Anda di halaman 1dari 81

BAB 2

PENGUMPULAN

2.1 Sumber Daya Manusia (M1)

2.1.1 Struktur Organisasi

Ruangan Anggrek di pimpin oleh seorang kepala ruangan, wakil kepala


ruangan, 5 perawat primer, 15 perawat pelaksana dan 6 orang pekarya. Adapun struktur
organisasinya adalah:

Struktur Karyawan Perawat di Ruang Anggrek RS Kasih

KEPALA RUANGAN

Ny. S, S.Kep., Ns.

TATA USAHA
Ny. R
Ny. D
WAKIL
KEPALA RUANGAN
Ny. A, S.Kep., Ns.
Rina Setyowati

PERAWAT PELAKSANA

Ny. Dj, Amd. Kep Ny. Sr, Amd. Kep Ny. Hs, Amd. Kep Bp. Me, Amd. Kep

Ny. P, Amd. Kep Bp. Pa, Amd. Kep Ny. Ls, Amd. Kep Ny. Ra, Amd. Kep

Ny. Ep., Amd. Kep Ny. Wt, Amd. Kep Ny. Si, Amd. Kep Ny. Fi, Amd. Kep

Ny. Sh, Amd. Kep Ny. Le, Amd. Kep Ny. Ayu, Amd. Kep Ny. Ri, S.Kep., Ns

Ny. N, Amd. Kep Ny. Ik, S. Kep,.Ns Ny. Ni, Amd.Kep Ny. Me, S.Kep.,Ns

PEKARYA KESEHATAN

Bp. Sp Ny. Da Ny. Sn

Ny. Mu Ny. Pi Bp. Sr

PEKARYA RUMAH TANGGA

Ny. Nis Ny. Mar Ny. Alf

Gambar 1.1 Struktur Karyawan Perawatdi Ruang Anggrek RS Kasih


2.2 Jumlah Tenaga di Ruangan Anggrek RS Kasih
a. Keperawatan
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1 D3 Keperawatan 15 Orang PNS : 9 Orang
BLUD : 7 Orang
2 S1 Keperawatan 5 Orang PNS : 3 Orang
BLUD : 2 Orang
Tetap Dinas: 1 Orang
Bebas Tugas: 1 orang

b. Non Keperawatan
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1 Administrasi 2 Orang -
2 Cleaning Service 6 Orang -

c. Jadwal Dinas Tenaga Ruangan Anggrek


No Tenaga Jadwal Dinas Libur/Cuti Keterangan

Pagi Sore Malam

1 Kepala Ruangan 1
2 Wakil Karu 1
3 Perawat Primer 3 3 3
4 Perawat Pelaksana 3 3 3 0
5 Administrasi 1 1 1
6 Cleaning Service 1 1 1
Tabel pelatihan dan seminar yang diikuti perawat ruangan Anggrek RS Kasih

No Nama Pelatihan
1 Ny. Sn,S.Kep,.Ns PKMRS, LKE, Kes.Anak, Manaj.Kep,LSH,
AT, CI, SP2KP, Askep Anak, Jenjang Karir
Kep, MTBS, NLS, Audit Kep, Akreditasi RS
(JCI), TOT, PH, PPGD, PPGD Advance,
Pelayanan prima berfokus pada pasien
2 Ny. Ao,S.Kep,.Ns PKMRS, Askep Anak, Perawatan Paliatif,
LKE, Neonatologi anak, PPOSR, BLS,
Fasilitator GKM, K3RS, PPGD, PPGD
Advance, PPRA, PPI, Pelayanan prima
berfokus pada pasien
3 Ny. Sh, Amd.Kep Neonatus, PKMRS, LSH, DALIN, BLS, Askep
Anak, Transfusi, pelatihan keperawatan dasar
anak, Teknik aseptic, Perawatan terkini
pemberian terapi cairan melalui iv perifer
aman, Manajemen laktasi, Symposium infection
in neonatus and infants (part 1),
Developmental care and early detection on
premature infant, Penanganan stroke terkini,
Penatalaksanaan keperawatan
kegawatdaruratan medic
4 Ny. Dj, Amd.Kep Pelatihan Neonatologi, PPSOR, NLS, DALIN,
CE, GKM, Patient Safety, Askep Pasien Kritis,
PKMRS, UP, LKE, AT, PITC
5 Ny. Hs, Amd.Kep BLS, NLS, K3RS, DALIN, BLS,Askep Anak,
Askep Neo, Askep Bedah, PPOSR, GKM,
Pelatihan VCT HIV, Pelatihan terapi oksigen
6 Ny. Nd, Amd.Kep Patient Safety, DALIN, LSH, Askep Anak,
BLS, PKMRS, tugas belajar S1 Keperawatan
UNAIR, AIDS, Onkologi bagi tenaga
keperawatan
7 Ny. Pu, Amd.Kep K3RS, PKMRS, BLS, DALIN, Askep Anak,
BLS, Terapi O2, Perawatan bayi secara
komprehensif, LSH, PPOSR
8 Ny. Pa,Amd.Kep Neonatologi, LSH, PKMRS, BLS, Pra Tugas,
Askep Anak, Manajemen laktasi, Pemasangan
iv line, Workshop dan seminar kesehatan
nasionat th 2014, New concept rs surgery of
hydrochepalus management and physiotherapy
(PPNI), Pelatihan emergency nursing basic
9 Bp. Me, Amd.Kep K3RS, Terapi cairan, transfuse, DALIN,
Perawatan dasar, Askep anak, PPI, Pelatihan
kemoterapi
10 Ny. Sr, Amd.Kep K3RS, Paliatif, Patient Safety, NLS, Askep
anak, manajemen laktasi, WGSK haj kesehatan
care, awareness autixm & ADHD child, peran
profesi keperawatan, pelatihan askep jiwa,
pelatih BLS anak
11 Ny. Le, Amd.Kep BLS, DALIN, PPRA, Askep anak, Askep jiwa,
Pelatihan dasar anak
12 Ny. Ra, Amd.Kep DALIN, Palitaif, Askep Anak, Pelatihan
peningkatan mutu dan keselamatan pasien,
Seminar keperawatan berkelanjutan
13 Ny. Ep, Amd.Kep BLS, Transfusi darah, askep anak, seminar
keperawatan berkelanjutan II “Penatalaksanaan
Tekini Korban Bencana (Disaster) oleh Tenaga
Kesehatan di RS”, seminar keperawatan
berkelanjutan V, Seminar dan workshop
kesehatan nasional 2014, Seminar dan
workshop awareness autixm & ADHD child
14 Ny. Wt, Amd.Kep BLS, Bobo II, BLS, Transfusi, Terapi Cairan,
Penanganan alergi pada ibu bayi dan anak,
Resusitasi bayi, Manajemen laktasi
15 Ny. Fp, Amd.Kep BLS, Pra Tugas, pelatihan onkologi
16 Ny. Re,Amd.Kep BLS, Pra-tugas, PKRS, askep anak
17 Ny. Lr, Amd.Kep BLS, Pra Tugas, Phlebotomy, Askep anak
18 Ny. Sh, Amd.Kep BLS,Pra Tugas, Kep.Dasar Anak
19 Ny. Ns, Amd.Kep Pra Tugas, Transfusi, PDSA, Kemoterapi, BLS,
Seminar dan workshop awareness autixm &
ADHD child, Seminar keperawatan
berkelanjutan V “Pentalaksanaan Keperawatan
Kegawatdaruratan Medik”, Pelatihan
peningkatan mutu dan keselamatan pelatihan
20 Ny. Iw, S.Kep,.Ns BLS, GELS, Pra Tugas, Transfusi, Askep Anak
21 Ny. Mp, S.Kep,.Ns Pra Tugas, BLS, Askep anak, Pemasangan iv
line bagi tenagag keperawatan
22 Ny. Ri, Amd.Kep Pra Tugas, BLS, Askep Kardiologi, K3RS

2. Tingkat Ketergantungan Pasien Dan Kebutuhan Tenaga Perawat

Ada dua model penilaian tingkat ketergantungan klien dinilai dengan


menggunakan instrument penilaian ketergantungan menurut Orem; total, partial, dan
minimal (Nursalam, 2002). Sedang menurut Douglas, dkk (1996) klasifikasi
ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 kategori yaitu perawatan minimal yang
memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, perawatan partial dengan waktu 3-4 jam/24 jam,
perawatan total dengan waktu 5-6 jam/24 jam. Di ruang Anggrek, menggunakan tingkat
ketergantungan klien menggunakan metode Douglas.
a. Total keseluruhan per 16 November 2020
Tabel ketergantungan pasien terhadap kebutuhan perawat

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga

Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien

Minimal 7 7x0,17=1,19 7x0,14=0,98 7x0,10=0,7

Parsial 16 16x0,27=4,32 16x0,15=2,4 16x0,07=1,12

Jumlah 23 5,51 (6) 3,38 (3) 1,82 (2)

Total tenaga perawat


Pagi` : 6 orang
Sore : 3 orang
Malam: 2 orang +
Total : 11 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari: 3 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk per hari bertugas di Ruang Anggrek
RS Kasih adalah 11 orang +2 struktural (kepala ruang dan wakil kepala ruangan) + 3
orang lepas dinas = 16 orang.
Kenyataan : 12 perawat pelaksana + 2 struktural (1 KaRu dan Wakil Karu) + 1
orang lepas dinas = 9 orang. Jadi, kebutuhan tenaga perawat di ruang Anggrek pada
tanggal 16 November 2020 kurang 1 orang.

b. Total keseluruhan per 17 November 2020


Tabel ketergantungan pasien terhadap kebutuhan perawat

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga

Tingkat
Jumlah
Ketergantunga Pagi Sore Malam
Pasien
n

Minimal 5 5x0,17=0,85 5x0,14=0,7 5x0,10=0,5

Parsial 16 16x0,27=4,32 16x0,15=2,4 16x0,07=1,12

Jumlah 21 5,17 (5) 3,1 (3) 1,62 (2)

Total tenaga perawat


Pagi : 5 orang
Sore : 3 orang
Malam : 2 orang +
Total : 10 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari: 3 orang

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk per hari bertugas di Ruang Anggrek
RS Kasih adalah 10 orang + 2 struktural (kepala ruang dan wakil kepala ruangan) + 3
orang lepas dinas = 15 orang.
Kenyataan : 12 perawat pelaksana + 2 struktural (1 KaRu dan Wakil Karu) + 1
orang lepas dinas = 9 orang. Jadi, kebutuhan tenaga perawat di ruang Anggrek pada
tanggal 17 November 2020 cukup.

c. Total keseluruhan per 18 November 2020


Tabel ketergantungan pasien terhadap kebutuhan perawat

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga

Tingkat
Jumlah
Ketergantunga Pagi Sore Malam
Pasien
n

Minimal 5 5x0,17=0,85 5x0,14=0,7 5x0,10=0,5

Parsial 17 17x0,27=4,59 17x0,15=2,55 17x0,07=1,19

Jumlah 21 5,44 (5) 3,25 (3) 1,69 (2)

Total tenaga perawat


Pagi : 5 orang
Sore : 3 orang
Malam : 2 orang +
Total : 10 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari: 3 orang

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk per hari bertugas di Ruang Anggrek
RS Kasih adalah 10 orang + 2 struktural (kepala ruang dan wakil kepala ruangan) + 3
orang lepas dinas = 15 orang.
Kenyataan : 12 perawat pelaksana + 2 struktural (1 KaRu dan Wakil Karu) + 1
orang lepas dinas = 9 orang. Jadi, kebutuhan tenaga perawat di ruang Anggrek pada
tanggal 18 November 2020 cukup.

d. Total keseluruhan per 19 November 2020


Tabel ketergantungan pasien terhadap kebutuhan perawat

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga

Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien

Minimal 7 7x0,17=1,19 7x0,14=0,98 7x0,10=0,7

Parsial 21 21x0,27 21x0,15=3,15 21x0,07=1,47

Jumlah 28 6,86 (7) 4,13 (4) 2,17 (2)

Total tenaga perawat


Pagi : 7 orang
Sore : 4 orang
Malam : 2 orang +
Total : 13 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari: 4 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk per hari bertugas di Ruang Anggrek
RS Kasih adalah 13 orang + 2 struktural (kepala ruang dan wakil kepala ruangan) + 4
orang lepas dinas = 19 orang.
Kenyataan : 12 perawat pelaksana + 2 struktural (1 KaRu dan Wakil Karu) + 1
orang lepas dinas = 9 orang. Jadi, kebutuhan tenaga perawat di ruang Anggrek pada
tanggal 19 November 2020 kurang 4 orang.

e. Total keseluruhan per 20 November 2020


Tabel ketergantungan pasien terhadap kebutuhan perawat

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga

Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien

Minimal 15 15X0,17=2,55 15X0,14=2,1 15X0,10=1,5


Parsial 12 12X0,27=3,24 12X0,15=1,8 12X0,07=0,84

Jumlah 27 5,79 (6) 3,9 (4) 2,34 (2)

Total tenaga perawat


Pagi : 6 orang
Sore : 4 orang
Malam : 2 orang +
Total : 12 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari: 4 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk per hari bertugas di Ruang Anggrek
RS Kasih adalah 12 orang + 2 struktural (kepala ruang dan wakil kepala ruangan) + 4
orang lepas dinas = 18 orang.
Kenyataan : 12 perawat pelaksana + 2 struktural (1 KaRu dan Wakil Karu) + 1
orang lepas dinas = 9 orang. Jadi, kebutuhan tenaga perawat di ruang Anggrek pada
tanggal 20 November 2020 kurang 3 orang.

f. Total keseluruhan per 21 November 2020


Tabel ketergantungan pasien terhadap kebutuhan perawat

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga

Tingkat
Jumlah
Ketergantunga Pagi Sore Malam
Pasien
n

Minimal 2 2x0,17=0,34 2x0,14=0,28 2x0,10=0,2

Parsial 6 6x0,27=1,62 6x0,15=0,9 6x0,07=0,42

Total 0 0 0 0

Jumlah 8 1,96 (2) 1,18 (2) 0,62 (2)

Total tenaga perawat


Pagi : 2 orang
Sore : 2 orang
Malam : 2 orang +
Total : 6 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari: 2 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk per hari bertugas di Ruang Kelolaan
Anggrek II adalah 6o rang + 2 struktural (kepala ruang dan wakil kepala ruangan) + 2
orang lepas dinas = 10 orang.
Kenyataan : 12 perawat pelaksana + 2 struktural (1 KaRu dan Wakil Karu) + 1
orang lepas dinas = 9 orang. Jadi, kebutuhan tenaga perawat di ruang Anggrek pada
tanggal 21 November 2020 cukup.

g. Total keseluruhan per 22 November 2020


Tabel ketergantungan pasien terhadap kebutuhan perawat

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga

Tingkat
Jumlah
Ketergantung Pagi Sore Malam
Pasien
an

Minimal 3 3x0,17=0,51 3x0,14=0,42 3x0,10=0,3

Parsial 6 6x0,27=1,62 6x0,15=0,9 6x0,07=0,42

Total 0 0 0 0

Jumlah 9 2,13 (2) 1,32 (2) 0,72 (1)

Total tenaga perawat


Pagi : 2 orang
Sore : 2 orang
Malam : 1 orang +
Total : 5 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari: 2 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk per hari bertugas di Ruang Kelolaan
Anggrek II RS Kasih adalah 5 orang + 2 struktural (kepala ruang dan wakil kepala
ruangan) + 2 orang lepas dinas = 9 orang.
Kenyataan : 12 perawat pelaksana + 2 struktural (1 KaRu dan Wakil Karu) + 1
orang lepas dinas = 9 orang. Jadi, kebutuhan tenaga perawat di ruang Anggrek pada
tanggal 22 November 2020 cukup.
h. Total keseluruhan per 23 November 2020
Tabel ketergantungan pasien terhadap kebutuhan perawat

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga

Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien

Minimal 3 3x0,17=0,51 3x0,14=0,42 3x0,10=0,3

Parsial 6 6x0,27=1,62 6x0,15=0,9 6x0,07=0,42

Total 0 0 0 0

Jumlah 9 2,13 (2) 1,32 (2) 0,72 (1)

Total tenaga perawat


Pagi : 2orang
Sore : 2 orang
Malam : 1 orang +
Total : 5 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari : 2 orang

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk per hari bertugas di Ruang Kelolaan
Anggrek II RS Kasih adalah 5 orang + 2 struktural (kepala ruangan dan wakil kepala
ruangan) + 2 orang lepas dinas = 9 orang. Kenyataan : 12 perawat pelaksana + 2
struktural (1 KaRu dan Wakil Karu) + 1 orang lepas dinas = 9 orang. Jadi, kebutuhan
tenaga perawat di ruang Anggrek pada tanggal 22 November 2020 cukup.
Kenyataan : 12 perawat pelaksana + 2 struktural (1 KaRu dan Wakil Karu) + 1
orang lepas dinas = 9 orang. Jadi, kebutuhan tenaga perawat di ruang Anggrek pada
tanggal 23 November 2020 cukup.

i. Total keseluruhan per 24 November 2020


Tabel ketergantungan pasien terhadap kebutuhan perawat

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga

Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal 7 7x0,17=1,19 7x0,14=0,98 7x0,10=0,7

Parsial 1 1x0,2=0,27 1x0,15=0,15 1x0,07=0,07

Total 0 0 0 0

Jumlah 8 1,46 (1) 1,13 (1) 0,77 (1)

Total tenaga perawat


Pagi : 1 orang
Sore : 1 orang
Malam : 1 orang +
Total : 3 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari: 1 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk per hari bertugas di Ruang Kelolaan
Anggrek II adalah 3 orang + 2 struktural (kepala ruangan dan wakil kepala ruangan) + 1
orang lepas dinas = 6 orang.
Kenyataan : 12 perawat pelaksana + 2 struktural (1 KaRu dan Wakil Karu) + 1
orang lepas dinas = 9 orang. Jadi, kebutuhan tenaga perawat di ruang Anggrek pada
tanggal 24 November 2020 cukup.

j. Total keseluruhan per 24 November 2020


Tabel ketergantungan pasien terhadap kebutuhan perawat

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga

Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien

Minimal 5 5x0,17=0,85 5x0,14=0,7 5x0,10=0,5

Parsial 5 5x0,27=1,35 5x0,15=0,75 5x0,07=0,35

Total 0 0 0 0

Jumlah 10 2,2 (2) 1,45 (1) 0,85 (1)

Total tenaga perawat :


Pagi : 2 orang
Sore : 1 orang
Malam : 1 orang +
Total : 4 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari : 1 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk per hari bertugas di Ruang Kelolaan
Anggrek II adalah 4 orang + 2 struktural (kepala ruangan dan wakil kepala ruangan) + 1
orang lepas dinas = 7 orang.
Kenyataan : 12 perawat pelaksana + 2 struktural (1 KaRu dan Wakil Karu) + 1
orang lepas dinas = 9 orang. Jadi, kebutuhan tenaga perawat di ruang Anggrek pada
tanggal 25 November 2020 cukup.

