Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu
berhubungan dengan individu manusia. Keadaan yang harus disadari adalah
setiap individu merupakan bagian dari keluarga dan dikeluarga juga semua
dapat diekspresikan. Status sehat atau sakit dalam keluarga saling
mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi
seluruh keluarga dan sebaliknya mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan
status kesehatan anggota keluarga. Keluarga cenderung dalam pembuatan
keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para
anggota keluarga. Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga
baiasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka
hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut
sebagai rumah tangga mereka.
Pada usia yang sudah masuk pada fase dewasa, status kesehatan kadang
bisa bertambah buruk atau baik sesuai dengan pola hidup yang dijalaninya.
Masalah kesehatan yang biasa terjadi pada usia dewasa salah satunya adalah
penyakit hipertensi. Prevalensi Hipertensi akan terus meningkat tajam dan
diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia
terkena Hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta
orang setiap tahun, dimana 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang
1/3 populasinya menderita Hipertensi sehingga dapat menyebabkan
peningkatan beban biaya kesehatan.
Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014,
Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5
(lima) pada semua umur.
Prevalensi Hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 25,8%,
tertinggi di Kepulauan Bangka Belitung (30,9%), sedangkan terendah di

1
Papua sebesar (16,8%). Berdasarkan data tersebut dari 25,8% orang yang
mengalami hipertensi hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak
terdiagnosis. Data menunjukkan hanya 0,7% orang yang terdiagnosis tekanan
darah tinggi minum obat Hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar penderita Hipertensi tidak menyadari menderita Hipertensi ataupun
mendapatkan pengobatan.
Hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik menyebabkan
komplikasi seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner, Diabetes, Gagal Ginjal
dan Kebutaan. Kerusakan organ target akibat komplikasi Hipertensi akan
tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi
tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Organ-organ tubuh
yang menjadi target antara lain otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat juga
berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer itu sendiri.
Selain itu Hipertensi banyak terjadi pada umur 35-44 tahun (6,3%), umur
45-54 tahun (11,9%), dan umur 55-64 tahun (17,2%). Sedangkan menurut
status ekonominya, proporsi Hipertensi terbanyak pada tingkat menengah
bawah (27,2%) dan menengah (25,9%).

1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini yaitu
bagaimana konsep keluarga, konsep keluarga dewasa dan bagaimana asuhan
keperawatan keluarga pada agregat dewasa dengan hipertensi ?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga pada agregat dewasa
dengan Hipertensi
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui konsep keluarga dewasa dan asuhan keperawatan
pada agerat dewasa dengan hipertensi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KONSEP KELUARGA


2.1.1. Pengertian
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau
lebih masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari
bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek. (Raisner, 2009).
Duvall (1986, dalam Ali, 2009), menguraikan bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang
bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari
setiap anggota keluraga.
Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu
dewasa dan anak yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan.
Keluarga bukan sekedar gabungan dan jumlah dari beberapa individual.
Keluarga memiliki keragaman seperti anggota individunya dan klien
memiliki nilai – nilai tersendiri mengenai keluarganya yang harus
dihormati. Keluarga sebagai suatu kelompok hubungan yang
indentifikasi klien sebagai keluarga atau jaringan individu yang
mempengaruhi kehidupan masing – masing tanpa melihat adanya
hubungan biologis atau pun hukum (Perry, 2009, hal 202).
Menurut (Friedman, 1998), membuat defenisi yang berorientasi pada
tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas :
a. Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam
satu rumah, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap
menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

3
c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain
dalam peran – peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu,
anak laki – laki dan anak perempuan, saudara dan saudari.
d. Keluarga sama – sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur
yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
2.1.2. Tipe Keluarga
Menurut (Friedman, 2009), adapun tipe keluarga sebagai berikut :
a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (The nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau
angkat).
2) Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
3) Single Parent  
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung
atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
4) Single adult living alone
Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri.
5) The childless
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan
karena mengejar karir atau pendidikan.
6) Keluarga Besar (The extended family)
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain,
seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari
minggu atau hari libur saja.
8) Multi generation
Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama
dalam 1 rumah.

4
9) Kin-network family
Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang
sama.
10) Blended family
Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan
anak dari perkawinan sebelumnya.
11) Keluarga usila
Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia lanjut,
sedangkan anak sudah memisahkan diri.
b. Tipe keluarga non tradisional
1) Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The unmerrid
teenage mother).
Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak
dari hubungan tanpa nikah.
2) The step parents family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family
Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami yang
menggunakan fasilitas secara bersama.
4) The nonmarrital hetero seksual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
5) Keluarga Homoseksual (Gay and lesbian family)
Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah
sebagaimana pasangan suami istri.
6) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
alasan tertentu.
7) Group marriage family
Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi
sesuatu termasuk seks dan membesarkan anak.

5
8) Group nertwork family
Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup
berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan
bertanggung jawab membesarkan anak.
9) Foster family
Keluaraga yang menerima anak yang tidak ada  hubungan saudara
untuk waktu sementara.
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen
karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.
2.1.3. Fungsi Keluarga
Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar
keluarga yaitu :
a. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif
tampak pada kebahagian dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang
positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangan melalui interaksi
dan hubungan dalam kelurga. Dengan demikian kelurga yang
berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat
mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu
dipenuhi oleh keluarga dalam fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima,
saling mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang
mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain
maka kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan

6
maningkat yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat
dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga
merupakan modal dasar memberi hubungan dengan orang lain
diliat keluarga atau masyarakat.
2) Saling menghargai bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta
selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif
akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan
melalui proses identifikasi dan penyesuian pada berbagai aspek
kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengemban
proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru
perilaku yang positif tersebut.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kabahagian keluarga keretakan keluarga. Keretakan keluarga,
kenakalan anak atau masalah kelurga timbul karena fungsi afektif
keluarga tidak terpenuhi.
b. Fungsi sosialisasi
Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir,
keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.
Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui
interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan
dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-
norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan
keluaarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.

