Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM SIMULASI TAMBANG TERBUKA

PERENCANAAN TEKNIS PENAMBANGAN TANAH LIAT


UNTUK MENCAPAI TARGET PRODUKSI 432 TON PER
HARI MENGGUNAKAN METODE QUARRY
DI KAMPUNG HINK DISTRIK MANOKWARI SELATAN
KABUPATEN MANOKWARI PAPUA BARAT

DENI W. TAMPUBOLON
201963027

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2021
LAPORAN PRAKTIKUM SIMULASI TAMBANG TERBUKA

PERENCANAAN TEKNIS PENAMBANGAN TANAH LIAT


UNTUK MENCAPAI TARGET PRODUKSI 432 TON PER
HARI MENGGUNAKAN METODE QUARRY
DI KAMPUNG HINK DISTRIK MANOKWARI SELATAN
KABUPATEN MANOKWARI PAPUA BARAT

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah Tambang
Terbuka Pada Program Studi Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Universitas Papua
Tahun Akademik 2021/2022

DENI W. TAMPUBOLON
201963027

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2021
LAPORAN PRAKTIKUM SIMULASI TAMBANG TERBUKA

PERENCANAAN TEKNIS PENAMBANGAN TANAH LIAT


UNTUK MENCAPAI TARGET PRODUKSI 432 TON
PERHARI MENGGUNAKAN METODE QUARRY
DI KAMPUNG HINK DISTRIK MANOKWARI SELATAN
KABUPATEN MANOKWARI PAPUA BARAT

Disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Praktikan

Deni W. Tampubolon

Diperiksa,
Asisten

Samudra Depari

Mengetahui,
Dosen Pengampu

Jance M.Supit, ST., M.Eng Juanita Rosalia Horman, ST., M.T


NIP. 197701192005011003 NIP. 198206062006042003
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Praktikum Simulasi Tambang Terbuka ini dengan baik.
Laporan praktikum simulasi tambang terbuka ini dimaksudkan sebagai salah
satu syarat kelulusan pada mata kuliah Tambang Terbuka. Adapun tujuan laporan
praktikum ini agar dapat memahami dan mengerti perancangan tata cara
mengeksploitasi bahan galian yang letaknya berada di sekitar permukaan bumi
baik ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis.
Di kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah berpartisipasi dan memberikan dukungan kepada penulis, antara lain
kepada Bapak Jance M.Supit, ST., M.Eng selaku Dosen pengampu I dan Ibu
Juanita Rosalia Horman, ST., M.T Dosen Pengampu II pada mata kuliah Tambang
Terbuka. Tim Asisten yang telah membantu penulis selama penyusunan laporan
ini mulai dari praktikum, asistensi sampai dengan selesainya laporan ini. Dan
Orangtua penulis yang telah memberikan doa dan dukungan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan Praktikum Simulasi Tambang Terbuka ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini, masih
jauh dari kata sempurna.Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk penyusunan laporan berikut lebih baik lagi. Semoga
laporan praktikum ini dapat bermanfaat khusunya bagi mahasiswa Teknik
Pertambangan dan menambah wawasan bagi pembaca pada umumnya akan
informasi tentang tambang terbuka.

Manokwari, Desember 2021

Deni W.Tampubolon
201963027
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan pertambangan telah dimulai sejak keberadaan manusia di dunia


