Disusun Oleh :
Kepada Yth:
Direktur Jenderal
Up. Direktur Pendidikan Tinggi Islam
Kementerian Agama RI
di-
Jakarta
Berdasarkan kajian kami, proposal tersebut dinilai layak dan memenuhi syarat
untuk memperoleh bantuan dimaksud yang sumber pembiayaannya berasal dari
DIPA BOPTN Tahun Anggaran 2018.
1
De Wit, H. 2006, January. Quality assurance of internationalization. Paper presented at the
Osaka Conference on Internationalization of Universities, Osaka, Japan. CT: Greenwood Press, hal 3
1
yang kompetitif, (3) meningkatkan jaringan kerjasama penelitian di tingkat internasional,
(4) memberikan pengalaman sebagai bekal kepada mahasiswa dalam memasuki pasar
global, (5) membangun jembatan dalam mendapatkan akreditasi internasional, (6)
meningkatkan kapabilitas staf dalam mengembangkan ketrampilan, ilmu pengetahuan dan
bidang keahlian yang dimiliki dan (7) membekali lulusan memasuki dan bersaing di
dalam pasar tenaga kerja global maupun pasar dalam arti luas. 2
Pelaksanaan internasionalisasi pendidikan tinggibagi negara-negara berkembang
lebih berorientasi pada tujuan budaya dan akademik yaitu memperbaiki kualitas dan
memecahkan masalah yang terkait dengan belum terpenuhinya tuntutan akan pendidikan
yang bermutu.3 Tujuan negara-negara berkembang dalam melaksanakan internasionalisasi
tersebut sejalan dengan kebijakan internasionalisasi di Indonesia yang tertuang dalam
Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi. Dalam Rencana Strategis Pendidikan
Nasional 2010-2014 dan Rencana Strategis Kementerian Riset,Teknologi dan Pendidikan
Tinggi 2015-2019 dinyatakan bahwa Internasionalisasi pendidikan tinggi dipandang
sebagai sarana untuk meningkatkan daya saing nasional, yang diukur melalui peringkat
internasional universitas dunia sebagai salah satu pedoman evaluasi kinerja pendidikan
tinggi.
Sejalan dengah arah strategi pengembangan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
(PTKI) yang mampu menghasilkan lulusan yang Islami dan unggul dalam
mengintegrasikan keilmuan dengan nilai keislaman, maka penyelenggaraan PTKI di
lingkungan Kementerian Agama telah mencapai 618 lembaga, 53 berupa PTKI negeri
yang terdiri dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) dan Universitas Islam Negeri (UIN) dan 565 Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) harus dilandasi dengan penyelenggaraan pendidikan
yang selaras dengan prinsip-prinsip profesionalisme yang terintegrasi dalam pembinaan
kepribadian dan pengembangan jaringan akademis yang didukung oleh ketersediaan
tenaga pendidik yang berkualitas.
2
Elkin, Graham; Devjee, Faiyas; Farnsworth, John, 2005, Visualising TheInternationalisation of
Universities, International Journal of Educational Management, Vol. 19 No 4, pp 318 – 329
3
Dixon,R, Slanickova,D and Warwick P,2013, Business School Partnerships for Globalization,
Journal of Teaching in International Business, 24 (3-4).pp. 198- 213, 2013, Durham University
Library, UK.
2
Demikian juga dalam Renstra Pendidikan Islam Kementerian Agama tahun 2016-
2019, PTKI masih dihadapkan pada sejumlah permasalahan dan tantangan yang akan
dihadapi dalam upaya peningkatan akses dan mutu pendidikan tinggi antara lain: masih
rendahnya kualitas hasil riset, masih rendahnya kuantitas publikasi internasional hasil
riset dan karya akademis lainnya; masih terbatasnya kerjasama dengan industri untuk
membuka prodi-prodi vokasi yang relevan dengan kebutuhan mereka, sementara pihak
industri memberi dukungan biaya operasional dan pengembangan riset kolaboratif,
berdasarkan serta minimnya program kursus bahasa dan program training on academic
writing untuk melahirkan proposal S3, pre-departure training, yang didukung dengan
internasionalisasi academic.
Pelaksanaan internasionalisasi pendidikan tinggi bagi PTKI dalam upaya menuju
WCU untuk memenuhi tuntutan akan pendidikan yang bermutu internasional masih jauh
dari harapan. Berdasarkan laporan daftar rangking perguruan tinggi Versi Webeomwtrik
2016, tidak ada PTKI yang masuk dalam 500 rangking perguruan tinggi dunia, hal ini
dapat dijelaskan pada tabel 1.
Tabel 1Daftar Peringkat Perguruan Tinggi Versi Webeomwtrik 2016
Peringkat
(dunia) Nama Presence Impact Opennes Excellence
1 (518) Universitas Gadjah Mada 95 245 1331 1990
2 (660) Universitas Indonesia 120 342 219 1867
3 (704) Institut Teknologi Bandung 618 410 548 2252
4 (738) Universitas Brawijaya 676 291 43 3596
5 (1016) Institut Pertanian Bogor 520 1764 11 2793
6 (1223) Universitas Sebelas Maret 935 370 68 5414
7 (1233) Universitas Diponegoro 996 2103 18 3084
8 (1380) Universitas Airlangga 834 1535 760 3133
9 (1507) Universitas Padjadjaran 1659 1511 263 3826
11 (2294) UIN Syarif Hidayatullah 1124 2640 253 5414
29 (2388) UIN Maulana Malik Ibrahim 1448 2126 853 5414
30 (2397) UIN Walisongo 1720 2369 516 5414
58 (4069) UIN Sunan Kalijaga 3150 9112 143 5414
59 (4137) UIN Sunan Gunung Djati 6407 3249 4295 5414
Sumber: Data Webeomwtrik di olah, 2017
Table 1 menunjukkan PTKI yang diwakili oleh UIN Syarif Hidayatullah, UIN
Maulana Malik Ibrahim, UIN Walisongo, UIN Sunan Kalijaga, UIN Sunan Gunung Djati
belum termasuk rangking 500 perguruan dunia. Sebenarnya ada beberapa kebijakan
Kementerian Agama yang didesain untuk mengawal dan mendorong perwujudan WCU
3
di PTKI anatara lain (1) program unggulan yang program 5000 doktor, (2) penambahan
sarana-prasarana, (3) peningkatan mutu SDM yang dilibatkan dalam short course ke luar
negeri, (4) peningkatan penelitian berstandar international, beasiswa studi lanjut ke luar
negeri, sabbatical leaave, dan program internasionalisasi melalui UIN Hidayatullah dan
UIN Maulana Malik Ibrahim sebagai model PTKI dengan melakukan internasionalisasi
program akademik dan kerjasama luar negeri namun hasilnya belum optimal. 4 Menurut
Azyumardi Azra (2002) dalam penyelenggaran PTKI masih dihadapkan pada persoalan-
persoalan: (1) standar dan mutu ilmiah di PTKI belum memadai, (2) penguasaan bahasa
asing (Inggris dan Arab) belum maksimal, (3) interaksi ilmiah dan edukatif antara dosen
dan mahasiswa belum memuaskan, (4) masih banyak dosen yang belum berpegang pada
standar-standar ilmiah dan (5) lemahnya budaya penelitian. Oleh karena itu diperlukan
strategi dan kebijakan yang mendorong perubahan-perubahan dalam organisasi dan tata
kelola PTKI menuju WCU.