7
d. Fungsi ekonomi
Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang seperti
kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan
merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga
memberikan asuahan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan kelurga melaksanakan pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan.Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1) Mengenal masalah.
2) Membuat keputusan tindakan yang tepat.
3) Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan
masyarakat.
2.1.4. Dimensi Struktur Keluarga
Menurut (Friedman, 2009), struktur keluarga terdiri atas:
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
1) Bersifat terbuka dan jujur.
2) Selalu menyelesaikan konflik keluraga.
3) Berfikir positif.
4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi :
1) Karakteristik pengirim:
a) Yakin dalam mengemukakan pendapat.
b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
c) Selalu minta maaf dan menerima umpan balik.

8
2) Karakteristik penerima :
a) Siap mendengar.
b) Memberikan umpan balik.
c) Melakukan validasi.
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau
status individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami atau istri
atau anak.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dalam (potensial atau aktual)
dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk
merubah prilaku seseorang kearah positif. Tipe struktur kekuatan
antara lain :
1) Legitimate power/authority : Hak untuk mengatur seperti orang
tua pada anak.
2) Referent power : Seseorang yang ditiru.
3) Reword power : Pendapat ahli.
4) Coercive power : Dipaksakan sesuai keinginan.
5) Informational power : Pengaruh melalui persuasi.
6) Affectif power : Pengaruh melalui manipulasi cinta kasih.
d. Nilai –nilai dalam keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak, memepersatukan anggota keluarga dalam
satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman prilaku
dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma
adalah pola perilaku yang baik, menurut masyrakat bardasarkan
sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola
perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan
untuk menyelesaikan masalah.

9
2.1.5. Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap I : Keluarga pemula
Tugas perkembangan keluarganya adalah membangun
perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan ikatan
persaudaraan secara harmonis, keluarga berencana (keputusan
tentang kedudukan sebagai orang tua.
b. Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak
Tugas perkembangan keluarganya adalah membentuk keluarga
muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru
ke dalam keluarga), mempertahankan pernikahan yang memuaskan,
dan memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua, kakek dan nenek.
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tugas perkembangan keluarganya adalah memenuhi kebutuhan
anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan
dan lain-lain kemudian mensosialisasikan anak, mempertahankan
hubungan yang sehat di dalam keluarga (hubungan perkawinan dan
hubungan orang tua serta anak) dan diluar keluarga (keluarga besar
dan komunitas).
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas perkembangan keluarganya adalah mensosialisasikan
anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat,
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan, memenuhi
kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembanyan keluarganya adalah mengembangkan
kebebasan bertanggungjawab ketika anak remaja menjadi dewasa
dan semakin mandiri, memfokuskan kembali hubungan pernikahan,
berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.

10
f. Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
Tugas perkembangan keluarganya adalah memperluas siklus
keluarga dengan memasukkan anggota keluarga yang baru yang
didapat melalui pernikahan anak-anak, melanjutkan/memperbarui
keharmonisan pernikahan dan menyesuaikan kembali hubungan
pernikahan, membantu orang tua lanjut usia dan cenderung sakit-
sakitan dalam kehidupan dan kesehatannya.
g. Tahap VII : Orangtua usia pertengahan
Tugas perkembangan keluarganya adalah menciptakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan
hubungan harmonis dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan
anak-anak, memperkokoh hubungan pernikahan.
h. Tahap VIII : Keluarga usia tua.
Tugas perkembangan keluarganya adalah mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan diri terhadap
pendapatan yang menurun, menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi,
meneruskan upaya memahami eksistensi mereka/penelaahan dan
integrasi hidup.
2.1.6. Peran Perawat Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang
ditujukan pada keluarga sebagai unti pelayanan untuk mewujudkan
keluarga sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan
keluarga (Suprajitno, 2004). Peran perawat dalam melakukan perawatan
kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Suprajitno, 2004) :

11
a. Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga
agar:
1) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara
mandiri.
2) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan agar pelayanan
komperhensif dapat dicapai. Koordianasi juga diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu
agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c. Pelaksanaan
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien
dan keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.
d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan hime visit
yang teratur untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian
tentang kesehatan keluarga
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada
perawat, hubungan perawat dan klien harus terbina dengan baik,
kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi yang
disampaikan secara terbuka dapat dipercaya.
f. Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit
dan anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga
yang optimal.
g. Fasilisator

12
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah
sosial ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistem
pelayanan kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.

h. Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di
masyrakat sehingga menghindari dari ledakan kasus atau wabah.
i. Modifikasi lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah
maupun masyarakat agar tercipta lingkungan sehat.

2.2. KONSEP KELUARGA DEWASA


2.2.1. Karakteristik Keluarga Dewasa
Menurut Hurlock (1991: 247-252), ciri-ciri umum perkembangan
fase usia dewasa awal sebagai berikut:
a. Masa pengaturan, usia dewasa awal merupakan saat ketika seseorang
mulai menerima tanggungjawab sebagai orang dewasa.
b. Usia reproduktif, usia dewasa awal merupakan masa yang paling
produktif untuk memiliki keturunan, dengan memiliki anak, mereka
akan memiliki peran baru sebagai orang tua.
c. Masa bermasalah, pada usia dewasa awal akan muncul masalah-
masalah baru yang berbeda dengan masalah sebelumnya,
diantaranya masalah pernikahan.
d. Masa ketegangan emosional, usia dewasa awal merupakan masa
yang memiliki peluang terjadinya ketegangan emosional, karena
pada masa itu seseorang berada pada wilayah baru dengan harapan-
harapan baru, dan kondisi lingkungan serta permasalahan baru.
e. Masa keterasingan sosial, ketika pendidikan berakhir seseorang akan
memasuki dunia kerja dan kehidupan keluarga. Seiring dengan itu,
hubungan dengan kelompok teman sebaya semakin renggang.