ini. Dimana pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang. (UU No.4 Tahun 2009).
Tugas utama seorang ahli pertambangan adalah membebaskan dan
mengambil mineral-mineral serta batuan yang memiliki arti ekonomis dari batuan
induknya untuk dimanfaatkan .Mineral berharga yang memiliki arti ekonomis
tersebut berbentuk endapan bahan galian. Endapan bahan galian merupakan salah
satu jenis sumber daya alam yang pada umumnya tersebar secara tidak merata di
dalam bumi baik jenis, jumlah maupun kadarnya yang memiliki sifat khusus
dibandingkan dengan sumber daya yang lain.(Juanita dkk.2021)
Tambang terbuka (surface mining) merupakan metode penambangan yang
segala kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan diatas atau relatif dekat
dengan permukaan bumi dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan
udara luar. Didalam mengelola sumber daya mineral dengan sistem tambang
terbuka diperlukan pemahaman dalam perancangan eksploitasi bahan galian yang
tepat baik meliputi penerapan sistem penambangan yang sesuai baik ditinjau dari
segi teknis maupun ekonomis, perhitungan cadangan, stabilitas lereng atau
jenjang penambangan, konstruksi jalan tambang, sistem penyaliran tambang agar
perolehannya dapat optimal. (Juanita dkk.2021)
Seiring dengan hal tersebut, sebagai mahasiswa teknik pertambangan yang
nantinya menjadi seorang calon ahli tambang diharapkan mampu mempunyai
wawasan tentang industri pertambangan. Sehingga dengan wawasan luas yang
telah didapatkan mampu menjadi dasar dalam manejemen waktu dan
pemecalahan masalah yang akan didapatkan ketika telah memasuki dunia kerja
khususnya dibidang pertambangan kedepannya. ( Tampubolon Deni, 2021)
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari penyusunan laporan praktikum simulasi
tambang terbuka ini antara lain :
1. Bagaimana cara menentukan jumlah cadangan dan cadangan tertambang
dari endapan bahan galian ?
2. Apa metode penambangan yang digunakan berdasarkan jenis endapan
bahan galian yang ditambang?
3. Memperkirakan umur tambang berdasarkan cadangan terukur endapan
bahan galian yang ditambang
4. Menghitung produksi dan menentukan jumlah alat berat yang digunakan
dalam penambangan endapan bahan ?
5. Menghitung jenjang penambangan pada tambang terbuka endapan bahan
galian ?

1.3 Tujuan Perencanaan


Adapun tujuan perencanaan dari penyusunan laporan praktikum simulasi
tambang terbuka ini antara lain :
1. Memahami dasar penentuan metode penambangan yang digunakan
berdasarkan endapan bahan galian yang ditambang
2. Menentukan jumlah cadangan dan cadangan tertambang endapan bahan
galian
3. Memperkirakan umur tambang berdasarkan jumlah cadangan terukur
endapan bahan galian
4. Menghitung nilai produksi alat berat yang digunakan dalam penambangan
endapan bahan galian
5. Menghitung jenjang penambangan pada tambang terbuka endapan bahan
galian

1.4 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan laporan praktikum
simulasi tambang terbuka ini adalah metode kuantitatif deskriptif dengan
menggunakan data sekunder untuk melakukan perencanaan tambang terbuka.
Metode kuantitatif deskriptif merupakan suatu penelitian yang mempunyai tujuan
untuk mendeskripsikan suatu fenomena, peristiwa, gejala dan kejadian yang
terjadi secara faktual, sistematis dan akurat.Data sekunder adalah data yang sudah
diolah terlebih dahulu dan baru didapatkan oleh peneliti dari sumber yang lain
sebagai tambahan informasi. Pelaksanaan praktikum tambang terbuka dilakukan
dengan pengolahan data dan pelaporan akhir meliputi pekerjaan penentuan
metode penambangan yang digunakan, penaksiran sumberdaya dan cadangan,
mengananlisis jenjang penambangan, mendesain jalan tambang, menghitung
produksi dan jumlah alat serta menghitung keekonomian tambang.

Gambar 1.1 Diagram Alir Metode Penelitian


II TINJAUAN UMUM

2.1 Geografi
2.1.1 Topografi
Kabupaten Hink mempunyai topografi dari wilayah datar hingga
bergelombang(bergunung). Hampir 1.446 km² (3,8 %) wilayah mempunyai
kemiringan bertambah dari 25% (bergelombang). Daerah datar umumnya tersebar
di sebagian kawasan yaitu kecamatan Babo, Buntuni, Merdey, Ransiki, Warmare,
Prafi, Masni dan Amberbaken. (Anonim.2015))
2.1.2 Vegetasi
Vegetasi pada Kampung Hink sangat beragam , dimana tumbuhan yang
tumbuh disekitar daerah ini adalah tumbuhan hijau seperti rerumputan, alang-
alang dan didominasi oleh pohon gersen, pohon cemara, kayu susu, pohon
ketapang, pohon sirih hutan, pohon pisang, pohon kelapa, pohon sukun, pohon
palem. (Frans. 2020)
2.1.3 Iklim dan Curah Hujan
Kabupaten Manokwari mempunyai iklim tropis basah dengan suhu udara
minimum 21,5ᵒ C dan suhu maksimum 33,1ᵒ C. Suhu maksimum terjadi pada
bulan januari dan maret, sedangkan suhu minimum terjadi pada bulan agustus dan
november. Curah hujan cukup tinggi yaitu 2.283 mm/tahun. Curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan maret dan terendah terjadi pada bulan juli. Untuk jumlah hari
hujan, terbanyak terjadi pada bulan juni dan november sedangkan hari hujan
terkecil terjadi pada bulan desember. Untuk selengkapnya data curah hujan dari
tahun 2014-2018 Kabupaten Manokwari dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Data Curah Hujan Kabupaten Manokwari (BPS Manokwari)

