DENI W. TAMPUBOLON
201963027
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah Tambang
Terbuka Pada Program Studi Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Universitas Papua
Tahun Akademik 2021/2022
DENI W. TAMPUBOLON
201963027
Hari :
Tanggal :
Praktikan
Deni W. Tampubolon
Diperiksa,
Asisten
Samudra Depari
Mengetahui,
Dosen Pengampu
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Praktikum Simulasi Tambang Terbuka ini dengan baik.
Laporan praktikum simulasi tambang terbuka ini dimaksudkan sebagai salah
satu syarat kelulusan pada mata kuliah Tambang Terbuka. Adapun tujuan laporan
praktikum ini agar dapat memahami dan mengerti perancangan tata cara
mengeksploitasi bahan galian yang letaknya berada di sekitar permukaan bumi
baik ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis.
Di kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah berpartisipasi dan memberikan dukungan kepada penulis, antara lain
kepada Bapak Jance M.Supit, ST., M.Eng selaku Dosen pengampu I dan Ibu
Juanita Rosalia Horman, ST., M.T Dosen Pengampu II pada mata kuliah Tambang
Terbuka. Tim Asisten yang telah membantu penulis selama penyusunan laporan
ini mulai dari praktikum, asistensi sampai dengan selesainya laporan ini. Dan
Orangtua penulis yang telah memberikan doa dan dukungan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan Praktikum Simulasi Tambang Terbuka ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini, masih
jauh dari kata sempurna.Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk penyusunan laporan berikut lebih baik lagi. Semoga
laporan praktikum ini dapat bermanfaat khusunya bagi mahasiswa Teknik
Pertambangan dan menambah wawasan bagi pembaca pada umumnya akan
informasi tentang tambang terbuka.
Deni W.Tampubolon
201963027
I PENDAHULUAN
2.1 Geografi
2.1.1 Topografi
Kabupaten Hink mempunyai topografi dari wilayah datar hingga
bergelombang(bergunung). Hampir 1.446 km² (3,8 %) wilayah mempunyai
kemiringan bertambah dari 25% (bergelombang). Daerah datar umumnya tersebar
di sebagian kawasan yaitu kecamatan Babo, Buntuni, Merdey, Ransiki, Warmare,
Prafi, Masni dan Amberbaken. (Anonim.2015))
2.1.2 Vegetasi
Vegetasi pada Kampung Hink sangat beragam , dimana tumbuhan yang
tumbuh disekitar daerah ini adalah tumbuhan hijau seperti rerumputan, alang-
alang dan didominasi oleh pohon gersen, pohon cemara, kayu susu, pohon
ketapang, pohon sirih hutan, pohon pisang, pohon kelapa, pohon sukun, pohon
palem. (Frans. 2020)
2.1.3 Iklim dan Curah Hujan
Kabupaten Manokwari mempunyai iklim tropis basah dengan suhu udara
minimum 21,5ᵒ C dan suhu maksimum 33,1ᵒ C. Suhu maksimum terjadi pada
bulan januari dan maret, sedangkan suhu minimum terjadi pada bulan agustus dan
november. Curah hujan cukup tinggi yaitu 2.283 mm/tahun. Curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan maret dan terendah terjadi pada bulan juli. Untuk jumlah hari
hujan, terbanyak terjadi pada bulan juni dan november sedangkan hari hujan
terkecil terjadi pada bulan desember. Untuk selengkapnya data curah hujan dari
tahun 2014-2018 Kabupaten Manokwari dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Data Curah Hujan Kabupaten Manokwari (BPS Manokwari)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
2014 331,7 104,8 395,4 358 277,9 83 275 112,3 292,8 77,9 185,8 330
2015 167,2 459,9 293,6 676 226,6 176,2 58,5 68,3 63,8 89 32,4 537,6
2016 417,5 395,7 262,5 387,6 94 220,1 295,5 205,2 203,7 142,9 188,5 254,4
2017 217,8 353,3 278,8 576,9 216,7 228 231,8 165,8 125 207,2 197,4 278
2018 141 323,5 417,1 235 104 135,8 206,5 81,9 75,10 125,7 278,1 322,4
Tanah liat atau clay ialah kata umum untuk partikel mineral yang
mengandung unsur silika yang memiliki diameter kurang dari 4 mikrometer.
Lempung mengandung leburan silika dan aluminium dengan ukuran partikel yang
halus. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat
dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi. Lempung membentuk
gumpalan keras saat kering dan lengket saat basah terkena air. Sifat ini ditentukan
oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan
berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang
membentuk kristalnya.
2. Jenis Tanah Liat
Tanah liat dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu tanah liat primer(residu)
dan tanah liat sekunder(endapan).
a. Tanah liat primer (residu)
Merupakan jenis tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan batuan feldspatik oleh
tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan induk (batuan asalnya), karena
tanah liat tidak berpindah tempat sehingga sifatnya lebih murni dibandingkan
dengan tanah liat sekunder. Selain tenaga air, tenaga uap panas yang keluar dari
dalam bumi mempunyai peran dalam pembentukan tanah liat primer. Karena tidak
terbawa arus air dan tidak tercampur dengan bahan organik seperti humus,
ranting, atau daun busuk dan sebagainya, maka tanah liat berwarna putih atau
putih kusam. Suhu matang berkisar antara 1300 0C–1400 0C, bahkan ada yang
mencapai 1750 0C yang termasuk tanah liat primer antara lain seperti kaolin,
bentonite, feldspatik, kwarsa, dan dolomite yang biasanya terdapat di tempat-
tempat yang lebih tinggi dari pada letak tanah sekunder. Pada umumnya batuan
keras seperti basalt dan andesit akan memberikan warna merah alami pada
lempung sedangkan granit akan memberikan warna putih alami pada lempung.