13
f. Masa komitmen, pada usia dewasa awal seseorang akan menentukan
pola hidup baru, dengan memikul tanggungjawab baru dan memuat
komitmen-komitmen baru dalam kehidupan.
g. Masa ketergantungan, meskipun telah mencapai status dewasa dan
kemandirian, ternyata masih banyak orang dewasa awal yang
tergantung pada pihak lain.
h. Masa perubahan nilai, jika orang dewasa awal ingin diterima oleh
anggota kelompok orang dewasa.
i. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
j. Masa kreatif, masa dewasa awal merupakan puncak kreativitas.
2.2.2. Tugas Perkembangan
Sudah umum diakui bahwa suatu perkembangan tidak berhenti
pada waktu orang mencapai kedewasaan fisik pada masa remaja atau
kedewasaan sosial pada masa dewasa awal. Selama manusia
berkembang maka akan terjadi perubahan-perubahan yakni
perkembangan-perkembagan yang dialami oleh individu tersebut.
Perubahan tersebut terjadi pada fungsi biologis dan motoris,
pengamatan dan berpikir, motif-motif dan kehidupan afeksi, hubungan
sosial serta integrasi masyarakat.  Perubahan fisik yang menyebabkan
seseorang bekurang harapan hidupnyadisebut proses menjadi tua.
Proses ini merupakan sebagian dari pada keseluruhan proses menjadi
tua. Proses ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor kehidupan
bersama dan faktor pribadi orang itu sendiri, yaitu  regulasi diri sendiri.
Perkembangan dalam arti tumbuh, bertambah besar, mengalami
diferensiasi, yaitu sebagai proses perubahan yang dinamis pada  masa
dewasa berjalan bersama keadaan menjadi tua. Dalam hal ini ada tiga
macam perubahan, yaitu dalam tubuh orang yang menjadi tua, dalam
kedudukan sosial, dan dalam pengalaman batinnya.
Berbagai perubahan ini terjadi selama hidup seseorang meskipun
tidak harus terkait pada usia tertentu secara eksak. Tempo dan bentuk

14
akhir proses penuaan berbeda-beda pada orang yang satu dengan orang
yang lain.
Seperti halnya sulit untuk menentukan kapan dimulainya fase
dewasa, begitu pula dirasa sulit untuk menunjukkan kapan dimulainya
proses menjadi tua. Hal itu sebetulnya tidak terlalu penting bila
pendapat mengenai orang lanjut usia tidak diwarnai oelh gambaran citra
yang negatif seperti yang ada pada masyarakat pada umumnya. (F.J.
Monks. 2006. 323-324)
Berikut tugas perkembangan pada keluarga dewasa :
a. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin
memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap
melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukakn hubungan
seksual denga lawan jenisnya, asalkan memnuhi persyaratan yang
sah (perkawinan yang resmi). Untuk sementara waktu, dorongan
biolohid tersebut mungkin akan ditahan terlebih dahulu.
Mereka akan beruapaya mencari calon teman hidup yang cocok
untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk
membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan
menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa
tertentu, sebagai persyaratan pasangan hidupnya. Setiap orang
mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
b. Membina kehidupan rumah tangga
Sikap yang mandiri merupakan langkah positif bagi mereka
karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memaasuki
kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka
juga harus dapat membentuk, membina, danmengembangkan
kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat
mencapai kebahagiaan hidup.
c. Meniti karir dalam rangkan memantapkan kehidupan ekonomi
rumah tangga

15
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi
atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja,
guna menerapkan ilmu dan keahliannya, mereka berupaya menekuni
karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, sertamemberi
jaminan masa depan keuangan yang baik.
d. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang
ingin hidup tenang, damai, dan bahagia ditengah-tengah masyarakat.
Syarat-syarat untuk menjadi warga negara yang baik harus dipenuhi
oleh seseorang, sesuai dengan norma sosial budaya yang berlaku di
masyarakat
2.2.3. Peran Perawat Pada Keluarga Dewasa
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi
pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan
antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui
beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan
mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan
tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga
serta tugas tugas perkembangannya. Hal ini penting mengingat tugas
perawat dalam mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan
terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau aktual. Tugas
bantuan pelayanan kesehatan antara lain:
a. Nasehat meningkatkan hubungan antara anggota keluarga
b. Nasehat untuk hidup mandiri
c. Nasehat kepada anak dewasa yang akan memulai sebuah keluarga
2.2.4. Pertimbangan Kesehatan
Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan
utama minimum. Akan tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan
mereka pada resiko penyakit atau kecacatan selama masa dewasa
tengah atau akhir. Dewasa awal mungkin juga rentan secara genetik

16
terhadap penyakit kronis tertentu seperti diabetes mellitus dan
hiperkolesterolemia keturunan ( Price dan Wilson, 1992). Penyakit
crohn, radang kronis pada usus halus lebih umum terjadi pada usia 15-
35 tahun. Insiden infertalitas juga meningkat pada masa sekarang yang
mempengaruhi 15-20% dewasa sehat lain, banyak klien infertile
merupakan dewasa awal (Bobak dan Jensen, 1993)
a. Masalah Fisiologis
1) Faktor Resiko
Faktor risiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari
komunitas, gaya hidup dan riwayat keluarga. Faktor risiko ini
mempunyai kategori sebagai berikut ;
a) Kematian dan Cedera karena kekerasan
Kekerasan adalah penyebab terbesar mortalitas dan
morbilitas pada populasi dewasa awal. Kematian dan cedera
dapat terjadi karena serangan fisik, kecelakaan kendaraan
bermotor atau kecelakaan lain dan usaha bunuh
diri.Pengkajian faktor yang mempredisposisi kekerasan
yang mengakibatkan cedera atau kematian, yaitu :
 Kemiskinan
 Keretakan keluarga
 Penganiayaan
 Pengabaian anak
Penting sekali bila seseorang perawat melakukan
pengkajian psikososial secara keseluruhan termasuk faktor
seperti: pola perilaku, riwayat penganiayaan fisik dan
peyalahgunaan zat, pendidikan, riwayat pekerjaan dan
system pendukung sosial untuk mengetahui faktor risiko
terhadap kekerasan personal dan lingkungan.
b) Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan zat secara langsung maupun tidak
langsung berperan terhadap mortalitas dan morbilitas pada

