Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Appendicitis merupakan salah satu jenis penyakit dari sekian banyak
penyakit yang banyak diderita oleh manusia pada saat sekarang ini. Dengan
saluran pencernaan yang merupakan yang merupakan lokasi appendicitis
yaitu appendiks yang merupakan suatu tube dengan panjang kira – kira 9cm
dengan mengandung banyak limfe nodes. Appendicitis biasanya menyerang
pada usia dewasa antara 20 – 30 tahun. Namun demikian appendicitis dapat
menyerang semua kelompok manusia termasuk lanjut usia. Bila terjadi pada
lanjut usia maka kemungkinan bisa sangat serius.
Tindakan terhadap penyakit Appendicitis atau usus buntu adalah dengan
jalan operasi mengambil usus buntu yang disebut Appendectomy. Operasi ini
dilakukan jika kondisi peradangan bersifat lokal adan tidak terjadi ruptur.
Operasi abdomen yang lebih ekstensif (laparotomi abdominal) harus
dilakukan jika usus buntu ternyata pecah. Dengan melihat insiden dan
permasalahan yang ditimbulkan sangat kompleks serta merupakan tantangan
dalam asuhan keperawatan, maka peran perawat sebagai pelaksana asuhan
keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan,
diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang dijumpai dalam upaya
untuk meningkatkan kesehatan, mencegah kambuhnya penyakit serta
mengupayakan penyuluhan sehingga dapat terhindar dari komplikasi.
B. Tujuan Penulisan
 Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengembangkan pola pikir dalam merawat pasien
dengan penyakit Appendicitis yaitua dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan.
 Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian dan
menganalisa data.
2. Agar mahasiswa mampu merumuskan diagnosa kepearawatan
dan menyusun rencana tindakan serta melaksanakan adan
mengevaluasi tindakan yang telah diberikan pada pasien Appendicitis.
BAB II
PEMBAHASAN

. A Konsep
1. Pengertian
Appendicitis adalah :
Peradangan pada appendiks yaitu sebuah saluran atau tube yang sempit
pada ujung sekum bagian inferior.
2. Penyebab dan Epidemiologi
Penyebab dapat menyerang semua kelompok termasuk lanjut usia.
Pada anak – anak dan dewasa muda terinfeksi sistemik seperti infeksi
pernapasan dapat menyebabkan hyperplasia jaringan limfoid pada
appendiks dimana respon hiperplastik dapat melibatkan lumen appendiks
dan mulai terjadi appendicitis. Penyebab yang paling umum dari
appendicitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak
suplai aliran darah ad an mengikis mukosa menyebabkan peradangan.
Penyebab yang lain adalah feses yang keras atau tumor
3. Pathofisiologi
Gejala awal adalah nyeri epigastrik, periumbilikal atau nyeri
abdominal umum dengan makin meningkat intensitasnya. Nyeri
dihubungkan dengan distensi yang disebabkan oleh edem atau kolik akibat
obstruksi apendiks dan terdapat pada kuadran kanan bawah karena
peradangan melibatkan permukaan peritoneal. Nyeri yang beralih ke
kuadran kanan bawah ini terjadi dalam 2 – 12 jam yang akan menetap dan
diperberat bila berjalan atau batuk. (Dougthy, D. B et al. 1993). Gejala lain
adalah mual, muntah, anoreksia kadang – kadang diare, demam. Malaise
dan pada palpasi pada titik Mc Burney terdapat tenderness yaitu nyeri saat
tekanan pada tangan diangkat. Posisi paling nyaman bagi pasien adalah
berbaring miring dengan lutut melipat atau ditekuk (Philips, W. J. et al.
1991) dan Reeves, J. C. dkk. 2001). Bila sakitnya tiba – tiba hilang berarti
usus buntu pasien pecah.
Peradangan Tumor Fecalith Diet rendah
menyebabkan (feses keras) serat
stenosis

Obstruksi Intraluminal

Menghambat sekresi mukus

Penekanan pembuluh darah yang menyebabkan iskemia

Ulserasi pada dinding epithel apendiks

Invasi bakteri yang menyebabkan peradangan

Nekrosis

Operasi Perforasia dan merobek lumen


apendiks

Sembuh
Laparatomi untuk mencuci isi perut  peritomis
agar tidak terjadi infeksi  Obstruksi Intestinal
 Hypovolemik Syok