Berdasarkan realita tersebut, maka diperlukan suatu rumusan strategi dan
kebijakan untuk mencapai visi dan misi PTKI yang menitik beratkan pada peningkatan
kualitas akademik PTKI munuju WCU. Peneliti mengembangkan konsep balanced
scorecard merupakan manajemen kinerja bersifat teknis, taktis dan operasional sebagai
bahan kebijakan dan strategi pengembangan PTKI menunju WCU dari Kaplan (1996),
Emmanuel Intsiful and Peter Maassenn (2017), Altbach (2013), Altbach & Balan (2007)
dan Salmi (2009) yang dikembangkan dalam 5 (lima) perspektif, anatara lain: (1)
Organisational Changes: Research, (2) Human Resource Policies (3) Academic
programmes dan (4) Internal Governance (tata kelola) dan (5) financial yang terintegrasi
dalam suatu model strategi perubahan organisasi dan tata kelola PTKI menuju WCU.
Selain itu balanced scorecard ini sangat tepat di implementasikan pada lembaga PTKI
dalam usaha memberi kontribusi dalam mewujudkan PTKI untuk menuju perguruan
tinggi rangking dunia. Selama ini balanced scorecard sukses diterapkan pada
perusahaan–perusahaan bisnis di Eropa dan Australia, oleh peneliti kembangkan sebagai
suatu strategi peningkatan mutu pendidikan dan kelembagaan PTKI menuju WCU dengan
harapan dapat terwujudnya penyelenggaran Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam yang
menjunjung tinggi nilai-nilai amanah, tafaqquh fi al-din, profesional, tranparan, akuntabel
dan berkualitas.
4
http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detilberita&id=7031#.WeVikrF7Gt8 di akses, 16
Oktober 2017
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan kondisi-kondisi yang telah diuraikan, dapat diperoleh gambaran
tentang realita dan permasalahan pada PTKI dalam menuju world class university, maka
permasalahan dalam penelitian adalah:
1. Bagaimana strategi menuju world class university dalam kerangka visi PTKI?
2. Bagaimana strategi world class university mempengaruhi proses perubahan organisasi
di PTKI?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui strategi world class university dalam kerangka visi PTKI
2. Untuk mengetahui sejauhmana strategi world class university memeperubahan
organisasi di PTKI
D. Batasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PTKI Jawa Tengah yang telah melakukan
transformasi kelembagaan dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) menjadi
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi
Universitas Islam Negeri (UIN) yaitu: UIN Walisongo, IAIN Salatiga, IAIN Surakarta
dan IAIN Purwokerto dengan alasan bahwa PTKI tersebut telah melaksanakan proses
transformasi kelembagaan yang menuntut adanya pengembangan dan perbaikan baik
struktur, tata kelola, budaya kerja dan sumberdaya manusia.
E. Signifikansi Peneltitian
Manfaat dari penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan strategi peningkatkan
mutu PTKI menuju world class university sehingga PTKI dapat masuk dalam perguruan
tinggi rangking dunia. Dengan pendekatan balanced scorecard yang telah dikembangkan
oleh peneliti berdasarkan perspektif pemangku organisational changes: research, human
resource policies academic programmes, internal governance (tata kelola) dan financial
sehingga model kebaruan (novely) ini yang ditawarkan oleh peneliti memiliki potensi
kuat untuk memperoleh Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
Selain itu diharapkan dapat meningkatkan kualitas akademik dan manajemen
PTKI yang Islami berdasarkan prinsip akuntabilitas, transparansi, dan efisiensi. Secara
5
nasional maupun internasional, implementasi balanced scorecard dapat dijadikan model
dalam merumuskan kebijakan-kebijakan peningkatan mutu akademik dan manajemen
PTKI yang memberi kontribusi pada pembangunan pendidikan nasional dan
mewujudkan bangsa yang berdaya saing dan berkualitas dalam menuju world class
university.
5
Altbach, P., & J. Salmi, J. (Eds) (2011). The road to academic excellence: The making of world-
class research universities. Washington DC: World Bank. Retrieved from http://www-
wds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2011/09/28/000333038_20110928
021346/Rendered/PDF/ 646680PUB0acad00Box361543B00PUBLIC0.pdf diakses 1 Oktober 2017.
6
Shi, Jing Huan. 2009. “Combining Vision, Mission and Action: Tsinghua’s Experience in
Building a World-Class University”. Dalam The World-Class University as Part of a New Higher
Education Paradigm: From Institutional Qualities to Systemic Excellence, ed. Jan Sadlack dan Nian
Cai Liu, 307–24. Bukares Rumania: UNESCO- European Centre for Higher Education
7
Salmi, Jamil. 2009. The Challenge of Establishing World-Class Universities. Washington, DC:
World Bank
6
evaluasi jangka menengah dan jangka panjang pada sekolah-sekolah dan jurusan,
diversifikasi sumber finansial, dan kebijakan ketenagakerjaan yang inovatif.8
Dalam penelitian Kai-Ming, untuk menjadi WCU maka perguruan tinggi harus
memiliki empat hal berikut: reputasi internasional, prestasi penelitian, lulusan yang
terkemuka, dan partisipasi internasional. Kalau empat hal ini belium terpenuhi, jangan
bermimpi dulu menjadi universitas kelas dunia. Selain itu, untuk membangun universitas
kelas dunia, ada beberapa prasyarat dan komitmen yang tidak bisa ditawar, yaitu: (1)
pembangunan pendidikan tinggi sebagai prioritas, (2) harus memperhatikan sumber daya,
dan komitmen yang tidak bisa ditawar, yaitu: (1) pembangunan pendidikan tinggi sebagai
prioritas, (2) harus memperhatikan sumber daya,(3) sudah memiliki identifikasi institusi,
(4) rekruitmen akademisi, (5) mengembangkan sumber daya, dan (6) melakukan
reformasi tata kelola.9 Dengan mengambil data tahun 2005 saja, Kai-Ming
mencontohkan bagaimana negara-negara Asia yang telah menjadikan pembangunan
pendidikan tinggi sebagai prioritas, misalnya Korea Selatan, rasio partisipasi pendidikan
tingginya sudah mencapai 84%, Thaiwan sudah 82%, Jepang 76,2%, Singapura 81% dari
15% pada tahuhj 1990-an awal dan Honglong sendiri sudah 67 % dari 30% pada tahun
2002. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus memenuhi standar/benchmark mutu
internasional.
Dalam Penelitian Bratianu et al., menunjukan bahwa untuk menuju WCU
merupakan kebutuhan mendesak untuk menerapkan kepemimpinan akademis di
universitas-universitas Rumania, yang berarti budaya organisasi baru berdasarkan
kesadaran akan fakta bahwa pada masa-masa sulit kepemimpinan akademis terbukti
menjadi solusi terbaik bagi tata kelola universitas menuju WCU.10 Hasil penelitian Alden
and Lin yang merupakan penelitian kolaboratif antara universitas di Inggris dan Cina,
menujukkan bahwa untuk menuju WCU diperkaya oleh indikator yang mencerminkan
reputasi internasional atau kontribusi kepada masyarakat universitas.11 Pernyataan yang
kuat diformulasikan oleh Salmi dalam Laporan Bank Dunia, di mana dia menyimpulkan
8
Tong, X. 2008. “Strategic Management in Chinese Higher Education: The Case Study of SJTU”
[dalam bahasa Cina]. Journal of Technology College Education 27 (5): 40-42
9
Umi Zulfa, Transformasi Internasionalisasi Perguruan Tinggi Menuju World Class University,
LITERASI, Volume. III, No. 1 Juni 2012, hal 11 - 24
10
Ruxandra Bejinaru, 2017, Successful strategies to be learnt from world-class universities,
th
Proceedings of the 11 International Conference on Business Excellence, hal. 350-358,
11
Alden, J. and Lin, G. (2004). Benchmarking the characteristics of a world-class university:
Developing an international strategy at university level. London: The UK Higher Education
Leadership Foundation
7
analisis kompleksnya mengenai fitur universitas kelas dunia dengan tiga kumpulan faktor
pendukung yang sangat mempengaruhi universitas terkemuka: (a) konsentrasi tinggi
bakat (fakultas dan mahasiswa), (b) sumber daya berlimpah untuk menawarkan
lingkungan belajar yang kaya dan melakukan penelitian lanjutan, dan (c) fitur tata kelola
yang baik yang mendorong visi, inovasi, dan fleksibilitas strategis dan memungkinkan
institusi membuat keputusan dan keputusan mengelola sumber daya tanpa dibebani oleh
birokrasi.12
Penelitian Osama S. Tayeb And Zoheir A. Damanhouri dalam Liu et. all (2011)
Tentang transformasi menuju WCU pada King Abdulaziz University (KAU) memulai
tantangannya untuk mengubah praktik lamanya, dengan mengembangkan identitas baru,
membangun kapasitas, mengurangi pola pemborosan dan kurang berprestasi, mengikuti
teknik manajemen yang efektif, memenuhi standar kualitas, dan menyesuaikan praktik
terbaik yang teridentifikasi. Untuk memenuhi tujuan ini, KAU memetakan rencana
strategis pertamanya, yang menetapkan perubahan fungsional fungsional, struktural dan
budaya yang akan diperlukan (Damanhouri, 2007; Tayeb dan Damanhouri, 2008).
