Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dewi Amalia

Nim : U20193031

Kelas : Bsa D1

Semester : 6

Tugas : enterpreneur

Tengkulak singkong

A. Awal memulai usaha.

Adi Suwarno dan Januar tika merupakan sepasang suami istri beralamatkan di dusun Sumber mulyo
desa Sepanjang kecamatan Glenmore. Pasangan ini menikah pada tahun 2014. Keduanya memulai
usaha mereka sebagai tengkulak singkong sekitar tahun 2017 sebelum itu bapak Adi bekerja sebagai
tukang bangunan di pulau Bali selama satu tahun. Sekitar tahun 2016 ia kembali ke desanya dan mulai
berhenti merantau dikarenakan pada saat itu ia memiliki anak. Setelah itu ia bekerja dikebun sekitar
rumah dan menjadi tukang bangunan disekitar rumahnya. Hingga pada suatu hari ia mengalami
kecelakaan ditempat kerja yang menyebabkan kaki beliau patah dan membutuhkan waktu yang lama
dalam penyembuhannya yaitu sekitar 6 bulan.

Dari kejadian tersebut beliau memutuskan untuk berhenti menjadi tukang bangunan dan mencoba hal
baru dari dunia perdagangan. Berawal dari menjual hasil singkong dari kebun sendiri kemudian beliau
dipercaya menjualkan hasil petani yang lain. Bermodalkan uang 3.500.000.000 ia bersama istri memulai
usaha mereka sebagai tengkulak singkong. Mereka memiliki peran masing-masing istri bapak adi
bertugas sebagai keuangan dan bapak Adi bertugas mencari pasokan barang serta mencari relasi. Selain
singkong mereka juga menjual barang lainnya seperti talas, kopi luak, terkadang ketika hampir hari raya
sang istri menjual baju dari desa ke desa.

B. Pemasaran.

Sebagai pedagang harus mengerti kemana jualannya akan dipasarkan. Seiring berjalannya waktu
semakin banyak orang yang menawarkan singkong mereka kepada bapak Adi. Hal ini membuat
pasangan ini berfikir semakin banyak barang maka membutuhkan pasar yang luas. Mereka yang awalnya
menjual barangnya dipasar sekitar glenmore kini harus mencar pasar baru. Mereka mulai membangun
relasi dengan banyak orang untuk mengetahui peluang masuknya singkong dipasaran. Akhirnya mereka
menemukan orang yang bisa menjual singkong mereka dipulau Bali. Dipulau bali mereka memiliki 5
pasar untuk memasok dagangan mereka. Selain dipulau Bali mereka juga memasok singkong disalah
satu pabrik di Lumajang. Uniknya informasi mengenai pabrik tersebut mereka dapatkan melalui aplikasi
Google. Dua wilayah tersebut (Bali dan Lumajang) menjadi tempat pemasokan yang tetap. Selain intu
terkadang mereka mengirim singkong mereka ke daerah Madura dan wilayah kecamatan Glenmore.
Mereka melakukan pengiriman singkong 2 hari sekali. Paling sedikit pengiriman kepulau Bali yaitu 3 ton
paling banyak 6 ton sedangkan pengiriman singkong ke pabrik lumajang sekitar 10-11 ton satu kali
pengiriman.

Adapun sumber singkong yang mereka kirim 70 persen dari petani lain dan 30 persen dari pribadi.
Pemikiran cerdik dari mereka yaitu hasil dari perdagangan mereka diinvestasikan untuk membuka lahan
sendiri sehingga ketika sumber singkong dari petani tak mencukupi maka mereka bisa mengambil
singkong dari kebun mereka sendiri. Selain diinvestasikan kepada lahan pertanian mereka juga
menginvestasikan hasil mereka pada hewan ternak seperti kambing atau sapi.

Selanjutnya mengenai jenis singkong yang dikirimkan. Untuk pengiriman singkong ke Bali yaitu biasanya
jenis singkong mentega sedangkan untuk pengiriman ke pabrik yaitu semua jenis singkong. Biasanya
singkong yang dikirim ke Bali dikonsumsi pribadi oleh masyarakat sedangkan singkong yang dikirim ke
pabrik sebagai bahan pembuatan tepung.

