari biakan murni. Pada dasarnya, langkah-langkah
pembiakan tahap kedua tidak berbeda jauhdengan pembiakan tahap pertama (F1),
hanya media dan tempat tubuh yang berbeda. Bahan media tumbuh berupa campuran
serbuk kayu, bekatul dan dolomit dengan komposisi 87% : 12% : 1%. Komposisi
bahan ini adalah komposisi yang digunakan di Jamur Merkah dan merupakan
campuran yang ideal untuk pertumbuhan jamur. Media tumbuh dalam pembiakan F2
harus memenuhi persyaratan ideal pertumbuhan miselium jamur. Media tumbuh
harus mengandung unsur C (karbon) dalam bentuk karbohidrat dalam jumlah yang
cukup tinggi. Media harus mengandung unsur N dalam bentuk ammonium atau nitrat
atau N organik, N atmosfer. Unsur-unsur ini akan diubah oleh jamur menjadi protein.
Syarat lain media tumbuh jamur adalah mengandung unsur Ca yang berfungsi untuk
menetralkan oxalat yang dikeluarkan oleh miselium. pHantara 5,5-6,5, kelembapan
68%, CO2 kurang dari 1%, suhu sekitar 23-25ºC dan memiliki partikel yang agak
kasar supaya tidak mudah memadat sehingga tidak menghambat ruang pertumbuhan
miselium. Campuran bahan media tumbuh berupa serbuk kayu, bekatul dan dolomit
harus memenuhi syarat yang dibutuhkan jamur serta didukung oleh kondisi
lingkungan yang memadai. Berikut fungsi dari masing-masing bahan yang digunakan
sebagai media tanam jamur tiram yaitu:
1) Serbuk kayu
Serbuk kayu merupakan tempat tumbuh jamur kayu yang tergolong sebagai
jamur pengguna selulosa, hemiselulosa, dan ligin yang dapat mengurai dan
memamfaatkan komponen kayu sebagai sumber C. Serbuk gergaji yang digunakan
dalam produksi bibit induk di Jamur Merkah adalah yang berasal dari kayu
sengon(albasia). Pemilihan kayu ini berdasarkan atas sifat kayu yang lunak, karena
semakin lunak kayu maka semakin mudah diuraikan oleh jamur, sehingga
ketersediaan nutrisi dapat cepat terpenuhi. Menurut Gunawan (2001), penggunaan
serbuk gergaji kayu pinus sebagai media tanam sangat tidak dianjurkan. Hal ini
disebabkan oleh kandungan resin pada kayu pinus yang dapat menghambat
pertumbuhan miselium. Jamur tiram termasuk jamur kayu dan hampir semua jenis
kayu terutama kayu keras, dapat digunakan sbagai bahan baku pembuatan substrat
tanam, kecuali kayu pinus. Kayu pinus mengandung terpentin (minyak pelarut cat)
yang memiliki sifat fungisida. Tahap awal pembuatan media tanam adalah
pengomposan serbuk kayu Proses pengomposan serbuk gergaji ini bertujuan untuk
menghilangkan getah dan minyak yang terkandung didalam serbuk gergaji dan
mempercepat penguraian senyawa nutrisi kayu, sehingga mudah dicerna oleh jamur
tiram. Serbuk kayu yang digunakan tersebut harus melalui proses fermentasi
(composting) sebelum digunakan dengan cara biarkan selama beberapa hari kurang
lebih 3-7 hari di alam terbuka. Tumpukan serbuk kayu tersebut harus dijaga
kelembabannya dengan disiram air bersih agar bebas dari kotoran dan cemaran getah
atau minyak.
2) Bekatul
Menurut Agus (2001), sebagai media berkembangnya miselium jamur,
bekatul mengandung vitamin B kompleks dan bahan organik yang dapat merangsang
pertumbuhan tubuh buah. Selain itu jumlah bekatul mengandung beberapa makro
elemen penting seperti Fe dan Mg, penggunaan bekatul dalam jumlah yang terlalu
banyak dapat menimbulkan kegagalan pertumbuhan miselium, karena media menjadi
mudah terkontaminasi oleh mikroba. Bekatul dipilih yang masih segar, bersih (tidak
tecampur sekam atau kotoran lain), dan berkualitas baik (lembut). Penyimpanan
