Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN RETINOPATI DIABETIK

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH IV

MAKALAH

DISUSUN OLEH :
FARIDA 2019015
NONI MAHARANI 2019028
ADELLYA MAHARANI 2019002
BUNGA MELATI. S 2019007
RAHMI TRIS HELDI 2019033
WIRA YUNITA 2019044
INDAH KRISMONIKA
DOSEN : Ns. Eko Syafrianto M.Kep

YAYASAN PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN


AKADEMI KEPERAWATAN
SOLOK
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.Shalawat beserta
salam selalu tercurahkan kepada pemimpin terbaik sepanjang masa Rasulullah
Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan kepada umatnya
hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu Mata Kuliah
Keperawatan medikal bedah IV berjudul “Retinopati Diabetik ”. Materi di
dalam makalah ini kami sajikan secara sistematis, dalam penulisan makalah ini
pastilah ada banyak kendala yang kami temui, namun kami berhasil menjadikan
kendala tersebut menjadi batu loncatan sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.

Penyelesaian makalah ini kami mendapatkan bantuan serta bimbingan


beberapa pihak,oleh sebab itu kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen Ns.
Eko Syafrianto, M.Kep kepada orang tua yang banyak memberikan dukungan
serta semua pihak yang tak dapat kami rinci satu persatu yang telah membantu
penulisan makalah ini.

Akhirul Kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Karena itu kami mengharapkan saran beserta kritik konstruktif
makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Solok, 7 Februari 2022

Kelompok VI
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............................................................................
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................

1.3. Tujuan............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi..........................................................................................

2.2. Etiologi..........................................................................................

2.3. Klasifikasi......................................................................................

2.4. Manifestasi Klinis..........................................................................

2.5. Penatalaksanaan.............................................................................

2.6. Komplikasi.....................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan....................................................................................

3.2. Saran..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Retinopati diabetik ialah salah satu kelainan mata tersering yang paling
ditakuti karena berpotensi menyebabkan kebutaan permanen akibat
komplikasi diabetes melitus (DM) pada mata. DM terjadi ketika terdapat
peningkatan kadar glukosa darah karena tubuh tidak dapat
menghasilkanhormon insulin yang cukup atau tidak efektifnya penggunaan
insulin yang telah dihasilkan. 90% DM yang terjadi di seluruh dunia
merupakan DM tipe 2, yaitu sekelompok gangguan metabolisme jangka
panjang yang ditandai dengan adanya hiperglikemia dengan gejala khas
berupa polidipsi, polifagi, serta poliuri.
Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutan tersering pada usia
produktif. Retinopati diabetik terjadi karena adanya perubahan fisiologi dan
biokimia yang disebabkan hiperglikemia pada jangka waktu yang lama,
sehingga terjadi kerusakan pada endotelial retina. Secara klinis retinopati
diabetik dapat diklasifikasikan menjadi nonproliferative diabetic retinopathy
(NPDR) dengan ciri ditemukannya vaskularisasi intraretina, serta proliferative
diabetic retinopathy (PDR) yang ditandai dengan adanya iskemi yang
menyebabkan terbentuknya neovaskularisasi.
Jumlah kejadian retinopati pada semua populasi DM akan terus meningkat
seiring dengan meningkatnya prevalensi DM, pertambahan usia populasi, serta
durasi penyakit pasien bersamaan dengan peningkatan harapan hidup
penderita DM. Seiring terus meningkatnya jumlah penderita DM tipe 2,
jumlah orang di dunia dengan retinopati aculac telah diperkirakan meningkat
hingga 191 juta pada tahun 2030.
Pada penderita retinopati diabetik secara perlahan akan terjadi penurunan
tajam penglihatan (visus) tanpa disertai keluhan mata merah atau keluhan
lainnya. Dengan pengawasan yang ketat terutama terhadap penderita DM yang
belum terkena retinopati maupun penderita retinopati diabetik yang sudah
terdiagnosa, sebanyak 90% kebutaan permanen yang diakibatkan
retinopatidiabetik dapat dihindari. Komplikasi penting tambahan yang dinilai
secara terpisah dari tahap retinopati diabetik ialah adanya diabetic mcular
edema (DME).
DME dapat ditemukan di mata pada setiap tingkat keparahan retinopati
diabetik. Pasien dengan DME harus dipertimbangkan untuk perawatan segera,
terutama jika sentral makula sudah terlibat atau penebalan retina dan/atau
hard exudates terdapat dekat dengan sentral makula, karena risiko kehilangan
penglihatan paling besar terjadi jika edema makula berada di tengah atau pusat
makula.