Mineral kwarsa dan alumina dapat digolongkan sebagai jenis dari tanah liat
primer karena merupakan hasil samping tanah liat kaolinit yang terbentuk dari
pelapukan batuan feldspatik.
Adapun ciri-ciri tanah liat primer yaitu sebagai berikut:
1. Berwarna putih cerah sampai putih kusam
2. Cenderung memiliki butiran-butiran yang kasar
3. Tidak plastis
4. Daya lebur tinggi
5. Daya susut kecil
6. Bersifat tahan api
.
Gambar 2.3 Proses Pembentukan Tanah Liat (Sumber F.H Norton)
Tanah liat merupakan suatu mineral yang terbentuk dari struktur
partikelpartikel yang sangat kecil, terutama dari mineral-mineral yang disebut
kaolinit yaitu persenyawaan dari oksida alumina (Al2O3) dengan oksida silika
(SiO2) dan air. Bentuk partikel-partikelnya seperti lempengan kecil-kecil hampir
berbentuk segi enam (hexagonal) dengan permukaan yang datar yang tidak dapat
dilihat dengan mata secara langsung, dengan bentuk partikel seperti ini
menyebabkan tanah liat mempunyai sifat tanah liat ( plastis ) dan mudah dibentuk
bila di campur dengan air, hal ini karena partikel-partikel tersebut saling meluncur
satu dengan yang lain sebagai pelumasnya.
Gambar 2.5 Asal Usul tanah liat secara sederhana (Sumber : Frank Hammer and
Janet Hammer)
Perubahan Fisika Tanah Liat Primer dan Sekunder Setelah Dibakar.
Perubahan pertama yang terjadi dalam tanah liat primer maupun sekunder ketika
dibakar, ialah hilangnya air bebas. Khusus untuk tanah liat sekunder akan diikuti
oleh terbakarnya bahan-bahan organik lain, seperti humus, daun dan ranting yang
terdapat di dalam tanah liat. Selanjutnya akan diikuti oleh hilangnya air kimia.
Tanah liat primer dan sekunder mengandung silika bebas dalam bentuk pasir,
kuarsa, flint dan kristal. Silika adalah subyek untuk merubah bentuk dan volume
tanah liat pada suhu tertentu. Beberapa perubahan bersifat tetap (konversi) dan
yang lain bersifat dapat berubah kembali (inversi). Agar tanah liat menjadi
keramik harus melalui proses pembakaran dengan suhu melebihi 600 °C. Setelah
melalui suhu tersebut tanah liat akan mengalami perubahan menjadi suatu mineral
yang padat, keras dan permanen, perubahan ini disebut Cheramic Change atau
perubahan keramik. Tanah liat yang dibakar kurang dari 600 0C belum memiliki
kematangan yang tepat walaupun sudah mengalami perubahan keramik,
kematangan tanah liat atau vitrifikasi adalah kondisi keramik yang telah mencapai
suhu kematangan secara tepat tanpa mengalami perubahan bentuk. Pada
pembakaran di bawah suhu 8000 0C, mineral silika bebas (seperti mineral
carbonat) akan berubah pula. Hal ini merupakan akibat dari terbakarnya semua
unsur karbon (proses kalsinasi).
Perubahan fisika terjadi di atas suhu 8000 0C yaitu pada saat bahan-bahan
alkali bertindak sebagai ‘Flux’ atas silika dan alumina yang membentuk sebuah
jaringan kristal (mulia) dan gelas yang mengikat bahan-bahan yang tidak dapat
dilarutkan menjadi suatu massa yang kuat (pembakaran biskuit). Saat tanah liat
dibakar pada suhu ± 13000 0C beberapa perubahan akan terjadi, misalnya badan
menjadi lebih keras ketika mendingin dan menjadi kedap air. Tanah liat tersebut
telah mengalami proses ‘Vitrifikasi’ artinya sebagian besar material, khususnya
silika telah menggelas, memasuki pori-pori dan mengikat semua partikel tanah liat
dengan membentuk ikatan yng dikenal sebagai ikatan ‘Alumina Silika Hidroksida.
Proses vitrifikasi ini disertai dengan penyusutan volume, dimana semakin tinggi
suhu bak semakin besar penyusutan tetapi semakin rendah porositasnya atau
dengan kata lain benda semakin padat dan kedap air. Tanah liat yang tidak
vitrifikasi pada suhu tinggi (± 13000 0C) dapat digolongkan ke dalam jenis tanah
liat tahan api (refractory clay). Setiap tanah liat dapat dilebur bila suhu bakarnya
cukup. Idealnya setiap jenis tanah liat mempunyai titik vitrifikasi tanpa terjadi
perubahan bentuk (deformasi). Dalam praktek, vitrifikasi seringkali diikuti dengan
perubahan bentuk. Hal ini terjadi karena adanya tegangan-tegangan bagian benda
yang terlemah akibat dari meleburnya mineral-mineral tanah liat.
2.2.2 Litologi
Litologi Kampung Hink meliputi endapan residu berupa material bongkah
dan pasir yang berasal dari batuan bongkah Arfak yang telah tertransportasi.
Adapun susunan formasi batuannya yaitu formasi Gunung Arfak, formasi Maruni,
formasi Befoor endapan alluvial litoral dan hancuran tanah longsor.