17
dewasa awal. Intoksikasi pada dewasa awal dapat
menyebabkan cedera berat dalam kecelakaan kedaraan
bermotor yang dapat mengakibatkan kematian atau
kecacatan permanen. Penyalahgunan pada obat stimulan
dan depresan yang (“upper”) dapat menekan system
kardiovaskuler dan persyarafan yang dapat meluas sehingga
menyebabkan kematian.
Penyalahgunaan zat tidak selalu dapat didiagosa,
khususnya pada tahap awal. Informasi yang penting
mungkin diperoleh dengan membuat pertanyaan yang
spesifik tentang masalah medis di masa lalu, perubahan
masukan makanan, pola tidur atau masalah labilitas emosi.
Laporan penangkapan karena mengemudi saat intoksikasi,
penganiayaan istri dan anak atau perilaku yang melanggar
peraturan untuk memeriksa kemungkinan penyalahgunaan
obat secara cermat (Winger, Hofmam dan Woods, 1992).
c) Kehamilan yang tidak diinginkan
Kehamilan yang tidak direncanakan meskipun lebih
umum terjadi pada masa remaja, sebanyak 55% kemamilan
terjadi pada wanita dewasa awal dan tengah (Alan
Guttmacher Institute). Kehamilan yang tidak direncanakan
dapat mempunyai efek fisik dan emosional jangka panjang
pada masa awal dewasa. Kehamilan yang tidak
direncanakan adalah sumber stress yang berkelanjutan.
Sering kali dewasa awal yang mempunyai tujuan
pendidikan, karier dan mengutamakan perkembangan
keluarganya. Gangguan pada tujuan tersebut dapat
mempengaruhi hubungan masa depan dan hubungan orang
tua-anak nantinya.
d) Penyakit Menular Seksual (PMS)

18
Penyakit menular seksual yaitu sifilis, klamidia,
gonore, herpes genital dan AIDS. Penyakit sekual menular
mempunyai efek yang cepat seperti keluarnya rabas,
ketidaknyamanan dan infeksi. PMS juga memicu gangguan
kronis yang diakibatkan penyakit herpes genital, infertilitas
yang diakibatkan gonore atau bahkan kematian yang
disebabkan AIDS. Penyakit ini dapat terjadi pada orang
yang aktif secara seksual dan diperkirakan hampir dua
pertiga kasus PMS terjadi pada individu berusia antara 15-
24 tahun (Killion,1994).
2) Faktor Lingkungan dan Pekerjaan
Faktor lingkungan dan pekerjaan yang umum yaitu :
paparan terhadap partikel udara yang dapat menyebabkan
penyakit paru dan kanker. Penyakit paru yang termasuk silikosis
berasal dari inhalasi bedak atau debu silikon dan emfisema
karena  kanker disebabkan paparan tentang pekarjaan dapat
menyerang paru, hati, otak, darah atau kulit. Pertanyaan tentang
paparan pekerjaan terhadap bahan-bahan berbahaya harus
menjadi bagian rutin pengkajian perawat.   
b. Gaya Hidup
Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang large dan
higiene personal yang buruk meningkatkan risiko penyakit di masa
depan. Riwayat penyakit dalam keluarga seperti kardiovaskular,
ginjal, endokrin atau neoplastik meningkatkan risiko penyakit juga.
Peran perawat dalam meningkatkan kesehatan yaitu mengidentifikasi
faktor yang meningkatkan risiko masalah kesehatan pada dewasa
awal.
Merokok adalah faktor risiko penyakit paru, jantung dan
vaskular yang diketahui dengan baik pada perokok dan orang yang
menghisap asap rokok. Inhalasi polutan rokok meningkatkan risiko
kanker paru-paru, emfisema dan bronkhitis kronis. Nikotin pada

19
tembakau adalah vasokontriktor yang bekerja pada arteri koroner,
darah meningkatkan risiko penyakit angina, infark miokard dan
arteri koroner. Nikotin juga menyebabkan penyempitan
vasokonstriksi perifer dan memicu masalah vaskular.
Stres lama meningkatkan wear and fear pada kapasitas adaptif
tubuh. Pola latihan dapat mempengaruhi status kesehatan. Latihan
yang dilakukan terus-menerus meningkatkan frekuensi nadi selama
15 sampai 20 menit 3 kali seminggu meningkatkan fungsi
kardiopulmonal dengan menurunkan rata-rata tekanan darah dan
denyut jantung. Selain itu latihan menurunkan kecenderungan
mudah lelah insomnia, ketegangan dan iritabilitas. Perawat harus
melakukan pengkajian muskuloskletal secara menyeluruh, termasuk
mobilitas sendi dan tonus otot, dan pengkajian psikososial untuk
meningkatkan toleransi terhadap stres dalam menentukan efek-efek
latihan.
Pada semua kelompok usia, kebiasaan higiene personal pada
dewasa awal dapat menjadi faktor risiko. Meminjamkan peralatan
makan dengan seseorang yang mempunyai penyakit yang mudah
menular meningkatkan risiko penyakit. Higiene gigi yang buruk
meningkatkan risiko penyakit periodontal.
Riwayat penyakit dalam keluarga menempatkan dewasa awal
pada risiko berkembangnya penyakit pada masa dewasa tengah atau
dewasa akhir. Contohnya, seorang pria muda yang ayah dan kakek
dari ayahnya yang mempunyai infark miokard (serangan jantung),
pada usia 50-an mempunyai risiko infark miokard di masa depan.
Adanya penyakit kronik tertentu dalam keluarga meningkatkan
risiko bagi anggota keluarga terhadap perkembangan penyakit itu.
Risiko penyakit keluarga jelas merupakan penyakit herediter.
Kurangnya kepatuhan untuk pemeriksaan skrining rutin dapat
menempatkan klien pada risiko penyakit berat karena kegagalan
deteksi dini.

20
c. Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan konsepsi involunter pada
pria, wanita atau pasangan.

2.2.5. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi


Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks
dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan
keluarga dan individu-individu sebagai keluarga. Tahapan dari proses
keperawatan keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, penyusunan perencanaan, perencanaan asuhan dan
penilaian. (Padila, 2012).
Hipertensi adalah faktor penyebab timbulnya penyakit berat seperti
serangan jantung gagal ginjal dan stroke. Tekanan darah orang
dikatakan hipertensi apabila 140/90 mmHg dan 139/89 mmHg disebut
prahipertensi sedangkan tekanan darah normal 120/80 mmHg (susilo
Wulandari, 1011).
Kerusakan organ target akibat komplikasi Hipertensi akan
tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya
kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Organ-
organ tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata, jantung, ginjal,
dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer itu
sendiri.
Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun
2014, Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab
kematian nomor 5 (lima) pada semua umur, termasuk dewasa.
Perkembangan menjadi dewasa dibagi menjadi 3, yaitu dewasa muda
(young adulthood) dengan usia berkisar antara 20-40 tahun, dewasa
menengah (middle adulthood) dengan usia berkisar anara 40-65 tahun,
dan dewasa akhir (late adulthood) dengan usia mulai dari 65 tahun
keatas (Papila dkk, 2008).

21
Hipertensi banyak terjadi pada umur 35-44 tahun (6,3%), umur 45-
54 tahun (11,9%), dan umur 55-64 tahun (17,2%). Sedangkan menurut
status ekonominya, proporsi Hipertensi terbanyak pada tingkat
menengah bawah (27,2%) dan menengah (25,9%).
1. Pengkajian
Model pengkajian keluarga terdiri dari 6 kategori yang luas,
yaitu: mengidentifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data
lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress koping dan
adapasi keluarga. (Friedman, 2012)
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat
mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota
keluarga yang dibinanya. Agar diperoleh data pengkajian yang
akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti yaitu bahasa yang
digunakan dalam aktivitas keluarga sehari-hari. (Andarmoyo, 2012:
91).
“Contoh kasus”
Tn. S (49 tahun) tinggal bersama keluarga, keluarga ini merupakan
keluarga inti. Keluarga ini terdiri dari Tn. S sebagai kepala keluarga,
Ny. S (45 tahun) sebagai ibu rumah tangga. Anak Tn. R berjumlah 2
orang yaitu An. U perempuan (21 tahun) dan An. F laki-laki (16
tahun). Ny. S sering mengalami nyeri kepala, tegang pada leher dan
terasa pusing. Ny S tidak tahu secara rinci tentang penyakit yang di
deritanya hanya mengetahui menderita darah tinggi saja. Saat dikaji
didapatkan data pemeriksaan fisik Ny. S yaitu :
1. T : 170/120 mmHg
2. N : 80x/menit
3. S : 36,0C
4. R : 20x/menit
5. Ny.S tampak lemah
6. Bunyi jantung regular

22
7. Tampak ada lingkaran hitam pada kelopak mata
8. Nyeri (+) pada tengkuk, skala 3 (0-5) (nyeri sedang)

a. Identifikasi Data
Pengkajian terhadap data umum keluarga menurut
Andarmoyo, (2012) meliputi:
1) Nama kepala keluarga (KK)
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan dan pendidikan KK
4) Komposisi keluarga
5) Genogram
6) Tipe keluarga :Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga
beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe
keluarga tersebut.
7) Suku bangsa :Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut
serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan.
8) Agama : Mengkaji agama yang dianut keluarga beserta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
9) Status sosial ekonomi keluarga :Status sosial keluarga
ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhankebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-banrang yang dimiliki
oleh keluarga.
10) Aktivitas dan reaksi keluarga : Reaksi keluarga tidak hanya
dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat reaksi tertentu, namun dengan menonton
TV dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas reaksi.

23
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perekembangan keluarga saat ini :Tahap
perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas tersebut belum
terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti :Menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga inti, di jelaskan mulai lahir hingga
saat ini yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya :Dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
(Andarmoyo, 2012).
c. Data Lingkungan
1) Karakteristik rumah : Karakteristik rumah diidentifikasi
dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan,
jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabot
rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan
sumber air minum yang digunakan serta dena rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW :Menjelaskan
mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat,
yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat
yang mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga :Mobilitas geografis keluarga
ditentukan dengan kebiasaan berpindah tempat.

24
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga interaksinya dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga :Jumlah keluarga yang sehat,
fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas
sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga :Menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur keluarga : Kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk
mengubah perilaku.
3) Struktur peran :Menjelaskan peran dari masing-masing
anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga :Menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan dengan
kesehatan.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif :Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri
anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya.
2) Fungsi sosialisasi :Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi
atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya, dan pelaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan :Menjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga

25
didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan
keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit,
menciptakan lingkungan dapat meningkatkan kesehatan dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas yang terdapat di
lingkungan setempat, (Andarmoyo, 2012).
f. Stres dan Koping Keluarga
1) Stresor jangka pendek :Stresor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari enam
bulan
2) Stresor jangka panjang : Stresor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari enam bulan
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah :Stresor
dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stresor.
4) Strategi koping yang digunakan : Dikaji strategi koping yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/stres
5) Strategi adaptasi disfungsional :Dijelaskan mengenai strategi
adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan/stres.
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan fisik yang di klinik.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan
diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan
hasil pengkajian keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga
termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat
keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk

26
menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman (Friedman,
2010).

Tipologi dari diagnosa keperawatan adalah:


a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan)
b. Diagnosa keperawatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan
apabila sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi
gangguan
c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan
suatu keadaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Tabel Skala Prioritas Masalah
N o k r i t e r i a B o b o t N i l a i
1 S i f a t m a s a l a h :
a. A k t u a 3
l 1 2
b. R e s i k 1
o
c. K e a d a a n
s e j a h t e r a
2 Kemungkinan masalah dapat diubah :
a. M u d a 2
h 2 1
b. S e b a g i a 0
n
c. T i d a k
d a p a t
3 Potensi masalah untuk dicegah :
a. T i n g g 1 3

27
i 2
b. C u k u 1
p
c. R e n d a
h
4 M e n o n j o l n y a m a s a l a h :
a. M a s a l a h b e r a t h a r u s s e g e r a 1 2
ditangani. 1
b. A d a m a s a l a h t a p i t i d a k h a r u s 0
ditangani
c. M a s a l a h t i d a k
d i r a s a k a n
Menurut Andarmoyo (2012) cara menentukan prioritas masalah:
a. Tentukan skor untuk setiap criteria
b. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikan dengan bobot

Skor
X Bobot
Angka tertinggi

c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria


d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnose
keperawatan keluarga
 Analisa Data
N o Data Subyektif dan Data Objektif Masalah Keperawatan
1 . D a t a S u b y e k t i f : Nyeri akut (00132)
Ny. S mengatakan selalu merasakan nyeri kepala, tegang
p a d a l e h e r d a n t e r a s a p u s i n g .
D a t a O b j e k t i f :
Data pemeriksaan fisik pada Ny.S
1. T : 1 7 0 / 1 2 0

28
m m H g
2. N : 8 0 x / m e n i t
3. S : 3 6 , 0 C
4. R : 2 0 x / m e n i t
5. N y . S t a m p a k
l e m a h
6. B u n y i j a n t u n g
r e g u l a r
7. Tampak ada lingkaran hitam pada kelopak
mata
8. Nyeri (+) pada tengkuk, skala 3 (0-5) (nyeri
sedang)

 DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


1. Level 1 : Domain 12
Kenyamanan
Level 2 :Kelas 1
Kenyamanan Fisik
(00132) Nyeri Akut.

29
3. NURSING CARE PLAN (NCP)
Diagnosis Keperawatan N O C N I C
No. D a t a
Kode D i a g n o s i s Kode K r i t e r i a H a s i l Kode I n t e r v e n s i
1 . D a t a S u b y e k t i f : Domain 12: T U K 1 :
1. Ny. S mengatakan selalu Kenyamanan Setelah dilakukan intervensi keluarga Keluarga mampu mengenal masala h
merasakan nyeri pada pada tengkuk K e l a s 1 : mampu mengenal masalah dengan L e v e l 1 : D o m a i n I I I
2. Ny. S mengatakan Kenyamanan Fisik k r i t e r i a h a s i l : P e r i l a k u
tidak Diagnosis: L e v e l 1 : D o m a i n I V L e v e l 2 : K e l a s S
tahu tentang hipertensi 00132 N y e r i A k u t Pengetahuan tentang Kesehatan & P e n d i d i k a n P a s i e n
3. Ny. S mengatakan kurang P e r i l a k u L e v e l 3 : I n t e r v e n t i o n
tidur L e v e l 2 : K e l a s S P e n d i d i k a n k e s e h a t a n
(kualitas tidur kurang) Pengetahuan tentang kesehata n 5 5 1 0 1. Berikan penjelasan tentang faktor
1837 L e v e l 3 : O u t c o m e s internal dan
D a t a O b j e k t i f : Pengetahuan : Manajemen Hipertensi faktor eksternal yang meningkatkan ata u
Data pemeriksaan fisik pada Ny.S Pengetahuan dan pemahaman mengurangi motivasi untuk berperilaku sehat
1 . T : 1 7 0 / 1 2 0 Keluarga meningkat dari skala 1 2. Bantu individu, keluarga untuk
m m H g (tidak ada pengetahuan) menjadi 4 memperjelas
2 . N : (pengetahuan baik), tentang: keyakinan dan nilai-nilai kesehatan terkait
8 0 x / m e n i t 183701 1. Kisaran normal untuk tekanan h i p e r t e n s i
3 . S : darah 3. Identifikasi sumber daya atau

30
3 6 , 0 C s i s t o l i k kebutuhan
4 . R : 183702 2. Kisaran normal untuk tekanan (misalnya tenaga, peralatan, dll) untuk
2 0 x / m e n i t darah m e l a k s a n a k a n p r o g r a m
5 . N y . S t a m p a k 183703 d i a s t o l i c 4. Tekankan manfaat kesehatan positif
l e m a h 183704 3 . T ar ge t te ka na n yang bisa
6. Bunyi jantung d ar a h diterima oleh perilaku gaya hidup positif guna
regular 183705 4. Metode untuk mengukur m e n c e g a h h i p e r t e n s i
7. Tampak ada lingkaran hitam 183706 tekanan 5. Tentukan tingkat pengetahuan dan
pada 183721 d a r a h perilaku
k e l o p a k m a t a 5. Komplikasi potensial individu dan keluarga terkait hipertens i
8. Nyeri (+) pada tengkuk, skala 3 hipertensi 6. Siapkan materi yang sesuai dan mudah
(0-5) 6. Pilihan pengobatan yang dipahami
( n y e r i s e d a n g ) tersedi a oleh individu dan keluarga
7 . D ie t y an g 7. Ajarkan strategi yang dapat
d ia nj ur ka n digunakan untuk
menolak perilaku yang tidak sehat atau beresiko
h i p e r t e n s i
8. Libatkan individu dan keluarga
dalam

31
perencanaan dan implementasi untuk mencegah
h i p e r t e n s i
T U K 2 :
Setelah dilakukan intervensi keluarga Keluarga mampu memutuskan tindakan
m a m p u m e m u t u s k a n t i n d ak a n k e p e r a w a t a n
perawatan dengan kriteria hasil : L e v e l 1 : D o m a i n I V
L e v e l 1 : D o m a i n I V K e a m a n a n
Pengetahuan tentang Kesehatan & L e v e l 2 : K e l a s V
P e r i l a k u M a n a j e m e n R i s i k o
L e v e l 2 : K e l a s T L e v e l 3 : I n t e r v e n t i o n
Kontrol Risiko dan Keamanan 6610 I d e n t i f i k a s i R i s i k o
1933 L e v e l 3 : O u t c o m e 1. Kaji ulang riwayat kesehatan masa
Kontrol Risiko : Hipertensi lalu dan
Kelu arga mamp u memu tu s k an dokumentasikan bukti yang menunjukkan
tindakan untuk melakukan deteksi adanya penyakit medis, diagnose keperawatan
192802 risiko dari skala 2 (jarang melakukan) menjadi 4 s e r t a p e r a w a t a n n y a .
192803 ( s e r i n g m e l a k u k a n ) : 2. Pertimbangkan ketersediaan dan kualitas
1. Mengidentifikasi factor risiko sumber
192804 hipertensi seperti: psikologis, tingkat pengetahuan,
2. Mengenali factor risiko individu terkait

32
192805 hipertensi keuangan dan dukungan keluarga
3. Mengenali kemampuan untuk merubah 3. Identifikasi strategi koping yang
192806 perilaku digunakan
192807 4. Mengidentifikasi tanda dan gejala 4. Pertimbangkan status pemenuhan
192808 hipertensi kebutuhan
192820 5. Memeriksa tekanan darah sesuai d a s a r s e h a r i - h a r i
192822 anjuran 5. Instruksikan factor resiko dan rencana
6. Memonitor perubahan status untuk
kesehatan mengurangi factor resiko hipertens i
7. Mengikuti diet yang 6. Diskusikan dan rencanakan dengan
dianjurkan individu dan
8. Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk skrining keluarga tentang rencana aktivitas pengurangan
hipertensi r e s i k o h i p e r t e n s i
9. Memanfaatkan fasilitas di masyarakat untuk mengurangi resiko 7. Dampingi aktivitas dan strategi yang
hipertensi dilakukan
oleh individu dan keluarga dalam mencegah
h i p e r t e n s i

T U K 3 : Keluarga mampu melakukan perawatan

33
Setelah dilakukan intervensi keluarga L e v e l 1 : D o m a i n I
mampu melakukan perawatan dengan F i s i o l o g i s : D a s a r
k r i t e r i a h a s i l : L e v e l 2 : K e l a s A
L e v e l 1 : D o m a i n I V Manajemen Aktivitas dan Latihan
Pengetahuan tentang Kesehatan & L e v e l 3 : I n t e r v e n t i o n
P e r i l a k u Pengajaran : Peresepan Latihan
L e v e l 2 : K e l a s S 5 6 1 2 1. Nilai tingkat latihan individu (pasien)
Pengetahuan tentang kesehata n saat ini
1837 L e v e l 3 : O u t c o m e dan pengetahuan mengenai latihan pencegahan
Pengetahuan: Manajemen Hipertensi hipertensi (misalnya jogging, aerobic, bersepeda
Keluarga mampu melakukan , d l l ) y a n g d i r e s e p k a n
p e r a w a t a n 2. Informasikan pasien mengenai tujuan,
meningkat dari skala 2 (jarang manfaat
melakukan) menjadi 4 (sering dari latihan yang diresepkan.
melakukan), tentang: 3. Intruksikan pada pasien bagaimana
1. Manfaat olahraga melakukan
teratur l a t i h a n y a n g d i r e s e p k a n .
L e v e l 1 : D o m a i n I V 4. Intruksikan pada pasien
Pengetahuan tentang Kesehatan & Perilaku bagaimana

34
1843 L e v e l 2 : K e l a s S mempertahankan latihan rutin setiap har i
Pengetahuan tentang kesehata n 5. Instruksikan pada pasien untuk
L e v e l 3 : O u t c o m e melaporkan
Pengetahuan: Manajemen Nyeri gejala dan kemungkinan masalah yang timbul
Keluarga mampu melakukan perawatan (misalnya nyeri, pusing, dll) pada petugas
men in gk at d ari s k ala 2 (jaran g k e s e h a t a n
184306 melaku kan ) menjad i 4 (s erin g 6. Observasi pasien dalam melakukan
184307 m e l a k u k a n ) , t e n t a n g : latihan yang
1. Penggunaan yang benar dari obat yang d i r e s e p k a n
diresepkan 7. Bantu pasien dalam mengatur waktu
2. Penggunaan yang benar dari obat-obat tanpa berselang
resep 2380 antara latihan dan istirahat
8. Libatkan keluarga sesuai
kebutuhan

L e v e l 1 : D o m a i n I I
F i s i o l o g i s : K o m p l e k s
L e v e l 2 : K e l a s H
M a n a j e m e n O b a t O b a t a n

35
L e v e l 3 : I n t e r v e n t i o n
M a n a j e m e n O b a t
1. Berikan informasi pada pasien dan
keluarga
mengenai pemberian obat yang tepa t
2. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
metode
pemberian obat yang sesuai
3. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
tindakan
dan efek samping dari obat
4. Berikan informasi mengenai penggunaan
obat
bebas dan bagaimana obat tersebut dapat
mempengaruhi kondisi pasien
5. Anjurkan pasien mengenai kapan
harus
m e n c a r i b a n t u a n m e d i s
T U K 4 : Keluarga mampu memodifikasi lingkungan