C. Keuntungan dan kerugian

Dalam satu kali pengiriman ibuk tika menjelaskan mendapatkan keuntungan sekitar 600.000 rupiah dari
pulau bali dan sekitar 2 juta rupiah untuk pengiriman ke pabrik Lumajang. Namun dari 2 juta tersebut
dipotong kendaraan sekitar 900.000 rupiah jadi laba bersih yang diperoleh sekitar 1 juta rupiah. Adapun
untuk kepulau bali kendaraan ditanggung oleh pihak kedua. Ibuk tika menjelaskan mereka mengambil
keuntungan 200 rupiah dari per kg singkong. Dari petani ia mengambil harga 1.500 per kg kemudian
dijual 2000 per kg. Dari 500 hasilnya 300 masuk kepada kendaraan, buruh, sopir, dan lainnya sedangkan
200 rupiah masuk kepada keuntungan mereka.

Dalam perdagangan tidak selamanya menguntungkan akan tetapi ada masa di mana penjual dirugikan.
Dalam hal ini contohnya terkadang singkong yang sudah dikirim ke pulau Bali harus dikembalikan karena
singkong mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan singkong yang dikirim masih muda sehingga tidak
tahan lama dan menyebabkan kerusakan ataupun singkong rusak karena lama tidak terjual sehingga
rusak maka akan dikembalikan. Ketika singkong dikembalikan maka ada potongan harga dari pengepul di
Bali. Harga dipotong sesuai dengan kembalinya singkong. Kembalinya singkong biasa terjadi pada
pengiriman ke Bali sedang untuk pabrik sendiri tidak pernah ada singkong yang dikembalikan.

Dari pengembalian singkong mereka memiliki cara lain setidaknya mereka dapat mengurangi kerugian
yang dialami. Cara yang pertama yaitu mereka mencari tengkulak lain yang memasok singkong ke pabrik
yang nantinya singkong yang kembali dioplos dengan singkong yang baru. Namun harga singkong yang
kembali harganya akan menurun yang awalnya bisa dijual 2000 per kg hanya dipatok dengan harga 1000
per kg terkadang 800 rupiah per kg. Cara yang kedua yaitu menjadikan singkong tersebut menjadi gaplek
namun prosesnya dibilang cukup lama dimulai dari pengupasan singkong hingga penjemuran singkong
selama beberapa hari. Gaplek yang sudah jadi dijual dengan harga 2000 sampai 2500 per kg.

D. Kesuksesan, kegagalan dan motivasi

Ketika membicarakan tentang kesuksesan dan kegagalan mereka mengakatan bahwa keduanya saling
berkaitan. Manusia tidak akan selamanya ada diposisi atas, terkadang mereka ada dibawah, tak
selamanya berjalan lurus mesti ada belokan. Mereka mengalami kegagalan ketika Indonesia mulai
mengalami masa pandemi, dimana beberapa tempat lokcdown contohnya Bali sehingga mereka tidak
dapat mengirim singkong kewilayah tersebut. Harga singkong juga mulai anjlok dari harga 2000 per kg
turun 1000 per kg disebabkan kegiatan perdagangan yang tidak stabil. Selain itu meskipun
diperbolehkannya barang masuk ke pulau Bali ada beberapa syarat yang harus dipenuhi seperti tes swab
yang waktu itu memakan biaya sekitar 250.000 - 300.000 rupiah. Selain itu waktu yang dibatasi untuk
bukannya pasar pasar menjadi kendala dalam perdagangan. Mereka mengakatan mana mungkin 3 ton
singkong akan habis pada jam 10 siang sedangkan sopir harus mengantarkan singkong pada 5 titik pasar
di Bali. Selain masa sulit tersebut mereka juga mengalami musibah ketika masa pandemi ini dimana
kendaraan yang membawa singkong tersebut mengalami kecelakaan yang mana sopir meninggal dunia.
Dari kejadian tersebut mereka mengalami kerugian yang besar dan proses perdagangan dihentikan.
Untuk menutupi kerugian tersebut mereka harus menjual sebagian lokasi perkebunan yang mereka
miliki.

Mengenai kesuksesan mereka mengakatan setiap manusia memiliki tolak ukurnya masing-masing dalam
memaknai kesuksesan tersebut. Mereka mengakatan "Kami sudah sukses karena dari penghasilan yang
kami peroleh dapat mengcukupi kebutuhan kami bahkan kami masih bisa menyimpannya dalam bentuk
lain seperti lahan perkebunan dan hewan ternak meskipun pada akhirnya harus kami jual kembali
karena beberapa keadaan. Tapi alhamdulillah kami tidak merasakan kekurangan"

Adapun pesan yang mereka sampaikan yaitu " Terjatuh dalam perjalanan itu sudah biasa yang luar biasa
bagaimana kita bangkit dan melanjutkan perjalanan kita". Sekarang mereka sedang membangun
kembali usaha yang mereka mulai dulu dengan bertenak sapi dan bertani dari sisa lahan yang ada
dengan tekad membangun modal kembali.

E. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai