PENDAHULUAN
diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh masyarakat. Salah satu upaya tersebut
RI, 1999).
yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan perilaku higienitas yang belum baik.
Salah satu penyakit yang insidennya masih tinggi adalah infeksi cacingan yang
merupakan salah satu penyakit yang berbasis sanitasi dan higienitas yang buruk
tanah atau sering disebut Soil Transmitted Helminths (STHs) yang sering dijumpai
pada anak usia Sekolah Dasar di mana pada usia ini anak masih sering kontak dengan
penduduk terinfeksi Ascaris, 700-900 juta terinfeksi cacing tambang, 500 juta
berkembang (Depkes RI, 1999). Diperkirakan 1,47 milyar penduduk dunia menderita
ascariasis, dengan morbidity rate 23,7% dan mortality rate 0,02%. Penderita
trichuriasis diperkirakan 1,3 milyar penduduk dunia, dengan morbidity rate 20,9%
dan mortality rate 0,005%, sementara 1,3 milyar penduduk dunia menderita infeksi
hookworms dengan morbidity rate 12,3% dan mortality rate 0,04% (Sur, 2003, dan
Mascie, 2006).
menunjukkan prevalensi yang relatif tinggi, lebih dari 60-70%, dan prevalensi
terbesar ditemukan pada anak balita dan anak usia sekolah dasar (Judarwanto, 2005).
Awastni et.al., 2003 juga menyatakan infeksi cacing memiliki efek yang
kronis dan menginfeksi lebih dari 33,3 % penduduk dunia yang akan terinfeksi
seumur hidup. Diperkirakan infeksi cacing menimbulkan 12% dari total beban
penyakit/disease burden.
kesehatan masyarakat yang utama di negara miskin atau negara berkembang, dan
menempati urutan tertinggi pada angka kesakitan yang ditimbulkan pada anak usia
sekolah. Terjadinya infeksi tidak hanya bergantung pada kondisi lingkungan ekologi
suatu wilayah saja, tetapi juga bergantung pada standar sosioekonomi masyarakat
setempat.
tumbuh menjadi sumber daya manusia yang potensial di masa yang akan datang
sehingga perlu diperhatikan dan disiapkan untuk dapat tumbuh sempurna baik fisik
peneliti ternyata menunjukkan bahwa usia sekolah merupakan golongan yang sering
RI,2004),
Perilaku hidup tidak bersih dan tidak sehat merupakan salah satu penyebab
terjadinya kecacingan pada anak. Penyakit kecacingan ditularkan melalui tangan yang
kotor, kuku panjang dan kotor menyebabkan telur cacing terselip. Penyebaran
penyakit cacing salah satu penyebabnya adalah kebersihan pribadi (personal hygien)
yang masih buruk. Penyakit cacing dapat menular di antara murid sekolah yang
sering berpegang tangan sewaktu bermain dengan murid lain yang kukunya tercemar
rendah dan perilaku hidup sehat yang belum memadai (Rampengan, 1997).
sanitasi lingkungan dan makanan meliputi mandi pakai sabun 2 kali sehari,
Memotong dan membersihkan kuku, Cuci tangan sebelum makan dan sehabis buang
air besar, Memasak makanan dan minuman, Buang air besar di jamban yang
apabila masyarakat turut berperan aktif dalam program, termasuk orang tua murid
harus diyakinkan pentingnya program tersebut. Infeksi ini lebih banyak ditentukan
hidup bersih dan sehat seperti menghindari kontak dengan tanah yang kemungkinan
terkontaminasi feses manusia, cuci tangan dengan sabun dan air sebelum memegang
makanan, lindungi makanan dari tanah dan cuci atau panaskan makanan yang jatuh
tangan sebelum makan, kebiasan memakai sandal, keadaan kuku dan frekuensi
potong kuku terhadap kejadian infeksi cacing. Sejalan dengan Sutanto (1992), di SD
jarakan dan SD Ngoto Kecamatan sewon Bantul Yogyakarta tentang infeksi cacing
yang ditularkan melalui tanah menunjukan bahwa intensitas infeksi Ascaris dan
Salah satu gejala yang sering ditimbulkan oleh adanya infeksi cacingan adalah
muntah dan mencret (diare). Selain itu, Ascaris lumbricoides yang merupakan salah
satu jenis cacing perut yang umum dijumpai pada anak-anak dapat menyebabkan
kematian karena penyumbatan pada usus halus dan saluran empedu (Siregar, 1996).
sasaran anak Sekolah Dasar, Prevalensi kecacingan di Indonesia antara 4,8 % sampai
dengan 83,0 %. Infeksi cacing menyebabkan kehilangan darah murid sekolah dasar
di Indonesia sebanyak 16.863.000 liter darah per tahun (Dirjen P2M & PL, 2004).
Aceh darussalam tahun 2006, didapatkan persentase kecacingan yang tertinggi adalah
Kabupaten Aceh Barat (56.60%), Aceh Besar (50.75), Pidie (45,65%), Biruen
persentase kecacingan paling tinggi, Dari 208 murid SD yang diperiksa terdapat 60
terlebih dahulu mencuci tangan, memiliki kuku yang kotor, serta memakan jajanan
1.2. Permasalahan
a. Dinas Kesehatan
b. Puskesmas
Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan dalam usaha pencegahan dan
c. Masyarakat
kecacingan.
d. Peneliti