Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Makalah Diselesaikan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Media
Pembelajaran Biologi
Dosen Pengampu:
Miza Nina Adlini, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 8
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Hannafin dan Pect”.
Tugas ini kami buat untuk memenuhi salah satu mata kuliah Media Pembelajaran Biologi.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Dosen mata kuliah yang bersangkutan Ibu “Miza Nina Adlini, M.Pd” yang telah memberikan
tugas kepada kami demi menumbuhkan dan mengembangkan wawasan dan pengetahuan kami.
Sebelumnya kami memohon maaf apabila penulisan tugas ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami mengharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan pada
penulisan tugas selanjutnya.
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hannafin Dan Pect..........................................................................3
B. Model Model Hannafin Dan Pect.....................................................................4
C. Kekurangan Dan Kelebihan Hannafin Dan Pect..............................................6
D. Aplikasi Desain Hannafin Dan Pect................................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................8
B. Saran...................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemudahan dan hasil yang maksimal menjadi prioritas yang harus selalu diutamakan.
Untuk menunjang kegiatan Tri Dharma di Perguruan Tinggi diperlukan sarana pendukung
Teknologi Informasi seperti e-Education, eLearning, e-Research, dan e-Society. Selain faktor
biaya, kualitas pelayanan adalah tujuan masyarakat memilih tempat yang tepat untuk menuntut
ilmu. Begitu juga pelayanan di perguruan tinggi, untuk mendapatkan hasil dan pelayanan yang
optimal dalam proses pengembangan dibutuhkan waktu yang tidak sedikit. Untuk
menghasilkan hasil dan pelayanan yang lebih baik, dibutuhkan pengembangan model
pembelajaran. Salah satu model Model pembelajaran yang banyak dipergunakan adalah model
Hannafin dan Peck.
Model Hannafin dan Peck merupakan model pembelajaran berorientasi produk dimana
tahap-tahap dalam model Hannafin and Peck: tahap analisis keperluan, tahap desain, dan tahap
pengembangan dan implementasi. pengembangan Model Hannafin dan Peck (1988)
menekankan proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses
pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara
berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan Peck (1988) menyebutkan dua jenis penilaian
yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang
dilakukan sepanjang proses pengembangan media sedangkan penilaian sumatif dilakukan
setelah media telah selesai dikembangkan.
Pada penelitian ini akan dikembangkan suatu media pembelajaran interaktif berbasis
web yang berorientasi produk sebagai salah satu sarana meningkatkan mutu pendidikan dalam
proses pembelajaran pada mata kuliah pemrograman web. Penggunaan media pendidikan
dapat membantu proses belajar siswa dalam poses belajar mengajar yang pada gilirannya dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Manfaat media pembelajaran modul interaktif ini
diharapkan akan memotivasi siswa untuk belajar mandiri, kreatif, efektif dan efisien. Selain itu
dengan media pembelajaran modul interaktif ini, diharapkan dapat mengurangi kejenuhan
siswa karena selama ini proses pembelajaran yang dilakukan oleh kebanyakan pengajar adalah
metode tatap muka (ceramah) yang menyebabkan siswa menjadi jenuh dan bosan sehingga
menyebabkan motivasi siswa menurun.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud perencanaan pembelajaran?
1
2. Bagaimana model hannafin dan pect?
3. Bagaimana kekurangan dan kelebihan hannafin dan pect?
4. Bagaimana aplikasi desain hannafin dan pect?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui model hannafin dan pect.
3. Untuk mengetahui kekurangan dan klebihan hannafin dan pect.
4. Untuk mengetahui aplikasi desain hannafin dan pect.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan berasal dari kata rencana atau dalam Bahasa Inggris kita biasa
menyebutnya “Planing”. Dari kata rencana itu sendiri kita dapat artikan sesuatu yang akan
dilakukan. Dengan demikin perencanan adalah susunan dari beberapa hal yang akan dilakukan.
Seperti dikutip dalam buku Administrative Action Techniques of Organization and
Management karangn William H. Newman (Abdul Majid, 2011:15) menjelaskan bahwa :
Perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung
rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan
kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan
kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.