Selanjutnya, anggota fakultas KAU memanfaatkan pengalaman dan praktik universitas
yang sangat terkenal melalui serangkaian kunjungan, pencarian di Internet, dan meninjau
publikasi yang sesuai. Namun demikian, strategi KAU belum tentu sesuai sesuai dengan
universitas lain, karena budaya dan asetnya sehingga perlu ada penyesuaian-penyesuaian
dengan kondisi yang ada.13
Dalam penelitian Susanto, menuju WCU bukan pekerjaan yang mudah,
pencapaian tersebut membutuhkan kerja amat keras, komitmen yang tinggi dari banyak
pihak, dana yang tidak sedikit. Kegiatan riset dan menulis karya ilmiah menjadi fokus
dari semua aksesor WCU (Webometrics, THES dan shanghairanking-ARWU).
Tanpa
perencanaan yang matang dan kerja keras seluruh sivitas akademika, menjadi WCU bagi
Universitas Semarang hanyalah impian semata yang tak kan pernah dapat digapai.14
Dalam artikel Umi Zulfa, menjelaskan dalam rangka menuju world class
university dengan menggunakan strategi internasionalisasi Perguruan tinggi, sehingga
12
Salmi, J. (2009). The Challenge of Establishing World-Class Universities. Directions in
Development; Human development. World Bank. Hal 20.
13
N.C. Liu et al., 2011, Paths to a World-Class University: Lessons from Practices and
Experiences. Sense Publishers, Global Perspectives On Higher Education Volume 23. hal 275-281.
14
Susanto, Strategi Menuju World Class University (WCU) Pada Universitas Semarang Jurnal
Transformatika, Volume 11, No.2, Januari 2014 : 87 – 95
8
Perguruan tinggi dapat masuk dalam WCU.15 Hal ini dipertegas dalam penelitian Retno
Sunu Astuti
, Hasil penelitian menunjukkan bahwa Internasionalisasi pendidikan tinggi
di Indonesia diselenggarakan untuk mendukung pembentukan masyarakat intelektual dan
menyiapkan mahasiswa memasuki pasar global berlandasakan multikulturalime telah
mengalami transformasi dan diinisiasi dalam berbagai program. Universitas yang berhasil
menyelenggarakan berbagai variasi program internasionalisasi didukung oleh pemimpin
yang mempunyai komitmen terhadap perubahan, pengembangan dan pencapaian target
internasionalisasi secara berkesinambungan dan institusi yang didukung oleh staf dan
sumberdaya anggaran yang memadai. 16 Dalam penelitian Jamil Salmi rendahnya tingkat
internasionalisasi di Chile membawa tiga konsekuensi negatif yang potensial. Pertama, ini
membatasi kesempatan siswa Chile untuk mobilitas dan memperkaya kontak akademis
dengan siswa internasional. Kedua, ini mencegah penggunaan tingkat selektif masuk yang
sama dengan program pascasarjana yang bisa dilakukan oleh universitas terkemuka di
negara lain karena persaingan yang ketat antara siswa nasional dan internasional. Hal ini
mempengaruhi kualitas pengalaman belajar dan belajar mahasiswa pascasarjana dan tidak
menyukai upaya perbaikan universitas Chili yang ingin menghasilkan penelitian tingkat
tinggi.17
Demikian juga dalam Elkin, et.al (2005) yang dilakukan pada 17 universitas di
seluruh dunia menyimpulkan pelaksanaan program internasionalisiasi membutuhkan
dukungan. Dukungan tersebut meliputi: (a) pemimpin sebagai inovator dalam
memberikan dorongan terjadinya perubahan, (b) kemampuan institusi dalam
menyediakan sumberdaya dan anggaran yang dibutuhkan dan (c) pengembangan dan
komitmen staf yang kuat. Menurut Elkin, et. Al terdapat sebelas (11) program
internasionalisiasi pendidikan yang yang dapat menuju WCU , yaitu : (1) Internationally
focused programs of study (program studi yang fokus pada internasionalisasi). (2)
International institutional links (membangun jaringan institusi di tingkat internasional).
(3) Student exchange programs (program pertukaran pelajar).
(4) Internationally
recognized research activity (kegiatan riset yang diakui secara
internasional), (5)
International research collaboration (kerjasama riset internasional), (6) Staff interaction
15
Umi Zulfa, Transformasi Internasionalisasi Perguruan Tinggi Menuju World Class University,
LITERASI, Volume. III, No. 1 Juni 2012, hal 11 - 24
16
Retno Sunu Astuti, Pengembangan Kapasitas : Strategi Internasionalisasi Pendidikan Tinggi Di
Indonesia
. Jurnal Manajemen Dan Kebijakan Publik Vol 2, Nomor 1, Maret 2016, Hal 1-12
17
Jamil Salmi, 2013, Daring to Soar:
A Strategy for Developing World-Class Universities in
Chile, Pensamiento Educativo. Revista de Investigación Educacional Latinoamericana, 50(1), 130-146
9
in international context (interaksi staf dalam lingkungan/konteks
internasional) (7)
Support for internationalstudents (dukungan untuk mahasiswa internasional), (8)
Attendance to international students (kehadiran mahasiswa-mahasiwa
internasional),
(9) Postgraduate international students (mahasiswa internasional pascasarjana), (10)
Undergraduate internationalstudents (mahasiswa sarjana internasional) dan (11) Staff
exchange programs (program pertukaran staf).18
Dalam penelitian Muhammad Junaidi disimpulkan bahwa kebijakan universitas
dalam ketanggapan menciptakan world reputation dengan menggunakan meningkatkan
produktifitas penelitian berskala internasional. Upaya yang dilakukan universitas dalam
meningkatkan produktifitas dalam mewujudkan world class university selain dilakukan
sebagai syarat menjadikan universitas berskala internasional (versi lembaga
pemeringkatan) juga merupakan syarat pengangkatan jabatan, pengakuan atas hasil
penelitian dalam mewujudkan dosen yang profesional dan produktifitas melahirkan
19
penelitian-penelitian internasional juga dibutuhkan peran lingkungan.