36
Setelah dilakukan intervensi keluarga L e v e l 1 : D o m a i n 4
mampu memodifikasi lingkungan K e a m a n a n
dengan kriteria hasil: L e v e l 2 : C l a s s V
L e v e l 1 : D o m a i n I V M a n a j e m e n R e s i k o
Pengetahuan tentang Kesehatan & Perilaku 6486 L e v e l 3 : I n t e r v e n t i o n
L e v e l 2 : K e l a s T Manajemen Lingkungan : Keselamata n
Kontrol Risiko dan Keamanan 1. Identifikasi hal-hal yang membahayakan
1902 L e v e l 3 : O u t c o m e di
K o n t r o l R e s i k o lingkungan (misalnya bahaya fisik, biologi
Keluarga mampu memodifikasi d a n k i m i a w i )
lingkungan dari skala 2 (kemampuan 2. Modifikasi lingkungan untuk
sedikit) menjadi 4 (kemampuan tinggi): meminimalkan
1. Memonitor factor resiko bahan berbahaya dan beresiko
di 3. Edukasi individu dan keluarga terhadap
l i n g k u n g a n bahan
2. Mengembangkan strategi berbahaya yang ada di lingkunga n
yang
efektif dalam mengontrol resiko

37
T U K 5 : Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
Setelah dilakukan intervensi keluarga p e l a y a n a n k e s e h a t a n
mampu memanfaatkan fasilitas L e v e l 1 : D o m a i n 4
pelayanan kesehatan dengan kriteria K e m a n a n
h a s i l : L e v e l 2 : C l a s s V
L e v e l 1 : D o m a i n I I M a n a j e m e n R i s i k o
K e s e h a t a n F i s i o l o g i s 6680 L e v e l 3 : I n t e r v e n t i o n
L e v e l 2 : K e l a s I Monitor Tanda-tanda Vital
P e n g a t u r a n R e g u l a s i 1. Anjurkan keluarga untuk melakukan
0802 L e v e l 3 : O u t c o m e cek rutin
T a n d a - t a n d a v i t a l tekanan darah, nadi, suhu dan status pernafasan
(Keluarga mampu memanfaatkan
p el ay an an k es e h a ta n s eh in gg a L e v e l 1 : D o m a i n I V
terpantaunya tanda-tanda vital dari K e m a n a n
skala 2 (jauh dari batas normal) menjadi L e v e l 2 : K e l a s V
4 (mendekati batas normal): 6610 M a n a j e m e n R i s i k o
080201 1. Suhu tubuh normal (36,7 oC – 37,5 L e v e l 3 : I n t e r v e n t i o n
o
C)

38
080202 2 . N ad i no rm al ( 60 – 1 00 x/ I d e n t i f i k a s i R i s i k o
080204 m en it ) 1. Rencanakan monitor risiko kesehatan
080205 3. Pernafasan normal (16 – 24 x/ dalam
080211 menit) j a n g k a p a n j a n g
4. Tekanan darah normal (sesuai 2. Rencanakan tindak lanjut strategi
standar) dan
5. Nafas dalam keadaan aktivitas pengurangan risiko jangka panjang
normal

L e v e l 1 : D o m a i n I V
3 1 0 2 Pengetahuan tentang Kesehatan &
P e r i l a k u
L e v e l 2 : C l a s s F F
Manajemen Kesehata n
L e v e l 3 : O u t c o m e
310243 Manajemen Diri : Penyakit Kroni k
Keluarga mampu merubah dari skala 2
310246 (jarang melakukan) menjadi 4 (sering
m e l a k u k a n )
1. Menggunakan sumber

39
310248 informasi yang
t e r p e r c a y a
2. Menggunakan fasilitas
pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
3. Mendapatkan saran dari
professional
kesehatan sesuai kebutuhan

40
4.Implementasi Keperawatan
Implementasi dilapangan pada diagnosa keperawatan Nyeri akut yaitu
melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mengajarkan prinsip-
prinsip manajemen nyeri, mengajarkan penggunaan teknik non
farmakologi, berikan informasi nyeri, penyebab nyeri, dan mengantisipasi
nyeri serta evaluasi keefektifan dari tindakan penggontrol nyeri.
Implementasi keperawatan pada diagnosa nyeri akut ini sesuai dengan teori
implemetasi asuhan keperawatan menurut Suprajitno 2014. Dari hasil
implementasi keperawatan yang dilakukan pada hari ke tiga diperoleh yaitu
data yang berhubungan dengan keluarga dan anggota keluarga yang
mengalami hipertensi, Ny. S mengatakan tidak merasakan nyeri tengkuk
dan skala nyeri 0. Berdasarkan implementasi yang ada dilapangan dan teori
tidak terdapat kesenjangan karena implementasi dapat dilaksanakan sesuai
dengan intervensi. Implementasi sudah sesuai dengan situasi dan kondisi
lingkungan pada keluarga.
5.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada diagnosa nyeri akut yaitu setelah dilakukan kunjungan,
keluarga menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik, Ny S
melaporkan nyeri terkontrol dan keluarga dan Ny S mengenali apa yang
terkait gejala nyeri.
menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik, melaporkan
nyeri terkontrol dan kemengenali apa yang terkait gejala nyeri (Suprajitno,
2014).
Berdasarkan evaluasi antara studi lapangan dan teori tidak terdapat
kesenjangan. Diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
biologis sudah teratasi setelah diberikaan penyuluhan.

41
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota
keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau
kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Pada usia yang sudah masuk pada fase dewasa, status kesehatan kadang bisa
bertambah buruk atau baik sesuai dengan pola hidup yang dijalaninya. Masalah
kesehatan yang biasa terjadi pada usia dewasa salah satunya adalah penyakit
hipertensi. Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun
2014, Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian
nomor 5 (lima) pada semua umur.
Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014,
Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5
(lima) pada semua umur, termasuk dewasa dan banyak terjadi pada umur 35-44
tahun (6,3%), umur 45-54 tahun (11,9%), dan umur 55-64 tahun (17,2%).
Sedangkan menurut status ekonominya, proporsi Hipertensi terbanyak pada
tingkat menengah bawah (27,2%) dan menengah (25,9%).

b. Saran
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas
tugas perkembangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam
mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat
masalah yaitu potensial atau aktual.

42

Anda mungkin juga menyukai