PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini terjadi fenomena dimana banyak berdiri akademi keperawatan, termasuk
banyak perguruan tinggi yang mulai membuka program studi keperawatan, mulai dari
juga jumlah tenaga keperawatan akan berkembang pesat. Persaingan kerja, sistem
Stres telah mejadi mimpi buruk bagi banyak mahasiswa. Salah satunya banyak
melaporkan bahwa mahasiswa yang sedang menjalani kegiatan profesi pada jurusan
akuntan publik mengeluh stres karena beban kuliah yang banyak dan anggapan bahwa
karier sebagai seorang akuntan publik akan memperoleh gaji kecil apabila belum
mempunyai pengalaman. Penelitian lain menunjukkan bahwa stres juga terjadi pada
mahasiswa psikologi disebabkan mata kuliah yang diambil lebih menekankan pada
pemahaman terhadap manusia sebagai objek bukan hanya pada teori hafalan. Demikian
juga pada mahasiswa yang mengambil program studi kedokteran dengan adanya
metoda pembelajaran PBL (Problem Based Learning) menuntut pendidikan yang penuh
kompetensi dan praktek klinik yang ketat tidak jarang mahasiswanya mengalami stres.
Kondisi stres ini dapat memicu terjadinya kegagalan dalam menempuh perkuliahan atau
ujian. Penelitian yang dilakukan oleh Eri Sulaiman (2008) menunjukkan bahwa
1
(DO) karena gagal atau tidak lulus ujian. Kondisi stres juga mendorong terjadinya
perubahan perilaku pada mahasiswa profesi seperti penurunan minat dan aktivitas,
pandangan sinis pada orang lain, perasaan marah, malu, kecewa, frustasi, bingung,
Pembelajaran pada program profesi dapat memicu stres karena menjadi kegiatan
yang sulit bagi mahasiswa. Umumnya kesulitan-kesulitan yang ada berkaitan pada
masalah interpersonal, perasaan frustasi dan perasaan lelah yang muncul pada saat
kebutuhan mahasiswa tidak teridentifikasi dengan baik, serta situasi nyata di lapangan
yang tidak sekedar menggambarkan situasi dalam teori. Mahat (1998), dan Chapman &
mengalami kesulitan dan mengalami kondisi yang memicu stres saat berhadapan
yang memungkinkan terjadinya stres. Penelitian yang dilakukan oleh Hadiyanto (2006)
, didapatkan data sebanyak 3% mahasiswa mengalami stres berat dan akan bertambah
keperawatan.
Jenjang program profesi ners adalah program yang harus ditempuh setelah
lebih ditekankan pada pelaksanaan praktek klinik baik di tatanan klinik maupun
komunitas. Mahasiswa program ners tidak saja berasal dari mahasiswa reguler (lulusan
SMA – jalur A), namun juga dari para mahasiswa yang sudah bekerja di institusi
2
pendidikan maupun pelayanan dan mereka merupakan lulusan SPK maupun D3
keperawatan (dikenal dengan lintas jalur – jalur B). Menurut peneliti hal ini menarik,
karena mahasiswa jalur B masih memiliki motivasi dan semangat mencari ilmu yang
tinggi.
terutama pada mahasiswa keperawatan reguler. Hal ini dapat terjadi karena mahasiswa
perkiraan saat berhadapan dengan kondisi nyata di klinik karena sebelumnya belum
pernah mereka temukan seperti respon klien yang tidak diharapkan, kondisi pasien yang
tiba- tiba berubah dan adanya kesenjangan antara teori dengan praktek (Finn, Thorburn
& King, 2000). Sementara mahasiswa jalur B telah mendapatkannya ketika mereka
belajar di SPK maupun di D3 Keperawatan. Sehingga kalau saja stres terjadi pada
mahasiswa jalur B, maka mekanisme untuk beradaptasi pada stres yang terjadi
kemungkinan lebih baik jika dibandingkan dengan mahasiswa jalur A. Finn, Thorburn
& King (2000) dari hasil penelitiannya di sebuah rumah sakit besar menemukan data
bahwa mahasiswa reguler (pemula) lebih idealis. Mahasiswa regular berkehendak apa
yang diperoleh selama pendidikan benar- benar yang diaplikasikan di Rumah Sakit,
mengalami stress.
pemahaman mahasiswa yang terbatas terhadap tugas profesi, lingkungan baru dan
pengalaman pertama berinteraksi dengan pasien dan perannya sebagai perawat yang
memberikan pelayanan langsung pada pasien, serta keharusan bertanggung jawab pada
3
perawat ruangan. Mahasiswa reguler yang belum memiliki gambaran tentang realitas di
pasien, prosedur perawatan, teman sejawat yang sebagian besar belum memahami
Mahasiswa profesi ners dari lintas jalur berbeda dengan mahasiswa profesi ners
dari kelas reguler. Mahasiswa lintas jalur pada umumnya lebih memiliki pengalaman
klinik dibandingkan mahasiswa reguler. Pengalaman yang sudah mereka miliki dapat
belum pernah ke lahan praktek, sehingga mahasiswa lintas jalur cenderung menganggap
praktek di Rumah Sakit sebagai suatu kerutinan dan hal yang biasa (Psathas, 2000).
Tengah yang memiliki fakultas ilmu kesehatan dan keperawatan. Fakultas keperawatan
UNIMUS telah membuka program ners yang telah meluluskan mahasiswa ners baik
dari kelas regular maupun dari kelas lintas jalur. Hingga saat ini mahasiswa program
ners di UNIMUS berjumlah 161 mahasiswa yang terdiri dari 28 mahasiswa dari kelas
lintas jalur dan 133 mahasiswa kelas regular. Sedangkan untuk angkatan 2009 sendiri
jumlah mahasiswa reguler sebanyak 62 orang yang sekarang sedang menjalani praktek
diperoleh data bahwa para mahasiswa program ners UNIMUS ditempatkan di tatanan
secara verbal dari para mahasiswa regular bahwa dalam melakukan praktik sebagai
mahasiswa program Ners selain melakukan asuhan keperawatan kepada klien sesuai
4
kompetensi yang ditetapkan oleh Institusi (UNIMUS), mereka juga harus membuat
tugas dalam bentuk Laporan Pendahuluan (LP), makalah seminar dan laporan data
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 9 Mei 2009 pada 10
mahasiswa profesi ners didapatkan 7 (70%) orang mengatakan selama praktek profesi
mengalami kelelahan (ngantuk dan capek) hal ini disebabkan karena banyaknya tugas
berkaitan dengan laporan pendahuluan, laporan studi kasus dan laporan presentasi
rutinitas yang monoton. Informasi tambahan lainnya yaitu tidak jarang mahasiswa
meminta bantuan temannya untuk mengerjakan tugas, meskipun ada juga yang tetap
Stres yang terjadi pada mahasiswa perlu dicarikan solusi penanganan lebih dini
agar tidak berkembang menjadi stres yang berat. Hal ini bisa dilakukan dengan
pengenalan dan kewaspadaan tentang stres secara tepat sehingga nantinya individu
megganggap stres adalah bagian dari tantangan bukan sebagai akhir dari segalanya yang
tidak bisa dipecahkan (Sunaryo, 2004). Tindakan inilah yang kemudian dikenal dengan
stres pada diri inividu yang akan mempermudah terjadinya proses adaptasi. Mekanisme
koping sebagai suatu cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah,
menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi yang mengancam
5
(Kelliat, 1998). Namun demikian setiap orang mempunyai pendekatan yang berbeda
penanggulangan ini berhasil, maka individu dapat beradaptasi dan tidak menimbulkan
gangguan kesehatan, tetapi bila mekanisme koping gagal artinya individu gagal untuk
beradaptasi maka akan timbul gangguan kesehatan baik berupa gangguan fisik,
psikologis maupun perilaku (Kelliat, 1998). Bila hal ini terjadi pada mahasiswa yang
sedang melakukan praktik di tatanan pelayanan kesehatan (RS, komunitas), maka dapat
yang mengalami stress lebih ringan mampu melakukan mekanisme koping lebih baik
atau sebaliknya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang hubungan antara tingkat
stres dengan mekanisme koping pada mahasiswa program profesi ners di Universitas
Muhammadiyah Semarang.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitiannya adalah adakah hubungan antara tingkat stres pada
mahasiswa program profesi ners Regular dengan mekanisme koping pada mahasiswa
C. Tujuan Penulisan
6
3. Menganalisis hubungan antara tingkat stres dan mekanisme koping mahasiswa
D. Manfaat Penelitian
stress.
pembelajaran program panum (pra klinik) yang efektif dan kondusi sebagai
4. Bagi peneliti
E. Bidang Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan jiwa dan keperawatan
komunitas.