bekatul dalam waktu yang cukup lama akan menggumpal dan mengalami fermentasi
(pembusukan) serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat
mengganggu pertumbuhan jamur, semacam ini kurang baik untuk campuran media
tumbuh pembiakan jamur tiram.
2. Pembuatan F3
a. Pencampuran
Jika semua komposisi sudah tersedia dan lengkap, maka pencampuran semua
bahan siap untuk dilakukan. Namun sebelumnya yang perlu diperhatikan ialah
keseragaman bentuk partikel-partikel serbuk kayu, serbuk kayu sebaiknya diayak
menggunakan ayakan pasir agar didapat bentuk yang sama. Pada saat pencampuran
berlangsung, tambahkan kadar air pada media dengan menyiraminya, sebagai catatan
hindarilah terjadinya gumpalan-gumpalan yang akan menyebabkan bahan memiliki
kadar air yang tinggi. Pencampuran harus rata dan lembut.
b. Pengomposan
Pengomposan ialah menumpuk media tanam setinggi 50 cm, lalu ditutup
menggunakan lembaran plastik selama 2 hari hingga suhu mencapai 50 C dengan
kadar air 50-65 % dan pH 6-7. Langkah ini bertujuan untuk menguraikan senyawa-
senyawa yang ada pada media tanam sehingga mudah diserap oleh jamur. Jika media
tanam mudah dihancurkan dan tidak meneteskan air dalam jumlah banyak maka
media tersebut sudah memenuhi syarat.
c. Pembungkusan
Setelah kedua langkah diatas diselesaikan dengan baik, maka tahap
selanjutnya adalah memasukkan media tanam kedalam plastic tebal (polipropilen)
dengan ukuran 20 x 30 cm dengan kapasitas 1000 gr.
Setelah semua media terbungkus kedalam plastik, pemadatan dengan cara manual
ataupun mesin PRESS BAGLOG harus dilakukan dengan teliti agar tidak terjadi
pengerasan media yang akan menyebabkan jamur sulit untuk tumbuh. Menggunakan
mesin PRESS BAGLOG memberikan keuntungan dalam efisiensi waktu dan jumlah,
serta katepatan tekstur media.
Tinggi baglog sekitar 20 cm dengan kedlaman lubang tanam ditengah sekitar 10 cm
yang berdiameter 2,5 cm. ujung plastic yang tebuka dipasang cincin baglog / paralon
yang dipotong menyerupai cincin baglog lalu ditutup dengan kapas atau kain perca.
Untuk menghasilkan media tanam yang baik memerlukan proses yang
panjang, sebelum media dapat ditanam, proses menyeterilkan baglog menggunakan
steamer/autoclave lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang efektif, efisien dan
maksimal. Mesin ini terbilang cukup mahal, karena dapat menampung baglog sesuai
kebutuhan anda. Biasanya mesin ini banyak dimiliki oleh pengusaha bermodal besar.
Namun jangan berkecil hati, bagi pemula mesin steamer dapat digantikan dengan
drum berukuran besar dengan tinggi 150 cm diameter 60 cm.
Steamer autoclave harus terbuat dari baja supaya tidak terjadi ledakan karena
tekanan tinggi selama proses pemansasan uap air yang mencapai temperature 85 C.
boiler harus dilengkapi dengan thermometer sebagai pengukur tekanan uap.
Ruang sterilisasi ini harus dibuat dengan bentuk persegi bahan beton.
Didalam ruangan di buat rak-rak sebagai tempat penyususnan baglog dan di lakukan
10-14 jam.
INOKULASI
Setelah mengalami pengovenan, baglog didinginkan di suhu ruangan hingga
12 jam hingga suhu mencapi 35 C – 40 C, jika suhu masih melebihi standar maka
bibit jamur tidak akan tumbuh. Proses penanaman bibit jamur kedalam baglog dalam
keadaan normal pada ruangan yang steril disebut INOKULASI. Proses ini harus
dilakukan dengan cepat untuk mencegah masuknya mikroba kedalam baglog.
Lakukanlah dengan partner anda, satu orang menanam bibit dan yang lain menutup
kembali baglog yang sudah di beri bibit.