B. Batasan Masalah
Makalah ini membahas tentang defenisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi
klinis, tatalaksana dan Komplikasi dari Retinopati Diabetik.
C. Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara mendiagnosis


dan menatalaksana pasien dengan Retinopati Diabetik.

D. Metode Penulisan

Metode yang dipakai pada penulisan makalah ini adalah melalui tujuan
kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi
Retinopati diabetik adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan
pada penderita diabetes melitus dan tidak disebabkan proses radang.
Retinopati diabetik ini merupakan suatu mikroangiopati progresif yang
ditandai oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh halus. Kelainan
patologik yang paling dini adalah penebalan membran basal endotel kapiler
dan penurunan perisit.

B. Etiologi
Penyebab pasti retinopati diabetik belum diketahui. Namun diyakini
bahwa lamanya terpapar pada hiperglikemia menyebabkan perubahan fisiologi
dan biokimia yang akhirnya menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah.
Banyak kelainan hematologi dan biokimia yang dihubungkan dengan
prevelensi dan beratnya retinopati, antara lain:
a. Adhesif platelet yang meningkat
b. Agregasi eritrosit yang meningkat
c. Abnormalitas lipid serum
d. Fibrinolisis yang tidak sempurna
e. Abnormalitas dari sekresi growth hormone
f. Respon VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) yang meningkat
g. Abnormalitas viskositas serum dan darah secara keseluruhan

C. Klasifikasi

Retinopati diabetik dapat digolongkan menjadi retinopati non proliferatif,


makulopati dan retinopati proliferatif.

a. Retinopati diabetik non proliferatif


merupakan bentuk yang paling umum dijumpai, di mana lesi terbatas pada lapisan
retina (intraretinal), terikat ke kutub posterior. Kapiler membentuk kantong-
kantong kecil menonjol seperti titik-titik yang disebut mikroaneurisma.
Perdarahan akan berbentuk nyala api karena lokasi nya di dalam lapisan serat
saraf yang berorientasi horizontal. Tipe nonproliferatif sedang ditandai adanya
mikroaneurisma luas, perdarahan intraretinal, gambaran manik-manik pada vena
(venous beading) dan dapat ditemukan cotton cotton wool spots, venous beading,
dan abnormalitas mikrovaskuler intraretinal.

Retinopati diabetik non proliferatif dapat mempengaruhi fungsi


penglihatan melalui 2 mekanisme, yaitu :

1. Peningkatan permeabilitas pembuluh retina yang menyebabkan edema


makular
2. Perubahan sedikit demi sedikit penutupan kapiler intraretinal yang
menyebabkan iskemik vaskuler.

b. Retinopati pre-proliferatif

Merupakan tingkat lanjut dari retinopati non-proliferatif. Dimana ditandai


dengan banyaknya perdarahan intraretina, mikroaneurisma, dilatasi vena.

c. Retinopati Diabetik Proliferatif

Merupakan penyulit mata yang paling parah pada diabetes melitus. Pada
jenis ini iskemia yang progresif akhirnya merangsang pembenrukan pembuluh-
pembuluh halus (neovaskularisasi) yang sering terletak pada permukaan diskus
dan di tepi posterior zona perifer, disamping itu neovaskuleriasi iris atau rubeosis
iridis juga dapat terjadi. Pembuluh-pembuluh baru yang rapuh berproliferasi dan
menjadi meninggi apabila korpus vitreum mulai berkontraksi menjauhi retina dan
darah keluar dari pembuluh tersebut maka akan terjadi perdarahan masif dan dapat
timbul penurunan penglihatan mendadak.