Bedasarkan penelitian terdahulu, Peneliti menawarkan model balanced scorcard
yang merupakan manajemen kinerja yang dikembangkan dari Kaplan (1996), Emmanuel
Intsiful and Peter Maassenn (2017), Altbach (2013), Altbach & Balan (2007) dan Salmi
(2009) didasarkan pada 5 (lima) perspektif, anatara lain: (1) organisational changes:
research, (2) organisational changes: human resource policies (3) academic program (4)
organisational changes: internal governance dan (5) finance yang terintegrasi dalam
suatu model strategi peningkatan mutu PTKI menuju WCU. Model balanced scorecard
ini sangat tepat di implementasikan pada lembaga PTKI dalam usaha memberi
kontribusi dalam mewujudkan PTKI untuk menuju perguruan tinggi dalam 500 rangking
dunia.
G. Landasan Teori
Altbach berpendapat bahwa universitas berorientasi penelitian didukung oleh
keunggulan penelitian yang diakui oleh rekan sejawat dan juga memajukan batas
18
Elkin, Graham; Devjee, Faiyas; Farnsworth, John, 2005, Visualising TheInternationalisation of
Universities, International Journal of Educational Management, Vol. 19 No 4, Tahun 2005, pp 318 –
329
19
Muhammad Junaidi Marasabessy , 2016 , Manajemen Mutu Bertaraf World Class University
(Multikasus di Universitas Islam Negeri Maliki Malang
Dan Universitas Brawijaya) Thesis Program
Magister Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana
Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim
Malang
, tidak dipublikasikan
10
pengetahuan Meningkatkan aktivitas penelitian kami adalah kunci.20 Aspek penting
lainnya adalah membuat kegiatan penelitian kami dikenal dengan menerbitkan jurnal
terkenal atau berdampak tinggi, ini akan meningkatkan visibilitas dan meningkatkan
rangking WCU.21 Marginson berpandangan bahwa dengan globalisasi saat ini yang
didorong oleh teknologi komunikasi informasi, ini akan menjadi arena untuk diakui
secara internasional dan meningkatkan visibilitas mereka melalui dampak penelitian
22
mereka di jurnal terkenal. namun demikian Salmi dan Sorayan masih meragukan
metodologi yang digunakan dalam WCU.23
Berkenaan dengan minat siswa, WCU akan menarik siswa internasional hadir dengan
dua keuntungan.24 Di satu sisi, ini berarti universitasakan dikenal di luar negeri dan di sisi
lain, peningkatan produktivitas penelitian biasanya meningkatkan nilai universitas dan
membuatnya menarik bagi siswa internasional yang akan memperoleh tambahan
pendapatan ke universitas.25
a. World Class University (WCU)
Secara konseptual, menurut literatur domain, world class university, sering disebut
sebagai universitas riset paling bergengsi dan dianggap penting dalam mengembangkan
daya saing suatu bangsa dalam pengetahuan global. Universitas-universitas ini,
memainkan peran kunci dalam menciptakan dan menyebarkan pengetahuan, mendidik
tenaga kerja terampil untuk kepemimpinan teknologi dan intelektual, dan melayani
kebutuhan masyarakat". 26
Rosovsky dalam Brennan, et. al (2004) menetapkan enam elemen untuk sebuah
universitas riset teratas: pemerintahan bersama dengan gaya administratif kolegial;
kebebasan akademik; merit seleksi mahasiswa dan fakultas; kontak manusia yang
20
Altbach PG & Balán J (eds) (2007) World Class Worldwide: Transforming research
universities in Asia and Latin America. Baltimore: The Johns Hopkins University Press
21
Altbach, Philip (2005). “A World Class Country Without World Class Higher Education:
India’s 21st Century Dilemma,” International Higher Education Summer 2005
22
Marginson, S. (2004). Competition and markets in higher education: a 'glonacal' analysis. Policy
Futures in Education, 2(2), 175-244
23
Salmi, J., and A. Saroyan. 2007. “League Tables as Policy Instruments: Uses and Misuses.”
Higher Education Management and Policy 19 (2): 24–62.
24
Clark, B. R. (2004b). Sustaining change in universities: Continuities in case studies and
concepts. NY: Open University Press
25
Beerkens, E., & Wende, M. (2007). The paradox in international cooperation: Institutionally
embedded universities in a global environment. HigherEducation, 53, 61-79.
26
Wang, Q., Cheng, Y. and Liu, C.N. (Eds.) (2012). Building World-Class Universities. Different
Approaches to a Shared Goal. Boston: Sense Publishers, hal 1.
11
signifikan - sama nyata dengan pertemuan virtual antara siswa dan guru; pelestarian dan
transmisi budaya sebagai salah satu misinya; dan status non-profit.27
Berbagai definisi world class university mencakup sebagian besar karakteristik yang
sama dengan hal ini, seperti: staf berkualifikasi tinggi; keunggulan dalam penelitian;
pengajaran berkualitas; sumber pendanaan pemerintah dan nonpemerintah yang tinggi;
siswa internasional dan berbakat; kebebasan akademik; struktur pemerintahan otonom
yang terdefinisi dengan baik; dan fasilitas yang lengkap untuk pengajaran, penelitian,
administrasi. 28
WCU mempunyai pengertian yang berbeda- beda, baik target maupun criteria
penilaiannya. Saat ini beberapa institusi yang telah mantap dan diakui dunia sebagai
lembaga pengakreditasi WCU antara lain : THES (The Times Higher Education
Supplement) dengan situsnya di: http://www.thes.co.uk/; Academic Ranking of World
Universities (ARWU) oleh Institute of Higher Education, Shanghai Jiao Tong University,
China yang dapat dilihat di situs: http://www.arwu.org/; dan Webometric
(http://www.webometrics.info/). Masing-masing lembaga pengakreditasi mempunyai
kriteria dan metodologi penilaian yang berbeda-beda, bahkan sangat berbeda. Beberapa
kriteria penting dalam penilaian WCU disajikan pada tabel-tabel berikut:
Tabel 2. Indicators and Weights for ARWU
Total
100
Sumber : For institutions specialized in humanities and social sciences such as London School of
Economics, N&S is not considered, and the weight of N&S is relocated to other indicators.
27
Brennan, J., King, R. and Lebeau, Y. (2004). The role of universities in the transformation of
societies. An International Research Project. Synthesis Report, November 2004, Center for Higher
Education Research and Information, 1-72
28
Altbach, P. and Salmi, J. (2016). What Is the ‘Special Sauce’ for University Innovation?,
International Higher Education, 85(Spring Issue), 123-135.
12
Tabel 3. Kriteria Penilaian WCU menurut THES
Kriteria
Indikator Bobot
TOTAL 100%
Berdasarkan kriteria - kriteria tersebut, posisi perguruan tinggi maupun PTKI hingga
tahun 2016 ini masih belum dapat masuk dalam WCU. Kriteria yang dikeluarkan oleh
ARWU jika direfleksikan dengan kondisi internal PTKI terasa sangat berat. Hingga saat
ini, semua sivitas akademika maupun alumni belum ada satupun yang mampu
memenangkan Hadiah Nobel. Untuk kriteria yang dikeluarkan oleh THES, walaupun saat
ini masih berat, namun jika kita kerja keras dan serius akan dapat tercapai. Kriteria
tentang citra internasional dengan indikator: jumlah dosen dan mahasiswa internasional,
13
kualitas riset internasional, angka serapan alumni dan kualitas pengajaran barangkali
masih sulit kita capai.
29
Braun, D., Benninghoff, M., Ramuz, R., & Gorga, A., (2014). Interdependency management in
universities: a case study. Routledge
30
Emmanuel Intsiful and Peter Maasse (2017), Actors’ Interpretations and Organisational Change
Processes: The Case of the University of Ghana’s Strategic Vision of Becoming a ’World Class
University’ , Journal of Education and Practice, Vol.8, No.5, hal 1-11
14
Untuk menganalisis perubahan organisasi, Indikator yang digunakan berfungsi
sebagai ukuran untuk menganalisis apakah perubahan sedang terjadi, anatara lain (1)
organisational changes: research yang bertujuan untuk memperkuat kegiatan penelitian
antara lain : hibah atau pendanaan penelitian penelitian kolaborasi dan publikasi. (2)
organisational changes: human resource policies indicator yang digunakan antara lain
perubahan prosedur rekrutmen, perubahan kreteria SDM dan reward atau system insenti.