Curah Hujan Setiap Bulan (mm)


Tahun

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des

2014 331,7 104,8 395,4 358 277,9 83 275 112,3 292,8 77,9 185,8 330

2015 167,2 459,9 293,6 676 226,6 176,2 58,5 68,3 63,8 89 32,4 537,6

2016 417,5 395,7 262,5 387,6 94 220,1 295,5 205,2 203,7 142,9 188,5 254,4

2017 217,8 353,3 278,8 576,9 216,7 228 231,8 165,8 125 207,2 197,4 278

2018 141 323,5 417,1 235 104 135,8 206,5 81,9 75,10 125,7 278,1 322,4

2.2 Genesa Tanah Liat


2.2.1 Teori Pmebentukan Tanah Liat
1. Pengertian Tanah Liat
Tanah liat merupakan sebagai campuran partikelpartikel pasir dan debu
dengan bagian-bagian tanah liat yang mempunyai sifatsifat karakteristik yang
berlainan dalam ukuran yang kira- kira sama. Salah satu ciri partikel-partikel
tanah liat yaitu mempunyai muatan ion positif yang dapat dipertukarkan. Material
tanah liat mempunyai daya serap yang baik terhadap perubahan kadar kelembapan
karena tanah liat mempunyai luas permukaan yang sangat besar.(Mahida,1984)
Tanah Liat atau tanah lempung memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tanahnya sulit menyerap air sehingga tidak cocok untuk dijadikan lahan
pertanian.
b. Tekstur tanahnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah dan kuat
menyatu antara butiran tanah yang satu dengan lainnya.
c. Dalam keadaan kering tanah cenderung sangat keras dengan ukuran butiran
tanahnya terpecah-pecah secara halus.
d. Merupakan bahan baku pembuatan tembikar dan kerajinan tangan lainnya
yang dalam pembuatannya harus dibakar dengan suhu di atas 1000ᵒC.
Tabel 2.2 Komposisi Tanah Liat
Elemen Nama Elemen Konsentrasi (%)
C Carbon 0,33
O Oksigen 46,91
Al Aluminium 22,05
Si Silika 13,42
S Sulfur 0,23
Ca Kalium 0,21
Fe Sumber 14,78

Tanah liat atau clay ialah kata umum untuk partikel mineral yang
mengandung unsur silika yang memiliki diameter kurang dari 4 mikrometer.
Lempung mengandung leburan silika dan aluminium dengan ukuran partikel yang
halus. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat
dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi. Lempung membentuk
gumpalan keras saat kering dan lengket saat basah terkena air. Sifat ini ditentukan
oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan
berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang
membentuk kristalnya.
2. Jenis Tanah Liat
Tanah liat dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu tanah liat primer(residu)
dan tanah liat sekunder(endapan).
a. Tanah liat primer (residu)
Merupakan jenis tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan batuan feldspatik oleh
tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan induk (batuan asalnya), karena
tanah liat tidak berpindah tempat sehingga sifatnya lebih murni dibandingkan
dengan tanah liat sekunder. Selain tenaga air, tenaga uap panas yang keluar dari
dalam bumi mempunyai peran dalam pembentukan tanah liat primer. Karena tidak
terbawa arus air dan tidak tercampur dengan bahan organik seperti humus,
ranting, atau daun busuk dan sebagainya, maka tanah liat berwarna putih atau
putih kusam. Suhu matang berkisar antara 1300 0C–1400 0C, bahkan ada yang
mencapai 1750 0C yang termasuk tanah liat primer antara lain seperti kaolin,
bentonite, feldspatik, kwarsa, dan dolomite yang biasanya terdapat di tempat-
tempat yang lebih tinggi dari pada letak tanah sekunder. Pada umumnya batuan
keras seperti basalt dan andesit akan memberikan warna merah alami pada
lempung sedangkan granit akan memberikan warna putih alami pada lempung.
Mineral kwarsa dan alumina dapat digolongkan sebagai jenis dari tanah liat
primer karena merupakan hasil samping tanah liat kaolinit yang terbentuk dari
pelapukan batuan feldspatik.
Adapun ciri-ciri tanah liat primer yaitu sebagai berikut:
1. Berwarna putih cerah sampai putih kusam
2. Cenderung memiliki butiran-butiran yang kasar
3. Tidak plastis
4. Daya lebur tinggi
5. Daya susut kecil
6. Bersifat tahan api