Pada mata dengan retinopati diabetik proliferatif dan adhesi vitroretinal


persisten, jaringan neovaskular yang menimbul dapat mengalami fibrosis dan
membentuk pita-pita fibrovakuler rapat yang menarik retina dan menimbulkan
kontraksi terus menerus pada korpus vitreum. Ini dapat menyebabkan pelepasan
retina akibat traksi progresif atau apabila terjadi robekan retina, terjadi ablasio
retina regmatogenosa. Pelepasan retina dapat didahului atau ditutupi oleh
perdarahan korpus vitreum. Apabila kontraksi korpus vitreum telah sempurna di
mata tersebut, maka retinopati proliferatif cenderung masuk ke stadium
involusional atau burnet-out.

d. Makulopati

makulopati diabetik bermanifestasi sebagai penebalan atau edema retina


setempat atai difus, yang terjadi akibat peningkatan permeablitas vaskular dengan
atau tanpa deposit lipoprotein intraretina (hard exudates) atau biasanya karena
iskemia akibat penutupan kapiler fovea. Hal ini mengakibatkan kebocoran cairan
konsitituen plasma ke retina di sekitarnya. Makulopati dapat terlihat pada banyak
fase retinopati kecuali pada tingkat non-proliferatif dini.

Klasifikasi retinopati diabetes menurut bagian mata Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia / RSCM :

a. Derajat I. Terdapat mikroaneurisma dengan atau tanpa eksudat lemak


pada fundus okuli
b. Derajat II. Terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak
dengan tanpa eksudat lemak pada fundus okuli
c. Derajat III. Terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak
terdapat neovaskularisasi dan proliferasi pada fundus okuli.

jika gambaran fundus mata krir tidak sama beratnya dengan mata kanan maka
digolongkan pada derajat yang lebih berat.

D. Manifestasi Klinis

1. Non-Proliferatif
Resiko rendah (ringan dan sedang)
a. Dilatasi vena ringan
b. Mikroaneurisma
c. Perdarahan titik
d. Eksudat
e. Beberapa cotton wool spots (CWS’s)

Resiko tinggi (pre-proliferatif/berat)

a. Kelainan mikrovaskular intra retina (IRMA)


b. Segmentasi vena dan “omega” loops
c. Kelompokan besar bercak perdarahan
d. Multipel CWS’s