Persiapkanlah bahan2 berikut sebelum melakukan inokulasi:


1. Ruang tertutup
2. Lampu (api) spiritus kecil
3. Bibit jamur tiram
4. Pinset
5. Alcohol 70 %
Setelah persiapan anda selesai, berikut langkah melakukan proses inokulasi:
1. Semprotkan alcohol 70 % untuk mensterilkan ruangan, tangan dan kaki anda.
Pinset juga harus disetrilkan dengan dicelupkan kedalam alcohol.
2. Menyiapkan bibit yang sudah dijadikan bagian yang kecil2.
3. Proses ini dilakukan didekat nyala api spirtus untuk menjaga kesterilan.
4. Tutup baglog dibuka, bibit dari botol diambil menggunakan pinset lalu
dimasukkan kedalam baglog. Untuk hasil yang baik, satu botol bibit jamur F2
minimal dibagi kedalam 25 baglog.
5. Tutup baglog segera ditutup oleh partner anda.

C. Pembagian Kerja
Penanggung Jawab Produksi :
Ihsan Setiawan
Penanggung Jawab Lapangan :
Muhammad Praditya Dimas
Irvan Khakiki
BAB IV ANALISA USAHA
A. SWOT

INTERNAL STRENGTHS WEAKNESSES

EKSTERNAL (S) (W)

a. Menjaga dan a. Memaksimalkan


meningkatkan produksi guna
kualitas produk. meningkatkan
Strategi ini terkait pangsa pasar
dengan strategi b. Pemanfaatan
bauran pemasaran teknologi dalam
tentang produk proses produksi
(product). yang semakin
b. Meningkatkan nilai berkembang
tambah dengan c. Peningkatan
OPPORTUNITIES melakukan efisiensi produksi
(O) pengolahan produk untuk
sisa dan meningkatkan
pemanfaatan limbah daya saing.
baglog dari hasil
produksi.
c. Meningkatkan
kualitas SDM
anggota kelompok
dalam penanganan
pasca panen.

a. Membentuk kemitraan Penghematan melalui


dengan kelompok lain efisiensi biaya.
atau asosiasi dengan
pembuat
baglog/pembudidaya
THREATS jamur sehingga mampu
(T) mencapai kesepakatan
harga.
b. Kerjasama dengan
kelompok lain dalam
hal keserempakan
waktu untuk membuat
baglog dan budidaya
jamur, sehingga
apabila ada hama atau
penyakit seluruh
pembuat baglog atau
pembudidaya jamur
tiram tidak terserang
semua.

