Siapa yang mempunyai risiko terkena TBC Resistan
obat, TBC MDR dan TBC XDR?
TBC Resistan obat dapat mengenai siapa saja, akan tetapi biasanya terjadi pada orang yang:
Pelayanan di fasilitas layanan rawat jalan penuh, kecuali jika kondisi klinis
pasien memburuk dan terdapat keputusan tim ahli klinis untuk dirawat inap;
dan
Alur Diagnosis TB RO :
Pada awalnya, pengobatan standar untuk pasien TB RO
hanya ada satu pilihan dengan lama pengobatan selama 20-
24 bulan
Kemudian perkembangan pengobatan TB RO di Indonesia
semakin maju setelah WHO mengeluarkan secara resmi
rekomendasi pengobatan jangka pendek untuk pasien TB RO,
dimana lama pengobatan pasien TB RO hanya 9 – 11 bulan.
Indonesia mulai mempersiapkan implementasi paduan jangka
pendek untuk pasien TB RO sejak 2016 dan pasien pertama
yang diobati dengan paduan jangka pendek pada bulan
September 2017.
Paduan Pengobatan TB RO :
1. Paduan Jangka Pendek
2. Paduan Individual
Pasien TB RO yang tidak dapat diberikan paduan jangka pendek akan mendapatkan paduan
individual
Paduan individual terdiri dari setidaknya 5 obat efektif yaitu 4 obat inti lini kedua ditambah
pirazinamid (Z).
Levofloxacin (Lfx)
Moxifloxacin (Mfx)
Kanamisin (Km)
Capreomisin (Cm)
Clofazimin (Cfz)
Etambutol (E)
Ethionamid (Eto)
Pirazinamid (Z)
Angka penemuan kasus TB RO semakin tahun semakin meningkat. Namun tidak diimbangi
dengan angka pengobatan pasien TB RO. Pada tahun 2017, angka pengobatan pasien TB RO
sebesar 59% namun menurun pada tahun 2018 menjadi 51%.
Angka keberhasilan pengobatan TB RO rata-rata 50%, sedangkan angka putus berobat/ lost to
follow up (LFU) sebesar (~30%)
TANTANGAN
Masih tingginya angka lost to follow up/ putus berobat pasien
TB RO. Berbagai penyebab dan alasannya antara lain :
STRATEGI
Seluruh RS/ Balkes yang masuk dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor HK.01.07/Menkes/350/2017 harus dapat
menyediakan layanan TB RO pada tahun 2019 dan
dilanjutkan dengan ekspansi perluasan layanan TB RO di
semua distrik (514 distrik pada tahun 2020) dan satelit TB RO
(9754 satelit pada 2020)
Perluasan dan desentralisasi layanan TB RO ke Puskesmas
Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di pusat,
daerah dan komunitas melalui berbagai pelatihan (Training
FKRTL, pelatihan manajemen klinis untuk klinisi dan asuhan
keperawatan untuk perawat, pelatihan TCM untuk petugas
Lab, dan pelatihan logistik untuk petugas farmasi)
RS/ Balkes TB RO secara mandiri melakukan peningkatan
kualitas layanan TB RO melalui benchmarking tool, clinical
audit, telaah kohort (triwulanan), mini kohort (bulanan),
Monthly Interm Cohort Analysis (MICA), dan implementasi
aDSM (Active TB Drug-Safety Monitoring and Management)
atau manajemen efek samping obat
Pelaksanaan Mentoring Klinis TB RO
Pemberian dukungan sosial ekonomi untuk semua pasien TB
RO (enabler)
Meningkatkan pelibatan komunitas dalam dukungannya
kepada pasien TB RO (dukungan psikososial, pendampingan
pendidik sebaya, manajer kasus, konseling)
Dukungan multisektoral seperti organisasi profesi, BPJS
terkait pembiayaan TB RO, farmalkes terkait ketersediaan
obat, dan yankes terkait kesiapan RS/ Balkes dalam
menyediakan layanan TB RO