Bertahan Sembuh
Mati

Kutipan dari Marie Jaffe R. N “ Pediatric Nursing Plan “ p. 168

4. Manifestasi Klinis
Sakit di sekitar umbilicus dan epigastrium disertai anoreksia,
nausea dan vomiting. Beberapa jam kemudian diikuti oleh sakit perut di
kanan bawah dengan diser atai kenaikan suhu tubuh yang ringan.
Pada bayi dan anak – anak (balita) tidak menunjukkan letak sakit tapi
dirasakan menyentuh.
5. Studi Diagnostik dan Hasil
a. Hitung sel daarah putih = meningkat 10.000 – 16.000 mm 3 dengan
pergeseran ke kiri (75% neutrofil).
b. X – ray perut = menunjukkan fecalith pada kuadran kanan bawah
atau daerah ileus untuk membedakan appendicitis dengan ulser
perforasi (udara bebas di bawah diafragma indikasi perforasi).
c. Urnalisis = tidak ada atau sedikit leukositosis dan sel darah merah,
digunakan untuk membedakan appendicitis dengan penyakit saluran
kemih.
6. Manajemen Medis
a. Manajemen umum = status puasa cairan dan elektrolit perlu,
persiapan untuk pembedahan (informed consent, pendidikan
preoperasi).
b. Pembedahan = appendictomy.
c. Terapi obat = anibiotik seperti metronidasole atau cofamandole
biasanya dosis tunggal sebelum pembedahan, dilanjutkan setelah
pembedahan bila perforasi dengan kontaminasi peritoneal diberikan
setelah pembedahan.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Lokasi dan pola nyeri : nyeri abdomen dimulai di sekitar
epigastrum atau periumbilikal dan nyeri berlanjut ke kuadran kanan
bawah, nyeri meningkat dengan berjalan atau batuk dapat menentukan
titik nyeri (Mc Burney).
Perilaku berhati – hati, berbaring ke samping atau terlentang dngan
lutut ditekuk : meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena
posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk teagak nyeri lepas pada sisi
kiri diduga inflamasi peritoneal.
b. Gejala gastrointesinal : melaporkan anoreksia, muntah, diare atau
konstipasi dan tidak mampu untuk fiatus.
c. Pemeriksaan abdomen : palpasi otot kaku dan nyeri pada
tenderness
d. Tanda vital : pernapasan cepat dan dangkal, demam subfebril dan
menggigil, takikardi.
e. Aktivitas dan istirahat malaise (rasa sakit dan tidak enak badan).
2. Diagnosa Keperawatan
Sebelum Operasi
 Nyeri abdomen b.d obstruksi dan peradangan apendiks.
 Potensial kekurangan volume cairan b.d mual, muntah,
anoreksia dan diare.
 Kurang pengetahuan tentang prosedur preop dan post op
b.d kurangnya informasi.
 Resiko tinggi komplikasi peritonitis b.d efek anastesi dan
mobilisasi.
Sesudah Operasi
 Potensial tidak efektifnya pola napas b.d efek anastesi d
an mobilisasi.
 Nyeri b.d luka operasi.
 Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang
perawatan di rumah dan tindak lanjut yang dibutuhkan.
 Potensial kekurangan cairan dan elektrolit b.d demam
adan pemasukkan cairan yang tidak memadai.
3. Perencanaan Keperawatan
Sebelum Operasi
 Nyeri abdomen b.d obstruksi dan peradangan appendiks.
Goal dan obyektif : Pasien akan mempertahankan kenyamanan selama
perawatan dengan kriteria evaluasi dalam 1 – 2 jam intervensi
penghilangan nyeri, persepsi subjektif pasien tentang nyeri menurun,
dibuktikan dengan skala nyeri, indikator – indikator obyektif, seperti
men\ringis, wajah dan posisi tubuh relaks (tidak ada/menurun).
Intervensi Keperawatan
1. Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Gunakan skala
nyeri dengan pasien dari 0 (tidak ada nyeri) – 10 (nyeri paling
buruk). Waspada tentang karakteristik ketidaknyamanan selama
tahap – tahap berikut dari appendicitis.
 Tahap Awal : Nyeri abdomen (baik epigastrik atau umbilikal)
mungkin tidak jelas atau menyebar, mual dan muntah :
demam : sensitifitas di atas area appendiks.
 Tahap Intermediet (akut) : Nyeri berpindah dari epigastrium ke
kuadran kanan bawah pada titik Mc. Burney dan meningkat
dengan berjalan atau batuk. Nyeri dapat disertai dengan sensasi
konstipasi, anoreksia, malaise, kadang – kadang diare,
penurunan peristaltik usus juga terjadi.
 Appendicitis akut dengan perforasi : peningkatan kekakuan
abdomen.