Perencanaan erat kaitannya dengan tujuan dari diadakannya suatu kegiatan. Ketika suatu
kegiatan memiliki tujuan yang jelas maka penjabaran dari tujuan tersebut adalah susunan rencana
yang akan dijalankan. Perencanaan menjadi penentu dari kebijakan-kebijakan yang dibuat,
mennentukan program-program yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal, serta
menentukn metode-metode dan prosedur tertentu agar kegiatan yng dilaksnakan dapat berjalan
dengan lancar dan memberikan manfaat. Dengan kata lain, perencanaan dapat menghasilkan
keputusan-keputusan yang disusun dan akan dilaksanakan dikemudian hari. Seperti yang
dikemukakan oleh Nana Sudjana dalam Abdul Majid (2011:16) bahwa perencanan adalah proses
yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu
yang akan datang.
Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk
membantu agar dapat terjaditransfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik.
Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman pesertadidik, perumusan tujuan
pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi.
Idealnyaproses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis
dan dapat terjadi hanya pada siswa dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas. Secara
umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan kedalam model berorientasi kelas,
model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar.
Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu produk,
biasanya media pembelajaran, misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau
modul. Contoh modelnya adalah Model Hannafin And Peck.
3
B. Model Hannafin and Pect
Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan bahan ajar ini adalah Hannafin
& Peck Model (1988) yang merupakan salah satu model desain pembelajaran sistematik.
Romiszowski (1996) mengemukakan bahwa pada tingkat desain materi pembelajaran dan
pengembangan, sistematik sebagai aspek prosedural pendekatan sistem telah diwujudkan dalam
banyak praktik metodologi untuk desain dan pengembangan teks, materi audiovisual, dan materi
pembelajaran berbasis komputer. Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan bahwa model
ini dikembangkan secara sistematis dan berpijak pada landasan teoretis desain pembelajaran.
Model Hannafin dan Peck adalah model desain pembelajaran yang terdiri dari tiga fase yaitu
fase analisis kebutuhan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi serta setiap tahap
selalu melewati tahapan evaluasi dan revisi1. Model ini adalah model desain pembelajaran
berorientasi produk.
Gambar 1. di baw3ah ini menunjukkan tiga fase utama dalam model Hannafin dan
Peck.
Model ini menekankan pada proses evaluasi dan revisi yang mengikutsertakan proses-
proses pengujian dan penilaian media dengan melibatkan ketiga fase secara
berkesinambungan. Dua jenis evaluasi yang dimaksud yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan sepanjang proses pengembangan
media, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan.
1
Michel J. Hannafin dan Kyle L. Peck, The Design, Development, and Evaluation of Instructional Software (New
York: Macmillan Publishing Company, 1988), h.60.
4
Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang terdiri dari pada tiga fase yaitu
fase Analisis keperluan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi (Hannafin & Peck
1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini
adalah model desain pembelajaran berorientasi produk.
1. Fase pertama
Model Hannafin dan Peck adalah analisis kebutuhan. Fase ini diperlukan untuk
mengidentifikasi kebutuhankebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran
termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan
dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media
pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi Hannafin dan Peck (1988)
menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum meneruskan
pembangunan ke fase desain.
2. Fase kedua
Model Hannafin dan Peck adalah fase desain. Di dalam fase ini informasi dari fase analisis
dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media
pembelajaran. Hannafin dan Peck (1988) menyatakan fase desain bertujuan untuk
mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan
pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah
dokumen story board yang mengikut urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan
pelajaran dan objektif media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis
keperluan. Seperti halnya pada fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase ini
sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan implementasi.