Gambar 2.1 Tanah Liat Primer (Sumber: F.H Norton)


b. Tanah liat sekunder atau tanah sedimen
Merupakan jenis tanah liat hasil pelapukan batuan feldspatik yang berpindah
jauh dari batuan induknya karena adanya tenaga eksogen yang menyebabkan
butiranbutiran tanah liat lepas dan mengendap pada daerah rendah seperti lembah
sungai, tanah rawa, tanah marine, dan tanah danau. Akibat dari perpindahan tanah
liat oleh air dan angin menyebabkan tanah liat bercampur dengan bahan-bahan
organik maupun anorganik sehingga berubah sifat-sifat kimia maupun fisika tanah
liat diantaranya seperi ukuran partikel-partikel yang lebih halus dan lebih plastis
dari pada tanah liat primer. Pergerakan air memiliki pengaruh yang besar terhadap
tanah liat, salah satunya ialah gerakan arus air cenderung menggerus mineral
tanah liat sehingga partikel-partikelnya semakin menipis dan berkurang. Pada saat
kecepatan arus melambat, partikel yang lebih berat akan mengendap dan
menyisakan partikel yang halus dalam larutan. Pada saat arus tenang seperti di
danau atau di laut, partikel – partikel yang halus akan mengendap di dasarnya.
Tanah liat sekunder biasanya terbentuk dari beberapa macam jenis tanah liat
dan berasal dari beberapa Sumber. Dalam setiap sungai, endapan tanah liat dari
beberapa situs cenderung bercampur. Dari sudut ilmu keramik mengganggap
bahan organik seperti humus dan daun busuk, oksida logam seperti besi, nikel,
titan, mangan dan sebagainya adalah bahan pengotor. Karena pembentukannya
melalui proses yang panjang dan bercampur dengan bahan pengotor, maka tanah
liat memiliki ukuran butiran yang halus. Tanah liat sekunder mimiliki warna
krem, abu-abu, coklat, merah jambu, kuning dengan suhu matang antara 900 0C
1400 0C. Tanah liat sekunder memiliki ciri-ciri:
1. Kurang murni.
2. Cenderung berbutir halus
3. Plastis
4. Berwarna krem, abu-abu, coklat, merah jambu, kuning, kuning muda,
kuning kecoklatan, kemerahan, dan kehitaman
5. Daya susut tinggi.
6. Suhu bakar 1200 0C–1300 0C, ada yang sampai 1400 0C (fireclay,
stoneware, ballclay)
7. Suhu bakar rendah 900 0C–1180 0C, ada yang sampai 1200 0C
(earthenware).
Gambar 2.2 Tanah Liat Sekunder (Sumber :F.H Norton )

3. Proses Pembentukan Tanah Liat


Proses pembentukan tanah liat telah dijelaskan bahwa tanah liat merupakan
mineral murni yang terdapat pada batuan panas dan padat, akibat dari terjadinya
pelapukan maka terbentuk partikel-partikel halus dan sebagian besar berpindah
akibat dari pergerakan air, angin, dan gletser dari tempat yang tinggi ke suatu
tempat yang lebih rendah dan jauh dari bantuan induk dengan ukuran partikel
yang hampir sama. Sedangkan sebagian lagi tetap berada di lokasi dimana batuan
induk berada. Selama prosesnya tanah liat menjadi tidak murni lagi karena
kehilangan mineral-mineral pengikatnya, yang kemudian mengakibatkan tanah
liat mengalami perubahan warna dan komposisinya dari tanah liat yang kasar
sampai tanah liat yang halus dan terbentuklah tanah yang tetap dinamakan tanah
liat primer. Pembentukan tanah liat primer dan sekunder dapat dilihat pada
Gambar 2.3. (Anonim, 2008)

.
Gambar 2.3 Proses Pembentukan Tanah Liat (Sumber F.H Norton)
Tanah liat merupakan suatu mineral yang terbentuk dari struktur
partikelpartikel yang sangat kecil, terutama dari mineral-mineral yang disebut
kaolinit yaitu persenyawaan dari oksida alumina (Al2O3) dengan oksida silika
(SiO2) dan air. Bentuk partikel-partikelnya seperti lempengan kecil-kecil hampir
berbentuk segi enam (hexagonal) dengan permukaan yang datar yang tidak dapat
dilihat dengan mata secara langsung, dengan bentuk partikel seperti ini
menyebabkan tanah liat mempunyai sifat tanah liat ( plastis ) dan mudah dibentuk
bila di campur dengan air, hal ini karena partikel-partikel tersebut saling meluncur
satu dengan yang lain sebagai pelumasnya.