2.3 Alur Pasien Masuk Ruang Anggrek

Pasien
IGD POLI

Emergensi Non Emergensi

Tanpa Rujukam *Persyaratan


Surat Rujukan

IGD
Pengurusan rekam medis
pasien baru di GDC (admisi)
Pengurusan rekam medis
pasien baru IRD
SEP
(Surat Elegibilitas Peserta)

Pengurusan BPJS di Tim Pengendali

IKPK untuk mendapat SIM

Ruangan

Gambar 2.3 Alur pelayanan pasien BPJS


2.4 Sarana dan Prasarana (M2-Material)

2.4.2 Lokasi dan Denah


Lokasi penerapan proses profesi manajemen yang digunakan
dalam kegiatan praktik manajemen profesi Ners STIKES ABI Surabaya
dengan batas-batas sebagai berikut :
Tabel 2.31 Batas Ruang Anggrek

(1) Barat : Berbatasan dengan Ruang Kepala IRNA

(2) Utara : Berbatasan dengan Ruang Neonatus

(3) Timur : Berbatasan dengan Ruang Cendrawasih

(4) Selatan : Berbatasan dengan Ruang Mushollah

Ruang Anggrek terletak di gedung timur RS Kasih yang


merupakan ruang rawat inap untuk pasien anak. Ruang Anggrek
merupakan ruang perawatan pasien yang terdiri dari ruang Anggrek I,
Anggrek II, dan Ruang Anggrek III. Ruang Anggrek I merupakan ruang
perawatan kelas I yang terdiri dari 6 ruangan yang berisi 1 bed pasien, 1
bed penunggu pasien dan dilengkapi kamar mandi tiap ruanganya, 1
ruang tindakan, 1 ruang edukasi, 1 ruang kantor perawat, 1 ruang kepala
ruangan, 1 ruang janitor, 2 kamar mandi perawat dan 1 ruang ganti.
Ruang Anggrek II merupakan ruang perawatan kelas 2 yang terdiri dari 1
ruang observasi yang berisi 3 bed pasien, 6 ruang kelas 2 yang terdiri
dari 5 ruang rawat inap yang berisi 2 bed pasien pada masing-masing
ruangan, dimana tiap bed pasien dipisahkan dengan sekat, dan 1 ruang
rawat inap yang berisi 3 bed pasien, ruang tunggu keluarga pasien, 1
ruang kantor perawat,1 ruang gudang, 2 ruang diskusi, 1 ruang janitor, 1
kamar mandi pegawai, 2 kamar mandi pasien, dan 3 toilet pasien. Ruang
Anggrek III terdiri ruang kelas 1 dan kelas 3, ruang kelas 1 berisi 1 bed
dan ruang kelas 3 terdapat 3 ruang dan masing-masing berisi 3 bed serta
setiap ruangan memiliki 1 kamar mandi.
2.4.3 Visi, Misi, Tujuan, dan Motto RS Kasih
1) Visi RS Kasih
Menjadi Rumah Sakit bermutu Internasional dalam
pelayanan, pendidikan, dan penelitian.
2) Misi RS Kasih
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan
penelitian yang profesional, akuntabel yang berorientasi, pada
kastemer untuk menuju pelayanan kesehatan berstandar
Internasional.
3) Visi ruang Anggrek
Menjadi motor dan contoh unit pelayanan di Instansi RS
Kasih.
4) Misi ruang Anggrek
(1) Memberikan pelayanan prima kepada pasien sesuai
dengan kebutuhan dasar manusia.
(2) Meningkatkan pengembangan ketrampilan dan
pendidikan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan
mengikutkan pelatihan dan pendidikan formal yang
diadakan oleh rumah sakit.
(3) Memberikan komunikasi terapeutik secara asah, asih dan
asuh kepada pasien dengan tetap memperhatikan bio,
psiko, sosial.
(4) Meningkatkan komunikasi dan kerjasama dengan profesi
ahli kesehatan lain (Buku Saku Akreditasi, 2010)

2.4.4 Peralatan dan Fasilitas


A. Data bed pasien
Jumlah kapasitas bed pasien di Ruang Anggrek berdasarkan hasil
pengkajian tanggal 16 November 2020 didapatkan sebagai berikut:
1) Ruang Anggrek I
Kelas I : 6 ruangan berisi 1 bed untuk pasien setiap ruangannya.
Kapasitas bed ruang Anggrek I sebanyak 6 bed
2) Ruang Anggrek II
R.Observasi : 1 ruang terdiri dari 3 bed pasien dalam 1 kamar
R. Kelas II : 6 ruang terdiri dari, 5 ruang rawat inap dengan 2
bed pasien setiap kamarnya dan 1 ruang rawat inap dengan 3 bed
pasien dalam 1 kamar. Kapasitas bed ruang Anggrek II
sebanyak 12 bed dengan ekstra 5 bed.
3) Ruang Anggrek III
R. Kelas I : 1 ruangan berisi 1 bed
R. Perioperative : 1 ruangan berisi 4 bed
R. Kembar Siam : 2 ruangan berisi 3 bed tiap ruanganya
Jumlah kapasitas bed pasien di ruang Anggrek RS Kasih
sebanyak 33 bed pasien. Ruang Anggrek I terdiri dari 6 ruangan
yang berisi 1 bed pasien dan dilengkapi kamar mandi tiap
ruanganya, 2 toilet pegawai. Ruang Anggrek II yang terdapat 2
kamar mandi dan 2 toilet untuk pasien diluar kamar pasien dan 1
toilet didalam ruang observasi, 1 toilet pegawai. Ruang Anggrek
III terdiri 1 ruang kelas 1 berisi 1 bed dan 1 kamar mandi, 1 ruang
perioperatif berisi 4 bed dan 1 kamar mandi, 2 ruang kembar
siam yang terdiri berisi 3 bed dan 1 kamar mandi tiap ruanganya.

Tabel 2.4.4 Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet dan Kamar Mandi Kepmenkes
No 1204/Menkes/SK/X/2010 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Di Rumah Sakit.
No Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 1 s/d 10 1 1
2 11 s/d 20 2 2
3 21 s/d 30 3 3
4 31 s/d 40 4 4
Note : Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar
mandi.

Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah tempat tidur, toilet, dan
jumlah kamar mandi berdasarkan standart Kepmenkes No.
1204/Menkes/SK/X/2010 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan di Rumah
Sakit yang menyatakan bahwa setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah
1 toliet dan 1 kamar mandi. Kesimpulan : sesuai dengan tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa perbandingan jumlah tempat tidur, toilet dan kamar mandi
sudah sesuai dengan standart Kepmenkes.
Ruang Anggrek memiliki 22 tenaga perawat, 6 pekarya kesehatan, pekarya
rumah tangga dengan jumlah kamar mandi dan toilet untuk tenaga kesehatan 4
ruangan. Fasilitas toilet Ruang Anggrek terpelihara dengan bersih dan selalu
dibersihkan minimal 2 kali sehari. Tabel di bawah ini menunjukkan perbandingan
jumlah karyawan dengan jumlah toilet berdasarkan Kepmenkes No
1204/Menkes/SK/X/2010.

Tabel 2.4.5 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet dan
Jumlah Kamar Mandi
No Jumlah karyawan Jumlah toilet Jumlah kamar mandi
1 1 s/d 20 1 1
2 21 s/d 40 2 2
3 41 s/d 60 3 3
4 61 s/d 80 4 4
5 81 s/d 100 5 5
Note Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar
mandi
Sumber: Kemenkes RI (2010)

Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah


toilet dan jumlah kamar mandi berdasarkan standart Keputusan Menteri
Kesehatan No 1204/Menkes/SK/X/2010 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Di rumah Sakit, menunjukkan bahwa perbandingan jumlah karyawan
dengan jumlah toilet dan kamar mandi sudah sesuai dengan standart Keputusan
Menteri Kesehatan.

4) Fasilitas dan Sarana kesehatan


Tabel 2.4.6 Peralatan Medis di Ruang Anggrek RS Kasih (Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Nomor 340/MENKES/III/2010)

Jumlah
Jumlah
No Nama barang yang Kondisi Usulan
Ideal
tersedia
1 Stestoskop 3 2/ruangan Baik -
2 Tensimeter 3 2/ruangan Baik -
3 Kotak obat hight alert 3 1/ruangan Baik -
4 Termometer digital 3 4/ruangan Baik Ditambah 9
5 Ambubag 2 1/ruangan Baik Ditambah 1
6 Syringe pump 3 6/ruangan Baik Ditambah 4
7 Infuse pump 0 7/ruangan Baik Ditambah 21
8 Nebulizer 2 2/ruangan Baik Ditambah 4
9 Examination lamp 4 1/ruangan Baik -
10 X-Ray viewer 0 1/ruangan Baik Ditambah 3
11 Bak instrument 18 2/ruangan Baik Ditambah 6
12 Bengkok 6 6/ruangan Baik Ditambah 12
13 Ember 3 3/ruangan Baik Ditambah 6
14 GDA stick 1 1/ruangan Baik -
15 Suction portable 2 1 3/ruangan Rusak Ditambah 2
dan
diperbaiki
16 Handrub 26 1:1 Baik -
17 Hand wash 21 1:1 Baik -
17 Waskom mandi 18 1:1 Baik Ditambah 6
18 Panel O2 18 2/ruangan Baik -
19 Tabung O2 transport 5 2/ruangan Baik Ditambah 2
20 Kulkas Obat 4 1/ruangan Baik -
21 Timbangan duduk 1 1/ruangan Baik Ditambah 2
22 Timbangan berdiri 3 1/ruangan Baik -
23 Saturasi O2 1 1/ruangan Baik Ditambah 2
24 Sampah Umum 12 1:1 Baik Ditambah 9
25 Sampah Medis 6 6/ruangan Baik Ditambah 12
26 Rak obat 3 1/ruangan Baik -
27 Kereta obat 3 1/ruangan Baik -
28 Standar infus portable 10 1:1 Baik Ditambah 14
29 ECG 3 1/ruangan Baik -
30 Torniket - 3/ruangan - Ditambah 9
Jumlah
Jumlah
No Nama barang yang Kondisi Usulan
Ideal
tersedia
31 Emergency kit 3 1/ruangan Baik -
Sumber: Ruang Anggrek (2020)
Menurut standar JCI (2014), Rumah Sakit harus menyediakan program
untuk perawatan, maintenence, pengecekan dan pendokumentasian alat-alat medis
secara berkala. Rencana pembaruan untuk penambahan alat medis yang belum ada
dan harus sudah direncanakan. Rumah Sakit harus melengkapi inventory alat-alat
dengan disertakan strategi perawatan, maintenence, pengecekan dan
pendokumentasian alat-alat medis.
Kesimpulan : sesuai dengan tabel Peralatan Medis diatas dapat disimpulkan
bahwa perlu adanya penambahan dan perbaikan alat-alat medis sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan.
5) Sarana dan prasarana Ruang Anggrek
Tabel 2.4.7 Sarana dan Prasarana di Ruang Anggrek (Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Nomor 340/MENKES/III/2010)
Jumlah
No Jenis alat yang Jumlah ideal Kondisi Usulan
tersedia
1 Bel Pasien 24 1:1 Rusak Diperbaiki
2 Jam dinding 3 2/ruangan Baik Ditambah 3
3 Trolly cucian 1 1-2 ruangan Baik Ditambah 2
bersih
3 Trolly cucian 1 1-2 ruangan Baik Ditambah 2
kotor
4 Kereta makan 1 1/ruangan Baik Ditambah 1
pasien
5 Kursi pasien 20 36 Baik Ditambah 16
6 Meja pasien 24 24 Baik Ditambah 1
7 Sarung bantal 100 Secukupnya Baik -
8 Baju pasien 20 Secukupnya Baik -
9 Perlak 25 Secukupnya Baik -
10 Bantal dewasa 36 Secukupnya Baik -
11 Tempat tidur 36 1:1 Baik -
pasien
12 Alat pemadam 6 1/ruangan Baik -
kebakaran
13 Stik laken 150 32 Baik -
14 Kursi lipat 40 5/ruangan Baik -
15 Ners Call 3 1/ruangan Baik -
Jumlah
No Jenis alat yang Jumlah ideal Kondisi Usulan
tersedia
16 Lemari besi 3 1/ruangan Baik -
17 Lemari Kaca 3 1/ruangan Baik -
18 Dapur 1 1/ruangan - -
19 Wastafel cuci 21 2/ruangan Baik -
tangan
21 Komputer 4 2/ruangan Baik -
22 Printer 3 1/ruangan Baik -
23 Telepon 3 1/ruangan Baik -
24 Air Condition 14 4/ruangan Baik -
(AC)
Sumber: Ruang Anggrek (2020)
Persediaan sarana dan prasarana di Ruang Anggrek sudah memenuhi
standar sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor
340/MENKES/III/2010. Standart JCI (2014), menuntut Rumah Sakit untuk
menyediakan jaminan keselamatan bagi pasien, keluarga, staff dan pengunjung
yang meliputi keamanan diantaranya adalah:
1) Kontruksi bangunan, tersedianya sistem fire safety seperti adanya sprinkler
system, hidran dan jalur evakuasi.
2) Adanya pembuangan material atau bahan berbahaya yang meliputi,
penanganan, penyimpanan dan penanggulangan sisa radioaktif atau material
berbahaya lainnya hingga proses pembuangan.
3) Fire Safety, properti dan penghuni ruangan terproteksi dari api dan asap.
4) Utility System, meminimalis kegagalan operasional dari utility system yang
meliputi listrik, air, gas, oksigen.
5) Menjaga keamanan dengan tersedianya sistem emergency response pada
kejadian luar biasa, bencana dan memastikan respon tersebut berjalan efektif.
Semua program harus tertulis dan di update kondisinya secara berkala untuk
mengurangi serta mengontrol kecelakaan dan cidera. Strategi yang harus ada di
Rumah Sakit harus meliputi penanggulangan resiko kecelakaan dan cidera yang
dikarenakan ketidakamanan pada lingkungan, sumber daya dan teknologi.
Ruangan Anggrek saat ini yang tersedia adalah Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) dan hidran yang terletak di sebelah utara gedung sedangkan hazard
safety (tempat penampungan sementara dan pembuangan material berbahaya) di
ruang Anggrek yang tersedia adalah sampah infeksius, sampah sitotoksis dan
sampa-sampah bahan berbahaya (spill kit).
Fire safety pada ruangan Anggrek perlu adanya penambahan pemasangan
sprinkler system, smoke detector, dan sistem alarm. Pada hazard safety perlu
adanya penambahan tempat penampungan sementara dan pembuangan material
berbahaya, meliputi :
1) Pembuangan sampah patologi dan anatomi
2) Pembuangan sampah radioaktif
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana perlu
adanya penambahan dan perbaikan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
1) Fasilitas untuk pasien
(1) Kamar mandi dan WC untuk pasien ada di luar ruang tempat tidur dan
didalam ruang observasi
2) Fasilitas untuk petugas kesehatan
(1) Kamar mandi pegawai dekat dengan Ruang Obat
(2) Nurse station berada di sebelah kanan pintu masuk.
(3) Gudang terletak di sebelah ruang diskusi
Berdasarkan Depkes RI 2006 ruangan pada bangunan rawat inap terdiri dari
ruang rawat inap kelas I, kelas II, Kelas III, Nurse station, ruang konsultasi
dokter, ruang tindakan, ruang administrasi, ruang dokter, ruang perawat, ruang
ganti/locker, ruang linen bersih, ruang linen kotor, spoelhoek/cuci alat, kamar
mandi/toilet, pantry/dapur, ruang janitor/service, gudang bersih, gudang kotor.
Ruang Anggrek memiliki peralatan dan fasilitas cukup baik namun belum
memiliki ruang konsultasi dokter, ruang dokter, ruang linen bersih, ruang linen
kotor.
Ruang obat di Ruang Anggreksudah tersedia, obat sudah dipisahkan sesuai
pasien namun belum memenuhi standart untuk penyimpanan obat yang meliputi,
standart penyimpanan sesuai kondisi kestabilitasan produk obat. Belum ada
indikator suhu ruangan dan indikator kelembaban ruangan.
6) Consumable (obat dan bahan habis pakai)
Pemenuhan stok obat dan Consumable di Ruang Anggrek dilakukan oleh pihak
farmasi. Penyetokan obat dilakukan setiap harinya. Di bawah ini tabel stok obat
emergency pada bulan November 2020 di ruang Anggrek
Tabel 2.3.6 Stok Obat Emergency Pada Bulan November di Ruang Anggrek
Jumlah
Jumlah
NO Nama alat yang Kondisi Usulan
ideal
tersedia
Alkes
1 Simple masker 02 Non- 1 1 Baik -
Dws
2 Selang oksigen nasal 1 1 Baik -
Intubasi Set
3 Suction Cateter 6 1 1 Baik -
4 Suction Cateter 8 1 1 Baik -
5 Suction Cateter 10 1 1 Baik -
6 Aqua jellly steril 3 1 Baik -
7 Gunting 1 1 Baik -
8 Plester coklat 2.5 cm 4 secukupnya Baik -
x1m
9 Hypapix 10 cm x 5 m 1box secukupnya Baik -
10 Tongue Spatle kayu 20 1 Baik -
Consumable
11 NGT 6 1 1 Baik -
12 NGT 8 1 1 Baik -
13 NGT 10 1 1 Baik -
14 IV canula 22 2 2 Baik -
15 IV canula 24 2 2 Baik -
16 IV canula 26 2 2 Baik -
17 Alkohol swab 1box 10 Baik -
18 Infuset anak 1 2 Baik Ditambah
1
19 Three way panjang 1 2 Baik Ditambah
1
20 Three way pendek 1 2 Baik Ditambah
1
21 Spuit 3 ml 6 5 Baik -
22 Spuit 5 ml 5 5 Baik -
23 Spuit 10 ml 5 5 Baik -
Cairan
24 NaCl 0.9 % 500 ml 5 4 Baik Ditambah
25 Ns 25 ml 5 5 Baik -
Jumlah
Jumlah
NO Nama alat yang Kondisi Usulan
ideal
tersedia
26 RL 500 ml 5 5 Baik -
27 Salin 3% 500 ml - Baik
28 Steril water 10 2 Baik -
Emergency Drugs - Exp
8/2022
29 Epinephrine 1mg inj 5 2 Exp -
7/2022
30 Aminophyline inj 3 5 Exp -
10/2022
31 Ca gulconas 10% 10 ml 1 5 Exp -
inj 3/2021
32 Dexamethason inj. 5 5 Exp -
1/2022
33 Diphenhydramine inj 5 5 Exp -
5/2022
34 Furosemid inj 5 5 Exp -
6/2022
35 Lidocain 2% 20 mg/ml 5 2 Exp -
inj 4/2022
36 Diazepam 2 2 Exp -
3/2022
Sumber: Ruang Anggrek (2020)
Di Ruang Anggrek sudah tersedia lemari tempat penyimpanan obat
emergency, dan emergency kit.
7) Administrasi penunjang
1) Lembar medication chart
2) Lembar standard emergency troly
3) Buku hand over
4) Standar Prosedur Operasional (terlampir)
5) Leaflet dan booklet
Tidak tersedianya Leaflet dan booklet di Ruang Anggrek
1) Rekam Medis
Berdasarkan pengkajian pada ruang Anggrek sudah terdapat sistem pencatatan
inventaris alat yang mencatat peralatan maupun fasilitas di ruang Anggrek dan
kelengkapan alat dibacakan setiap hand over.
8) Pencahayaan dan Ventilasi
Pencahayaan di Ruang Anggrekcukup terang, baik pencahayaan dari
luar/cahaya matahari maupun dari dalam/lampu. Semua sudut ruangan sudah
diberikan penerangan umum. Saklar ditempatkan dekat pintu masuk, disekitar
individu ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau.
Ventilasi di Ruang Anggrek menggunakan ventilasi mekanik atau buatan
yaitu air conditioner. Suhu, aliran udara, dan kelembaban setiap ruangan yang
menggunakan AC split tidak dapat diatur sesuai permintaan pasien. Remote AC
berada di nurse station. AC terpasang pada ketinggian lebih dari 2 meter. AC di
Ruang Anggrek berjumlah 4 buah.
Berdasarkan Kemenkes 1204/Menkes/SK/X/2010 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, kondisi pencahayaan dan ventilasi di Ruang
Anggrek sudah memenuhi standart. Ruang Anggrek pencahayaan yakni pada
ketinggian minimal 2,5 meter dari permukaan tanah. Alur pelaporan alat rusak
dapat dilakukan secara tertulis di form yang sudah tersedia kemudian dilaporkan
ke bagian sarana prasarana. Setelah itu bagian sarana prasarana melakukan
pengecekan dan menindaklanjuti.
9) Alur Pengadaan dan Peminjaman Alat Kesehatan
Pengadaan alat kesehatan dilakukan pada tim pengadaan yang kemudian
dilaporkan pada bagian keuangan.Alur pengadaan alat medis diajukan oleh kepala
ruangan dengan mengajukan program pengadaan barang yang ditujukan kepeda
wakil direktur umum. Untuk pengadaan alat non medis dengan cara mengajukan
M5(0,7;0,5)
surat permohonan dari IRNA ke wakil direktur umum dengan tembusan ke
logistik, sedangkan untuk pengajuan barang farmasi dilakukan oleh kepala IRNA
yang ditujukan ke wakil direktur dengan tembusan ke bidang farmasi.Adanya
keterbatasan alat medis diruangan Anggrek menyebabkan ruangan harus
melakukan peminjaman alat dari ruangan lain. Alur peminjaman alat di Ruang
Anggrek hanya antar alat dari ruang IRNA Anak, cara peminjaman hanya
menggunakan kitir kecil dan ditempel pada buku timbang terima. Belum ada buku
khusus untuk pencatatan peminjaman.
10) Kalibrasi dan Maintenance Alat Kesehatan
Sistem kalibrasi dan Maintenance di ruangan Bobo sudah berjalan sesuai
program, bagian sarana dan prasana mempunyai jadwal kalibrasi dan
Maintenance untuk masing-masing alat. Rumah sakit bekerjasama dengan BPFK
dilakukan 1 kali setahun dalam bulan November dan kemudian diberikan stiker
penanda pada alat yang telah dilakukan kalibarasi dan maintenance. Selain itu
bagian IPS-RS juga melakukan proses pengecekan alat, tetapi tidak ada stiker
penanda bahwa alat tersebut sudah dilakukan pengecekan.

2.3 Metode Asuhan Keperawatan (Methode-M3)


1. Penerapan MAKP
Tabel 2.37 Hasil Kuesioner dengan perawat di Ruang Anggrek

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Model asuhan keperawatan yang digunakan
(1) Apakah model asuhan keperawatan yang moduler = Tim = 2
digunakan perawat saat ini adalah MAKP? 8 (20%)
Moduler Tim (80%)

(2) Apakah anda mengerti/memahami dengan 10 0


model asuhan keperawatan yang digunakan (100%) (0%)
saat ini?
(3) Menurut anda, Apakah model tersebut cocok 10 0
digunakan di ruangan anda? (100%) (0%)
(4) Apakah model yang digunakan sesuai 10 0
dengan visi dan misi ruangan? (100%) (0%)
2 Efektifitas dan efisiensi model asuhan
keperawatan
1) Apakah dengan menggunakan model saat ini 10 0
menjadikan semakin pendek lama rawat inap (100%) (0%)
bagi pasien?
2) Apakah terjadi peningkatan kepercayaan 9 1
pasien terhadap ruangan? (90%) (10%)
3) Apakah model yang digunakan saat ini tidak 0 10
menyulitkan dan memberikan beban berat (0%) (100%)
kerja bagi anda?
4) Apakah model saat ini tidak memberatkan 10 0
dalam pembiayaan? (100%) (0%)
5) Apakah model yang digunakan mendapat 0 10
banyak kritikan dari pasien pada ruangan? (0%) (100%)
3 Pelaksanaan model asuhan keperawatan
(1) Apakah telah terlaksana komunikasi yang 10 0
adekuat antara perawat dan tim kesehatan (100%) (0%)
lain?

(2) Apakah kontinuitas rencana keperawatan 10 0


terlaksana? (100%) (0%)
(3) Apakah anda sering mendapat teguran dari 10 90
Ketua Tim? (10%) (90%)
(4) Apakah anda menjalankan kegiatan sesuai 10 0
tupoksi? (100%) (0%)
4 Tanggung jawab dan pembagian tugas
(1) Apakah Job Description untuk anda selama 10 0
ini sudah jelas? (100%) (0%)

(2) Apakah tugas anda sesuai dengan model 10 0


asuhan keperawatan yang saat ini digunakan (100%) (0%)
ruangan?
(3) Apakah anda mengenal atau mengetahui 10 0
kondisi pasien dan dapat menilai tingkat (100%) (0%)
kebutuhan?

Sumber: Data Primer (2020)

Kesimpulan: sesuai dengan tabel kuesioner diatas dapat disimpulkan bahwa


MAKP yang digunakan adalah MAKP modular atau MAKP modifikasi yaitu
berupa kombinasi atau campuran antara metode primer dengan metode tim.
Setelah dilakukan klarifikasi kembali dengan Kepala Ruangan, MAKP yang
digunakan adalah MAKP modular atau MAKP modifikasi yaitu berupa kombinasi
atau campuran antara metode primer dengan metode tim. Dalam satu shift Kepala
Ruang Anggrek akan membagi perawat yang bertugas pada hari tersebut untuk
merawat pasien di 4 ruangan yang berbeda-beda. Tanggung jawab perawatan
pasien terbagi sebagai berikut, 2 perawat bertugas di ruang Anggrek I, 2 perawat
bertugas di Anggrek II, 1 perawat bertugas di Anggrek III dan 1 perawat di One
Day Care.
Dalam pelaksanaan tugasnya, kepala ruang, PPJP dan perawat pelaksana
sudah melakukan tugas sesuai dengan model moduler yang ada, namun terdapat
kondisi tertentu dimana hal tersebut tidak dapat dilakukan sesuai dengan
pedoman dari rumah sakit. Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan
pelaksanan metode moduler (modifikasi) kurang dapat diterapkan, antara lain
jumlah tenaga perawat yang masih sedikit pada setiap shiftnya, sedangkan jumlah
pasien di masing-masing ruangan (Anggrek 1, II, III dan one day care) tidak
seimbang. Pada pelaksanaan model moduler ini, ruangan Anggrek mempunyai
kebijakan yang diturunkan dari rumah sakit mengenai penunjukan dan
pembentukan PPJP.
Masing-masing PPJP (perawat penanggung jawab pelayanan) dibantu oleh 2
orang perawat pelaksana. Karena SDM yang jumlahnya masih terbatas, maka
PPJP akan sekaligus bertindak sebagai perawat pelaksana pada hari yang sama
dengan tugas yang lebih banyak. Jika ada masalah yang tidak bisa diatasi oleh
perawat pelaksana maka didiskusikan dengan PPJP dan kemudian dilaporkan
kepada Kepala ruangan. Model ini digunakan didasarkan beberapa alasan yaitu
dimana keperawatan primer tidak digunakan secara murni, disebabkan seorang
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 keperawatan,
sedangkan jumlah tenaga dengan latar belakang S1 keperawatan masih sedikit.
Kegiatan pemberian asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan jumlah pasien.
Masing-masing ruangan akan bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan
pasien dalam satu shif tersebut.
Kesimpulan kuesioner: metode yang digunakan diruang Anggrek adalah
metode modular namun dibeberapa kondisi metode ini kurang dapat diterapkan.

2. Timbang Terima
Penyampaian dan penerimaan suatu laporan yang berkaitan dengan pasien
harus dilakukan seefektif mungkin secara singkat, jelas dan lengkap mengenai
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Tabel 2.38 Hasil Kuesioner dengan Perawat di Ruang Anggrek tanggal 16 November
2020 sampai 24 November 2020
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah timbang terima dilakukan setiap shift? 10 (100%) 0 (0%)
2 Apakah timbang terima telah dilaksanakan tepat 10 (100%) 0 (0%)
waktu?
3 Apakah timbang terima dihadiri oleh semua 10 (100%) 0 (0%)
perawat yang berkepentingan?
4 Apakah timbang terima dipimpin oleh kepala 10 (100%) 0 (0%)
ruangan?
5 Adakah yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan 10 (100%) 0 (0%)
timbang terima?
6 Apakah anda mengetahui apa saja yang harus 10 (100%) 0 (0%)
disampaikan dalam pelaporan timbang terima?
7 Adakah buku khusus untuk mencatat hasil laporan 8 (80%) 2 (20%)
timbang terima?
8 Adakah kesulitan dalam mendokumentasikan 1 (10%) 9 (90%)
laporan timbang terima?
9 Apakah ada interaksi dengan pasien saat timbang 9 (90%) 1 (10%)
terima berlangsung?
10 Apakah anda mengetahui bagaimana teknik 10 (100%) 0 (0%)
pelaporan timbang terima ketika berada di depan
pasien?
11 Apakah waktu untuk mengunjungi masing-masing 9 (90%) 1 (10%)
pasien antara 5-10 menit?
12 Apakah terdapat persetujuan atas penerimaan 8 (80%) 2 (20%)
timbang terima?
13 Apakah terdapat evaluasi mengenai kesiapan 9 (90%) 1 (10%)
perawat pengganti shif selanjutnya oleh kepala
ruangan
Sumber: Data Primer
Hasil pengumpulan data melalui kuesioner, observasi, dan wawancara yang
dilakukan tanggal 19 November 2020 di ruang Anggrek timbang terima
dilaksanakan 3 kali sehari yaitu pada pergantian shift pagi ke shift sore (pukul
14.00), shift sore ke shift malam (pukul 21.00), dan shift malam ke shift pagi
(pukul 07.00). Timbang terima dilakukan di ruang perawat Anggrek yang dihadiri
oleh seluruh perawat yang dinas setelah shift, dan perawat yang akan dinas shift
selanjutnya, bersama dengan kepala ruang.
Kesimpulan: sesuai dengan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa timbang
terima dilaksanakan 3 kali sehari yaitu pada pergantian shiff pagi, sore dan malam.
Keseluruhan perawat telah mengetahui cara penyampaian dan persiapan
untuk timbang terima dimulai dengan pembukaan dan pembacaan do’a yang
dipimpin oleh kepala ruangan Anggrek, kemudian dilanjutkan dengan melaporkan
kondisi pasien pada perawat yang bertugas pada shift berikutnya. Isi pelaporan
timbang terima menggunakan metode komunikasi SBAR (situation, background,
assesment, recommendation). Situation meliputi nama pasien, usia, diagnosa
medis, masalah keperawatan, tetapi nama dokter yang menangani tidak
disampaikan. Background meliputi perkembangan pasien saat ini, seperti
kemajuan tingkat kemampuan pasien atau aktivitas. Assesment meliputi keadaan
umum, tanda-tanda vital, kesadaran, hasil laboratorium, serta informasi klinik
yang mendukung, serta evaluasi perkembangan klien. Recommendation meliputi
intervensi yang perlu dilakukan, seperti terapi dan pemeriksaan penunjang yang
akan dilakukan.
Setelah dilakukan pelaporan, proses timbang terima ditutup dengan
pembacaan doa, kepala ruangan kemudian menanyakan masalah yang terjadi pada
shift sebelumnya dan memberikan motivasi kepada anggotanya yang akan
bertugas jaga. Selain itu karu juga membagi perawat yang akan bertugas di
Anggrek 1, II, III dan One Day Care. Setelah proses timbang terima dilakukan di
ruang perawat, kemudian perawat bersama-sama melakukan validasi ke pasien
dengan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien, memperkenalkan
perawat yang akan bertugas selanjutnya dan menyampaikan rencana tindakan
untuk pasien. Setelah dilakukan validasi ke pasien, perawat tidak kembali ke
nurse station untuk mendiskusikan kasus pasien namun perawat langsung
melakukan tindakan. Pendokumentasian SBAR dilakukan di buku laporan
timbang terima yang sudah disediakan oleh ruangan, untuk dibacakan pada saat
timbang terima dan tanda tangan yang tercantum dalam buku laporan adalah tanda
tangan perawat yang saat itu bertugas, sementara pendokumentasian SOAPI
dicatat pada rekam medik pasien.
3. Penerimaan Pasien Baru
Tabel.2.39 Hasil kuesioner Penerimaan Pasien Baru oleh perawat di ruangan Anggrek
tanggal 16 November 2020 sampai 24 November 2020
No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah Anda mengerti bagaimana penerimaan


10 (100%) 0 (0%)
pasien baru?

2. Apakah sudah ada pembagian tugas tentang


10 (100%) 0 (0%)
penerimaan pasien baru

3. Apakah setelah selesai melakukan Penerimaan


10 (100%) 0 (0%)
Pasien Baru Anda melakukan pendokumentasian?

4. Apakah Kepala Ruangan/Penanggung Jawab shift


10 (100%) 0 (0%)
memberitahu bahwa akan ada pasien baru?

5. Apakah ada media seperti leaflet, booklet, dll


yang digunakan /diberikan kepada pasien/keluarga 4 (40%) 6 (60%)
ketika penerimaan pasien baru?

6. Teknik yang digunakan saat penerimaan pasien Lisan Tertulis Lisan


baru dan
1 tertulis
(10% 0 (0%) 9
) (90%)

Sumber: Data Primer (2017)


Data didapatkan melalui kuesioner perawat mengerti tentang langkah-
langkah penerimaan pasien baru. Penerimaan pasien baru meliputi sarana
prasarana yang telah disediakan di ruang Anggrek yaitu lembar pasien masuk RS,
tata tertib pasien dan pengunjung ruangan, tempat tidur pasien baru, lembar
format pengkajian pasien baru, lembar rekonsiliasi obat dan gelang identitas
pasien. Teknik penerimaan pasien baru dilakukan secara lisan dan tertulis. Hasil
kuesioner menunjukkan bahwa perawat mengerti tentang langkah-langkah
penerimaan baru hingga teknik yang dilakukan saat penerimaan pasien baru yaitu
lisan dan tertulis.
Berdasarkan hasil observasi,penerimaan pasien baru dilakukan ketika akan
ada pasien baru. Perawat yang menerima pasien baru adalah perawat yang sedang
bertugas saat itu sehingga semua perawat harus memiliki kompetensi untuk
melakukan penerimaan pasien baru. Berdasarkan wawancara pada kepala ruangan
penerimaan pasien baru yang sudah dilakukan di Ruang Anggrek yaitu dimulai
sejak pasien datang, perawat akan menyiapkan kamar dibantu dengan pekarya
kesehatan, menyiapkan lembar penerimaan pasien baru, memperkenalkan diri,
ruangan, memperkenalkan aturan rumah sakit dan aturan ruangan. Pada saat
pasien baru masuk, perawat akan memasang gelang identitas ke pasien,
menjelaskan tujuan pemasangan gelang identitas, memperkenalkan nama dokter
dan perawat yang akan merawat, menjelaskan mengenai hak dan kewajiban
pasien.
Data menunjukkan 10 (100%) mengerti tentang langkah-langkah
penerimaan pasien baru. Format penerimaan pasien baru telah disediakan dan
terdapat di dalam format pengkajian pasien. Sebesar 6 (60%) menyatakan bahwa
masih belum ada pemberian brosur atau leaflet saat melakukan penerimaan pasien
baru, kalaupun ada biasanya berasal dari tenaga kesehatan yang lain.
Berdasarkan hasil wawancara dari Kepala Ruang Anggrek tanggal 19
November 2020, didapatkan bahwa alur penerimaan pasien baru di Ruang
Anggrek adalah sebagai berikut :

Pasien dari IRJ, IRD, atau dari ruang IRNA lain

Angrek 1 Anggk II Anggrek III


II

Karu atau PJ shift memberitahukan perawat yang bertugas akan ada pasien baru/pindahan

Perawat yang bertugas menyiapkan:


Informed consent pasien masuk RS
Buku status dan format reassessment
Nursing kit
Tempat tidur pasien baru

Perawat menjelaskan segala sesuatu yang tercantum di form penerimaan pasien baru

Assessment awal pasien baru, rencana perawatan dan pemberian edukasi pada
pasien baru oleh perawat

Evaluasi
Gambar 2.3 Alur Penerimaan Pasien Baru di Ruan Anggrek

Pasien ruang Anggrek merupakan pasien dengan kriteria rawat inap untuk
penyakit hemato onkologi, tropik, nefrologi dan lain-lain, sehingga pasien dan
keluarga sering dirawat kembali di Ruang Anggrek. Untuk pasien baru yang
sudah pernah dirawat di Ruang perawat akan mengklarifikasi kembali informasi
yang sudah pernah didapatkan mengenai informasi pasien baru, sedangkan untuk
pasien yang baru pertama kali dirawat di Ruang Anggrek, perawat akan
menjelaskan mengenai informasi pasien baru.
4. Discharge Planning
Penting bagi pasien dan keluarga untuk mengetahui perawatan yang telah
diterima dan bagaimana perawatan dapat dilanjutkan saat pasien kembali ke
rumah, sehingga status kesehatan pasien dapat dipertahankan atau meningkat.
Discharge Planning merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan yang
diperlukan oleh pasien atau keluarga pasien untuk memahami kebutuhan setelah
perawatan.

Tabel 2.40. Hasil Kuesioner dengan Perawat di Ruang Anggrek tanggal 16 November
2020 sampai 24 November 2020
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang Discharge 10 0
Planning? (100%) (0%)
2 Apakah Bapak/Ibu bersedia melakukan Discharge 10 0
Planning? (100%) (0%)
3 Apakah Discharge Planning dilakukan saat pasien pulang? 10 0
(100%) (0%)
4 Apakah sudah ada pembagian tugas tentang Discharge 10 0
Planning? (100%) (0%)
5 Apakah Kepala Ruangan telah menginformasikan tentang 0 0
operasional Discharge Planning? (100%) (0%)
6 Apakah sudah ada pemberian brosur/leaflet saat melakukan 3 7
Discharge Planning? (30%) (70%)
7 Apakah Discharge Planning sudah dilakukan dengan SOP 10 0
yang ada? (100%) (0%)
8 Apakah Discharge Planning disampaikan dengan 10 0
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien dan (100%) (0%)
keluarga pasien?
9 Apakah bahasa yang Bapak/Ibu gunakan dalam melakukan 4 6
Discharge Planning, mengalami kesulitan untuk dipahami (40%) (60%)
pasien?
10 Apakah setiap selesai melakukan Discharge Planning, 10 0
Bapak/Ibu melakukan pendokumentasian dari Discharge (100%) (0%)
Planning yang telah Bapak/Ibu lakukan?
Sumber: Data Primer (2020)
Kesimpulan: sesuai dengan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 10 (100%)
perawat mengerti tentang Discharge Planning.
Discharge planning dilakukan saat pasien pertama kali masuk rumah sakit,
selama dilakukan perawatan dan saat pasien akan keluar dari rumah sakit.
Pelaksanaan discharge planning sudah terdokumentasikan di rekam medis pasien.
Hal-hal yang didokumentasikan dalam form discharge planning saat pasien akan
keluar dari Rumah Sakit yaitu alat bantu yang akan dilepas ketika pasien akan
pulang, meliputi NGT, urin kateter, drain, balutan luka, iv canule, CVL, dan
gelang identitas. Discharge planning yang dilakukan saat pasien pertama kali
masuk yaitu informasi mengenai penyakitnya, tindakan medis yang akan
dilakukan, rehabilitasi, penjelasan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
pengobatan.
Kesimpulan: Perawat mengerti tentang Discharge Planning. Discharge
Planning dilakukan saat pasien pertama kali masuk RS, selama dilakukan
perawatan dan saat pasien akan pulang. Namun, media yang digunakan seperti
leaflet, brosur dan lain-lain belum 100% tersedia pada saat Discharge Planning
dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara discharge planning dilakukan oleh perawat
yang bertugas pada shift tersebut. Leaflet mengenai penyakit pasien sudah
tersedia untuk beberapa penyakit. Kartu kontrol untuk pasien menggunakan
resume medis, yang akan dibawa ketika pasien control ke Rumah Sakit. Resume
medis berisi tindak lanjut perawatan di rumah, meliputi: jenis aktifitas yang
boleh dilakukan, edukasi mengenai pengertian dan pemahaman efek samping
obat, anjuran pola makan, dan anjuran untuk segera mencari pelayanan
kesehatan ketika timbul tanda dan gejala penyakit. Selain itu resume medis juga
berisi mengenai daftar nama obat yang dibawa pulang, dan jadwal kontrol.
5. Ronde Keperawatan
Pengambilan data melalui kuesioner, observasi, dan wawancara dilakukan
tanggal 16 November 2020 sampai 24 November 2020 di Ruang Anggrek.
Tabel 2.41 Hasil Kuesioner dengan Perawat di Ruang Anggrek tanggal 16 November
2020 sampai 24 November 2020

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah ruangan ini mendukung adanya ronde 10 (100%) 0 (0%)
keperawatan?
2 Apakah sebagian besar perawat di ruangan 10 (100%) 0 (0%)
Anggrek mengetahui dengan jelas mengenai
ronde keperawatan?
3 Apakah pelaksanaan ronde keperawatan di 9 (90%) 1 (10%)
ruangan ini sudah sesuai dengan ketentuan yang
telah dibentuk?
4 Apakah ronde keperawatan dilakukan tiap 1 bulan 9 (90 %) 1 (10%)
?
5 Apakah keluarga pasien mengerti tentang adanya 7 (70%) 3 (30%)
ronde keperawatan?
6 Apakah tim dalam pelaksanaan kegiatan ronde 10 (100%) 0 (0%)
keperawatan sudah dibentuk ?
7 Apakah tim yang telah dibentuk melaksanakan 9 (90%) 1 (10%)
kegiatan ronde dengan optimal?

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan 10 (100%) sudah


mendukung adanya ronde keperawatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan tanggal 20 November
2020 mengatakan bahwa ronde keperawatan sudah pernah dilaksanakan 1 kali
dengan metode studi kasus. Ronde dilakukan 1 tahun sekali pada pasien di IRNA
Anak. Sedangkan di Ruang Anggrek dilakukan ronde tiap tiga bulan sekali
melalui metode studi kasus pada pasien dengan masalah penyakit yang tak
kunjung mengarah ke perbaikan dan masalah keperawatan yang sangat kompleks.
Selain itu perawat juga akan melakukan diskusi dengan profesi lain seperti dokter
dan ahli gizi tanpa melibatkan keluarga. Diskusi ini sejenis ronde keperawatan,
dengan membahas usaha kolaborasi antara perawat dengan profesi lain untuk
menangani kasus tersebut. Pelaksanaan ronde keperawatan menemui beberapa
hambatan, antara lain: jumlah tenaga keperawatan yang ada di ruangan Anggrek
masih terbatas, dengan beban kerja yang tinggi. Perawat ruang Anggrek akan
saling membantu antar ruangan, jika pekerjaan di ruangannya sudah selesai.
6. Sentralisasi Obat
Data dikumpulkan melalui kuesioner, observasi, dan wawancara. Hasil
pengumpulan data yang dilakukan tanggal 20 November melalui observasi dan
pembagian angket tentang pengelolaan sentralisasi obat. Sarana dan prasarana
pengelolaan sentralisasi obat mencakup pasien umum dan BPJS. Di Ruang Bobo
telah dilakukan sistem sentralisasi obat menggunakan One Day Dose Dispensing
(ODD), baik obat oral maupun obat injeksi untuk semua pasien. Sistem
sentralisasi obat dengan sistem ODD yang dilakukan di ruangan ini adalah setiap
dosis obat telah dibuat sesuai dengan yang dibutuhkan pasien selama 24 jam.
Depo farmasi akan mengirimkan obat yang sudah disiapkan untuk
kebutuhan pasien selama 24 jam. Di ruangan Anggrek sudah dilakukan
sentralisasi obat yaitu obat injeksi dan oral serta alat-alat kesehatan. Ada beberapa
obat yang langsung dipegang dan diberikan keluarga seperti obat jenis sirup,
namun dengan pengawasan perawat untuk pemberian obat. Pada saat pemberian
obat kepada pasien perawat telah menjelaskan macam obat, kegunaan obat,
jumlah obat, dan efek samping obat.
Alur sentralisasi obat untuk pasien umum yaitu dari dokter ke pasien atau
keluarga pasien untuk meminta persetujuan pembelian obat. Setelah pasien atau
keluarga pasien setuju, kemudian keluarga pasien akan ke farmasi, dari farmasi
pasien atau keluarga pasien memberikan obat yang telah didapat ke perawat.
Untuk pasien BPJS ada 2 alur yaitu obat yang tercover dan tidak tercover, alur
sentralisasi obat yang tercover sama dengan pada pasien umum. Obat pasien yang
tidak tercover alurnya yaitu dari dokter ke perawat kemudian perawat konfirmasi
ke pasien untuk ditebus ke farmasi atau bila obat tidak tersedia atau habis, maka
pasien diberi resep dan bisa menebusnya di luar rumah sakit, selanjutnya obat
diberikan ke perawat dan perawat memberikan obat pada pasien sesuai dengan
jadwal dan dosis sesuai advice dokter.

Dokter
Koordinasi
dengan perawat
Pasien/keluarga

Farmasi/apotek

Pasien/keluarga Lembar serah terima obat


Buku serah terima/masuk obat
Pengaturan & pengelolaan oleh
perawat

perawat yang menerima

Pasien/keluarga

Berdasarkan hasil wawancara di ruang .... diperoleh hasil yaitu obat yang
sudah ada pada perawat akan dibuatkan jadwal sesuai dengan dosis dan waktu
pemberian, dan didokumentasikan dalam buku obat namun tidak terdapat
pemisahan pendokumentasian cara pemberian obat oral ataupun injeksi.
Pendokumentasian obat dilakukan oleh perawat sebelum memberikan obat ke
pasien. Setelah itu perawat menandatangani pemberian obat di rekam medis
pasien. Persetujuan antara perawat dan pasien dalam proses sentralisasi obat
belum dilakukan secara lisan (informed) maupun secara tertulis (consent).
Pada pasien umum, jika pasien sudah dinyatakan pulang atau meninggal,
obat yang tersisa akan dikembalikan ke depo farmasi untuk digantikan dengan
uang (retur), jika pasien BPJS maka obat yang tersisa akan dikembalikan ke depo
farmasi. Bila terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis, atau alur
perubahan pemberian obat maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku
masuk obat dan diinformasikan kepada depo farmasi. Ketika pasien pulang paksa
maka obat akan disesuaikan dengan advice atau resep dari dokter. Apabila pasien
yang datang dengan obat dari luar, didata dalam daftar medication chart. Jika obat
dari luar tersebut sesuai advis terapi yang diberikan dokter ruang Anggrek tetap
di berikan kepada pasien. Sedangkan obat yang tidak dipakai akan tetap disimpan
dan dikembalikan setelah pasien pulang, pulang paksa atau meninggal. Ketika hari
libur proses sentralisasi obat tetap berlangsung.
Tabel 2.42 Hasil Kuesioner dengan Perawat Ruangan di Ruang Anggrek tanggal 16
November 2020 sampai 24 November 2020
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Pengadaan sentralisasi obat
1) Apakah anda mengetahui tentang sentralisasi obat? 10(100%) 0 (0%)
2) Apakah di ruangan anda ini terdapat sentralisasi 10(100%) 0 (0%)
obat?
3) Jika ya, apakah sentralisasi obat yang ada sudah 10 (100%) 0 (30%)
dilaksanakan secara optimal?
4) Jika tidak, menurut Anda apakah di ruangan perlu 10 (100%) 0 (0%)
diadakan sentralisasi obat ?
5) Apakah selama ini anda pernah diberi wewenang 1 (10%) 9 (90%)
dalam sentralisasi obat?
6) Apakah ada format daftar pengadaan tiap-tiap 9 (90%) 1 (10%)
macam obat? (Oral-Injeksi-Supositoria-Infus-
Insulin-Obat gawat darurat)
2 Alur penerimaan obat
1) Apakah selama ini ada format persetujuan 7 (70%) 3 (30%)
sentralisasi obat dari pasien/keluarga pasien?
2) Bagaimana proses penerimaan obat dari 3 (30%) 7 (70%)
pasien/keluarga pasien ?
PPB  farmasi (UDD)  perawat  pasien
3 Cara penyimpanan obat
1) Apakah di ruangan ini terdapat ruangan khusus 10 (100%) 0 (0%)
untuk sentralisasi obat?
2) Apakah kelengkapan sarana dan prasarana 8 (80%) 2 (20%)
pendukung sentralisasi obat?
3) Apakah selama ini Bapak/Ibu memisahkan 10 (100%) 0 (0%)
kepemilikan antar obat-obat pasien?
4) Apakah selama ini Bapak/Ibu memberi etiket dan 10(100%) 0 (0%)
alamat pada obat-obat pasien?
4 Cara penyiapan obat
1) Apakah selama ini sebelum memberikan obat 8 (80%) 2 (20%)
kepada pasien Bapak/Ibu selalu menginformasikan
jumlah kepemilikan obat yang telah digunakan?
2) Apakah ada format tiap jenis obat sebelum 8 (80%) 2 (20%)
Bapak/Ibu memberikan obat ke pasien?
Sumber: Data Primer (2020)
Kesimpulan: sesuai dengan tabel diatas, pengadaan sentralisasi obat 100%
sudah ada, alur penerimaan obat sesuai dengan format persetujuan, cara
penyimpanan obat sudah disediakan ruangan khusus dan cara penyiapan obat
sesuai dengan format tiap jenis obat sebelum diberikan ke pasien.

7. Supervisi Keperawatan
Supervisi merupakan bagian dari fungsi manajemen yang berperan untuk
mempertahankan agar dalam kegiatan yang telah diprogramkan dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan
manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan atau permasalahan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan diruangan.
Berdasarkan hasil observasi supervisi keperawatan dilakukan secara
informal, dan dilakukan setiap saat oleh Kepala Ruangan. Kepala Ruang akan
melakukan cross check kepada pasien mengenai kinerja perawat. Misalnya Karu
akan menanyakan kepada pasien apakah pasien sudah kenal dengan perawat dan
dokter yang merawat pasien, menanyakan sudah dijelaskan oleh perawat akan
kegunaan pemasangan gelang identitas, apakah pasien sudah dijelaskan cara
mencuci tangan oleh perawat yang bertugas. Kemudian Karu akan
menindaklanjuti perawat yang bersangkutan yang belum melakukan tugas secara
maksimal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan tanggal 20 November
2020 supervisi di ruangan Anggrek dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Supervisi secara tidak langsung dilakukan oleh Kepala Ruang dengan cara
melakukan supervisi mengenai kelengkapan rekam medis pasien. Supervisi tidak
langsung dilakukan sekali dalam satu bulan. Supervisi secara langsung dilakukan
oleh Kepala Ruangan kepada perawat setiap sebulan sekali pada semua perawat
dengan tata cara diberitahu terlebih dahulu jika akan di supervisi jika akan
melakukan tindakan keperawatan. Selain itu supervisi juga dilakukan ketika ujian
kewenangan klinis. Ujian tersebut meliputi ujian tindakan dan ujian tulis.
Supervisi akan dilakukan setahun 2 – 3 kali, tergantung jadwal dari komite
keperawatan. Supervisor akan melakukan feedback berupa pengumuman
kelulusan ujian kewenangan klinis untuk kenaikan jenjang karir perawat klinis.
Hasil pengumpulan data melalui kuesioner, observasi, dan wawancara yang
dilakukan tanggal 20 November 2020 kepada perawat Ruang Anggrek didapatkan
sudah ada standar operasional pelaksanaan supervisi keperawatan. Pelaksanaan
supervisi dilaksanakan minimal 2 kali setiap tahun, dilakukan oleh kepala IRNA
Anak. Supervisi dilakukan oleh NUM (Nurse Unit Manager) atau PJ ruangan
dimana dilakukan setelah timbang terima. Topik supervisi ditentukan secara jelas,
dimana biasanya terkait dokumentasi atau kearsipan, sarana prasarana, dan proses
pelayanan pasien. Pengambilan data melalui kuesioner, observasi, dan wawancara
dilakukan tanggal 20 November 2020 .