(3) academic program, indicator yang digunakan adalah Program master/ doctor,
perubahan system kurikulum dan program internasionalisasi akademik (4) organisational
changes: internal governance, indicator yang digunakan adalah perubahan dalam
pengambilan keputusan, perubahan struktur organisasi, perubahan budaya kerja dan (5)
Finance, dengan indicator peningkatan penganggaran dibidang penelitian, SDM,
academic program serta internal governance (tata kelola). Dengan kata lain, bahwa
indicator-indikator perubahan dapat diformulasikan sejauh mana proses perubahan
organisasi dipicu oleh interpretasi pimpinan PTKI terhadap visi WCU dengan
menggunakan pendekatan balanced scorecard.
c. Balanced Scorecard
Konsep balanced scorecard (BSC) pertama kali diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan
dan David P. Norton (1996) didalam artikel Harvard Business Review mereka yang
dikutip secara luas sekarang, Balanced scorecard merupakan suatu metode penilaian
kinerja manajemen perusahaan dengan mempertimbangkan empat perspektif untuk
mengukur kinerja perusahaan yaitu: perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis
internal serta proses pebelajaran dan pertumbuhan . 31
Balanced scorecard diciptakan untuk menetapkan tujuan dan sekaligus
melakukan pengukuran manajemen kinerja PTKI, sehingga secara langsung sistem ini
taktis dan operasional dalam upaya meningkatkan mutu akademik dan manajemen PTKI
yang berdaya saing. Selama ini kebijakan yang diterapkan dalam meningkatkan mutu
PTKI kurang berorientasi pada hasil riset, sehingga kebijakan-kebijakan diterapkan
kurang efektif. Oleh karena itu penelitian menawarkan konsep balanced scorecard,
dengan harapan strategi ini dapat meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga
31
Kaplan, Robert, S., & Norton, David,P. (1996) : “The Balanced Scorecard: Translating Strategy
Into Action”, Massachusetts,Harvard Business School Press
15
kependidikan serta tatakelola PTKI yang bersih, trasparan dan akuntabel pada akhirnya
dapat meningkatkan mutu akademik dan manajemen PTKI dalam menuju WCU.
Balanced scorecard yang Kaplan (1996) berdasarkan 4 (empat) perspektif yang
telah menjadi norma umum, yaitu : pertumbuhan, proses bisnis internal, kepuasan dan
keuangan menggambarkan keseimbangan ukuran finansial dan non finansial, antara
indikator lagging dan indikator leading menjadi suatu sistem manajemen yang secara
empiris telah banyak dipraktekkan pada perusahaan-perusahaan bisnis di Erapoa dan
Australia. Oleh peneliti dikembangkan dalam 5 (lima) perspektif yaitu : Penemuan ini
oleh peneliti dikembangkan dalam penelitian ini, karena balanced scorecard belum
pernah diimplementasikan untuk mengukur kinerja akademik dan manajemen PTKI,
sehingga penelitian ini mempunyai nilai kebaruan (novelty). Selain itu perspective-
perspektif yang digunakan dalam penelitian ini merupakan perspektif yang ingin dicapai
dalam rangka meningkatkan mutu PTKI secara keseluruhan menuju WCU.
Dengan berbagai kombinasi, eksperimen, pengalaman, penerapan serta
pengembangan, balanced scorecard umumnya diimplementasikan pada perusahaan
bisnis, oleh peneliti dikembangkan menjadi suatu model penilaian kinerja manajemen
yang berbasis mutu, yang disesuaikan dengan karakteristik PTKI. Tujuan dari
implementasi balanced scorecard menghasilkan model peningkatan mutu PTKI dalam
upaya WCU. Adapun 5 (lima) perspektif anatara lain: pada 5 (lima) perspektif, anatara
lain: (1) organisational changes: research, (2) organisational changes: human resource
policies (3) academic program (4) organisational changes: internal governance dan (5)
finance yang terintegrasi dalam suatu model strategi peningkatan mutu PTKI menuju
WCU. Perspektif-perspektif dadalam balanced scorecard menunjukkan capaian yang
ingin dihasilkan serta menggambarkan strategi pertambahan nilai (value added)
organisasi dan kelembagaan PTKI secara komprehensip dan holistik.
16
dan dianggap penting dalam mengembangkan daya saing suatu bangsa dalam ekonomi
pengetahuan global. Universitas riset yang memiliki kemampuan kelas dunia, sering juga
disebut sebagai WCU, dianggap sebagai pusat dari semua sistem akademis dan sangat
penting untuk membangun daya saing negara dalam globalisasi. Universitas dalam
rangking dunia, memainkan peran kunci dalam menciptakan dan menyebarkan
pengetahuan, mendidik tenaga kerja terampil untuk kepemimpinan teknologi dan
intelektual, dan melayani kebutuhan masyarakat.
Demikian di PTKI yang menjadikan perguruat tinggi riset terdepan merupakan
bagian dari visi yang ingin dicapai oleh universitas/institut. Dengan melakukan
Internasionalisasi penelitian, program akademik, SDM dan tata kelola dipandang sebagai
sarana untuk meningkatkan daya saing nasional, yang diukur melalui peringkat
internasional universitas dunia sebagai salah satu pedoman evaluasi kinerja akademik dan
manajemen perguruan tinggi.
Menurut Salmi (2009) Tidak ada formulasi strategi yang universal untuk
membangun WCU. Dengan berbagai kombinasi, eksperimen, pengalaman, penerapan
serta pengembangan, balanced scorecard umumnya diimplementasikan pada perusahaan
bisnis, oleh peneliti dikembangkan menjadi suatu model penilaian kinerja manajemen
yang berbasis mutu, yang disesuaikan dengan tata kelola PTKI. Tujuan dari implementasi
balanced scorecard menghasilkan model peningkatan mutu dalam upaya menuju world
class university. Adapun 5 (lima) perspektif anatara lain: pada 5 (lima) perspektif, anatara
lain: (1) organisational changes: research, (2) organisational changes: human resource
policies (3) academic programmes (4) organisational changes: internal governance dan
(5) finance yang terintegrasi dalam suatu model strategi peningkatan ptki menuju world
class university. perspektif-perspektif dadalam balanced scorecard menunjukkan capaian
yang ingin dihasilkan serta menggambarkan strategi pertambahan nilai (value added)
organisasi PTKI secara komprehensip dan holistik
17
Gambar 1 Kerangka Berpikir
Visi PTKI
Formulasi Strategi
Balanced Scorecrad
I. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan pada PTKI di Jawa Tengah yang telah melakukan
transformasi kelembagaan dari STAIN menjadi IAIN dan IAIN menjadi UIN yaitu UIN
Walisongo, IAIN Salatiga, IAIN Surakarta, IAIN Purwokerto, serta IAIN Pekalongan.