 Mikroaneurisma
Merupakan hal pertama yang dapat terdeteksi secara klinis.
Tandanya berupa titik merah (dot) yang kecil, bundar, dan awalnya
muncul di bagian temporal dari fovea sentralis. Ketika tertutup oleh darah,
kemungkinan tidak bisa dibedakan dari dot hemoragik. Flourosensi
angiografi menunjukan dot hiperflouresen yang kecil (nontrombosis
mikroaneurisma).
 Eksudat keras
Terdapat didalam lapisan flexiform luar. Tandanya yaitu mengkilap
(seperti lilin), lesi berwarna kuning dengan batas kurang tegas,
membentuk cincin atau gumpalan di bagian posteriornya. Eksudat keras
ini sering membentuk mikroaneurisma pada bagian tengahnya. Sejalan
dengan waktu, jumlah dan ukuran cenderung meningkat dan kemungkinan
mengenai fovea. Flouroensi angiografi menunjukan hipoflourosensi
angiografi menunjukan hipoflourosensi dikarenakan terhalangnya
flourosen di koroid.
 Edema retina
awalnya muncul diantara outer plexiform dan inner nuklear layer. Bila
berlanjut dapat meluas ke inner plexiform dan lapisan jaringan saraf
sampai pada suatu saat semua ketebalan retina menjadi edema.
 Perdarahan
Perdarahan yang terjadi adalah perdarahan intraretina dan perdarahan
lapisan saraf retina.
2. Pre-proliferatif
Gejala klinisnya menandakan adanya iskemik retina yang progresif, dapat
terlihat pada Flourosen Angiofrafi.
 Cotton wool spots
Menggambarkan infark lokal dilapisan serabut saraf retina,
menandakan adanya oklusi arteriol. Gambaran seperti lesi
superfisial, keputuhan, kecil, dan seperti kapas, terletak di sekitar
pembuluh darah.
 Intrareinal microvascular abnormalities (IRMA)
Menggambarkan adanya anastomosis arteriol dengan venula.
Gambarannya seperti garis merah yang tegas dari arteriol menuju
venula, mirip dengan pembuluh darah baru datar pada retina. Hal
yang membedakan adalah IRMA tidak melewati pembuluh darah
retina dan tidak ada kebocoran jika diperiksa dengan FA.
 Perubahan pada vena
Terdiri dari dilatasi, bertambahnya lekukan, dan segmentasi seperti
sosis (saussage-like).
 Perubahan pada arteri
Terdiri dari pemendekan obliterasi yang mirip seperti oklusi
cabang arteri retina
 Dark blot hemmorhages
Menggambarkan infark perdarahan retina dan beralokasi pada
lapisan pertengahan retina.
3. Proleratif
Pemeriksaan klinis yang dilakukan perlu memperhatikan
a. Tingkat keparahan
- NVD: ringan, bila kurang dari 1/3 diskus optikus; Berat bila
lebih dari 1/3.
- NVE: ringan, bila kurang dari ½ diskus optikus; berat bila lebih
dari ½.
b. Penonjolan pembuluh darah baru
Pembuluh darah ini kurang responsif terhadap terapi laser bila
dibandingkan dengan pembuluh darah baru yang datar.
c. Fibrosis
Berkaitan dengan ablasio retina jenis traksi
d. Perdarahan
Bila terjadi pada pre-retina atau intra-vitreous dapat mengakibatkan
kehilangan penglihatan.
e. Resiko tinggi
Faktor-fakyor dibawah ini dapat mengakibatkan kehilangan
penglihatan yang parah dalam waktu dua tahun bila tidak segera
dilatasi :
- NVD ringan dengan perdarahan
- NVD berat tanpa perdarahan
- NVD berat dengan perdarahan
- NVE berat dengan perdarahan

Retinopathy

Retinopati diabetes proliferatif dibagi lagi menjadi :

- Berdasarkan lokasi :
o Pembuluh darah baru pada diskus optikus (NVD) atau
pada jarak 1 diameter diskus (1DD) dari tepi diskus
o Pembuluh darah baru di tempat lain di retina (NVE)
atau lebih dari 1DD dari tepi diksus.
- Berdasarkan tingkat keparahan :
o Retinopati diabetes proliferatif dini (Early PDR)
o Dengan karakteristik risiko tinggi
o Florid PDR
o Gliotic PDR
o Involutionary PDR

Makulopati

Makulopati diabetes (DM) Diklasifikasikan menjadi :

- Edema fokal
- Edema difus
- Iskemi
- Campuran (mixed)

Tipe klinis makulopati :

Makulopati fokal

Predileksinya adalah di daerah perifoveal, yang merupakan daerah retina yang


paling tebal.

Makulpati difus

Terdapat bukti bahwa kerusakan pigmen epitelial pada retina turut menyebabkan
edema makular, mungkin karena gagal memindahkan cairan jaringan yang
terakumulasi dalam retina yang berasal dari kebocoran kapiler.

Makulopati iskemia

Terdapat penurunan penglihatan yang tidak dapat dijelaskan pada makula yang
terlihat relatif normal. Mikroaneurisma perifoveal tanpa penebalan retina mungkin
mengindikasikan makulopati iskemik.

Makulopati traksional

Disebabkan adhesi oleh vitreoretinal atau pembentukan membran sebagai lapisan


membran epiretinal atau pita tranretinal yang berbeda. Pada bentuk traksi retinal
yang ekstrim dapat terjadi pelepasan retina.
Makulopati campuran

Berbagai derajat traksi juga dapat termasuk, namun demikian, pengklasifikasian


makulopati berdasarkan gambaran predominanna adalah berguna jika dilihat dari
sudut pandang terapetik dan prognostik.

