Anda di halaman 1dari 17

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Sejarah Islam Indonesia Dese Yoeliani Wikaryo, M. Pd

BEBERAPA TEORI MASUKNYA AGAMA ISLAM KE INDONESIA


TEORI GUJARAT, PERSIA, DAN ARAB

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Ahmad Murtadha (190101010979)


Laily Ahyani (190101010889)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
BANJARMASIN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya dengan judul “Beberapa Teori Masuknya Agama Islam Ke Indonesia
Teori Gujarat, Persia, Dan Arab”. Shalawat serta salam tak lupa pula kita haturkan
kepada junjungan kita baginda Nabi besar Muhammad SAW.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dese Yoeliani Wikaryo, M.Pd.
selaku dosen pengampu kami dalam mata kuliah “Sejarah Islam Indonesia”, juga
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta motivasi kepada kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan bagi kita semua dan bermanfaat di waktu yang akan datang.

Banjarmasin, 4 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. Teori Masuknya Agama Islam Ke Indonesia....................................... 2
a. Teori Gujarat................................................................................... 2
b. Teori Persia..................................................................................... 3
c. Teori Arab....................................................................................... 4
d. Teori Cina....................................................................................... 5
B. Saluran Dan Cara-Cara Islamisasi Di Indonesia.................................. 5
a. Saluran Perdagangan...................................................................... 5
b. Saluran Perkawinan........................................................................ 6
c. Saluran Tasawuf............................................................................. 6
d. Saluran Pendidikan......................................................................... 7
e. Saluran Kesenian............................................................................ 7
f. Saluran Politik................................................................................ 7
C. Bukti-Bukti Masuknya Islam ke Indonesia.......................................... 8
a. Di Sumatra...................................................................................... 8
b. Di Jawa........................................................................................... 8
c. Di Kalimantan................................................................................. 9
d. Di Maluku....................................................................................... 9
e. Di Sulawesi..................................................................................... 9
D. Perkembangan Islam Di Indonesia....................................................... 9
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................... 12
B. Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedatangan agama islam pada abad ke-7 ke dunia dianggap oleh sejarawan sebagai
pembangun dunia baru dengan pemikiran baru, cita-cita baru, kebudayaan serta peradaban
baru.1 Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam
suku bangsa, organisasi pemerintahan, struktur ekonomi, dan sosial budaya. Suku bangsa
Indonesia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pedalaman, jika dilihat dari sudut
antropologi budaya, belum banyak mengalami percampuran jenis-jenis bangsa dan budaya
dari luar, seperti dari India, Persia, Arab, dan Eropa. Struktur sosial, ekonomi, dan budayanya
agak statis dibandingkan dengan suku bangsa yang mendiami daerah pesisir. Mereka yang
berdiam di pesisir, lebih-lebih di kota pelabuhan, menunjukkan ciri-ciri fisik dan sosial
budaya yang lebih berkembang akibat percampuran dengan bangsa dan budaya dari luar.
Meskipun persoalan ini bukan hal baru, namun mendiskusikannya kembali akan
selalu memberi manfaat, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan yang tidak pernah
mengenal titik terminasi. Kemungkinan sejarah selalu terbuka untuk ditulis ulang didasarkan
pada beberapa hal, di antaranya adalah ditemukannya data baru, berkembangnya teori dan
metodologi yang membuka peluang dilakukannya interpretasi baru (reinterpretasi), dan sudut
pandang kajian yang berbeda.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Teori Masuknya Agama Islam ke Indonesia?
2. Bagaimana Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia?
3. Apa Saja Bukti-Bukti Masuknya Islam ke Indonesia?
4. Bagaimana Perkembangan Islam di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Apa Saja Teori Masuknya Agama Islam ke Indonesia
2. Memahami Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia
3. Mengetahui Bukti-Bukti Masuknya Islam ke Indonesia
4. Mengetahui Perkembangan Islam di Indonesia

BAB II
1
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia (Jakarta: Rajawali Press,2012), h.1.

1
PEMBAHASAN
A. Teori Masuknya Agama Islam Ke Indonesia
Suatu kenyataan bahwa kedatangan islam ke Indonesia dilakukan secara damai. 2 Islam
dalam batas tertentu disebarkan oleh pedagang kemudian dilanjutkan oleh para guru agama
(da’i) dan pengembara sufi. Tidak ada catatan sejarah atau prasasti pribadi yang sengaja
dibuat untuk mengabdikan peran pedagang ditambah lagi wilayah Indonesia yang sangat luas
dengan perbedaan dan situasi kondisi. Oleh karena itu, wajar kalau terjadi perbedaan
pendapat tentang kapan, dari mana dan dimana pertama kali islam datang ke nusantara.
Tentang masanya, ada yang mengatakan pada abad pertama, kedua hijriah, dan sebagainya.
Mengenai di mana, para ahli sepakat yaitu dipesisir sumatera bagian utara, hanya
perbedaannya, ada yang mengatakan di Perlak atau Pase, ada juga yang mengatakan di Aceh
Besar atau di Jaya dan ada pula yang mengatakan di Barus.3
Juned Parinduri berpendapat bahwa di Barus Tapanuli didapatkan sebuah makam yang
berangka tahun Haa-Miim yang berarti tahun 48 H atau 670 M dengan demikian agama islam
sudah masuk di Barus Tapanuli Sumatera Utara pada tahun 670 M. 4 Kebanyakan teori yang
ada dalam segi-segi tertentu gagal menjelaskan kedatangan islam, konversi agama yang
terjadi, dan proses-proses islamisasi yang terlibat di dalamnya.5 Setidaknya, ada tiga teori
yang dikembangkan para ahli mengenai masuknya islam di Indonesia: “Teori Gujarat”,
“Teori Persia”, dan “Teori Arab”.
Teori-teori itu selalu dikaitkan dengan jalur pelayaran dan perdagangan antara dunia
arab dengan Asia Timur. Pulau Sumatera misalnya, karena letak geografisnya, sejak awal
abad pertama Masehi telah menjadi tumpuan perdagangan antar bangsa dan pedagang-
pedagang yang datang ke Sumatera. 6 Ada sejumlah teori yang membicarakan mengenai asal-
muasal Islam yang berkembang di Nusantara. Antara lain:
a. Teori Gujarat (India)
Teori ini dinamakan teori Gujarat bertolak dari pandangan yang menyatakan asal
Negara membawa agama Islam ke Nusantara dari Gujarat. Adapun peletak dasar teori ini
adalah Snouck Hurgronje, dalam bukunya L’Arabie et lesIndes Neerlandaises, atau Revue de

2
Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan Kekuasaan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999), h.8.
3
A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), h.3.
4
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h.5.
5
AzyumardiAzra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII
(Bandung: Mizan, 1998), h.24.
6
Departemen Agama, Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Direktorat Jendral
Kelembagaan Agama Islam, 2005), h.41.

2
I’histoire des Religious, jilid [vi]. Snouck Hurgronje lebih menitikberatkan pandangannya ke
Gujarat berdasarkan: a) kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam
menyebarkan agama Islam ke Nusantara. b) hubungan dagang Indonesia-India telah terjalin
lama. c) inkripsi tertua tentang Islam terdapat di Sumatera memberikan gambaran antara
hubungan antara Sumatera dengan Gujarat.
Sejalan dengan pendapat di atas, W.F. Stutterheim, dalam bukunya De Islam en Zijn
Komst In Archipel, menyatakan masuknya agama Islam ke Nusantara abad ke-13.
Pendapatnya didasarkan bukti batu nisan Sultan pertama dari Kerajaan Samudra, yakni Malik
Al-Saleh wafat tahun 1297. Asal Negara yang mempengaruhi masuknya agama Islam ke
Nusantara adalah Gujarat. Dengan alasan bahwa agama Islam disebarkan melalui jalan
dagang antara Indonesia Cambay (Gujarat) Timur Tengah-Eropa. W.F. Stutterheim
berpendapat relief nisan Sultan Malik Al-Saleh bersifat Hinduistis mempunyai kesamaan
dengan nisan di Gujarat. Atas alasan-alasan inilah W.F. Stutterheim tidak berbeda dengan
Snouck Hurgronje, berasal dari Gujarat. Selanjutnya Bernard H.M. Vlekke menandaskan
bahwa Perlak merupakan satu-satunya daerah Islam di Nusantara. Bernard H.M. Vleke
merasa mengetahui secara pasti kapan dan di mana agama Islam masuk ke Nusantara.
Keterangan ini diperkuat dengan inkripsi tertua di Sumatera berangka tahun 1297, lima tahun
setelah kedatangan Marco Polo. Bentuk inkripsi ini berupa nisan bertulisan nama Sultan
Malik As-Saleh.7
b. Teori Persia (Iran)
Teori bahwa ajaran Islam masuk ke Nusantara dari bangsa Persia (atau wilayah yang
kemudian menjadi negara Iran) pada abad ke-13 Masehi didukung oleh Umar Amir Husen
dan Husein Djajadiningrat. Abdurrahman Misno dalam Reception Through Selection-
Modification: Antropologi Hukum Islam di Indonesia (2016) menuliskan, Djajadiningrat
berpendapat bahwa tradisi dan kebudayaan Islam di Indonesia memiliki persamaan dengan
Persia. Salah satu contohnya adalah seni kaligrafi yang terpahat pada batu-batu nisan
bercorak Islam di Nusantara. Ada pula budaya Tabot di Bengkulu dan Tabuik di Sumatera
Barat yang serupa dengan ritual di Persia setiap tanggal 10 Muharam. Akan tetapi, ajaran
Islam yang masuk dari Persia kemungkinan adalah Syiah. Kesamaan tradisi tersebut serupa
dengan ritual Syiah di Persia yang saat ini merujuk pada negara Iran. Teori ini cukup lemah
karena mayoritas pemeluk Islam di Indonesia adalah bermazhab Sunni.8
7
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, Bandung:
Mizan, tt, h. 78.
8
Ilham Choirul Anwar, Penjelasan 4 Teori Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia, https://tirto.id/f8pm
Pada tanggal 1 Maret 2022, Pukul 20.35.

3
Teori ini mendasarkan pada teori mazhab. Ditemukan adanya peninggalan mazhab
keagamaan di Sumatra dan Jawa yang bercorak Syi’ah. Juga disebutkan adanya dua orang
ulama fiqih yang dekat dengan Sultan yang memiliki keturunan Persia. Seorang berasal dari
Shiraz dan seorang lagi berasal dari Iifaham.9 Teori Persia merujuk pada bukti-bukti sejarah
adanya pengaruh Persia di Nusantara pada abad ke-11. Bukti-bukti tersebut kebanyakan
mengacu pada pengaruh Bahasa Persia adalah Bahasa Arab yang digunakan masyarakat
nusantara. Nurcholish Madjid memberi contoh kata-kata asal Arab dengan akhiran ta’
marbuthah yang dalam keadaan berhenti (wakaf) dibaca h, seperti shalat-un dibaca shalah,
zakatun dibaca zakah dan seterusnya, menunjukkan bahwa bahasa-bahasa Nusantara tidak
dipinjam langsung dari Arab tetapi dari bahasa Persia dan bahasa Islam Asia daratan seperti
bahasa Urdu, Pushto, Turki, dan lain-lain.10
c. Teori Arab (Mekkah)
Teori ini menyatakan bahwa Islam di Indonesia, datang dari sumbernya langsung, yaitu
bangsa Arab. Teori ini didukung oleh Naquib al-Attas, Buya Hamka, Keyzer, M.Yunus
Jamil, dan Crawfurd. Dasar teori ini adalah keterangan yang menyatakan bahwa pada abad
ke-7, orang-orang Islam Arab telah ada di pantai Barat Sumatra. Selain itu, ada persamaan
Mazhab yang dianut bangsa Arab dengan Indonesia. Juga digunakannya gelar al-Malik pada
raja-raja Samudra Pasai, sesuai dengan nama-nama Sultan di Mesir. Menurut Thomas W.
Arnold, Coromandel dan Malabar nukam satu-satunya tempat asal Islam ketika mereka
dominan dalam perdagangan Barat - Timur sejak awal-awal abad Hijriah atau abad ke-7 atau
8 Masehi. Hal ini didasarkan pada sumber-sumber Cina mengatakan bahwa menjelang akhir
abad ke-7 seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab-Muslim di
pesisir pantai Barat-Sumatra.11
Di perkampungan-perkampungan ini diberitakan. Orang-orang arab bermukim dan
menikah dengan penduduk local. Lalu membentuk komunitas-komunitas muslim.12
Hubungan Muslim Timur Tengah dan Muslim di wilayah Nusantara ini banyak dikisahkan
oleh pengembara Cina, ITsing, yang pernah menumpang kapal Arab atau Persia dari Kanton
yang berlabuh di pelabuhan sungai Bogha (Musi) di masa kekuasaan kerajaan Sribuza atau
Sriwijaya. Kenyataan bahwa penduduk Sriwijaya dijuluki “Abu” juga memperkuat adanya
kontak Muslim Timumr Tengah dengan Muslim di Nusantara pada sejak abad ke-7 M.
9
Thomas W.Arnold,Sejarah Da’wah Islam, Ter..Nawawi Rambe,(Jakarta: Widjaya,1981), hlm.318.
10
Sumanto Al-Qurtuby, Arus Cina-Islam Jawa Bongkar Sejarah atas Peran Tionghoa dalam
Penyebaran Agama Islam di Nusantara Abad XV & XVI (Jakarta: inspeal Press, 1993), h.18.
11
Ibid., hlm. 318.
12
Anonim, Khilafah dan Jejak Islam: Kesultanan Islam Nusantara (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah,
2011), h. 8-9.