2. Jelaskan penyebab rasa sakit, cara menguranginya.
3. Kolaborasi terapi dengan pemberian antiemetik, sedatif dan
analgesik sesuai program.
4. Pertahankan pasien puasa sebelum pembedahan untuk memberikan
kenyamanan pada peristaltik usus : setelah pembedahan, mual,
muntah biasanya hilang.
5. Ajarkan teknik untuk pernapasan dalam untuk menurunkan stress
dan membantu relaks otot yang tegang.
6. Bantu posisi pasien untuk kenyamanan optimal. Beberapa pasien
menemukan kenyamanan pada posisi miring dengan lutut ditekuk,
sedangkan yang lain merasa nyerinya hilang apabila terlentang
dengan bantal di bawah lutut.
7. Kompres es pada daerah yang sakit untuk mengurangi nyeri.
8. Ciptakan lingkungan yang tenang agar pasien merasa nyaman.
 Potensial kekurangan volume cairan b.d mual, muntah,
anoreksia adan diare.
Goal dan obyektif : Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan
adan elektrolit yang normal selama perawatan dengan kriteria evaluasi
dalam 1 – 2 jam intervensi diberikan dapat dilihat tanda sebagai
berikut : bibir tiadak kering, mukosa membran lembab, turgor kulit
baik, tidak kering.
Intervensi Keperawatan :
1. Kontrol TTV terhadap peningkatan suhu, peningkatan
frekwensi nadi, hipotensi tiap 4 jam.
2. Puasa makan dan minum.
3. Pasang infus dan pipa lambung sesuai dengan program
medik.
4. Kontrol cairan keluar dan masuk bila urin < 30/jam,
laporkan dokter.
5. Jauhkan makanan – makanan/bau – bauan yang
merangsang mual, muntah.
 Kurangnya pengetahuan tentang prosedur preop dan post
op b.d kurang terpapar terhadap informasi.
Goal dan obyektif : Pasien akan meningkatkan pengetahuannya dengan
kriteria evaluasi pasien mengungkapkan pengetahuan tentang prosedur
pembedahan termasuk persiapan preoperasi dan sensasi dan perawatan
operasi dan mendemonstrasikan latihan pascaoperasi dan
menggunakan alat sebelum prosedur pembedahan atau pada
kedaruratan selama periode pascaoperasi segera.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji pemahaman pasien tentang diagnosis, prosedur bedah,
ritunitas preoperasi dan program pascaoperasi. Evaluasi tenatang
hasrat pasien terhadap informasi tentang diagnosa dan prosedur.
2. Jelaskan tentang diagnosa dan prosedu pembedahan sesuai
kebutuhan.
3. Jelaskan tentang peristiwa preoperasi :
 Dimana pasien akan berada sebelum, selama dan segera
setelah operasi.
 Obat – obatan preoperasi dan waktu pembedahan.
 Penatalaksanaan nyeri, termasuk sensasi yang akan
dirasakan.
 Pemasangan kateter, selang dan ala pemberian oksigen.
 Perubahan aktivitas posisi.
 Perlunya menghindari merokok selama periode
preoperasi.
 Jam kunjungan dan lokasi ruang tunggu.
4. Jelaskan aktivitas, latihan dan kewaspadaan pascaoperasi.
Izinkan pasien kembali mendemonstrasikan alat dan latihan berikut
dengan cepat :
 Napas dalam dan latihan batuk.
 Penggunaan ala infus PCA.
 Gerakkan naik turun dari tempat tidur.
5. Sebelum pasiena pulang, anjurkan tentang aktivitas yang
akan dilakukan :
Meningkatkan aktivitas secara bertahap, menghindari secara
bertahap sesuai toleransi, menghindari mengangkat beban (> 5Kg),
menghindari mengemudi mobil (sering selama 4 – 6 minggu).
6. Berikan waktu pada pasien untuk mengajukan pertanyaan
dan mengekspresikan perasaan : Bersikap menenangkan dan
mendukung.
 Potensi tinggi terjadi komplikasi peritonitis b.d
perforasi/ruptur appendiks.
Goal dan obyektif : Pasien akan bebas dari infeksi (komplikasi)
dengan kriteria nyeri abdomen tidak bertambah hebat, tanda vital
noramal. Tidak ada tanda – tanda gelisah, dehidrasi dan akral tidak
dingin.
Intervensi Keperawatan :
1. Observasi tanda - tanda vital.
2. Kontrol secara teratur tanda - tanda perifonitis dan
laporkan segera bila perlu.
3. Beri makanan dan cairan batasan sesuai dengan
program.
4. Kalau perlu pasang pipa lambung, infus sesuai program
medik.
5. Jangan berikan huknah, klisna atau obat pencahar.
6. Bila tanda dan gejala perifinitis muncul maka :
 Puasakan.
 Beri posisi setengah duduk.
 Pantau efek pembelian obat.
 Beri antibiotik sesuai program medik.