D. Pemeriksaan

Pemeriksaan awal diantaranya :

- Tajam penglihatan
- Tekanan intraokular
- Gonioskopi bila ada indikasi
- Biomikroskopi slit lamp
- Fundoskopi
- Pemeriksaan retina perifer dan vitreous

Pemeriksaan lebih lanjut mungkin dapat membantu dalam penilaian, diantaranya


pemeriksaan terhadap faktor resiko

- Peningkatan HbA1c
- Hiperlipidemia
- Proteunaria/ albuminuria
- Peningkatan tekanan darah

E. Penatalaksanaan

Tentukan tindakan yang akan diberikan

a) Pengobatan mengontrol DM dengan obat-obatan anti diabetik dan


diet
b) Terapi fotokoagulasi
Dilakukan dengan argon laser fotokoagulator yaitu sinar dari
fotoakoagulator ditembakkan langsung atau secara tidak langsung
pada kelainan sehingga menimbulkan jaringan parut pada
koreoretina yang akan mengurangi kebutuhan metabolisme,
terjadi regresi neovaskularisasi. Tujuannya menutup kebocoran,
dan merangasang penyerapan cairan.
e) Panretinal crypcoagualtion (PRC)
menyebabkan pembuluh darah abnormal untuk mengencil dan
mencegah pertumbuhannya pada masa lanjut.

d) Virektomi tertutup

Operasi Virektomi digunakan untuk menjernihkan badan kaca dan


juga mengupas jaringan ikat yang ada, sehingga lokasi asal
perdarahan dapat dilakukan photoakogulasi laser, dan adanya
tarikan retina dapat dihindarkan.

e) Fotokoagulasi retina

hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi fotokoagulasi masih


merupakan terapi yang utama dalam penatalaksanaan edema
makular yang mengancam penglihatan

f) Medikamentosa

pada saat ini tidak terdapat obat yang dapat disarankan untuk
penatalaksanaan makulopati diabetes, kecuali obat untuk
penatalaksanaan penyakit sistemik yang mendasari

g) Terapi steroid intravitreal

h) Virektomi untuk pasien dengan edema makular.

F. Komplikasi

1. Ablasio Retina Traksi


2. Perdarahan vitreus
3. Kebutaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Retinopati diabetik merupakan penyulit penyakit diabetes yang paling
penting. Hal ini disebabkan karena insidennya yang cukup tinggi dan
prognosisnya yang kurang baik terutama bagi penglihatan. Mekanisme
terjadinya retinopati diabetika pada dasarnya adalah akibat perubahan-
perubahan karena proses adaptasi vascular retina terhadap keadaan
hiperglikemia yang berlangsung lama. Retinopati diabetik terbagi menjadi 4
kelompok utama yaitu retinopati non-proliferatif, retino pre-proliferatif, retino
proliferatif dan makulopati. Penatalaksanaan dari retinopati diabetik dibagi
atas empat yaitu : medikamentosa, laser (fotoakogulasi), vitrektomi dan
panretinal cryocoagulation (PRC). Setiap pasien diabetes juga harus
melakukan evaluasi komprehensif dengan perhatian untuk mengetahui gejala
retinopati diabetes.

3.2 Saran
Perlunya perhatian yang cermat dalam menangani kasus retinopati
diabetika, terutama pada pasien-pasien yang mempunyai riwayat Diabetes
Melitus, sehingga dapat ditegakkan diagnosis suatu retinopati diabetika yang
tepat dan penatalaksanaan yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA

Riordan, Pauk dan John P. Whicher. 2007. Vaughan & Asbury Oftalmologi

Umum. Jakarta: EGC

Skuta GL, Louis B. Cantor, and Jayne E. Weiss. 2011. Retina and Vitreus. San

Fransisco: American Academy of Ophtalmology.

Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Khurana, AK. 2008. Theory and Practice of Optics & Refraction. New Delhi:

Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai