A. AL-QUR'AN
1. Fungsi dan Peranan al-Qur'an
Al-Qur'an adalah wahyu Allah ( 7:2 ) yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi Rasulullah
Muhammad saw ( 17:88; 10:38 ) sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim ( 4:105; 5:49,50;
45:20 ) dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya
( 5:48,15; 16:64 ), dan bernilai abadi.
Sebagai mu'jizat, Al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-
orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi
masuknya orang-orang sekarang, dan ( insya Allah) pada masa-masa yang akan datang. Ayat-
ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur'an
adalah firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi Muhammad
saw yang ummi (7:158) yang hidup pada awal abad ke enam Masehi (571 - 632 M). Diantara
ayat-ayat tersebut umpamanya : 39:6; 6:125; 23:12,13,14; 51:49; 41:11-41; 21:30-33; 51:7,49
dan lain-lain.
Demikian juga ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di
Mesir, Negeri Saba'. Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa dan lain-lain dapat
memberikan keyakinan kepada kita bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Allah bukan ciptaan
manusia. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus yang kemudian
dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa Romawi, berpecah-belahnya Kristen dan lain-
lain juga menjadi bukti lagi kepada kita bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT.
(30:2,3,4;5:14).
Bahasa Al-qur'an adalah mu'jizat besar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapihan
susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa
yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari gaya bahasa Al-Qur'an. Karena
gaya bahasa yang demikian itulah �Umar bin Khattab masuk Islam setelah mendengar Al-
Qur'an awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul Walid, diplomat Quraisy
waktu itu, terpaksa cepat-cepat pulang begitu mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat
yang dikemukakan Rasulullah sebagai jawaban atas usaha-usaha bujukan dan diplomasinya.
Bahkan Abu Jahal musuh besar Rasulullah, sampai tidak jadi membunuh Nabi karena
mendengar surat adh-Dhuha yang dibaca Nabi. Tepat apa yang dinyatakan Al-Qur'an, bahwa
sebab seorang tidak menerima kebenaran Al-Qur'an sebagai wahyu Ilahi adalah salah satu
diantara dua sebab, yaitu :
b. Tidak sempat mendengar dan mengetahui Al-Qur'an secara baik (67:10, 4:82). Oleh Al-
Qur'an disebut Al-Maghdhub ( dimurkai Allah ) karena tahu kebenaran tetapi tidak mau
menerima kebenaran itu, dan disebut adh-dhollin ( orang sesat ) karena tidak menemukan
kebenaran itu. Sebagai jaminan bahwa Al-Qur'an itu wahyu Allah, maka Al-Qur'an sendiri
menantang setiap manusia untuk membuat satu surat saja yang senilai dengan Al-Qur'an
(2:23, 24, 17:88). Sebagai pedoman hidup, Al-Qur'an banyak mengemukakan pokok-pokok
serta prinsip-prinsip umum pengaturan hidup dalam hubungan antara manusia dengan Allah
dan mahluq lainnya.
Didalamnya terdapat peraturan-peraturan seperti : beribadah langsung kepada Allah
(2:43,183,184,196,197; 11:114), berkeluarga (4:3, 4,15,19,20,25; 2:221; 24:32; 60:10,11),
bermasyarakat ( 4:58; 49:10,13; 23:52; 8:46; 2:143), berdagang (2:275,276,280; 4:29), utang-
piutang (2:282), kewarisan (2:180; 4:7-12,176; 5:106), pendidikan dan pengajaran (3:159;
4:9,63; 31:13-19; 26:39,40), pidana (2:178; 4:92,93; 5:38; 10:27; 17:33; 26:40), dan aspek-
aspek kehidupan lainnya yang oleh Allah dijamin dapat berlaku dan dapat sesuai pada setiap
tempat dan setiap waktu (7:158; 34:28; 21:107).
Setiap Muslim diperintahkan untuk melakukan seluruh tata nilai tersebut dalam kehidupannya
(2:208; 6:153; 9:51). Dan sikap memilih sebagian dan menolak sebagian tata nilai itu
dipandang Al-Qur'an sebagai bentuk pelanggaran dan dosa (33:36). Melaksanakannya dinilai
ibadah (4:69; 24:52; 33:71), memperjuangkannya dinilai sebagai perjuangan suci (61:10-13;
9:41), mati karenanya dinilai sebagai mati syahid (3:157, 169), hijrah karena
memperjuangkannya dinilai sebagai pengabdian yang tinggi (4:100, 3:195), dan tidak mau
melaksanakannya dinilai sebagai zhalim, fasiq, dan kafir (5:44,45,47).
Pada awal pemerintahan khalifah yang pertama dari Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar
Shiddiq, Qur'an telah dikumpulkan dalam mushhaf tersendiri. Dan pada zaman khalifah yang
ketiga, �Utsman bin �Affan, Qur'an telah sempat diperbanyak. Alhamdulillah Qur'an yang asli
itu sampai saat ini masih ada.
Kemudian tanda-tanda ini dipermudah, dipotong, dan ditambah sehingga menjadi bentuk yang
sekarang ada. Dalam perkembangan selanjutnya tumbuhlah beberapa macam tafsir Qur'an
yang ditulis oleh ulama Islam, yang sampai saat ini tidak kurang dari 50 macam tafsir Qur'an.
Juga telah tumbuh pula berbagai macam disiplin ilmu untuk membaca dan membahas Qur'an.
b. Ilmu Asbabun Nuzul, yaitu ilmu yang membahas sebab-sebab turunnya ayat Al-qur'an.
d. Gharibil Qur'an, yaitu ilmu yang membahas tentang kalimat-kalimat yang asing artinya
dalam Al-Qur'an.
e. Ilmu Wajuh wa Nadhar, yaitu ilmu yang membahas tentang kalimat yang mempunyai
banyak arti dan makna apa yang dikehendaki oleh sesuatu ayat dalam Al-Qur'an.
g. Ilmu Aqsamil Qur'an, yaitu ilmu yang mempelajari tentang maksud-maksud sumpah Tuhan
dalam Al-Qur'an.