Sesudah Operasi
 Potensial kurang efektifnya pola napas b.d efek anastesi
dan mobilisasi.
Goal dan obyektif : Pasien akan mempertahankan pola nafas yang
normal selama perawatan dengan kriteria evaluasi bunyi di kedua paru
bersih, tidak ada lendir, pernapasan 18 x / menit.
Intervensi Keperawatan
1. Kaji pola suara, frekwensi pernapasan.
2. Bantu pasien dan anjurkan untuk baring, batuk dan
napas dalam.
3. Beri posisi setengah duduk.
4. Mobilisasi dini.
 Nyeri b.d luka pembedahan
Goal dan obyektif : Pasien akan mempertahankan kenyamanan selama
perawatan dengan kriteria evaluasi dalam 1 – 2 jam. Intervensi
penghilangan nyeri, persepsi subjektif pasien tentang nyeri menurun,
dibuktikan dengan skala nyeri, indikator – indikator objektif, seperti
tidak meringis, wajah dan posisi relaks, luka operasi, tidak ada tanda –
tanda infeksi.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji dan catat kualitas. Lokasi dan durasi nyeri.
Gunakan skala nyeri dengan pasien dari 0 (tidak ada nyeri) – 10
(nyeri paling buruk).
2. Beri posisi tidur nyaman.
3. Kolaborasi therapi analgesik sesuai program.
4. Ajarkan cara menanggulangi nyeri :
5. Mobilisasi bertahan agar terhindar dari infeksi.
6. Lakukan program medik untuk mempercepat proses
penyembuhan.
7. Kompres es pada daerah yang sakit untuk mengurangi
nyeri.
8. Ciptakan lingkungan yang tenang agar pasien merasa
nyaman.
 Kerusakkan integritas kulit b.d luka pembedahan.
Goal dan obyekif : Pasien akan mempertahankan integritas kulit yang
normal selama perawatan dengan kriteria evaluasi luka insisi sembuh
tanpa ada tanda – tanda infeksi.
Intervensi Keperawatan :
1. Pantau luka pembedahan dan tanda - tanda
peradangan : demam, kemerahan, bengkak dan cairan yang keluar
terhadap warna, jumlah dan karakteristik.
2. Rawat luka secara steril agar terhindar dari kontaminasi
3. Beri makanan berkualitas atau dukung pasien unuk
makan yang bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan.
4. Beri antibiotik sesuai program medik unuk
mempercepat proses penyembuhan.
 Kurang pengetahuan tentang perawatan dai rumah dan
tindak lanjut yang dibutuhkan b.d kurang terpapar terhadap informasi.
Goal dan obyektif : Pasien akan meningkatkan pengetahuan tentang
perawatan di rumah dan tindak lanjut yang dibutuhkan dengan kriteria
evaluasi pasien mengungkapkan pengertiannya tentang perawatan di
rumah dan tindak lanjutnya.
Intervensi Keperawatan :
1. Ajarkan perawatan luka secara bersih dan kering.
2. Diskusikan tanda gejala infeksi luka, laporkan pada
dokter bila perlu.
3. Diskusikan tentang diit yang tidak merangsang
peristaltik usus dan anjurkan nutrisi yang memadai.
4. Jelaskan kebutuhan latihan dan istirahat yang seimbang.
5. Informasikan untuk menghindari latihan fisik ayang
berat untuk beberapa minggu.
6. Kontrol kembali ke dokter sesuai tanggal yang
ditentukan.
 Potensial kekurangan cairan dan elektrolit b.d demam dan
pemasukkan cairan yang tidak memadai.