3. Fase ketiga
Model Hannafin dan Peck adalah fase pengembangan dan implementasi. Hannafin dan Peck
(1988) mengatakan aktivitas yang dilakukan pada fase ini ialah penghasilan diagram alur,
pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif. Dokumen story board akan
dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alir yang dapat membantu proses pembuatan
media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti
kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini. Hasil dari proses
penilaian dan pengujian ini akan digunakan dalam proses pengubahsuaian untuk mencapai
kualitas media yang dikehendaki. Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses
penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses pengujian dan penilaian
media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan. Lebih lanjut
Hannafin dan Peck (1988) menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif
5
C. Kelebihan dan Kekurangan Hannafin dan Pect
Kelebihan model Desain Hannafin and Peck ini adalah sebagai berikut:
1. Menekankan proses penilaian dan pengulangan yang melibatkan 3 fase.
2. Dapat menentukan hal utama dari apa yang dibutuhkan dalam pendidikan.
3. Dapat memecahkan kesenjangan dari analasis performance.
Kekurangan model Desain Hannafin and Peck kekurangan model Desain Hanafin and Peck ini
adalah sebagai berikut:
1. Media pembelajaran dengan bahan yang ada karena berorientasi pada produk.
2. Dalam produk atau program pembelajarannya memerlukan uji coba dan revisi terlebih
dahulu.
3. Masalah yang mungkin bisa diselesaikan adalah tentang pengembangan bahan dan alat-alat.
6
yang diajarkan olehnya.
3. Analisis pengguna
Pada analisis ini peneliti atau guru dapat mengembangkan video simulasi kersipan pada mata
pelajaran yang diampunya, sehingga dapat digunakan dalam menyampaikan materi
pelajarandikelas. Guru dituntut mampu mengoperasionalkan laptop, LCD danmedia lainnya
yang berada didalam kelas sebagai pendukung dalam pembelajaran sehingga memudahkan
dalam mengoperasikan media yang diguanakan.
4. Desain produk
Rancang-bangun perangkat ajar dilakukan berdasarkan hasilanalisis fasa 1 dan diperoleh
prototipe/naskah awal. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, maka diputuskan suatudesain
Silabus dan RPP bercirikan pembelajaran kooperatif tipe GI dengan menggunakan
lingkungan sebagai media dan sumber belajar. Format silabus yang dikembangkan
disesuaikan dengan format KTSP yang terdiri dari komponen: SK, KD, materi, kegiatan
belajar, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber/bahan.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung
rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan
kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan
kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari. Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media
teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjaditransfer pengetahuan secara
efektif antara guru dan peserta didik.
Model Hannafin dan Peck adalah model desain pembelajaran yang terdiri dari tiga fase yaitu
fase analisis kebutuhan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi serta setiap tahap
selalu melewati tahapan evaluasi dan revisi.
Kelebihan model Desain Hannafin and Peck ini adalah sebagai berikut:
1. Menekankan proses penilaian dan pengulangan yang melibatkan 3 fase.
2. Dapat menentukan hal utama dari apa yang dibutuhkan dalam pendidikan.
3. Dapat memecahkan kesenjangan dari analasis performance.
Kekurangan model Desain Hannafin and Peck kekurangan model Desain Hanafin and Peck
ini adalah sebagai berikut:
1. Media pembelajaran dengan bahan yang ada karena berorientasi pada produk.
2. Dalam produk atau program pembelajarannya memerlukan uji coba dan revisi terlebih
dahulu.
3. Masalah yang mungkin bisa diselesaikan adalah tentang pengembangan bahan dan alat-alat.
Pengembangan ini sesuai dengan langkah-langkah yang ditetapkan pada model hanafin and
peck.
1. Analisis kebutuhan
2. Analisis media
3. Analisis pengguna
4. Analisis produk
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan
makalh ini dimasa yang akan datang.
8
DAFTAR PUSTAKA
Romiszowski, A.J. 1996. System approach to design and development. Dalam Plomp, T. & Ely,
D.P. (editor in chiefs). International Encyclopedia of Educational Technology. Oxford:
Pergamon Press, halm. 37-43.
Afandi, Muhammad dan Badarudin. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Majid, Abdul. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Wibisono, wisnu.dkk. 2017. Keefektifan Video Simulasi Kearsipan Pada Sekolah Menengah
Kejuruan. Semarang : Universitas Semarang . vol 4 No. 2 p -ISSN 2088-286. e - ISSN 2476-
9401
Suryana, Made.dkk.,PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAKMEMGGUNAKAN MODEL
HANNAFIN & PECK UNTUK MATA PELAJARAN RENCANA ANGGARAN BIAYA, e-
Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Teknologi
Pembelajaran (Volume 4 Tahun 2014).