Gambar 2.4 Bentuk Partikel tanah liat(Sumber F.H Norton)

Perubahan secara alamiah yang berlangsung terus menerus menyebabkan


terbentuknya tanah liat primer dan sekunder, yang juga menyebabkan perbedaan
tempat ditemukannya pengendapan tanah liat tersebut.

Gambar 2.5 Asal Usul tanah liat secara sederhana (Sumber : Frank Hammer and
Janet Hammer)
Perubahan Fisika Tanah Liat Primer dan Sekunder Setelah Dibakar.
Perubahan pertama yang terjadi dalam tanah liat primer maupun sekunder ketika
dibakar, ialah hilangnya air bebas. Khusus untuk tanah liat sekunder akan diikuti
oleh terbakarnya bahan-bahan organik lain, seperti humus, daun dan ranting yang
terdapat di dalam tanah liat. Selanjutnya akan diikuti oleh hilangnya air kimia.
Tanah liat primer dan sekunder mengandung silika bebas dalam bentuk pasir,
kuarsa, flint dan kristal. Silika adalah subyek untuk merubah bentuk dan volume
tanah liat pada suhu tertentu. Beberapa perubahan bersifat tetap (konversi) dan
yang lain bersifat dapat berubah kembali (inversi). Agar tanah liat menjadi
keramik harus melalui proses pembakaran dengan suhu melebihi 600 °C. Setelah
melalui suhu tersebut tanah liat akan mengalami perubahan menjadi suatu mineral
yang padat, keras dan permanen, perubahan ini disebut Cheramic Change atau
perubahan keramik. Tanah liat yang dibakar kurang dari 600 0C belum memiliki
kematangan yang tepat walaupun sudah mengalami perubahan keramik,
kematangan tanah liat atau vitrifikasi adalah kondisi keramik yang telah mencapai
suhu kematangan secara tepat tanpa mengalami perubahan bentuk. Pada
pembakaran di bawah suhu 8000 0C, mineral silika bebas (seperti mineral
carbonat) akan berubah pula. Hal ini merupakan akibat dari terbakarnya semua
unsur karbon (proses kalsinasi).
Perubahan fisika terjadi di atas suhu 8000 0C yaitu pada saat bahan-bahan
alkali bertindak sebagai ‘Flux’ atas silika dan alumina yang membentuk sebuah
jaringan kristal (mulia) dan gelas yang mengikat bahan-bahan yang tidak dapat
dilarutkan menjadi suatu massa yang kuat (pembakaran biskuit). Saat tanah liat
dibakar pada suhu ± 13000 0C beberapa perubahan akan terjadi, misalnya badan
menjadi lebih keras ketika mendingin dan menjadi kedap air. Tanah liat tersebut
telah mengalami proses ‘Vitrifikasi’ artinya sebagian besar material, khususnya
silika telah menggelas, memasuki pori-pori dan mengikat semua partikel tanah liat
dengan membentuk ikatan yng dikenal sebagai ikatan ‘Alumina Silika Hidroksida.
Proses vitrifikasi ini disertai dengan penyusutan volume, dimana semakin tinggi
suhu bak semakin besar penyusutan tetapi semakin rendah porositasnya atau
dengan kata lain benda semakin padat dan kedap air. Tanah liat yang tidak
vitrifikasi pada suhu tinggi (± 13000 0C) dapat digolongkan ke dalam jenis tanah
liat tahan api (refractory clay). Setiap tanah liat dapat dilebur bila suhu bakarnya
cukup. Idealnya setiap jenis tanah liat mempunyai titik vitrifikasi tanpa terjadi
perubahan bentuk (deformasi). Dalam praktek, vitrifikasi seringkali diikuti dengan
perubahan bentuk. Hal ini terjadi karena adanya tegangan-tegangan bagian benda
yang terlemah akibat dari meleburnya mineral-mineral tanah liat.
2.2.2 Litologi
Litologi Kampung Hink meliputi endapan residu berupa material bongkah
dan pasir yang berasal dari batuan bongkah Arfak yang telah tertransportasi.
Adapun susunan formasi batuannya yaitu formasi Gunung Arfak, formasi Maruni,
formasi Befoor endapan alluvial litoral dan hancuran tanah longsor.

Anda mungkin juga menyukai