Alasanya adalah transformasi kelembagaan diharapkan adanya perubahan dan perbaikan
akademik maupun manajemen kelembagaan dalam menuju WCU.
a. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan yang terjabar
dalam fokus penelitian mengenai strategi PTKI dalam pencapaian WCU serta sampai
18
sejauh mana proses perubahan organisasi terhadap capaian WCU di PTKI. Sebagai
langkah untuk mengungkap kebenaran yang menjadi jawaban atas fokus penelitian, maka
dilakukan penggalian fakta di lapangan dengan latar alami atau biasa disebut natural
setting. Maka peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, bahwa apa yang
dinyatakan oleh Bogdan & Biklen pendekatan kualitatif merujuk pada, “an approach to
social science research that emphasizes collecting descriptive data in natural settings,
uses inductive thinking, and emphasizes understanding the subjects point of view”.32
Lebih lanjut Ritchie dan Lewis mengemukakan “qualitative researches are generally
directed at providing an in-depth and interpreted understanding of the social world, by
learning about people’s social and material circumstances, their experiences,
perspectives and histories”.33 Data yang berkaitan dan menunjang substansi penelitian
dapat diperoleh dari orang-orang yang berkaitan dengan WCU kelima PTKI tersebut
sehingga data yang diperoleh memiliki orisinalitas tinggi dan lengkap karena yang
menjadi perhatian adalah pengalaman yang dilalui dan dirasakan oleh pihak-pihak yang
berkaitan.
b. Desain Penelitian
Desain penelitian studi kasus dipilih sebagai desain penelitian ini. Pendekatan
studi kasus menyelidiki fenomena kontemporer kontekstual dalam batas-batas yang
ditentukan.34 Terlepas dari kenyataan bahwa metodologi studi kasus memiliki batasan
yang terbatas pada kasus tertentu yang dipertimbangkan, dan digunakan untuk
menyelidiki kejadian tertentu, desain penelitian yang berguna untuk akhirnya
menjelaskan sebuah isu umum.35 Oleh karena itu, desain penelitian ini menggunakan
pendekatan studi kasus secara instrumental untuk mengeksplorasi dan menerangkan
bagaimana berbagai pelaku di PTKI menafsirkan visi strategis dan konsekuensi dari
interpretasi tersebut.
Yin (2014) menguatkan pandangan peneliti memilih studi kasus sebagai
rancangan penelitian, yakni “(1) investigates a contemporary phenomenon within is real-
life context; when (2) the boundaries between phenomenon context are not clearly
32
Bogdan, R. 2007. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theories and
Methods. Pearson A & B, hal 274
33
Ritchie, J. 2003. Qualitative Research Practice: A Guide for Social Science. London: SAGE
Publication, hal 22
34
Yin, R. K. (2014). Case study research: Design and methods (5 ed.): sage
35
Stake, R. E. (2000). Case studies. In N. K. Denzin & Y. S. Lincoln (Eds.), Handbook of
qualitative research . Thousand Oaks, CA: Sage, hal 435-454.
19
evident; and (3) multiple sources of confidence are use”. 36 Artinya bahwa studi kasus
dipilih untuk menguak fenomena keseharian dimana dibutuhkan beberapa sumber yang
berasal dari pihak terkait untuk memperjelas dan mendalami fenomena tersebut. Untuk
menjawab pertanyaan tujuan bagaimana pimpinan PTKI menafsirkan kerangka WCU dan
konsekuensi dari interpretasi semacam itu, penelitian studi kasus dipilih, karena ini
memungkinkan untuk mengkaji fenomena kontemporer dalam konteks dunia nyata
mereka. 37
Menurut Yin (2014), penelitian studi kasus dapat berupa investigasi tunggal atau
multiple-case dan juga dapat memiliki banyak tingkat analisis. Penelitian ini merupakan
rancangan penelitian multiple-case dengan penekanan pada pemahaman bagaimana
berbagai pimpinan terkait menafsirkan visi strategis PTKI, ditambah dengan memeriksa
konsekuensinya dalam berbagai setting.38 Studi multiple-case dilakukan pada masing-
masing kasus, yakni di UIN Walisongo, IAIN Salatiga, IAIN Surakarta, IAIN Purwokerto
dan IAIN Pekalongan. Selanjutnya peneliti menyusun konseptualisasi masing-masing
kasus dan mengangkatnya untuk dianalisis secara lintas kasus. Tujuannya adalah agar
abstraksi hasil penelitian secara keseluruhan dapat dibangun dan diperoleh sehingga dapat
diketahui pimpinan dari kelima PTKI tersebut.
Selain itu penelitian ini, didasarkan pada paradigma interpretatif. Paradigma
interpretif dikaitkan dengan strategi penelitian proses kualitatif seperti etnografi,
fenomenologi, dan tradisi studi kasus.39 Peneliti menerima peran untuk
menginterprestasikan makna bersama. Dalam prosesnya, sudut pandang, pikiran, perasaan
peserta ditafsirkan dan dipahami oleh peneliti seakurat mungkin.40 Untuk mencapai hal
ini, dalam penelitian ini memastikan bahwa pimpinan PTKI (rektor, para wakil rektor,
dekan, direktur pascasarjana, ketua lembaga) dalam menginterpretasi visi
universitas/institut dan perspektif lain yang relevan tercermin dalam pemilihan sumber
data, pengumpulan data dan dalam analisis data.41 Tujuannya adalah untuk menangkap
36
Yin, R.K. 2009. Case Study Research: Design and Methods. London: SAGE Publications, hal
23.
37
Ibid, Yin R.K, 2009 hal 23-27
38
Yin, R. K. (2014). Case study research: Design and methods (5 ed.): sage
39
Prasad, A., & Prasad, P. (2002). The coming age of interpretive organizational research.
Organizational Research Methods, 5, hal 4-11.
40
Johnson, B., & Christensen, L. (2000). Educational research: Quantitative and qualitative
approaches. Boston: Allyn and Bacon
41
Rajagopalan, N., & Spreitzer, G. M. (1996). Toward a theory of strategic change: A multi- lens
perspective and integrated framework. Academy of Management Review, 22 (1), hal. 48-79
20
pandangan pimpinan dan pemaknaan arti untuk memahami bagaimana mereka
menafsirkan visi strategis PTKI untuk menjadi WCU dan konsekuensi dari interpretasi
tersebut.
Dengan latar belakang inilah peneliti menggunakan wawancara untuk menangkap
persepsi dan pemahaman pimpinan terkait yang terlibat dalam interpretasi visi strategis
PTKI dan konsekuensinya. Sepanjang proses pengumpulan dan analisis data, penelitian
ini membuat sudut pandang manajerial dan akademisi menjadi pusat perhatian. Asumsi
tentang skema interpretatif adalah bahwa pemahaman dan tindakan manusia bergantung
pada interpretasi informasi dan kejadian yang dialami oleh subyek.42 Dari penafsiran ini,
makna sosial yang dibangun ditugaskan untuk bagaimana berbagai pimpinan menafsirkan
visi strategis PTKI menjadi WCU dan konsekuensinya.
c. Teknik populasi, sampel dan pengambilan sampel
Populasi penelitian adalah kelompok sasaran terdiri dari seluruh civitas akademik
PTKI yaitu pimpinan, tenaga akdemisi, pegawai dan mahasiswa. Sedangkan teknik
pengambilan sampel, Peneliti memilih dua teknik sampling yang digunakan, yakni
purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling dipilih karena dalam
penelitian ini hanya ada beberapa informan yang benar-benar mengetahui dan terlibat
dalam fenomena yang diteliti, sehingga diperlukan penetapan kriteria tertentu sebagai
syarat seseorang bisa menjadi informan.43 Berdasarkan teknik ini, sampel penelitian
adalah pimpinan struktural antara lain : rektor, para wakil rektor, para dekan, ketua
lembaga serta akademisi yang terlibat dalam WCU karena pimpinan yang mengendalikan
pengambil kebijakan dalam menginterprestasikan visi PTKI menuju WCU. Sementara
itu, snowball sampling dilakukan dengan menghimpun data dari beberapa informan lalu
meminta rekomendasi yang bersangkutan siapakah informan lain yang layak untuk
dijadikan sumber data44. Snowball sampling akan memberikan data yang lebih banyak
dan lengkap. Adapun kreteria kriteria informan yang dipilih adalah: (1) informan utama
adalah pimpinan struktural di lokasi penelitian; (2) informan utama merupakan orang
yang melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan fokus penelitian; dan (3)
42
Rabinow, P., & Sullivan, W. M. (1979). (Eds.), Interpretive Social Science. Berkeley, CA:
43
Punch, K. F., (2009) Introduction to Social Science Research in Education, London: Sage
44
th
Cohen, L. L. Manion, and K. Morrison, (2011) Research Methods in Education,7 edition,
USA and Canada: Routledge (first published: 1988)
21
informan utama memahami fenomena yang berkaitan dengan baik serta mampu
menyampaikan informasi dengan jelas.