B. RESIKO USAHA
Beberapa resiko yang mungkin timbul dalam budidaya jamur tiram
antara lain disebabkan oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal.
1. Faktor Internal
a) Kesalahan kalkulasi dan administrasi. Hal ini paling sering terjadi,
managemen yang buruk menghancurkan setiap bisnis. Terkadang
kita sering menggampangkan perhitungan, yang mungkin masih
menggunakan sistem kekeluargaan, dan mengakibatkan pengeluaran
tidak terkontrol, atau bahkan pengeluaran dan pemasukan tidak
dihitung semestinya.
b) Kegagalan produksi. Tidak semudah yang dipikirkan! Melakukan
budidaya jamur harus memperhatikan berbagai faktor dan perawatan
yang benar. Lebih jelasnya
c) Kesalahan Distribusi. Hal ini sering kali diabaikan oleh petani atau
pengusaha jamur pemula. Tudung Jamur Tiram sangat rentan hama.
2. Faktor Eksternal
a) Serangan serangga atau lalat terhadap jamur sangat besar. Jika tidak
diatasi dengan baik akan menghancurkan segala upaya budidaya
jamur tiram anda. Butuh penangan khusus untuk mengatasi masalah
ini.
b) Faktor alam tidak bisa dianggap remeh. Bisa saja terjadi angin besar,
banjir, dan hal yang terduga lainnya. Sehingga tempat yang
digunakan untuk melakukan budidaya sebaiknya aman dari gangguan
semacam ini.
c) Harga jual yang menurun tajam. Tentu saja hal ini sangat tidak
diinginkan, tetapi bisa saja terjadi. Berdasarkan ilmu ekonomi,
semakin banyak permintaan maka semakin banyak produksi, dan
persaingan harga akan bermain. Begitupula sebaliknya, jika
permintaan sedikit sementara hasil produksi melimpah, maka harga
yang ditawarkan akan menurun tajam
C. ANALISIS PESAING
1. Adanya peluang yang cukup besar dalam menjalankan bisnis jamur tiram,
tidak menutup kemungkinan banyak orang tertarik melakukan bisnis ini,
sehingga akan terjadinya peningkatan jumlah pembudidaya jamur tiram putih.
Terjadinya peningkatan jumlah pelaku bisnis jamur tiram maka akan
menyebabkan peningkatan persaingan, dan ini merupakan ancaman bagi pelaku
bisnis jamur tiram UD. Kenanga.
2. .Pengaruh Pergantian Musim/ cuaca Terhadap Usaha Jamur Tiram Musim
kemarau merupakan salah satu faktor ekternal yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan jamur tiram, karena suhu udara yang tinggi akan bisa
menghambata pertumbuhan jamur dan akan berimplikasi langsung terhadap
tingkat produksi. Pertumbuhan jamur tiram memerlukan suhu dingin dengan
tingkat kelembaban udara yang tinggi.
3. .Tuntutan Konsumen Terhadap Kualitas Kualitas jamur dapat dilihat dari
penampilan fisiknya, bentuk tudung jamur bul;at tidak pecah warna putih bersih
tidak kekuningan, dan tanpa menyertakan batan 380 d.Kenaikan Harga Bahan
Bakar Sterilisasi baglog dilakukan agar bakteri-bakteri atau jamur- jamur liar
yang ada dalam media tidak tumbuh saat baglog diisi dengnan bibit jamur tiram
putih. Sterilisasi dilakukan dengan merebus atau men stem baglog dengan
menggunakan tungku yang bisa dibuat dari drum. Proses sterilisasi dilakukan
pada suhu 100oC dalam waktu 8 – 10 jam, dengan menggunakan kayu bakar
sebagai bahan bakar. Ketersediaan bahan bakar kayu di kota mataram merupakan
kendala utama dalam proses sterilisasi.
4. Luasnya Pangsa Pasar Jamur Tiram
Ada beberapa jenis jamur konsumsi, diantaranya adalah jamur tiram putih yang
mana jamur tiram putih ini merupakan salah satu jamur yang paling digemari
oleh masyarakat, secara proporsional bisa mencapai 30% dari semua jamur
konsumsi yang ada di Indonesia. Segmentasi pasar jamur tiram putih adalah dari
pasar tradisional, mimi market, super market, rumah makan, restoran.
5. Daya Beli Masyarakat Relatif Tinggi
Daerah Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi wisata setelah, ini
merupakan salah satu faktor yang dapat menggerakan perekonomian daerah
Yogyakarta, pergerakan yang dinamis memberikan suatu indikasi bahwa daya
beli masyarakat akan semakin meningkat.
6. Selera Masyarakat Terhadap Produk Jamur Tiram Cukup Tinggi
Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur yang sudah sangat dikenal
dikalangan semua lapisan masyarakat, karena kandungan gizinya yang tinggi,
rasanya enak dan dapat diolah menjadi berbagai produk olahan.
7. Tekonologi
Kemajuan teknologi yang begitu pesat di era globalisasi ini memungkinkan bagi
pengusaha jamur tiram untuk mengembangkan usahanya lebih cepat dan lebih
efisien

D. PELUANG PASAR
Jamur konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan
bahan makanan sumber protein yang cukup digemari masyarakat. Dalam skala
industri atau semi-industri, terdapat kurang lebih sepuluh macam jamur konsumsi
yang sering di budidayakan. Di antara jenis jamur yang dibudidayakan, jamur tiram
merupakan jenis jamur yang cukup populer yang banyak dibudidayakan dan
dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia (Rahmat, 2011).
Budidaya jamur tiram merupakan salah satu peluang agribisnis atau bisnis di
bidang pertanian yang menguntungkan. Jamur tiram memiliki banyak kandungan
nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Di tengah meningkatnya minat
masyarakat untuk menjalani gaya hidup sehat, yang salah satunya adalah dengan
mengkonsumsi menu vegetarian, jamur tiram menjadi salah satu bahan pangan
andalan. Jamur bisa diolah menjadi berbagai produk kuliner yang lezat. Hal inilah
yang membuat prospek bisnis pembibitan jamur tiram amat menggiurkan dan
peluangnya pun masih sangat terbuka lebar.
Komoditas jamur memiliki prospek yang baik, selain pasarnya luas juga
pengembangan produknya sangat beraneka ragam. Selain itu agribisnis jamur
merupakan agribisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan, terbukti bahwa semua
limbahnya mampu didaur ulang dan dimanfaatkan kembali.
Alasan mengambil kegiatan produksi bibit jamur tiram karena hasil analisa
mengenai peluang pasar jamur tiram putih (Pleurotus Ostreotus) tidak terbatas pada
baglog/ bibit jamur saja. banyak produk turunan yang bisa dihasilkan, seperti jamur
segar hasilpanen, jamur kalengan, kripik jamur, abon jamur, nungget jamur, dan sate
jamur. Dengan semakin banyaknya ragam olahan jamur, nilai jual jamur akan
semakin bertambah dan peluang pasar juga semakin terbuka lebar
E. METODE PEMASARAN
1. Promo (buy 10 bring 13 berlaku kelipatan di pembelian 1 dan 2, gratis ongkir
wilayah yogya kota, bundling minim buy 50 baglog discount 60% up to 30
ribu S&K berlaku), pembelian langsung ke lokasi discount 10% tanpa
minimum pembelian
2. E-business (penjualan via whatsapp, e-commerce shopee dan tokopedia,
instagram reels, facebook)
3. Promo by friends (pemasaran dari teman ke teman, dengan cara teman
mempromosikan produk baglog dan pembeli yang mengetahui informasi dari
teman kita akan mendapat discount 5%, teman kita yang mempromosikan juga
akan mendapat keuntungan 5% dari total pembelian).