Tabel 2.43 Hasil angket dengan perawat ruangan di Ruang Anggrek


No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Bapak/Ibu mengerti tentang supervisi? 10 (100%) 0 (0%)
2 Apakah supervisi telah dilakukan di ruangan? 10 (100%) 0 (0%)
3 Apakah supervisi dilakukan minimal satu kali 9 (90%) 1 (10%)
setiap bulan?
4 Apakah Kepala Ruangan melakukan supervisi? 10 (100%) 0 (0%)
5 Apakah supervisi di ruangan sudah sesuai 10 (100%) 0 (0%)
dengan alur yang ada?
6 Adakah format baku untuk supervisi setiap 10 (100%) 0 (0%)
tindakan?
7 Apakah format untuk supervisi sudah sesuai 10 (100%) 0 (0%)
dengan standar keperawatan?
8 Apakah alat (instrumen) untuk supervisi 10 (100%) 0 (0%)
tersedia secara lengkap?
9 Apakah hasil dari supervisi disampaikan 10 (100%) 0 (0%)
kepada perawat?
10 Apakah selalu ada feed back dari supervisor 10 (100%) 0 (0%)
untuk setiap tindakan?
11 Apakah Bapak/Ibu puas dengan hasil dari feed 10 (100%) 0 (0%)
back tersebut?
No Pertanyaan Ya Tidak
12 Apakah ada follow up untuk setiap hasil dari 10 (100%) 0 (0%)
supervisi?
13 Apakah Bapak/Ibu menginginkan perubahan 10 (100%) 0 (0%)
untuk setiap tindakan sesuai dengan hasil
perbaikan dari supervisi?
14 Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan 9 (90%) 1 (10%)
pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi?
Sumber: Data Primer (2020)
Kesimpulan: sesuai dengan tabel supervise keperawatan diatas 100% sudah
mengerti tentang supervise keperawatan. Supervisi keperawatan yang dilakukan
sudah sesuai dengan alur yang ada dan sesuai dengan standar keperawatan.
8. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari media komunikasi antara
perawat yang melakukan asuhan keperawatan dengan perawat lain atau dengan
tenaga kesehatan lain. Dengan tujuan untuk menghindari kesalahan dan
ketidaklengkapan informasi dalam asuhan keperawatan. Data mengenai
dokumentasi keperawatan dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi.

Tabel 2.44 Hasil Kuesioner Dokumentasi Keperawatan di Ruang Anggrek


No
Pertanyaan Ya Tidak
.

1. Modul dokumentasi keperawatan apa yang


10
digunakan di ruangan, apakah sudah ada format 0
(100%)
pendokumentasian yang baku yang digunakan?

2. Apakah bapak/ibu sudah mengerti cara pengisian


9 1
format dokumentasi tersebut dengan benar dan
(90%) (10%)
tepat?

3. Apakah menurut bapak/ibu format yang digunakan


8 2
ini bisa membantu (memudahkan) perawat dalam
(80%) (20%)
melakukan pengkajian pada pasien?

4. Apakah bapak/ibu sudah melaksanakan


10
pendokumentasian dengan tepat waktu (segera 0
(100%)
setelah melakukan tindakan)?

5. Apakah menurut bapak/ibu model dokumentasi 5 5


yang digunakan ini menambah beban kerja perawat? (50%) (50%)

6. Apakah menurut bapak/ibu model dokumentasi 4 6


yang digunakan ini menyita banyak waktu? (40%) (60%)

Sumber: Data Primer (2020)

Kesimpulan: sesuai dengan tabel dokumentasi keperawatan diatas dapat


disimpulkan bahwa sudah digunakan format baku pendokumentasian dan 100%
sudah mengerti cara pengisian format tersebut.
Pengkajian digunakan sebagai pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien.
Pengkajian merupakan tahapan proses keperawatan yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui cara komunikasi.
Pengkajian yang tidak lengkap dapat mengakibatkan intervensi atau asuhan yang
diberikan tidak tepat. Kelengkapan dalam dokumentasi keperawatan sebaiknya
dikerjakan untuk mencegah resiko kesalahan dalam pemberian asuhan
keperawatan. Format diagnosis keperawatan, intervensi, dan implementasi
terintegrasi dalam catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) serta
menggunakan sistem komunikasi SBAR (Situation Background Assessment
Reccomendation) yaitu suatu sistem pendokumentasian yang telah terstandar oleh
JCI, sebagai sebuah alat komunikasi bersama antar tenaga kesehatan yang
bertugas sebagai penanggung jawab pasien, antara lain dokter, perawat, ahli gizi,
farmasi klinis dan lain-lain. Berdasarkan hasil observasi, dokter dan perawat
sudah mengisi catatan perkembangan pasien terintegrasi untuk setiap harinya,
namun ahli gizi, farmasi dan tenaga kesehatan lain belum menuliskan di catatan
perkembangan pasien. Perawat menggunakan panduan SOAPI untuk setiap
catatan perkembangan yang dituliskan, sehingga memudahkan perawat jaga
selanjutnya untuk melanjutkan rencana perawatan pasien.
Pada saat menerima advice dokter, perawat ruangan menerapkan sistem
read, write, repeat back karena kesadaran dan pengetahuan perawat tentang
tanggungjawab dan tanggung gugat.

2.4 Money (M-4)

Berdasarkan hasil wawancara tentang sistem keuangan di ruang Anggrek


didapatkan data sebagai berikut:
1. Sumber dana
Sebagian besar pembiayaan ruangan dan pelatihan petugas ruangan berasal
dari rumah sakit yang diperoleh dari APBD propinsi Jawa Timur dan dari
pembayaran di IRNA Anak. Sedangkan pembiayaan pasien sebagian besar dari
Askes PNS, Jamsostek, BPJS dan biaya sendiri (umum). Biaya perawatan yang
berlaku saat ini sesuai kelas perawatan. Sumber dana sarana dan prasarana, listrik,
air dan telepon dan lainnya sudah terpusat dan diatur oleh DPA (Dokumen
Pelaksanaan Anggaran) Irna Anak.
2. Jenis Pembiayaan Pasien
1) Umum
(1) Alur pelayanan Pasien Umum

Pasien

IGD POLI

Pengurusan pasien baru di IGD Pegurusan pasien baru di


GDC bidang admisi
Gambar 2.5 Alur pelayanan pasien umum RS Kasih

2) BPJS
(1) Alur Pelayanan BPJS di RS Kasih

Pasien
IGD POLI

Emergensi Non Emergensi

Tanpa Rujukam *Persyaratan


Surat Rujukan

IGD
Pengurusan rekam medis
pasien baru di GDC (admisi)
Pengurusan rekam medis
pasien baru IRD
SEP
(Surat Elegibilitas Peserta)
Alur penerimaan klien di rawat jalan menggunakan BPJS yaitu klien
melakukan proses transaksi di loket BPJS. Mekanisme pembayaran di loket BPJS
terdiri dua jenis yaitu transaksi program SIM dan SEP. Syarat penerbitan SEP
adalah menyerahkan fotokopi kartu BPJS dan menunjukkan yang asli serta
fotokopi surat rujukan sebanyak 2 lembar dan surat rujukan yang asli. Kemudian
klien mendapatkan SEP. Apabila klien harus MRS pada hari itu maka klien harus
memperbarui SEP di loket BPJS dengan menyerahkan SEP lama dan surat
permintaan rawat inap.
Pada saat klien dengan status memakai BPJS rawat inap di Rumah Sakit
maka berkas yang harus disediakan dan diserahkan kepada petugas administrasi
yaitu fotokopi kartu BPJS, fotokopi KTP 1 lembar, fotokopi surat rujukan 1
lembar, billing pelayanan, SEP 1 lembar, fotokopi surat rujukan (apabila masuk
dari poli) sebanyak 2 rangkap, resume medis, kelengkapan severity level 3 seperti
fotokopi hasil laboratorium pendukung diagnosis, bukti transfusi darah, laporan
operasi dan tindakan besar. Bagi bayi baru lahir syarat surat keterangan lahir,
kartu keluarga, surat nikah, KTP orang tua. Syarat untuk mengurus surat
keterangan lahir adalah fotokopi KSK, fotokopi KTP suami dan istri, fotokopi
buku/akta nikah, fotokopi kartu BPJS masing-masing berkas rangkap 3.
Berkas tersebut kemudian diserahkan ke loket BPJS dalam jangka waktu
2x24 jam setelah klien KRS. Kemudian berkas tersebut diverifikasi dan akan
diklaimkan ke pihak BPJS.
(2) Peserta BPJS terdiri dari :
a. PPU (Pekerja Penerima Upah)
Peserta PPU antara lain pegawai swasta, PNS (guru, dosen, TNI,
POLRI, dan PNS dengan profesi yang lain). Peserta BPJS PPU ini
mendapat kelas perawatan kelas II dan bisa mengajukan kelas perawatan
yang lebih tinggi. BPJS PPU menanggung anak ke-1, 2, dan 3. Anak yang
lahir dari ibu yang berstatus BPJS PPU maka anak secara otomatis
memiliki status BPJS sama dengan ibu dengan syarat harus melengkapi
syarat administrasi dalam jangka waktu 3x24 jam.
b. PBI (Penerima Bantuan Iuran)
Peserta PBI merupakan peserta yang iuran BPJSnya ditanggung oleh
pemerintah antara lain program Jakesmas, Jamkesda, SKTM dan Kartu
Indonesia Sehat (KIS). Peserta PBI mendapat kelas perawatan kelas III
dan tidak diperbolehkan mengajukan kelas perawatan yang lebih tinggi.
c. Mandiri atau pembiayan umum
Peserta BPJS Mandiri merupakan peserta yang pembayaran iuran
BPJS dilakukan secara mandiri atau pribadi bukan dari perusahaan. Peserta
BPJS mandiri ini mendapat pelayanan sesuai dengan kelas BPJS yang
didaftarkan dan dapat mengajukan kelas perawatan yang lebih tinggi.
Anak yang lahir dari ibu dengan status BPJS tidak secara otomatis
berstatus BPJS. Pada saat ibu mengandung sudah dapat mendaftarkan
janinnya menjadi peserta BPJS dengan syarat anak yang didaftarkan sudah
memiliki denyut jantung. Bukti bahwa janin telah memiliki denyut jantung
dibuktikan dengan membawa hasil USG. Pada saat pendaftaran memakai
nama ibu. Berkas yang harus disiapkan untuk mendaftarkan janin menjadi
peserta BPJS adalah membawa USG kandungan, kartu keluarga, dan KTP
orang tua.
3. Tarif Rawat Inap
Tabel 2.45 Tarif Pelayanan Ruang Anggrek
Kelas Perawatan Tarif
Anggrek I (Kelas I) Rp. 110.000
Fasilitas:
1) 1 Bed pasien
2) 1 Bed penunggu
3) 1 Meja bedside
4) 1 Kursi bedside
5) 1 Kamar mandi dalam
6) 1 TV luar
7) AC
8) Hand rub
Anggrek II (kelas II) Rp.55.000
Fasilitas:
1) 2 Bedpasien
2) 2 Meja bedside
3) 2 Kursi bedside
4) Kamar mandi luar
5) TV luar
6) AC
7) Hand rub
Anggrek III (kelas III) Rp. 45.000
Fasilitas:
1) 3 Bedpasien
2) 3 Meja bedside
3) 3 Kursi bedside
4) Kamar mandi dalam
5) TV luar
6) AC
7) Hand rub

1) Tarif Pelayanan Rawat Inap


Tabel 2.46 Tarif Pelayanan Rawat Inap

No. Jenis Tarif kelas 1 Tarif kelas Tarif kelas ODC


Pelayanan 2 3
1. Biaya 110.000 55.000 45.000 55.000
Akomodasi
2. Jasa Konsultasi 75.000 25.000 15.000 -
Rawat inap
3. Biaya 15.000 15.000 15.000 -
Administrasi
2) Tarif Tindakan Keperawatan di rawat inap
Berikut jasa pelayanan keperawatan yang sering dilakukan oleh perawat di
Ruang Anggrek.
Tabel 2.47 Tarif Tindakan Keperawatan

No. Jenis Tindakan Tarif kelas Tarif kelas 1


2
1 Rehidrasi 53.000 61.000
2 Injeksi IM/IV/SC/IC 53.000 61.000
3 Pemasangan infus 32.000 37.000
4 Pelepasan Infus 12.000 14.000
5 Pengambilan sampel darah 22.000 25.000
6 Pengambilan sampel darah 22.000 25.000
BGA
7 Pengambilan kultur 22.000 25.000
Untuk tarif tindakan keperawatan di ruang .... yang lain didasarkan pada
paket perawatan penyakit yang diderita oleh pasien yang diketahui oleh IKPK
(Ikatan Kerjasama Pembiayaan Kesehatan) dari pihak BPJS.
3) Tarif Diet Pasien
Tabel 2.48 Tarif Diet Pasien

Kelas Perawatan Tarif


Kelas I Rp 39.000,-
Kelas II Rp 33.000 ,-
4. Jenis Pembayaran Pasien
1) Daftar Jenis Pembayaran Pasien 3 bulan terakhir (bulan........) di Ruang ..........
ruang Rawat Inap Ruang Anggrek antara lain:

Tabel 2.49 Jumlah Pasien di Ruang Rawat Inap Ruang Anggrek I RS....
No Jenis Pembayaran Bulan... Bulan... Bulan...
.
1. Mandiri 9 8 12
2. PNS 1 1 2
3. TNI - - -
4. Jamsostek - - -
5. Jamkesmas - - -
6. Jamkesda - - -
Total 10 9 14

Tabel 2.50 Jumlah Pasien di Ruang Rawat Inap Ruang Anggrek II


No Jenis Pembayaran Bulan... Bulan... Bulan...
.
1. Mandiri 29 45 51
2. PNS 3 1 6
3. TNI 1 1 1
4. Jamsostek 1 - 1
No Jenis Pembayaran Bulan... Bulan... Bulan...
.
5. Jamkesmas - - -
6. Jamkesda - - -
Total 39 47 59

Tabel 2.51 Jumlah Pasien di Ruang Rawat Inap Ruang Anggrek II


No. Jenis Pembayaran Februari Maret April
1. Mandiri 8 7 7
2. PNS 1 1
3. TNI - 1 1
4. Jamsostek - 1 -
5. Jamkesmas - - 1
6. Jamkesda - - 1
Total 9 10 10

5. Billing system
Pelaksanaan billing pasien di ruang Anggrek RS Kasih dilakukan oleh
petugas administrasi ruangan. Adanya petugas yang melaksanakan billing dapat
mengurangi beban kerja perawat. Untuk pembayaran, pasien umum dilakukan di
kasir IRNA Anak. Sedangkan untuk pembayaran peserta BPJS dilakukan di Tim
Pengendali.
6. Penggajian Pegawai
1) Gaji pokok
Gaji pegawai dengan status kepegawaian PNS mendapatkan gaji dari
negara, sedangkan Pegawai Non PNS mendapatkan Gaji dari RS Kasih sesuai
dengan Surat Keputusan Direktur RS Kasih Nomor 188.4/737/301/SK/2011
tanggal 20 Januari 2011 tentang pedoman pemberian gaji pegawai harian
kontrak di lingkungan RS Kasih. Gaji Pegawai terdiri dari gaji pokok,
remunerasi, serta tunjangan daerah.
Berikut adalah rincian gaji pokok pegawai berdasarkan status
kepegawaian dan golongan:

(1) Golongan IIIC : 3.300.000,00


(2) Golongan IIIB : 3.100.000,00
(3) Golongan IIIA : 2.935.000,00
(4) Golongan IID : 2.886.000,00
(5) Golongan II C : 2.669.000,00
(6) BLUD : 2.445.000,00 (Gaji bersih)
2) Remunerasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruang Anggrek,
remunerasi mulai ada sejak kurang lebih beberapa tahun yang lalu. Remunerasi
merupakan pengganti dari jasa pelayanan yang diberikan setiap 1 bulan sekali.
Ada dua jenis remunerasi, remunerasi performance dan umum. Remunerasi
performance berdasarkan golongan, dan masa kerja. Sedangkan remunerasi
umum dihitung berdasarkan poin, poin diperoleh dari jabatan (perawat
pelaksana, kepala ruangan, atau perawat penanggung jawab). Tiap poin yang
didapat dikalikan Rp 8.500,00. Penerimaan remunerasi setiap pegawai berbeda
setiap bulannya. Setiap perawat yang telah memberikan pelayanan menulis
pada form yang sudah disediakan kemudian dimasukkan ke dalam log book
dan di rekap oleh kepala ruangan. Perhitungan remunerasi dilakukan oleh
pihak Pelayanan Medik (Yanmed). Dalam mendapatkan remunerasi, perawat
serta karyawan lainnya, mengaku remunerasi yang didapatkan sudah sesuai
dengan pelayanan yang sudah mereka berikan. Namun, dalam mendapatkan
remunerasi tanggal yang diberikan tidak selalu tepat.

7. Status Kepegawaian
Tabel 2.52 Status Kepegawaian dan Golongan Karyawan Anggrek
No Status Pendidikan
Nama Pegawai Golongan
. Kepegawaian Terakhir
1. Ny. Sn PNS IIIC S1
2. Ny. Ao PNS IIIA S1
3. Ny. Me PNS IIIA Paket C
4. Ny. Sr PNS IID D3
5. Ny. Pu PNS IIIA D3
6. Ny. Pr PNS IIC D3
7. Ny. Ls PNS IIIA D3
8. Ny. Rm Non-PNS - D3
9. Ny. Ep Non-PNS - D3
10. Ny. Wt Non-PNS - D3
11. Ny. Sh PNS IIC D3
12. Ny. Fi Non-PNS - D3
13. Ny. Sr Non-PNS - D3
No Status Pendidikan
Nama Pegawai Golongan
. Kepegawaian Terakhir

14. Ny. Lr Non-PNS - D3


15. Ny. Ra Non-PNS - D3
16. Ny. Ru PNS IIIA S1
17. Bp. No Non-PNS - D3
18. Ny. Ik Non-PNS - S1
19. Ny. Ni PNS IIIA D3
20. Ny. Me Non-PNS - S1
21. Bp. Sp PNS IIIB SLTA
22. Ny. Da PNS IIIA S1
23. Ny. Su PNS - SLTA
24. Ny. Mu PNS IIIA SMP
25. Ny. Pu PNS IID SMA
26. Bp. Sr PNS IIIB SMA
27. Bp. Ds PNS IIIC S1
28. Ny. Nr Non-PNS - SMA
29. Ny. Mr PNS IIIB SMA
30. Ny. Alf Non-PNS - SMA
31. Ny. He PNS IIIB D3
2.5 Mutu (M-5)

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 20


November 2020 ruang Anggrek telah menerapkan upaya penjaminan mutu
perawatan pasien, dimana terdapat beberapa aspek penilaian penting,
diantaranya sebagai berikut:
1. Patient Safety
Berdasarkan sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh
Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan JCI
accreditation, maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut :
1) Identifikasi Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 20 November 2020, penerapan
gelang indentitas di Ruang Anggrek sudah sesuai dengan kriteria Kemenkes
yakni berwarna pink atau biru berisi identitas pasien meliputi nama lengkap
pasien, nomor rekam medik, jenis kelamin pasien, dan tanggal lahir, pada dua
hari pengkajian semua pasien telah diberikan gelang identitas oleh perawat.
Pada pengkajian tersebut juga didapatkan data bahwa dari 4 dari 23 keluarga
pasien (17,4%) tidak mengetahui tujuan dan manfaat dari pemasangan gelang
identitas dan sisaya mengatakan bahwa perawat telah menjelaskan tujuan dan
manfaat dari pemasangan gelang pasien. Selain itu juga didapatkan 2 pasien
tidak mengenakan gelang dikarenakan pasien merasa risih dan tidak nyaman
sehingga keluarga pasien melepaskan gelang tersebut. Salah satu elemen
untuk meningkatkan ketepatan identifikasi pasien sebelum memberikan obat,
darah, atau produk darah sudah dilakukan oleh perawat, namun dari 6 perawat
hanya 2 perawat melakukan identifikasi pasien sebelum mengambil darah dan
spesimen lainnya untuk pengujian klinis.
2) Peningkatan komunikasi yang efektif
Komunikasi efektif yang digunakan yaitu menggunakan metode SBAR
(Situation, Background, Assesment, Recommendation). SBAR digunakan
pada saat berkomunikasi dengan tim kesehatan yang lain, timbang terima,
berkomunikasi dengan teman sejawat, konsultasi pasien, dan melaksanakan
informed consent. SBAR juga digunakan pada saat komunikasi atau perintah
secara verbal ataupun telepon, staf yang menerima pesan harus menuliskan
dan membacakan kembali kepada pemberi pesan dan dalam pemberi pesan
harus menandatangani dalam waktu 1x24 jam. Kolom comunicator yang
ditandatangani oleh perawat yang menerima dan kolom advisor yang
ditandatangani oleh dokter yang memberikan advice. Berdasarkan pengkajian
yang dilakukan pada tanggal 20 November 2020, komunikasi efektif yang
sudah diterapkan di ruang Anggrek yaitu menggunakan metode SBAR. Pada
stempel readback, juga sudah ditandatangani oleh perawat yang menerima
dan oleh dokter sesuai ketentuan yang ada.
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Obat high alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi,
terdaftar dalam kategori obat berisiko tinggi, dapat menyebabkan cedera
serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Kewaspadaan
terhadap obat high alert sudah dilakukan dengan memisahkan tempat obat
high alert (obat-obat Look alike, Sound alike), cairan pekat seperti KCL.
MgSO4, Nabic, dll) dengan obat lainnya (ISMP, 2014). Pemberian elektrolit
pekat harus dengan pengenceran dan penggunaan label khusus, setiap
penerapan obat menerapkan prinsip 7 benar (Permenkes, 2011). Salah satu
cara untuk mewaspadai pemberian obat, perawat menggunakan double
crosscheck mulai dari proses persiapan sampai pemberian ke pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 20 November 2020, didapatkan
kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai sudah dilakukan dengan
memisahkan obat-obat high alert pada tempat yang telah disediakan. Selain
itu Ruang Bobo sudah memberikan label pembeda antara high alert dan
LASA. Pemberian labeling sudah ada dan sesuai standar Permenkes (2011),
yaitu labeling dilakukan pada tiap masing-masing obat, tetapi dalam
idenfikasi obat masih terdapat kekurangan.Obat yang sudah dibuka belum
diberikan keterangan tanggal dibuka, tanggal expaired setelah obat dibuka,
dosis obat yang tersisa, dan nama perawat yang membuka, selain itu Double
crosscheck juga terbatas dilakukan hanya pada obat LASA dan high alert
saja. Penerapkan prinsip 7 benar di ruang sudah dilakukan namun form
dokumentasi belum sesuai standar JCI, dimana pada saat selesai pemberian
obat ke pasien harus terdapat bukti dokumentasi perawat pemberi obat dan
alasan apabila pasien tidak mendapatkan obat sesuai dengan seharusnya.
Dalam penyimpanan obat high alert di ruang sudah sesuai standar JCI (2011)
dimana obat high alert disimpan pada suhu dingin antara 2-80C maka
disimpan dalam lemari pharmaceutical refrigerator dan dokter harus
mengambil sendiri obat high alert ke farmasi, sedangkan disimpan pada suhu
ruangan 250C maka disimpan dalam lemari yang diberikan penanda khusus.
Ruang menyediakan trolly emergency berisi obat high alert yang sudah diberi
label padasetiap obat dan troli tersebut dalam keadaan tersegel sebagai
kebutuhan jika sewaktu-waktu ada kondisi yang mengancam jiwa.
4) Kepastian tepat lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur
Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu tepat
lokasi, tepat pasien, dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan tepat lokasi
yaitu menggunakan SPO pemberian marker atau penanda lokasi operasi yang
diberikan oleh dokter operator menggunakan spidol permanen. Proses untuk
memastikan tepat pasien yang dilakukan di ruangan yaitu menggunakan
crosscheck pada gelang identifikasi sedangkan tepat prosedur dilakukan di
ruang operasi menggunakan beberapa check list untuk mencegah kesalahan
prosedur. Prosedur pembedahan dilakukan melalui tiga tahap yaitu :
(1) Sign in, dilakukan sebelum pasien di anestesi konfirmasi ke pasien,
keluarga dan tim anestesi.
(2) Time out, dilakukan sebelum melakukan insisi, dikonfirmasikan kepada
tim bedah.
(3) Sign out, dilakukan sebelum ruang operasi.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 20 November 2020 di ruang
Anggrek untuk memastikan tepat pasien dilakukan menggunakan crosscheck
pada gelang identifikasi, tepat prosedur dilakukan dengan cara ruangan sudah
menyediakan form check list pre operasi sedangkan tepat lokasi dipastikan
dengan pemberian marker atau penanda lokasi operasi menggunakan spidol
permanen oleh dokter di ruangan sebelum operasi.
5) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Sebagai upaya pencegahan infeksi,di ruang Anggrek telah terbentuk tim
Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI). Infeksi nosokomial meliputi
phlebitis, dekubitus, ISK, ILO. Selain tim PPI terdapat tim surveillance untuk
mengetahui kejadian infeksi setiap hari. Pendataan infeksi setiap hari
dilakukan di masing-masing ruangan oleh IPCLN kemudian dijadikan satu
setiap bulannya oleh IPCN (Depkes RI, 2012). Berdasarkan hasil pengkajian
kepada pasien dan keluarga pada tanggal 20 November 2020, didapatkan
bahwa perawat sudah menerapkan lima momen mencuci tangan yang
ditetapkan oleh WHO, namun masih ada sebagian besar perawat belum patuh
menerapkannya yakni saat sebelum menyentuh pasien, dan setelah
menyentuh pasien, dan setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien.
Dalam pemberian health education mengenai cara cuci tangan yang benar
sudah dilakukan melalui media berupa stiker yang di tempel di dinding.
Tetapi sosialisi dan demonstrasi tentang mencuci tangan jarang dilakukan.
Saat dikaji, 4 dari 23 keluarga pasien (17,4%) mengatakan tidak mengetahui
bagaimana cara cuci tangan yang benar. Keluarga juga tidak mengetahui
fungsi dari cairan handrub yang ada di ruangan. Wastafel pada setiap ruangan
berfungsi dengan baik, tetapi terdapat handrub di beberapa ruangan yang
habis dan belum diganti dengan yang baru.
Tabel 2.53 Kepatuhan Cuci Tangan Oleh Petugas di Ruang Anggrek tanggal 20
November 2020
Cuci tangan
No Bulan
N D %
1 Juli 35 64 54,6
2 Agustus 35 64 54,6
3 September 36 53 68
4 Desember 14 26 54

Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi (2020)


(1) Phlebitis
Penilaian phlebitis dilakukan pada tanggal 21 November 2020 dengan
instrumen VIS (Visual Infussion Score). Berdasarkan hasil penilaian
tersebut didapatkan semua pasien (100%) tidak mengalami phlebitis pada 5
hari pengkajian.
Tabel 2.54 Kejadian Phlebitis pada Pasien di Ruang Anggrek
Phlebitis 12/11/202 13/11/2020 14/11/2020 15/11/2020 16/11/2020
0
Ya 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Tidak 23 (100%) 22 (100%) 24 (100%) 28 (100%) 27 (100%)
Total 23 (100%) 22 (100%) 24 (100%) 28 (100%) 27 (100%)
(2) ISK (Infeksi
Sumber: saluran
Data Primer kemih)
(2020)
Penilaian Risiko ISK dilakukan pada tanggal 21 November 2020
dengan instrumen penilaian ISK. Pasien yang dirawat di ruang Anggrek
tidak ada yang mengalami ISK karena sebagian besar pasien tidak terpasang
kateter, hanya ada dua pasien yang terpasang kateter dan lama pemasangan
kateter baru dua hari.
Tabel 2.55 Kejadian ISK pada Pasien di Ruang Anggrek tanggal 21 November
2020
ISK 12/11/2020 13/11/2020 14/11/2020 15/11/2020 16/11/2020
Ya 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Tidak 23 (100%) 22 (100%) 24 (100%) 28 (100%) 27 (100%)
Total 23 (100%) 22 (100%) 24 (100%) 28 (100%) 27 (100%)

Sumber: Data Primer (2020)


(3) ILO (Infeksi Luka Operasi)
Pengkajian ILO dilakukan pada tanggal 21 November 2020 dengan
instrumen ILO. Pasien yang dirawat di ruang Anggrek dari 1 orang yang
memiliki riwayat post-operasi tidak ada yang mengalami ILO (0%).
Tabel 2.56 Kejadian ILO pada Pasien di Ruang Anggrek tanggal 21 November
2020
ILO 12/11/2020 13/11/202 14/11/202 15/11/202 16/11/202
0 0 0 0
Ya 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Tidak 23 (100%) 22 (100%) 24(100%) 28 (100%) 27 (100%)
Total 23 (100%) 22 (100%) 24(100%) 28 (100%) 27 (100%)
Sumber: Data Primer (2020)
(4) Pneumonia
Penilaian pneumonia dilakukan pada tanggal 21 November 2020
dengan CPIS (Clinical Pulmonary Infection Score). Pasien yang dirawat di
ruang Anggrek tidak ada yang mengalami pneumonia. Hal ini dapat terjadi
karena ALOS di ruang Anggrek rata-rata 4-6 hari.
(5) Dekubitus
Penilaian dekubitus dilakukan pada tanggal 21 November 2020
dengan instrumen Norton Scale. Pasien yang dirawat di ruang Anggrek
tidak ada yang mengalami dekubitus. Hal ini terjadi karena ALOS di ruang
Anggrek yaitu 4-6 hari dengan karakteristik pasien dengan ketergantungan
mandiri sebagian. Selain itu tempat tidur di ruang Anggrek sudah beralaskan
matras empuk yang tidak keras. Sebagian besar klien ruang Anggrek adalah
memiliki ketergantungan partial dan minimal sehingga masih dapat
melakukan mobilisasi dan perawatan diri dengan baik.
Tabel 2.57 Kejadian Dekubitus pada Pasien di Ruang Anggrek tanggal 21
November 2020
Dekubitu 12/11/2020 13/11/2020 14/11/20 15/11/202 16/11/20
s 20 0 20
Ya 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Tidak 23 (100%) 22 (100%) 24(100% 28 27
) (100%) (100%)
Total 23 (100%) 22 (100%) 24(100% 28 27
) (100%) (100%)
Sumber: Data Primer (2020)
6) Pengurangan resiko jatuh
Berdasarkan data yang diperoleh dari tim pengendalian mutu, di ruang
Anggrek pada tanggal 21 November 2020, pengkajian risiko jatuh pada
pasien dilakukan pada saat awal pasien masuk ke ruangan rawat inap
menggunakan form sesuai dengan usia pasien anak. Pemberian intervensi
pada pasien disesuaikan dengan kriteria rendah atau tinggi berdasarkan SPO
yang telah ada. Salah satu contoh intervensi penangulangan pasien risiko
jatuh yaitu pemasangan tanda kuning risiko jatuh pada gelang ID, tanda
segitiga kuning risiko jatuh pada bed atau infus stand pasien, harus ada satu
penunggu pasien dan side rail harus selalu ditutup serta memastikan ke
keluarga untuk selalu menutupnya, menganjurkan keluarga pasien untuk
minta bantuan perawat dalam tindakan apapun. Pada saat pengkajian ke
ruangan Anggrek didapatkan setiap pasien telah didampingi oleh keluarga
dan keluarga tidak lupa untuk selalu menutup side rail setiap kali akan
meninggalkan pasien. Namun, saat pengkajian didapatkan satu pasien risiko
tinggi jatuh pada tempat tidurnya tidak digantungkan tanda segitiga kuning.
Tanda tersebut digantungkan di jendela pasien. Untuk penanda gelang berupa
tanda fall risk warna kuning, setiap pasien berisiko tinggi telah dipasang
tanda tersebut, akan tetapi terdapat 1 pasien yang tidak mengenakan gelang
tersebut dengan alasan risih dan tidak nyaman.

(1) Pasien jatuh


Pengkajian pasien Risiko jatuh pada tanggal 21 November 2020
dilakukan dengan menggunakan form pengkajian Humpty Dumpty untuk
pasien anak. Penilaian risiko jatuh umumnya ada pada setiap status pasien
tetapi belum diisi secara rutin setiap hari. Dari data pengkajian didapatkan
bahwa tidak ada pasien yang jatuh selama 5 hari pengkajian.

Tabel 2.58 Penilaian Risiko Jatuh pada Pasien di Ruang Anggrek tanggal 21 November
2020
Risiko jatuh 12/11/202 13/11/2020 14/11/202 15/11/202 16/11/202
0 0 0 0
Risiko 17 16 (72,7%) 17 20 19(70.4%)
rendah (73.9%) (70,8%) (71,4%)
Risiko tinggi 6 (26,1%) 6 (27,3%) 7 (29,2%) 8 (28,6%) 8(29.6%)
Pasien jatuh 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0(0)
Total 23 (100%) 22 (100%) 24 (100%) 28 (100%) 27(100%)

Sumber: Data Primer (2020)


(2) Restrain
Pasien yang dirawat di ruang Anggrek tidak ada yang dilakukan restrain
pada tanggal 21 November 2020, pemberian restrain tidak dianjurkan untuk
di terapkan di ruang Anggrek, hal tersebut dikarenakan dengan intervensi
restrain menimbulkan efek samping mengganggu tumbuh kembang anak dan
berisiko mencedari.

2. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit


Penilaian kepuasan pasien di ruang Anggrek sudah dilakuan evaluasi,.
Berdasarkan data kepuasan pasien selama 5 hari (12, 13, 14, 15, 16) didapatkan
bahwa sebagian besar pasien dan keluarga pasien merasa puas dengan pelayanan
kesehatan yang telah diberikan.
Tabel 2.59 Kepuasan Pasien di Ruang Anggrek Tanggal 17 November 2020
Tingkat 12/11/202 13/11/2020 14/11/202 15/11/2020 16/11/20
kepuasan 0 0 20
Sangat tidak puas 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Tidak puas 1 (4,3%) 1 (4,5%) 1 (4,2%) 1 (3,6%) 1(3,7%)
Puas 19 18 (81,8%) 20 24 (85,7%) 23(85,2)
(82,7%) (83,3%)
Sangat puas 3 (13%) 3 (13,7%) 3 (12,5%) 3 (10,7%) 3(11,1%)
Total 23 (100%) 22 (100%) 24 (100%) 28 (100%) 27(100%
)
Sumber: Data Primer (2020)

3. Kenyamanan
Penilaian nyeri dilakukan dengan menggunakan instrumen, Flacc Pain
Scale instrument. Penilaian nyeri umumnya ada pada setiap status pasien tetapi
belum diisi secara rutin setiap hari. Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa
sebagian besar dalam lima hari pasien tidak nyeri, hanya pada hari ke-5
pengkajian didapatkan pasien dengan nyeri ringan lebih banyak.
Tabel 2.60 Kategori Nyeri Pasien di Ruang Anggrek tanggal 17 November 2020
Tingkat 12/11/202 13/11/202 14/11/202 15/11/202 16/11/202
nyeri 0 0 0 0 0
Tidak nyeri 18 16 16 10 9(33,3%)
(78,3%) (72,8%) (66,7%) (17,9%)
Nyeri ringan 3 (13%) 3 (13,6%) 5 (20,8%) 15 15(55,6%
(71,4%) )
Nyeri sedang 2(8,7%) 3(13,6%) 3(12,5%) 3 (10,7%) 3(11,1)
Nyeri berat 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0(0)
Total 23(100%) 22(100%) 24(100%) 28(100%) 27(100%)
Sumber: Data Primer (2020)

4. Kecemasan
Penilaian kecemasan pasien dilakukan dengan cara memberikan kuesioner
tingkat kecemasan Zung Self Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS). Berdasarkan
rekapitulasi kuesioner pada tanggal 17 November 2020 didapatkan bahwa
sebagian besar pasien tidak mengalami kecemasan. Hanya sebagian kecil pasien
yang mengalami kecemasan berat, yaitu pasien yang akan menjalani operasi.
Tabel 2.61 Penilaian Tingkat Kecemasan pada Pasien di Ruang Anggrek tanggal
17 November 2020
Tingkat 12/11/202 13/11/202 14/11/2020 15/11/2020 16/11/20
kecemasan 0 0 20
Kecemasan 1 (4,2%) 1 (4,5%) 1 (4,2%) 1 (4,8%) 1 (3,7%)
berat
Kecemasan 5 (22%) 5 (22,7%) 5 (20,8%) 7 (33,3%) 7 (26%)
sedang
Kecemasan 6 (26%) 6 (27,3%) 8 (33,3%) 10 (47,6%) 9 (33,3%)
ringan
Tidak cemas 11 10 10 (41,7%) 10 (47,6%) 10 (37%)
(47,8%) (45,5%)
Total 23 (100%) 22 (100%) 24 (100%) 28 (100%) 27
(100%)
Sumber: Data Primer (2020)

5. Perawatan diri
Penilaian perawatan diri setelah dilakukan penilaian pada tanggal 17
November 2020 didapatkan bahwa rata-rata ruangan Anggrek memiliki pasien
dengan tingkat kemandirian parsial.
Tabel 2.62 Penilaian Tingkat Kemandirian Pasien di Ruang Anggrek tanggal 17
November 2020
Tingkat 12/11/202 13/11/202 14/11/202 15/11/202 16/11/202
kemandiria 0 0 0 0 0
n
Minimal 2 (8,7%) 1 (4,5%) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
care
Partial care 21 21 24 28 27(100%)
(91,3%) (95,5%) (100%) (100%)
Total care 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Total 23 22 24 28 27(100%)
(100%) (100%) (100%) (100%)
Sumber: Data Primer (2020)

6. Pengetahuan
Penilaian pengetahuan orang tua dilakukan dengan cara memberikan
kuesioner tingkat pengetahuan. Berdasarkan rekapitulasi kuesioner pada tanggal
17 November 2020 didapatkan sebagian besar pasien berpengetahuan cukup.
Tabel 2.63 Penilaian Tingkat Pengetahuan pada Orang Tua di Ruang Anggrek tanggal
17 November 2020
Tingkat 12/11/202 13/11/202 14/11/202 15/11/202 16/11/202
pengetahuan 0 0 0 0 0
Kurang 4 (17,4%) 3 (13,6%) 3 (12,5%) 2 (7,1%) 2(7,4%)
Cukup 12 12 12 (50%) 16 16(59,3%)
(52,2%) (54,6%) (57,1%)
Baik 7 (30,4%) 7 (31,8%) 9 (37,5%) 10 9(33,3)
(35,7%)
Total 23 (100%) 22 (100%) 24 (100%) 28 (100%) 27(100%)
Sumber: Data Primer (2020)

7. BOR (Bed Occupacy Rate)


Perhitungan BOR (Bed Occupacy Rate).
BOR (Bed Occupacy Rate) Ruang Anggrek
Tabel 2.64 BOR Ruang Anggrek tanggal 17 November 2020
No Shift Perhitungan BOR ∑BOR per hari
1 Pagi 24 (kosong 1)

2 Sore 24 (kosong 1) 76,6%

3 Malam 24 (kosong 1)

Sumber : Data Primer (2020)


Tabel 2.65 BOR Ruang Anggrek tanggal 17 November 2020
No Shift Perhitungan BOR ∑BOR per hari
1 Pagi 24 (kosong 2)

2 Sore 24 (penuh) 77,6%

3 Malam 24 (penuh)

Sumber : Data Primer (2020)

Tabel 2.66 BOR Ruang Anggrek tanggal 17 November 2020


No Shift Perhitungan BOR ∑BOR per hari
1 Pagi 24 (penuh)

2 Sore 24 (penuh) 80%

3 Malam 24 (penuh)
Sumber : Data Primer (2020)

Tabel 2.67 BOR Ruang Anggrek tanggal 17 November 2020


No Shift Perhitungan BOR ∑BOR per hari
1 Pagi 24 (penuh)

2 Sore 24 (penuh) 80%

3 Malam 24 (penuh)

Sumber : Data Primer (2020)

Tabel 2.68 BOR Ruang Anggrek tanggal 17 November 2020


No Shift Perhitungan BOR ∑BOR per hari
1 Pagi 24 (penuh)

2 Sore 24 (penuh) 80%

3 Malam 24 (penuh)

Sumber : Data Primer (2020)

8. Variasi Pasien
Berdasarkan data variasi pasien selama bulan November 2020 didapatkan
bahwa sebagian besar pasien ruang Anggrek adalah pasien umum atau pasien
yang membayar biaya perawatan secara mandiri tanpa asuransi apapun.
Tabel 2.69 Variasi Pasien MRS dalam bulan November di Ruang Anggrek
No Variasi Pasien Agustus September Oktober
1. BPJS I 1 (2%) 1 (2%) 2 (2%)
2. BPJS II 3 (5%) 2 (3%) 6 (7%)
3. TNI/POLRI 3 (5%) 1 (2%) 2 (2%)
4. ASURANSI LAIN 1 (2 %) - 3 (3%)
5. Umum 47 (86%) 60 (93%) 76 (86%)
Total 55 (100%) 64 (100%) 89 (100%)
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi (2020)

9. Indikator Keselataman Pasien di Ruang Anggrek


1) Prosentase Pelaksanaan Prosedur Identifikasi pada Pemberian Transfusi
Darah atau Produk Darah
Berdasarkan Hasil data 3 bulan terakhir (Agustus, September, Oktober)
didapatkan data prosedur identifikasi pada pemberian transfuse darah atau
produk darah kurang dari 100%.
Tabel 2.70 Prosentase Pelaksanaan Prosedur Identifikasi pada Pemberian
Transfusi Darah atau Produk Darah
No Bulan N D Prosentase (%)
1 Agustus 250 278 89,9
2 September 123 127 97
3 Oktober 131 133 98,4
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi (2020)
2) Kepatuhan Petugas Melakukan Komunikasi Efektif dengan Menerapkan
Prosedur TBAK yang Tercatat dalam Rekam Medik
Berdasarkan Hasil data 3 bulan terakhir (Agustus, September, Oktober)
didapatkan data kepatuhan petugas melakukan komunikasi efektif dengan
menerapkan rosedur TBAK yang tercatat dalam rekam medik mencapai 100%.
Tabel 2.71 Kepatuhan Petugas Melakukan Komunikasi Efektif dengan
Menerapkan Prosedur TBAK yang Tercatat dalam Rekam Medik
No Bulan N D Prosentase (%)
1 Agustus 40 40 100
2 September 38 38 100
3 Oktober 26 26 100
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi (2020)
3) Kepatuhan Petugas Melakukan Komunikasi Efektif dengan Menerapkan
Prosedur SBAR Timbang Terima Pasien dalam Keperawatan
Berdasarkan Hasil data 3 bulan terakhir (Agustus, September, Oktober)
didapatkan data kepatuhan petugas melakukan komunikasi efektif dengan
menerapkan prosedur SBAR timbang terima pasien dalam keperawatan
mencapai 100%
Tabel 2.72 Kepatuhan Petugas Melakukan Komunikasi Efektif dengan
Menerapkan Prosedur SBAR Timbang Terima Pasien dalam
Keperawatan
No Bulan N D Prosentase (%)
1 Agustus 648 648 100
2 September 700 700 100
3 Oktober 681 681 100
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi (2020)
4) Insiden Pasien Jatuh Selama Perawatan Rawat Inap di Rumah Sakit
Berdasarkan hasil data 3 bulan terakhir (Agustus, September, Oktober)
didapatkan data insiden pasien jatuh selama perawatan rawat inap di Rumah
Sakit mencapai target 0%
Tabel 2.73 Insiden Pasien Jatuh Selama Perawatan Rawat Inap di Rumah Sakit
No Bulan N D Prosentase (%)
1 Agustus 0 648 0
2 September 0 700 0
3 Oktober 0 681 0
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi (2020)

10. Indikator Clinical KPIs


1) Kelengkapan Assesmen Awal Medis dalam 24 Jam pada Pasien Rawat Inap
Berdasarkan Hasil data 3 bulan terakhir (Agustus, September, Oktober)
didapatkan data kelengkapan asesmen awal medis dalam 24 jam pada pasien
rawat inap pada bulan Agustus dan Oktober kurang dari 100% dan pada bulan
September mencapai 100%.
Tabel 2.74 Kelengkapan Assesmen Awal Medis Dalam 24 Jam Pada Pasien
Rawat Inap
No Bulan N D Prosentase (%)
1 Agustus 26 31 83
2 September 55 55 100
3 Oktober 50 62 80,6
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi (2020)
2) Kelengkapan Assesmen Awal Keperawatan Dalam 24 Jam pada Pasien
Rawat Inap
Berdasarkan Hasil data 3 bulan terakhir (Agustus, September, Oktober)
didapatkan data kelengkapan assesmen awal medis dalam 24 jam pada pasien
rawat inap pada bulan Agustus dan Oktober mencapai 100% dan pada bulan
September kurang dari 100%.
Tabel 2.75 Kelengkapan Assesmen Awal Keperawatan Dalam 24 Jam pada Pasien
Rawat Inap
No Bulan N D Prosentase (%)
1 Agustus 31 31 100
2 September 64 55 83,6
3 Oktober 62 62 100
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi (2020)

11. Indikator Pelayanan Mutu Pelayanan


1) Kepuasan Pasien terhadap Perawat (Caring)
Berdasarkan Hasil data 3 bulan terakhir (Agustus, September, Oktober)
menunjukkan bahwa pasien puas terhadap sikap caring perawat.
Tabel 2.76 Kepuasan Pasien terhadap Perawat (Caring)
No Bulan N D Prosentase (%)
1 Agustus 348 350 99
2 September 348 348 100
3 Oktober 346 350 98,8
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi (2020)
2) Pemenuhan Perawatan Diri Pasien (Perawatan Diri)
Berdasarkan hasil data 3 bulan terakhir (Agustus, September, Oktober)
menunjukkan bahwa pasien puas terhadap sikap pemenuhan perawatan diri
pasien.
Tabel 2.77 Pemenuhan Perawatan Diri Pasien (Perawatan Diri)
No Bulan N D Prosentase (%)
1 Agustus 0 648 0
2 September 0 700 0
3 Oktober 0 681 0
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi (2020)

12. Length Of Stay (LOS)


Berdasarkan data LOS selama bulan Oktober didapatkan bahwa hampir
setengah pasien yang di Bobo RSUD Dr.Soetomo memiliki Length of Stay lebih
dari 4-6 hari.
Tabel 2.78 Length Of Stay (LOS) Bulan November di Ruang Anggrek
No LOS Oktober
1. < 3 hari 37 (39%)
2. 4-6 hari 39 (41%)
3. 7-9 hari 12 (13 %)
7. 10 hari 1 (2%)
8. >10 hari 4 (5%)
Total 93 (100%)
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi (2020)
Tabel 2.79 LOS Bulan November di Ruang Anggrek
No Bulan AvLOS (hr)
Anggrek I Anggrek II Anggrek III
1 Agustus 12,57 9,51 5,91
2 September 10,10 12,14 9,20
3 Oktober 12,50 10,75 6,57
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi (2020)

13. BTO (Bed Turn Over)


Tabel 2.80 BTO Bulan November di Ruang Anggrek
BTO
No Bulan
Anggrek I Anggrek II Anggrek III
1 Agustus 2,33 3,75 1,83
2 September 1,67 2,92 1,67
3 Oktober 12,50 10,75 6,57
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi (2020)

14. TOI (Turn Over Intenal)


Tabel 2.81 TOI (Turn Over Intenal) Bulan November di Ruang Anggrek
TOI
No Bulan Anggrek I Anggrek II Anggrek
III
1 Agustus 2,50 -1,29 1,45
2 September 3,00 -3,29 -1,20
3 Oktober 2,75 -1,04 -3,07
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi (2020)

15. Penyakit terbanyak


Berdasarkan data penyakit terbanyak selama bulan November didapatkan
bahwa sebagian besar pasien yang di ruang Anggrek adalah pasien dengan
lymphoid leukemia sebanyak 38 orang.
Tabel 2.82 Penyakit terbanyak Bulan November di Ruang Anggrek
Ruangan No Nama Penyakit Jumlah
Anggrek I 1 Purpura and other haemorrhagic 8 Pasien
conditions
2 Lymphoid leukemia 6 Pasien
3 Malignant nerplasm of kidney, except 4 Pasien
renal pelvis
4 Pneumonia, organism unspecified 3 Pasien
5 Other sepsis 2 Pasien
6 Malignant neoplasm of eye and adnexa 2 Pasien
7 Malignant neoplasm of adrenal gland 2 Pasien
8 Iron deficiency anaemia 2 Pasien
9 Other anemias 2 Pasien
10 Lack of expected normal physiological 2 Pasien
development
Anggrek 1 Lymphoid leukemia 32 Pasien
II
2 Purpura and other haemorrhagic 14 Pasien
conditions
3 Anemia in chronic desease classified 11 Pasien
elsewhere
4 Myeloid leukemia 9 Pasien
5 Diarrhoea and gastroenteritis of 8 Pasien
presumed infectious origin
6 Agrunulocytosis 8 Pasien
7 Malignant neoplasm of eye and adnexa 7 Pasien
8 Other disorders of urinary system 7 Pasien
9 Convusions 7 Pasien
10 Malignant neoplasma of adrenal gland 6 Pasien

Anggrek 1 Congenital malformations of cardiac 22 Pasien


III septa
2 Congenital malformations of great 9 Pasien
arteries
3 Other pulmonary heart desease 6 Pasien
4 Nonrheumatic aortic valve disorders 3 Pasien
5 Malignant nerplasm of kidney, except 2 Pasien
renal pelvis
6 Congenital malformations of cardiac 2 Pasien
chambers and connections
7 Other congenital malformations of heart 2 Pasien
8 Dengue fever 1 Pasien
9 Purpura and other haemorrhagic 1 Pasien
conditions
10 Other anxiety disorders 1 Pasien
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi (2020)

16. Standar Operasional Prosedure (SOP)


  Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja
instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan
prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja
yang bersangkutan. Di ruang Anggrek telah memiliki SOP yang terbagi menjadi
beberapa sub diantaranya 3 SOP instalasi pemeliharaan, 14 SOP instalasi gizi, 18
SOP komite pengendalian infeksi, 17 SOP sanitasi, 21 SOP sterilisasi, 11 SOP
komite keperawatan, 79 SOP pelayanan (SOP terlampir).

17. Mahasiswa praktek


Berdasarkan data pada tanggal 17 November 2020 didapatkan bahwa:
Tabel 2.83 Jumlah Mahasiswa Praktika Periode Bulan November di Ruang
Anggrek
No Klasifikasi Jumlah Prosentase
1 Mahasiswa S2 Keperawtan 7 35 %
Managemen
2 Mahasiswa Profesi Ners 13 65 %
Total 20 100.0 %
Sumber: Data Primer (2020)

2.8 Analisa SWOT

MAN (M1) BOBOT RATING SKOR KET


a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Sebanyak 95,4% perawat S-W
menyatakan bahwa merasa 0,2 4 0,8 3,2-2,5
puas dengan struktur = 0,7
organisasi yang ada di
ruangan.
0,2 4 0,8
2. Sebanyak 78% perawat
menyatakan pembagian
tugas sesuai dengan struktur
organisasi yang ada. 0,2 2 0,4
3. Sebanyak 45% perawat
menyatakan keoala ruangan
dan ketua tim sudah optimal
dalam menjalankan tugas-
tugasnya. 0,2 3 0,6
4. Sebagian perawat ada yang
mengikuti seminar dan
pelatihan. 0,1 3 0,3
5. Jenis ketenagaan : S1 7
Orang ( 2 Orang dalam
pendidikan), D3 15 Orang,
0,1 3 0,3
Pekarya 6 Orang.
6. Masa kerja >5 Tahun 4
Orang, 5-15 Tahun 8 Orang, 1 3,2
> 15 Tahun 10 Orang.
TOTAL
0,2 2 0,4
WEAKNESS
1. Jumlah perawat masih
belum sebanding dengan 0,3 3 0,9
pasien.
2. Sebagian besar (77,3%)
perawat masih berlatar 0,2 2 0,4
pendidikan D III perawat.
0,1 2 0,2
3. Beban kerja perawat yang
cukup berat.
4. Jumlah perawat perempuan
lebih banyak (95,4%) 0,1 3 0,3
dibanding perawat laki-laki
(4,6%). 0,1 3 0,3
5. Pembagian tugas perawat
belum jelas. 1 2,5
6. Perawat belum dapat
melaksanakan MAKP.
TOTAL O-T
0,3 4 1,2 3-3,2
b. EFAS = -0,2
OPPURTINITY
1. Sebanyak 90% perawat
mempunyai kemauan untuk 0,3 3 0,9
melanjutkan pendidikan ke
jenjang lebih tinggi.
0,1 3 0,3
2. RS memberikan program
khusus pelatihan bagi 0,2 3 0,6
perawat ruangan.
3. Adanya program akreditasi 1 3
RS.
4. Adanya kebijakan tentang
professional perawat. 0,6 3 1,8
TOTAL

TREATHENED 0,2 4 0,8


1. Adanya tuntutan tinggi dari
masyarakat untuk pelayanan
yang lebih professional. 0,2 3 0,6
2. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya 1 3,2
hukum.
3. Persaingan antara RS yang
semakin kuat.
TOTAL
MAN (M2) BOBOT RATING SKOR KET
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Mempunya sarana dan 0,4 4 1,6 S-W
prasarana yang cukup baik 3,6-3
dan sesuai standar =0,6
2. Terdapat administrasi
penunjang ( buku injeksi, 0,2 4 0,8
buku TTV, buku visit, SOP,
dll) 0,4 3 1,2
3. Perawat ruangan mampu
menggunakan sarana &
prasarana di ruangan. 1 3,6
TOTAL

WEAKNESS 0,3 4 1,2


1. Perlu direncanakan untuk
penambahan alat medis
yang kurang.

0,2 3 0,6
2. Perlu penambahan ruang
konsultasi dokter, ruang
dokter, ruang linen bersih,
ruang linen kotor. 0,2 3 0,6
3. Perlu adanya standarisasi
ruang penyimpanan obat. 0,2 2 0,4
4. Perlu dibuat buku khusus
0,1 2 0,2
pencatatan peminjaman alat.
5. Perlu dibuat penandaan
1 3
pengecekan alat.
TOTAL O-T
3,4-3
b. EFAS 0,6 3 1,8 = 0,4
OPPORTUNITY
1. Adanya kesempatan untuk
memperbaiki sarana & 0,4 4 1,6
prasarana.
2. Adanya kesempatan untuk
menambah sarana & 1 3,4
prasarana.
TOTAL
1 3 3
TREATHENED
1. Adanya tuntutan dari pasien
untuk melengkapi sarana & 1 3
prasarana.
TOTAL
MAN (M3) BOBOT RATING SKOR KET
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
1. Sudah ada mode asuhan 0,2 3 0,6 S–W
keperawatan yang digunakan 3,3-3,4
yaitu MAKP tim-primer = -0,1
(Modular).
2. Model yang digunakan 0,2 3 0,6
sesuai dengan visi dan misi
ruangan. 0,1 3 0,3
3. Ada kemauan perawat untuk
berubah. 0,3 4 1,2
4. Supervisi dilakukan oleh
Kepala Ruangan. 0,2 3 0,6
5. Terlaksananya komunikasi
yang adekuat. 1 3,3
TOTAL

WEAKNESS 0,4 3 1,2


1. Belum adanya pelatihan
MAKP untuk perawat
ruangan. 0,4 4 1,6
2. Kurang tenaga lulus S1-
Keperawatan guna
membantu MAKP. 0,2 3 0,6
3. Kurang jelas dalam
pembagian job describtion. 1 3,4
TOTAL
4 O-T
b. EFAS 0, 5 2 3,5-3
OPORTUNITY = 0,5
1. Adanya kerjasama dengan
Institusi Pendidikan. 0,5 3 1,5
2. Kepercayaan dari pasien
cukup baik. 1 3,5
TOTAL

TREATHENED
0,4 3 1,2
1. Adanya tuntutan masyarakat
yang semaking tinggi
tentang Pelayanan 0,6 3 1,8
Kesehatan.
2. Semaking tingginya
kesadaran pasien akan 1 3
hukum kesehatan.
TOTAL
TIMBANG TERIMA BOBOT RATING SKOR KET
a. (IFAS)
STRENGHT
1. Timbang terima dilakukan 0,3 4 1,2 S–W
secara rutin 3x dalam sehari. 3,1 – 3
2. Timbang terima dipimpin 0,2 3 0,6 =0,1
oleh Karu & Perawat yang
akan shift selanjutnya.
3. Seluruh perawat telah 0,2 2 0,4
mengetahui cara
penyimpanan &
penyampaian timbang
terima. 0,3 3 0,9
4. Selalu ada interaksi dengan
pasien selama timbang
terima (Validasi ke pasien). 1 3,1
TOTAL

WEAKNESS 1 3 3
1. Tidak menyebutkan nama
dokter yang menangani
pasien. 1 3
TOTAL

b. EFAS O–P
0,7 3 2,1
OPPORTUNITY 2,7 – 3,4
1. Adanya kesempatan untuk = -0,7
melakukan timbang terima
ke pasien setiap pergantian 03 2 0,6
shift.
2. Sarana & prasarana seperti 1 2,7
buku penunjang ada.
TOTAL
0,6 3 1,8
TREATH
1. Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari masyarakat untuk 0,4 4 1,6
mendapatkan layanan.
2. Meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang
tanggung gugat perawat 1 3,4
sebagai asuhan keperawatan.
TOTAL

PENERIMA PASIEN BARU BOBOT RATING SKOR KET


a. IFAS
STRENGHT
1. Teknik penerimaan pasien 0,3 4 1,2 S- W
baru dilakukan lisan & 2,6 – 3
tertulis. = -0,4
2. Adanya orientasi terhadap 0,9 3 0,27
lingkungan ruangan.
3. Adanya rekam medis. 0,2 3 0,6
4. Penerimaan pasien baru 0,2 3 0,6
dilakukan oleh perawat yang
2,6
memiliki kompetensi. 1
TOTAL
1 3 3
WEAKNESS
1. Tidak ada pembagian leaflet 1 3
atau booklet.
TOTAL
O-P
b. EFAS 3-3,4
OPPORTUNITY 1 3 3 = -0,4
1. Adanya kerjasama yang baik
antara perawat dan
mahasiswa praktek. 1 3 3
TOTAL

TREATHENED 0,6 3 1,8


1. Adanya tuntutan masyarakat
untuk mendapatkan
0,4 4 1,6
pelayanan.
2. Makin tingginya kesadaran
pasien akan hukum 1 3,4
TOTAL
DISCHARGE PLAINING BOBOT RATING SKOR KET
a. IFAS
STRENGHT
1. Semua perawat mengerti 0,4 3 1,2 S–W
tentang discharge planning. 3 – 3,2
2. Discharge plaining 0,3 3 0,9 = -0,2
dilakukan oleh perawat yang
bertugas saat itu.
3. Pelaksanaan discharge 0,3 3 0,9
plaining sudah
terdokumentasikan direkam
medis pasien. 1 3
TOTAL

WEAKNESS 0,3 3 0,9


1. Tidak tersedianya leaflet
atau booklet untuk pasien. 0,2 4 0,8
2. Pemberian HE dilakukan
secara lisan. 0,2 3 0,9
3. Keterbatasan waktu &
tenaga perawat. 0,3 2 0,6
4. HE belum dilakukan. 1 3,2
TOTAL

c. EFAS O-P
OPORTUNITY 1 4 4
4- 3,6
1. Adanya kerjasama yang baik = 0,4
antar perawat dan
1 4 4
mahasiswa praktek
TOTAL
0,6 4 2,4
TREATHENED
1. Adanya tuntutan masyarakat
untuk mendapatkan 0,4 3 1,2
pelayanan.
2. Makin tingginya kesadaran 1
masyarakat akan pentingnya 3,6
kesehatan.
TOTAL

RONDE KEPERAWATAN BOBOT RATING SKOR KET


a. IFAS
STRENGHT
1. Ruangan mendukung 0,6 4 2,4 S- W
dengan adanya kegiatan 3,6 – 3,4
ronde keperawatan . = 0,2
2. Ronde keperawatan sudah
pernah dilaksanakan satu 0,2 3 0,6
kali dengan metode studi
kasus.
3. Ronde dilakukan setiap 3 0.2 3 0,6
bulan sekali dengan masalah
penyakit pasien yang
kompleks. 1 3,6
TOTAL

WEAKNESS 0,6 3 1,8


1. Belum dibentuk Tim ronde
keperawatan diruang
anggrek. 0,4 4 1,6
2. Pelaksanaan ronde
keperawatan belum optimal
karena tuntutantenaga
keperawatan yang ada
diruangan anggrek masih
terbatas dengan beban kerja
yang tinggi. 1 4 3,4
TOTAL
O–T
b. EFAS 4 3,4-3
0,4 1,6
OPORTUNITY = 0,4
1. Adanya diskusi tentang 0,6 3 1,8
masalah yang terjadi.
2. Adanya kesempatan dari
kepala ruangan & perawat
ruangan untuk mengadakan 1 3,4
ronde keperawatan.
TOTAL
1 3 3
TREATHENED
1. Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari pasien &
keluarga pasien untuk
mendapatkan pelayanan 1 3
professional.
TOTAL
SENTRALISASI OBAT BOBOT RATING SKOR KET
a. IFAS
STRENGHT
1. Semua perawat mengerti 0,3 4 1,2 S-W
tentan sentralisasi obat. 3,5-4
2. Perawat melakukan 0,3 3 0,9 = -0,5
pengawasan ketika
pemberian obat yang
dipegang oleh keluarga
pasien. 0,2 3 0,6
3. Pendokumentasian obat
dilakukan oleh perawat
sebelum di memberikan obat
ke pasien dengan adanya
lembar pendokumentasian
obat. 0,2 4 0,8
4. Sudah dilaksanakan kegiatan
sentralisasi obat oleh
keluarga berkolaborasi
dengan depo farmasi. 1 3,5
TOTAL

WEAKNESS 1 4 4
1. Beberapa obat ada yang
belum tersedia di RS
sehingga keluarga pasien
membeli obat sesuai resep 1 4 4
dokter di luar RS.
TOTAL O-T
1,5-2
b. EFAS 0,5 3 1,5 = -0,5
OPORTUNITY
1. Komunikasi yang baik antara
perawat, farmasi klinis & 1 1,5
pasien.
TOTAL
0,5 2 1
TREATHENED
1. Adanya tuntutan pasien
untuk mendapatkan 0,5 2 1
pelayanan professional.
2. Makan tinggi kesadaran 1 2
masyarakat akan hukum.
TOTAL
SUPERVISI BOBOT RATING SKOR KET
a. IFAS
STRENGHT
1. Adanya standar operasional 0,4 4 1,6 S-W
pelaksanaan supervisi 3,5-3
keperawatan. = 0,5
2. Pelaksanaan supervisi 0,2 4 0,8
dilakukan oleh kepala
ruangan IRNA anak, NUM
(Nurse Unit Manager) dan
PJ minimal 2x setiap Tahun. 0,3 3 0,9
3. Kepala ruangan melakukan
crosscheck kepada pasien
mengenasi kinerja perawat
& kelengkapan rekam medis
pasien. 0,1 2 0,2
4. Adanya feedback dari
supervisor. 1 3,5
TOTAL

WEAKNESS 1 3 3
1. Supervisi diruangan anggrek
belum terlaksana secara
optimal.
O-T
b. EFAS 3 3,5-4
0,6 1,8
OPORTUNITY = -0,5
1. Kegiatan supervisi pernah
dilakukan diruangan 0,4 4 1,7
anggrek.
2. Adanya kesempatan
kenaikan jenjang karir
perawat klinis setelah
dilakukan ujian kewenangan 1 3,5
klinis oleh supervisor.
TOTAL
1 4 4
TREATHENED
1. Tuntutan pasien sebagai
konsumen untuk
mendapatkan pelayanan 1 4
professional dan bermutu.
TOTAL

DOKUMENTASI KEPERAWATAN BOBOT RATING SKOR KET


a. IFAS
STRENGHT
1. Tersedianya sarana & 0,2 3 0,6 S-W
prasarana (administrasi 3,5-3,8
penunjang). = -0,3
2. Ada pendapatan tambahan 0,2 4 0,8
yaitu dari usaha koperasi
ruangan.
0,2 3 0,6
3. Ada pendapaan dari jasa
medic untuk pasien dengan
biaya BPJS yang dapat
diklaim setelah perawatan. 0,1 3 0,3
4. Ada pendapatan dari jasa
pelayanan rumah sakit
berupa remunerasi. 0,1 4 0,4
5. Ada pendapatan dari jasa
pelaya IRNA medis. 0,2 4 0,8
6. Tiap perawat memperoleh
pendapatan dari RS berupa
LP (lauk pauk). 1 3,5
TOTAL

WEAKNESS 0,6 4 2,4


1. Perawat mengatakan bahwa
beban kerja perawat tinggi
sehingga penulisan
dokumentasi kurang 0,2 4 0,8
maksimal.
2. SAK &SAP belum 0,2 3 0,6
maksimal digunakan.
3. Pengawasan terhadap
sistematika pendokumentasi
belum dilaksanakansecara 1 3,8
optimal.
TOTAL O-T
3 3,3-3
b. EFAS 0,4 1,2 = 0,3
OPORTUNITY
1. Adanya program pelatihan
tentang pemdokumentasian 0,3 3 0,9
keperawatan.
2. Peluang perawat untuk 4
meningkatkan pendidikan 0,3 1,2
(pengembangan SDM).
1 3,3
3. Adanya kerjasama yang baik
anta perawat. 0,5 3 1,5
TOTAL
TREATHENED
1. Tingkat kesadaran
masyarakat
(pasien&keluarga) akan 0,5 3 1,5
tanggung jawab dan
tanggung gugat.
2. Persaingan RS dalam 1 3
memberikan pelayanan
kesehatan.
TOTAL
M4 (MONEY) BOBOT RATING SKOR KET
a. IFAS
STRENGHT
1. Ada pendapatan dari jasa 0,5 3 1,5 S-W
pelayanan instalasi, RS, jasa 3,5-4
medic, APBD Jawa Timur. = -0,5
2. Biaya perawatan pasien 0,5 4 2
didapat dari tariff masing-
masieng ruangan.
1 3,5
TOTAL

WEAKNESS 1 4 4
1. Alokasi pembagian jasa
pelayanan yang diterima
perawat anggrek masih
berdasarkan golongan. 1 4
TOTAL

a. EFAS
OPORTUNITY 1 4 4 O-T
1. RS membrikan kesempatan 4-3
kepada perawat ruangan =1
untuk tetap melanjutkan
pendidikan kejenjang lebih
tinggi. 1 4
TOTAL
1 3 3
TREATHENED
1. Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
kesehatan yang elbih
professional sehingga
membutuhkan pendanaan
yang lebih besar untuk
mendanai sarana & 1 3
prasarana.
TOTAL

M5 (MUTU) BOBOT RATING SKOR KET


a. IFAS
STRENGHT
1. Adanya variasi karakteristik 0,6 3 1,8 S-W
dari pasien (BPJS dan 2,8-3,5
umum). = -0,7
2. Kepuasan pasien terhadap 0,2 3 0,6
pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit.
3. Sebagian besar tenaga medis 0,2 2 0,4
di ruang Anggrek sudah
memenuhi standar.
TOTAL 1 2,8

WEAKNESS
1. Mutu pelayanan 0,5 3 1,5
keperawatan masih belum
terlaksana dengan baik. 4
0,5 0,2
2. LOS yang memanjang
karena perawatan lama. 1 3,5
TOTAL

b. EFAS O-T
OPORTUNITY 0,5 3 1,5 3,5-4
1. Kerjasama yang baik antara = -0,5
perawat dan mahasiswa
praktek. 0,5 4 2
2. Rumah Sakit memberikan
kesempatan kepada perawat
ruangan untuk
meningkatkan mutu
Pelayanan Keperawatan. 1 3,5
TOTAL
0,6 4 2,4
TREATENED
1. Adanya tuntutan masyarakat
untuk mendapatkan mutu
pelayanan keperawatan yang 0,4 4 1,6
baik.
2. Semakin tingginya 1 4
kesadaran pasien akan
hukum.
TOTAL
2.9 Diagram Layang

1.0

0.9

0.8

0.7
TT(0,4;-0,7)
SV(-0,2;0,6) 0.6

0.5

RK(0,2;0,4 ) 0.4 M1(0,7;-0,2)

0.3

0.2 DP(-0,2;0,4) PPB(-04;-0,4)

0.1

W S
-1.0 -0.9 -0.8 -0.7 -0.6 -0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0,1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
-0.1

-0.2 SO(0,5;-0,2)
M3(-0,1;0,5)
-0.3
M2(0,6;0,4)
-0.4

-0.5

M4(0,5;1) -0.6

-0.7

-0.8

-0.9

-1.0

T
KETERANGAN :

M1 : Ketenagakerja SO : Metode-Sentralisasi Obat

M2 : Sarana dan Prasarana SV : Metode Supervisi

M3 : Metode-Penerapan Model TT : Metode-Timbang Terima

M4 : Money DP : Penerimaan-Discharge Plann

M5 : Marketing PPK : Penerimaan Pasien Baru

DK : Metode-Dokumentasi RK : Metode-Ronde Keperawatan

2.10 Prioritas Masalah

No Masalah IFAS EFAS Prioritas Kondisi


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

2.11 Identifikasi Masalah

Anda mungkin juga menyukai