4
d. Teori Cina
Penyebaran Islam di Indonesia juga diperkirakan masuk dari Cina. Ajaran Islam
berkembang di Cina pada masa Dinasti Tang (618-905 M), dibawa oleh panglima muslim
dari kekhalifahan di Madinah semasa era Khalifah Ustman bin Affan, yakni Saad bin Abi
Waqqash. Kanton pernah menjadi pusatnya para pendakwah muslim dari Cina. Jean A. Berlie
(2004) dalam buku Islam in China menyebut relasi pertama antara orang-orang Islam dari
Arab dengan bangsa Cina terjadi pada 713 M. Diyakini bahwa Islam memasuki Nusantara
bersamaan migrasi orang-orang Cina ke Asia Tenggara. Mereka dan memasuki wilayah
Sumatera bagian selatan Palembang pada 879 atau abad ke-9 M. Bukti lain adalah banyak
pendakwah Islam keturunan Cina yang punya pengaruh besar di Kesultanan Demak, kerajaan
Islam pertama di Jawa, seiring dengan keruntuhan Kemaharajaan Majapahit pada perjalanan
abad ke-13 M. Sebagian dari mereka disebut Wali Songo. Dalam buku Sejarah yang ditulis
oleh Nana Supriatna diungkapkan, Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah, putra Raja
Majapahit dari istri seorang perempuan asal Cina yang telah masuk Islam. Raden Patah yang
memiliki nama Cina, Jin Bun, memimpin Demak bersama Wali Songo sejak 1500 M.13

B. Saluran dan Cara-Cara Islamisasi Di Indonesia


Kedatangan Islam ke Indonesia dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan
rakyat umumnya, dilakukan secara damai. Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada
enam, yaitu saluran perdagangan, saluran perkawinan, saluran tasawuf, saluran pendidikan,
saluran kesenian, dan saluran politik.
a. Saluran Perdagangan
Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya ialah melalui
perdagangan. Hal ini sesuia dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad-7 sampai abad
ke-16, perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat, Tenggara dan Timur benua Asia dan
dimana pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia, India) turut serta menggambil bagiannya
di Indonesia. Penggunaan saluran islamisasi melalui perdagangan itu sangat menguntungkan.
Hal ini menimbulkan jalinan di antara masyarakat Indonesia dan pedagang. Dijelaskan
di sini bahwa proses islamisasi melalui saluran perdagangan itu dipercepat oleh situasi dan
kondisi politik beberapa kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri
dari kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan dan perpecahan. Secara
umum Islamisasi yang dilakukan oleh para pedagang melalui perdagangan itu mungkin dapat

13
Ilham Choirul Anwar, Penjelasan 4 Teori Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia, https://tirto.id/f8pm
Pada tanggal 1 Maret 2022, Pukul 21.15.

5
digambarkan sebagai berikut: mulal-mula mereka berdatangan di tempat-tempat pusat
perdagangan dan kemudian diantaranya ada yang bertempat tinggal, baik untuk sementara
maupun untuk menetap. Lambat laun tempat tinggal mereka berkembang menjadi
perkampungan-perkampungan golongan pedangan Muslim dari negeri-negeri asing itu
disebut Pekojan.
b. Saluran Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang paling
memudahkan. Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat mencari
kedamaian diantara dua individu. Kedua individu yaitu suami isteri membentuk keluarga
yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini berarti membentuk masyarakat muslim.
Hal ini dapat dijalankan dengan sederhana, karena tidak memerlukan upacara. Cukup dengan
mengucapkan kalimat Syahadat.14
Saluran Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang atau saudagar dengan
wanitia pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi.Jalinan baik
ini kadang diteruskan dengan perkawinan antara putri kaum pribumi dengan para pedagang
Islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Dari sudut ekonomi, para
pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi,
sehingga penduduk pribumi, terutama putriputri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri
saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka
mempunyai kerturunan, mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-
daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim.
c. Saluran Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf
termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang
meninggalkan bukti-bukti yang jelas pada tulisantulisan antara abad ke-13 dan ke-18. hal itu
bertalian langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia. Dalam hal ini para ahli tasawuf
hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya
dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya.
Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan
lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan
mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama yang ada yaitu agama Hindu ke dalam
ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam

14
Rosita Baiti dan Abdur Razzaq, “Teori dan Proses Islamisasi Di Indonesia”, (Jurnal: Wardah, No.
XVIII Th.2014), h. 143.

6
sehingga mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran
yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah
Fansuri di Aceh, Syeh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini
masih berkembang di abad ke-19 bahkan di abad ke-20 ini.
d. Saluran Pendidikan
Para ulama, guru-guru agama, raja berperan besar dalam proses Islamisasi, mereka
menyebarkan agama Islam melalui pendidikan yaitu dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi para santri. Pada umumnya di
pondok pesantren ini diajarkan oleh guru-guru agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama. Mereka
setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-kitab, setelah keluar dari suatu pesantren
itu maka akan kembali ke masing-masing kampung atau desanya untuk menjadi tokoh
keagamaan, menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi. Semakin terkenal kyai
yang mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai radius
yang lebih jauh lagi.  
e. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari,
musik dan seni sastra.Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak,
Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh,
Ternate dan sebagainya. Contoh lain dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang, yang
digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran agama Islam.
Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut.
Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam.
f. Saluran Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang
raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki
kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi
rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam
setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat
membantu tersebarnya Islam di daerah ini.

C. Bukti-Bukti Masuknya Islam ke Indonesia


Bukti - bukti Masuknya Islam ke Indonesia Untuk mengetahui kapan Islam masuk ke
Indonesia, kita dapat menelusurinya melalui bukti-bukti yang ada (S. Farid, 2013). Bukti-
bukti tersebut antara lain seperti berikut ini.

7
a. Di Sumatra
- Berita Cina zaman Tang tentang adanya masyarakat muslim di daerah Kerajaan
Sriwijaya sejak abad ke-7 Masehi.
- Berita Marcopolo yang singgah di Perlak, sebuah kota muslim di Aceh pada tahun
1292 M.
- Berita Tome Pires (1512-1515) dalam tulisannya Summa Oriental-nya menuliskan
bahwa di bagian pesisir Sumatra Utara dan Timur, yaitu mulai dari Aceh sampai
Palembang sudah banyak masyarakat dan kerajaan-kerajaan Islam.
- Berita dari Ibnu Batutah, yang menyatakan bahwa ia mengunjungi kerajaan Islam
Samudra Pasai pada tahun 1345.
b. Di Jawa
- Batu nisan Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 475 H (1085
M).
- Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang berangka tahun 1419 M.
- Nisan kubur situs Troloyo dan Troulan, di Jawa Timur, Nisan ini menunjukkan
makam orang-orang muslim dengan tarikhnya menggunakan tahun Saka, bukan tahun
Hijriah. Pada nisan pertama yang ditemukan di Troulan, tarikhnya menunjukkan
tahun 1290 Saka (1368 M), sefangkan di Troloyo tarikhnya berkisar antara 1298-1533
Saka (1376-1611). Hal yang sangat menarik adalah pada nisan ditemukan pula
lambang Surya Majapahit sebagai lambang Kerajaan Majapahit.
- Berita Ma-Huan. pada tahun 1413-15 M, ia pernah melakukan pelayaran untuk
mengunjungi pesisir Jawa. Dalam bukunya yang berjudul Ying-yai Sheng-Lan
(Peninjauan Umum tentang Pantai-pantai Samudra) diceritakan keberadaan orang-
orang muslim di Gresik. Keberdaan mereka telah membuktikan bahwa di wilayah
Majapahit, baik di daerah pesisir maupun di pusat kerajaan telah terjadi Islamisasi.
- Berita Tome Pires (1512-1515) menyebutkan bahwa selain masih adanya kerajaan
Hindu-Budha, sudah ada pula kerajaan bercorak Islam di Demak dan daerah-daerah
lainnya di pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, sampai Jawa Barat.
c. Di Kalimantan
- Hikayat Banjar, memberikan informasi mengenai masuknya Islam di Kalimantan
Selatan. Menceritakan bahwa telah terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Nagara
Daha (Kalimantan Selatan) antara Pangeran Samudra dengan Pangeran Tumenggung.
Pangeran Samudra meminta bantuan Demak dengan syarat ia dan rakyatnya kelak
akan masuk Islam. Peristiwa ini terjadi kira-kira pada tahun 1550.

8
- Hikayat Kutai, memberikan informasi masuknya Islam di Kalimantan Timur. Dalam
hikayat ini disebutkan bahwa telah datang dua orang muslim bernama Tuan di
Bandang dan Tunggang Pangarang. Mereka datang ka Kutai untuk memperkenalkan
Islam kepada Raja Mahkota setelah sebelumnya mereka mengislamkan Makassar.
Raja Mahkota masuk Islam setelah merasa kalah dalam beradu kesaktian. Islamisasi
ini diperkirakan terjadi pada tahun 1575 M.
d. Di Maluku
- Tome Pires dan Antonio Galvao mengabarkan bahwa antara tahun 1460-1465, Islam
telah masuk ke Maluku. Raja Ternate telah memeluk Islam dan hanya Raja Ternate
yang disebut Sultan, sedangkan yang lainnya digelari Raja.
- Hikayat Tanah Hitu, ditulis oleh Rijali. Hikayat ini memberikan informasi mengenai
masuknya Islam di Ternate. Diperoleh informasi bahwa ia pernah menemani rajanya
yang bernama Zainal Abidin (1486-1500) ke Giri, Jawa Timur untuk belajar Islam.
Disebutkan pula bahwa Zainal Abidin merupakan Perdana Jamilu dan Hitu.
e. Di Sulawesi
- Tome Pires, memberikan informasi tentang keberadaan Islam di Sulawesi. Menurut
kesaksiannya, pada awal abad ke-16 di Sulawesi banyak sekali kerajaan, yaitu seperti
Gowa- Tallo, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Di daerah Gowa pada abad ke-16, telah
terdapat masyarakat Muslim dan orang-orang Portugis.
- Hikayat Kutai, memberikan informasi masuknya Islam di Makassar oleh Tuan di
Bandang sekitar tahun 1575.

D. Perkembangan Islam Di Indonesia


Islam di Indonesia merupakan salah satu dari tujuh cabang peradaban Islam (sesudah
hancurnya persatuan peradaban Islam yang berpusat di Bagdad tahun 1258. Ketujuh cabang
peradaban Islam itu secara lengkap adalah peradaban Islam Arab, Islam Persi, Islam Turki,
Islam Afrika Hitam, Islam anak benua India, Islam Arab Melayu dan Islam Cina. Islam
masuk ke Indonesia secara damai dibawa oleh para pedagang dan mubaligh. Islam
memperkenalkan toleransi dan persamaan derajat.
Pada abad ke 7 M diduga kuat para musafir dan pedagang Arab, Persia dan India telah
memperkenalkan Islam di Nusantara. Dugaan kuat ini karena sejak abad ke 5 M Samudera
Hindia telah menjadi jalan perdagangan Teluk Persia-Tiongkok yang terus berlanjut pada
abad kemudian.15 Abad ke 8 M, hubungan Nusantara lebih meningkat menjadi hubungan
15
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2001), jilid 2, h.

9
langsung dengan Arab, dan Samudera Hindia semakin ramai dengan pelayaran dan
perdagangan. Pada abad ini juga masa-masa kejayaan Dinasti Abbasiyah (750-1258 M).
Suatu hal yang sangat meyakinkan adalah terjadi aktifitas pelayaran perdagangan semakin
pesat. Pedagang Arab yang sebelumnya hanya sampai ke India, tetapi pada abad ke 8 M ini
sudah sampai ke Nusantara. Hubungan Arab dengan Nusantara sudah berlangsung.16 Dalam
menjalin hubungan antara Nusantara dengan Timur Tengah melibatkan sejarah yang panjang,
bahkan jauh sebelum secara resmi Islam dianut oleh bangsa Indonesia kontak ini sudah
terjadi, antara Arab dan Persia dengan Dinasti Cina yang melakukan pengembaraan sampai
ke Nusantara.
Pada abad ke 13 Masehi kerajaan Pasai secara pasti mulai berdiri, kerajaan Islam di luar
Nusantara mengalami kemunduran yang luar biasa. Sekitar abad ke 16 Masehi, berkaitan
dengan pengiriman tentara kerajaan Demak ke Cirebon, Jayakarta, dan beberapa wilayah
kerajaan Padjajaran yang berkaitan dengan perluasan wilayah perdangangan dan perluasan
pengaruh kekuasaan.
Kedatangan Islam di belahan Indonesia bagian Timur ke Maluku juga tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan perdagangan. Islam masuk ke daerah ini diperkirakan pada abad ke
14 Masehi. Di Kalimantan khususnya di daerah Banjarmasin proses Islamisasi di daerah ini
terjadi kira-kira tahun 1550 berasal dari Demak. 17 Adapun di Sulawesi terutama di bagian
Selatan telah didatangi oleh pedagang Muslim pada abad ke 15 M. Menurut Tome Pires, pada
abad ke 16 di daerah Gowa telah terdapat pedagang Muslim dan orang Portugis, yang telah
melakukan hubungan dagang dengan Gowa raja-rajanya masuk Islam secara resmi 22
September 1605 dengan Sultan Alauddin sebagai sultan yang pertama. Sesudah itu menyusul
Soppeng, Wajo pada tanggal 10 Mei 1610 dan Bone Islam pada tanggal 23 November
1611.18
Perlak di Aceh. Di Jawa berdiri Kerajaan Demak, Pajang, Mataram. Di Sulawesi berdiri
Kerajaan Gowa, Tallo dan Bone. Sedangkan di Maluku berdiri Kerajaan Ternate dan Tidore.
Dengan berdirinya kerajaan Islam di Nusantara ini, maka fase perkembangan Islam
berikutnya adalah fase perkembangan Islam dan politik. Kerajaan Islam tertua adalah Perlak
yang berdiri pada 1 Muharram 225 (840 M) dengan rajanya yang pertama adalah Sultan
Alauddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah. Hasjmy, melandasi pendapatnya itu berdasarkan
215.
16
M. Shaleh Putuhena, Historiografi Haji Indonesia (Yokyakarta: PT. LKiS, 2007), h. 71.
17
JJ Ras, Hikayat Banjar, A Study in Malay Histogriography (The Hague Martinus Nijhoff- KTLV,
1968), h. 430-440.
18
Uka Tjandrasasmita, (Ed), Sejarah Nasional III (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1976), h. 86.