Goal dan obyektif : Pasien akan mempertahankan cairan dan elektrolit
yang seimbang selama perawatan dengan kriteria evaluasi tidak ada
tanda – tanda dehidrasi (bibir idk kering, mukosa membran lembab, ti
dak sering kehausan,pemasukkan cairan mencukupi).
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji keadaan turgor kulit dan selaput lendir.
2. observasi tanda – tanda vital.
3. Catat cairan masuk dan keluar.
4. Beri cairan infus sesuai program medik.
5. Beri diit sesuai program medik dan tingkatkan secara
bertahap.
6. Jaga pipa lambung yang ada, perhatikan warna cairan,
jumlah dan karakteristik.
7. Laksanakan program medik.
4. Evaluasi
Untuk semua diagnosa sebagai standar evaluasinya adalah dengan
berpatokan pada kriteria evaluasi masing – masing diagnosa dengan
menggunakan : S O A P / S O A P I.
5. Pendidikan Pasien – Keluarga dan Rencana Penulangan
Berikan psien dan orang terdekat informasi verbal dan tertulis
mengenai hal berikut :
1. Obat - obatan termasuk nama obat, tujuan, dosis, jadwal,
kewaspadaan, interaksi obat – obatan dan makanan/obat dan
potensial efek samping.
2. Perawatan insisi, termasuk penggantian balutan dan
pembatasan mandi bila tepat.
3. Indikator - indikator infeksi : demam, menggigil, nyeri
insisi, kemerahan, bengkak dan keluar drainase purulent.
4. Menghindari enema untuk beberapa minggu pasca operasi,
waspadakan pasien tentang perlunya memeriksa pada dokter
sebelum melakukan enema.
5. Kewaspadaan pascabedah : Menghinadari mengangkat
objek berat (> 4,5kg) selama 6 minggu pertama.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Appendicitis merupakan penyakit yang bisa terjadi pada anak, orang
dewasa dan lanjut usia. Untuk mengatasi penyakit ini salah satu alternatif
pemecahan masalah adalah dengan tindakan pembedahan atau appendectomy.
Masalah yang timbul setelah pasien mengalami pembedahan
mempengaruhi seluruh sistem tubuh diantaranya sistem pernapasan, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan rasa nyaman serata masalah –
masalah post operasi lainnya. Untuk mengatasi permasalahan ini, tidak hanya
tergantung pada dokter, tetapi juga sangat tergantung pada pelayanan perawat
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Engram, Barbara. (1991) Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Alih


bahasa Suharyati Samba, Volume I, EGC, Jakarta

Dougthy, D. B. et al (1993) Gastrointestinal Disorders, Mosby, Toronto

Doengoes, M. E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Perencanaan


untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC,
Jakarta.

Reeves, J. C. dkk (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Penerjemah Joko


Setyono, Salemba Medika, Jakarta.
MAKALAH
APPENDICITIS
OLEH
Nama : Firmina Emariance Riong
NIM : 009. KP. 01. 2002
M. A : KMB I
Tk : II Reguler
Dosen M. A : Sabinus B. Kedang, S. Kep.NS

POLITEKNIK KESEHATAN KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN
2004

Anda mungkin juga menyukai