d. Pengumpulan dan Analisis Data
Untuk teknik pengumpulan data dipilih dengan menyesuaikan karakteristik dan
sifat penelitian. Pada penelitian ini dipilih tiga teknik pengumpulan data yang meliputi
wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Pada saat peneliti melakukan
penghimpunan data, peneliti juga melakukan analisis data. Analisis data dilakukan pada
saat penghimpunan data dan setelah seluruh data terkumpul sehingga biasa disebut on
going process. Analisis data juga dapat membantu merumuskan pertanyaan-pertanyaan
baru yang tentunya membutuhkan data baru yang relevan sehingga pada akhirnya akan
memperkuat pemaknaan atau tafsiran awal peneliti atau sebaliknya juga dapat membantah
tafsiran tersebut.
Pada analisis data kasus tunggal dipilih teknik analisis data model interaktif yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman.45 Analisis data model interaktif memberikan
ketajaman dalam memberikan makna pada data yang dihimpun oleh peneliti. Analisis
tersebut terdiri dari beberapa langkah atau tahapan, mulai dari pengumpulan data (data
collection), reduksi data (data reduction), pemaparan/ pengorganisasian data (data
display), dan verifikasi serta penarikan kesimpulan (conclusion drawing and verifying).
Kemudian analisis data lintas kasus dilakukan setelah analisis data kasus tunggal telah
dilakukan. Analisis data lintas kasus dilakukan dengan menyusun temuan dari masing-
masing kasus tunggal untuk kemudian dikomparasikan. Pada tahapan ini digunakan
analisis data komparatif konstan yang berguna untuk menemukan grounded theory.
Analisis data komparatif konstan digunakan mengingat penelitian ini ingin
mengungkapkan teori substantif berkaitan dengan interprestasi manajemen atau civitas
akademik PTKI dalam mewujudkan WCU. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Ulfatin
bahwa analisis data komparatif konstan meliputi (a) membandingkan kejadian; (b)
memadukan kategori dan ciri-cirinya; (c) membatasi lingkup teori; dan (d) menyusun
teori. 46
45
Miles,M.B, Huberman,A.M, dan Saldana,J. 2014.Qualitative Data Analysis, A Methods
Sourcebook Edition 3. USA : Sage Publications.
46
Ulfatin, N. 2001. Hambatan Kesempatan Guru Wanita Menjadi Kepala Sekolah Ditinjau dari
Segi Sosial Kultural. Desertasi tidak diterbitkan. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang, hal
254.
22
Pada penelitian kualitatif data yang telah dianalisis harus melewati serangkaian
proses pengecekan guna menentukan absah atau tidak data tersebut. Peneliti
menggunakan tiga kriteria keabsahan data, antara lain kepercayaan (credibility),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Derajat kepercayaan
dilakukan dengan ketekunan pengamatan, triangulasi, dan kecukupan referensial.
Teknik analisis yang digunakan Pertama, analisis dokumen dilakukan dalam
upaya untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana berbagai pimpinan
universitas/institute menginterpretasikan visi PTKI menjadi WCU dan konsekuensi dari
interpretasi semacam itu. Kedua, teknik wawancara peneliti mencoba membuat makna
dari kumpulan data yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara.47 Peneliti sebagai
instrumen kunci terjun langsung ke lapangan untuk menghimpun data yang berkaitan
dengan interprestsi pimpinan universitas/institut PTKI dengan wawancara.
Teknik ketiga adalah triangulasi yang berarti langkah tersebut merupakan upaya
untuk memastikan data yang diperoleh benar adanya dan tidak mengada-ada. Seperti yang
diungkapkan oleh Patton terdapat empat tipe triangulasi, antara lain triangulasi data atau
sumber, triangulasi investigator, triangulasi teori, dan triangulasi metode. Dipilih dua
teknik triangulasi, antara lain triangulasi sumber dan triangulasi metode. 48
J. Jadwal Pelaksanaan
Adapun jadwal kegiatan penelitian dilaksanakan dapat dilihat pada tabel
No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan (Bulan)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Persiapan proposal
2 Seleksi dan pengurusan administrasi
3 Seminar dan penyempurnaan proposal
4 Pelaksanaan Penelitian Lapangan
5 Pencarian data lapangan
6 Klasifikasi data
7 Analisa data
8 Lokakarya : temuan-temuan dilapangan
9 Penyusnan draft hasil penelitian
10 Pembuatan laporan akhir dan penjilidan
Sumber : dikembangkan untuk penelitian 2018
47
Bryman, A. (2012). Social research methods: Oxford university press, hal 13
23
K. Daftar Pustaka 11
Albrow, M. (1996). The Global Age. Cambridge: Polity Press.
Alden, J. and Lin, G. (2004). Benchmarking the characteristics of a world-class
university: Developing an international strategy at university level. London: The UK
Higher Education Leadership Foundation
Altbach PG & Balán J (eds) (2007) World Class Worldwide: Transforming
research universities in Asia and Latin America. Baltimore: The Johns Hopkins
University Press
Altbach, P. and Salmi, J. (2016). What Is the ‘Special Sauce’ for University
Innovatio?, International Higher Education, 85(Spring Issue), 123-135.
Altbach, P., & J. Salmi, J. (Eds) (2011). The road to academic excellence: The
making of world-class research universities. Washington DC: World Bank. Retrieved
from http: //www-wds.worldbank.org/ external/ default/
WDSContentServer/WDSP/IB/2011/09/28/000333038_20110928021346/Rendered/PDF/
646680PUB0acad00Box361543B00PUBLIC0.pdf diakses 1 Oktober 2017.
Altbach, Philip (2005). “A World Class Country Without World Class Higher
Education: India’s 21st Century Dilemma,” International Higher Education Summer
2005
Beerkens, E., & Wende, M. (2007). The paradox in international cooperation:
Institutionally embedded universities in a global environment. HigherEducation, 53, 61-
79.
Bogdan, R. 2007. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theories
and Methods. Pearson A & B.
Braun, D., Benninghoff, M., Ramuz, R., & Gorga, A., (2014). Interdependency
management in universities: a case study. Routledge
Brennan, J., King, R. and Lebeau, Y. (2004). The role of universities in the
transformation of societies. An International Research Project. Synthesis Report,
November 2004, Center for Higher Education Research and Information, 1-72
Bryman, A. (2012). Social research methods: Oxford university press.
Clark, B. R. (2004b). Sustaining change in universities: Continuities in case
studies and concepts. NY: Open University Press
th
Cohen, L. Manion, and K. Morrison, (2011) Research Methods in Education,7
edition, USA and Canada: Routledge (first published: 1988)
Creswell,John W, 2010, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
Mixed (terj), Pustaka Pelajar, Yogyakarta
De Wit, H. (2006,January). Quality assurance of internationalization. Paper
presented at the Osaka Conference on Internationalization of Universities, Osaka, Japan.