10
naskah-naskah kuno, yakni kitab Idharul Haqq karangan Abu Ishak Makarani al-Fasy, dan
kitab Tazkirah Jumu Sulthan as-Salathin karangan Syekh Syamsul Bahri al-Asyi dan kitab
silsilah raja- raja Perlak dan Pasai.
Penyebaran Islam melalui metode kekuasaan mempunyai peranan penting bagi
perluasan Islam di Indonesia. Beralihnya agama penguasa menjadi Muslim akan diikuti oleh
rakyat dan pendukungnya secara cepat. Islamnya penguasa dapat mempengaruhi penguasa-
penguasa lainnya untuk memeluk Islam sehingga Islam berkembang dengan cepat. Setelah
berdirinya kerajaan Islam, biasanya penguasa mempelopori berbagai kegiatan keagamaan,
mulai dari dakwah Islam, pembangunan masjid, sampai penyelengaraan pendidikan Islam.
Perhatian raja-raja Muslim terhadap pendidikan Islam menjadikan pendidikan Islam
berkembang maju yang dapat menawarkan pelayanan pengajaran bagi keagamaan maupun
kemajuan intelektual Islam di Indonesia.19
Ulama-ulama yang dipilih oleh penguasa sebagai pengajar dan pemuka agama berhasil
mendidik murid-muridnya yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Murid-murid
tersebut terus menyebarkan Islam dan mengajarkan ilmu mereka setelah pulang ke daerah
masing-masing. Jadi kegiatan perluasan Islam sejak awal telah memiliki hubungan timbal
balik dengan lembaga-lembaga pendidikan Islam. Dapat dikatakan bahwa jalan yang
ditempuh oleh pedagang Muslim dalam menyebarkan Islam di Indonesia antara lain melalui
jalur atau saluran perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian, dan politik.20
Sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam itu, perkembangan agama Islam di Indonesia
dapat dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama, penyebaran Islam masih relatif di kota
pelabuhan. Kota pelabuhan juga menjadi istana kerajaan yang kemudian berkembang
menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islamdidatangi murid-murid yang nantinya akan
menjadi da’i-da’i yang menyebarkan Islam lebih lanjut ke daerah-daerah lain. Tahap kedua,
Penyebaran Islam terjadi ketika VOC makin mantap menjadi penguasa di Indonesia. Abad ke
13 VOC merupakan salah satu kekuatan yang ikut bersaing dalam kompetisi dagang dan
politik di kerajaan Islam Nusantara.Tahap ketiga, Terjadi pada awal abad 20, ketika terjadi
liberalisasi kebijaksanaan Belanda.
Demikianlah proses masuknya Islam ke Indonesia, melalui para pedagang, perlahan-
lahan tetapi pasti dan diterima oleh penduduk/masyarakat secara damai. Selanjutnya kontak
Islam juga terjadi di berbagai pulau di Indonesia. Islam mulai menyentuh daerah-daerah
19
Mansur, Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah (Yogyakarta: Global Pustaka Utama,
2004), h. 112.
20
Nur Huda, Islam Nusantara Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia (Jogjakarta: Ar- Ruzz,
2007), h. 44.

11
lainnya seiring dengan tujuan perdagangan atau semata- mata karena pengajaran agama
Islam.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
Demikian makalah tentang Beberapa Teori Masuknya Agama Islam Ke Indonesia
seperti Teori Gujarat, Persia, Dan Arab yang kami buat, mungkin inilah yang diwacanakan
pada penulisan kelompok kami, meskipun penulisan ini masih jauh dari kata sempurna,
minimal kita dapat mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan
kelompok kami, karena kami manusia yang hanya tempatnya dosa dan salah. Kami sebagai
penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekhilafan pada makalah ini, untuk itu
diharapkan ke depannya bagi para pembaca agar lebih memperdalam pembahasan dan lebih
memperbanyak referensi sehingga mengetahui dengan pasti materi yang telah disampaikan
sebelumnya pada makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA
A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1990.
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di Indonesia,
Bandung: Mizan, tt.
Anonim, Khilafah dan Jejak Islam: Kesultanan Islam Nusantara, Bogor: Pustaka Thariqul
Izzah, 2011.
Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan Kekuasaan
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.
AzyumardiAzra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan
XVIII, Bandung: Mizan, 1998.
Departemen Agama, Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Direktorat
Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005.
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2001), jilid 2.
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Ilham Choirul Anwar, Penjelasan 4 Teori Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia,
https://tirto.id/f8pm Pada tanggal 1 Maret 2022, Pukul 20.35.
JJ Ras, Hikayat Banjar, A Study in Malay Histogriography The Hague Martinus Nijhoff-
KTLV, 1968.
Mansur, Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah Yogyakarta: Global Pustaka
Utama, 2004.
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: Rajawali Press,2012.
M. Shaleh Putuhena, Historiografi Haji Indonesia, Yokyakarta: PT. LKiS, 2007.
Nur Huda, Islam Nusantara Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia Jogjakarta: Ar-
Ruzz, 2007.
Rosita Baiti dan Abdur Razzaq, “Teori dan Proses Islamisasi Di Indonesia”, Jurnal: Wardah,
No. XVIII Th.2014.
Sumanto Al-Qurtuby, Arus Cina-Islam Jawa Bongkar Sejarah atas Peran Tionghoa dalam
Penyebaran Agama Islam di Nusantara Abad XV & XVI, Jakarta: inspeal Press, 1993.
Thomas W. Arnold, Sejarah Da’wah Islam, Ter..Nawawi Rambe, Jakarta: Widjaya,1981.
Uka Tjandrasasmita, (Ed), Sejarah Nasional III Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1976.

14

Anda mungkin juga menyukai