F. Rencana Anggaran Biaya


Kelengkapan Kumbung Jamur
Qty Nama Barang Harga (Rp.) Total (Rp.)
1 roll Terpal ukuran 4x6 meter 150.000 150.000
1 Palu 20.000 20.000
10 Bambu 10.000 100.000
1 Gergaji 50.000 50.000
½ kg Paku 10.000 10.000
1 Meteran 32.000 32.000
1 Parang 48.000 48.000
1 Tang 17.000 17.000
1 kg Kawat Putih 21.000 21.000
1 Sprayer swan 50.000 50.000
3 orang Gaji pekerja+konsumsi 50.000 150.000
Total Rp. 648.000

Bahan budidaya bibit jamur


Qty Nama Barang Harga (Rp) Total (Rp)
150 Baglog steril tanpa isi 2.000 300.000
2 botol Bibit Jamur tiram F1 20.000 40.000
2 botol Bibit Jamur tiram F2 20.000 40.000
150 Botol kaca steril isi media 2.200 330.000
tanpa bibit
1 Pinset 20 cm 15.000 15.000
1 Spatula lab 18 cm 17.000 17.000
1 Botol Bunsen spiritus 37.000 37.000
1 liter Spiritus 20.000 20.000
1 kg Kapas 40.000 40.000
Total Rp. 839.000
Total Rp. 1.487.000
Keseluruhan

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi strategi pemasaran jamur
tiram putih :

• Faktor Kekuatan : besaran modal yang terjangkau, tenaga kerja yang


berkompeten, kualitas produk yang memadai, lokasi perusahaan strategis, harga
bersaing dan mampu memproduksi bibit sendiri.

• Faktor kelemahan : tingkat produksi rendah, belum melakukan diversifikasi


produk jamur tiram putih, tidak adanya sistem pemasaran produk jamur tiram
putih, lahan propoduksi terbatas, manajemen keuangan belum profesional, tidak
ada kegiatan promosi produk jamur.

• Faktor peluang : luasnya pangsa pasar, daya beli masyarakat tinggi, adanya
intervensi pemerintah,permintaan produk jamur tiram semak in meningkat,
kemajuan teknologi.

• Faktor ancaman : adanya persaiangan antar perusahaan yang sejenis, adanya


pergantian musim, tuntutan konsumen terhadap kualitas produk jamur,kenaikan
harga bahan bakar.

B. Saran
Daftar Pustaka

Gunawan, A.W. 2004. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta : UI Press.

Hermawan, Erpan, Soetoro, Tito Hardiyanto. 2017. Strategi Pemasaran Jamur Tiram (Studi
Kasus Pada Perusahaan Margi Mulyo Di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja
Kabupaten Cilacap). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh Volume 4 Nomor
3, Sepetember 2017. Ciamis : Agroinfo Galuh

Rahmat, Suryani dan Nurhidayat. 2011. Untung Besar Dari Bisnis Jamur Tiram. Agromedia
Pustaka: Jakarta

Retnaningsih, Nugraheni, Bambang N.C. 2017. Strategi Pengembangan Jamur Tiram


(Pleurotus Ostreatus) Di Kelompok Tani Aneka Jamur Desa Gondangmanis
Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar. SEPA : Vol. 14 No.1
September 2017 : 61 – 68 . Sukoharjo : Universitas Veteran Bangun Nusantara
Sukoharjo

Anda mungkin juga menyukai