CT: Greenwood Press.
Denzin and Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Dixon,R, Slanickova,D and Warwick P,2013, Business School Partnerships for
24
Globalization, Journal of Teaching in International Business, 24 (3-4).pp. 198- 213, 2013,
Durham University Library, UK.
Elkin, Graham; Devjee, Faiyas; Farnsworth, John, 2005, Visualising
TheInternationalisation of Universities, International Journal of Educational
Management, Vol. 19 No 4, Tahun 2005, pp 318 – 329
Emmanuel Intsiful and Peter Maasse (2017), Actors’ Interpretations and
Organisational Change Processes: The Case of the University of Ghana’s Strategic Vision
of Becoming a ’World Class University’ , Journal of Education and Practice, Vol.8, No.5,
hal 1-11
Foskett, Nick, 2010, Global Market, National Challenges, Local Strategies : The
Strategic Challenge of Internazionalization dalam Globalization and Internazionalization
in Higher Education, Theoritical, Strategic and Management Perspective, Pindar NZ,
Auckland, New Zealand.
Gray, J. (1998). False Down: The Delusion of Global Capitalism. London: Granta
Books
Grindle,M.S (Ed), 1997, Getting Good Governance : Capacity Building in The
Public Sector of Developing Country, MA:Harvard Institute for International
Development, Bostong
Johnson, B., & Christensen, L. (2000). Educational research: Quantitative and
qualitative approaches. Boston: Allyn and Bacon
Jung Cheol Shin & Grant Harmant, New Challenges for Higher education : Global
and Asia-Pacific Perspective, Asia Pacific Education Review, Education Research
Institute, Seoul National University, Seoul, Korea, 2009, p.3, Published on line, 24 April
2009.
Kaplan, Robert, S., & Norton, David,P. (1996) : “The Balanced Scorecard:
Translating Strategy Into Action”, Massachusetts,Harvard Business School Press
Knight,Jane, 2007, Internationalization: Concepts, Complexities and Challenges,
dalam International Handbook of Higher Education, Springer
Kosmützky, A., and Putty, R. (2016). Transcending Borders and Traversing
Boundaries: A Systematic Review of the Literature on Transnational, Offshore, Cross-
Border, and Borderless Higher Education. Journal of Studies in International Education,
20(1), 8- 33.
25
Journal
of Higher Education Policy and Management, 33(3), 231-251.
Mok, K.H. and
Han, X. (2016). ‘The Quest for Effective University Governance: The
Hong Kong Experience’, China Higher Education Research, Number 8, pp. 55-60.
Mok, K.H., and Hawkins, J. (2010). The Quest for World-class Status: Globalization and
Mok, K.H., and R. James (eds.). (2005). Globalization and Higher Education in
East Asia. Singapore: Marshall Cavendish Academic.
Mok, K.H., and Tan, J. (2004). Globalization and Marketization in Education: A
Comparative Analysis of Hong Kong and Singapore. Cheltenham: Edward Elgar.
Muhammad Junaidi Marasabessy , 2016 , Manajemen Mutu Bertaraf World Class
University (Multikasus di Universitas Islam Negeri Maliki Malang
Dan Universitas
Brawijaya) Thesis Program Magister Manajemen Pendidikan Islam
Pascasarjana
Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang
, tidak
dipublikasikan
N.C. Liu et al., 2011, Paths to a World-Class University: Lessons from Practices
and Experiences. Sense Publishers, Global Perspectives On Higher Education Volume 23.
hal 275-281.
Patton, M.Q. 2002. Qualitative Research & Evaluation Methods. London: London:
SAGE Publications
Pearce, J.A. 2003. Management. Singapore: McGraw Hill International Series.
Prasad, A., & Prasad, P. (2002). The coming age of interpretive organizational
research. Organizational Research Methods, 5, hal 4-11.
Punch, K. F., (2009) Introduction to Social Science Research in Education,
London: Sage
Rabinow, P., & Sullivan, W. M. (1979). (Eds.), Interpretive Social Science.
Berkeley, CA:
Rajagopalan, N., & Spreitzer, G. M. (1996). Toward a theory of strategic change:
A multi- lens perspective and integrated framework. Academy of Management Review, 22
(1), hal. 48-79
Retno Sunu Astuti, Pengembangan Kapasitas : Strategi Internasionalisasi
Pendidikan Tinggi Di Indonesia
. Jurnal Manajemen Dan Kebijakan Publik Vol 2,
Nomor 1, Maret 2016, Hal 1-12
Ritchie, J. 2003. Qualitative Research Practice: A Guide for Social Science.
London: SAGE Publication, hal 22
Ritchie, J. 2003. Qualitative Research Practice: A Guide for Social Science.
London: SAGE Publications.
Riyadi, Soeprapto, 2006, Pengembangan Kapasitas Pemerintahan Daerah Menuju
Good Governance, Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, V olume IV , FIA UNIBRAW,
Malang
Rochaety, E. 2008. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
26
Ruxandra Bejinaru, 2017, Successful strategies to be learnt from world-class
th
universities, Proceedings of the 11 International Conference on Business Excellence,
hal. 350-358,
Salmi,J. 2013, Daring to Soar:
A Strategy for Developing World-Class
Universities in Chile, Pensamiento Educativo. Revista de Investigación Educacional
Latinoamericana, 50(1), 130-146
Salmi, J., and A. Saroyan. 2007. “League Tables as Policy Instruments: Uses and
Misuses.” Higher Education Management and Policy 19 (2): 24–62.
Salmi, Jamil. 2009. The Challenge of Establishing World-Class Universities.
Washington, DC: World Bank
Scott, P. 2009. Higher Education Reform. London and New York: Falmer Press.
Shi, Jing Huan. 2009. “Combining Vision, Mission and Action: Tsinghua’s
Experience in Building a World-Class University”. Dalam The World-Class University as
Part of a New Higher Education Paradigm: From Institutional Qualities to Systemic
Excellence, ed. Jan Sadlack dan Nian Cai Liu, 307–24. Bukares Rumania: UNESCO-
European Centre for Higher Education
Soejatminah, Sri, 2009, Internationalisation of Indonesian Higher Education: A
Study From The Periphery, Asian Social Science, Vol.5, No.9, Sepetember 2009
Stake, R. E. (2000). Case studies. In N. K. Denzin & Y. S. Lincoln (Eds.),
Handbook of qualitative research . Thousand Oaks, CA: Sage, hal 435-454.
Susanto, Strategi Menuju World Class University (WCU) Pada Universitas
Semarang Jurnal Transformatika, Volume 11, No.2, Januari 2014 : 87 – 95
Tong, X. 2008. “Strategic Management in Chinese Higher Education: The Case
Study of SJTU” [dalam bahasa Cina]. Journal of Technology College Education 27 (5):
40-42
Ulfatin, N. 2001. Hambatan Kesempatan Guru Wanita Menjadi Kepala Sekolah
Ditinjau dari Segi Sosial Kultural. Desertasi tidak diterbitkan. Malang: Pascasarjana
Universitas Negeri Malang.
Umi Zulfa, Transformasi Internasionalisasi Perguruan Tinggi Menuju World Class
University, LITERASI, Volume. III, No. 1 Juni 2012, hal 11 - 24
Wang, Q., Cheng, Y. and Liu, C.N. (Eds.) (2012). Building World-Class
Universities. Different Approaches to a Shared Goal. Boston: Sense Publishers, hal 1.
Widyastuti Purbani, 2010, “Menuju World Class University”, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Yin, R. K. (2014). Case study research: Design and methods (5 ed.): sage
Yin, R.K. 2009. Case Study Research: Design and Methods. London: SAGE
Publications, hal 23.
27