Anda di halaman 1dari 64

1.

Judul : Hubungan tingkat pengetahuan , sikap orang tua dan kunjungan posyandu
dengan pemberian vitamin A

Dari profil kesehatan kota padang Pendistribusian Vitamin A dilakukan

pada bulan Februari dan Agustus. Vitamin A diberikan pada bayi usia 6-11 bulan

dan anak Balita 12-59 bulan. Cakupan pemberian Vitamin A pada bayi 6-11 bulan

mengalami trend menurun dalam 3 tahun terakhir, tahun 2019 dengan cakupan

74,2% dari 83,28% tahun sebelumnya. Hal yang sama dengan cakupan pemberian

Vitamin A pada anak balita, cakupan ini menurun dari 82,87% di tahun 2018

menjadi 78% di tahun 2019.

Pada Tabel diatas terlihat bahwa pemberian vitamin A mengalami penurunan banyak factor yang
mempengaruhi hal tersebut sehingga saya ingin mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan ,
sikap orang tua serta kunjungan keposyandu terhadap pemberian vitamin A disini saya tertarik
ingin mengetahui apakah ada hubungan serta jika ada hubungan dapat dilakukan intervensi
dengan harapan pemberian vitamin A mengalami peningkatan dan presentase mencapai
targetnya.
Al-Insyirah Midwifery
Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwifery Sciences)
http://jurnal.alinsyirah.ac.id/index.php/kebidanan

Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018


p-ISSN: 2338-2139

e-ISSN: 2622-3457

GAMBARAN SIKAP IBU TENTANG VITAMIN A TERHADAP PEMBERIAN


VITAMIN A PADA BALITA USIA 12-59 BULAN DI PUSKESMAS SENAPELAN
PEKANBARU TAHUN 2017

Silvia Nova

Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru, Pekanbaru 28294, Indonesia


Silvia85nova.fuad@gmail.com

ABSTRAK

Vitamin A berperan dalam pembentukan system penglihatan. Pemberian vitamin A pada balita usia
12-59 bulan di Indonesia sebesar 83,3%. Pemberian vitamin A di Puskesmas Senapelan pada tahun
2016 adalah 59,69%, standar nasional untuk Provinsi Riau yaitu 87,2%, survey awal didapatkan 2
orang mengatakan tidak memberikan vitamin A karena selama ini anaknya tetap sehat, 2 orang
mengatakan tidak membawa anaknya ke Puskesmas karena ibu bekerja, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui sikap ibu tentang vitamin A terhadap pemberian vitamin A pada balita usia 12-59
bulan di Puskesmas Senapelan Pekanbaru. Jenis penelitian analitik kuantitatif dengan desain
deskriptif. Populasi berjumlah 3256 balita dengan sampel 30 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu
accidental sampling. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan lebih dari separuh respon den memiliki
sikap positif terhadap pemberian vitamin A pada balita yaitu sebanyak 21 orang (70,0%), sebagian
besar responden memberikan vitamin A terhadap balita yaitu sebanyak 17 orang (56,7%). Sebaiknya
tenaga kesehatan bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan menganjurkan ibu agar memberikan
vitamin A pada balita, untuk ibu diharapkan agar dapat membawa balita ke Posyandu untuk
mendapatkan vitamin A pada bulan Februari dan Agustus.

Kata kunci: Sikap, Pemberian Vitamin A, BalitaUsia 12-59 Bulan

ABSTRACT
Vitamin A role in the formation of the visual system. Giving vitamin A to children aged 12-59 months
in Indonesia amounted to 83.3%. Giving vitamin A in PHC Senapelan in 2016 was 59.69%, the national
standard for Riau Province is 87.2%, a preliminary survey found 2 people say do not give vitamin A
because during her stay healthy, two people said do not bring their children to PHC for working
mothers, this study aims to determine the attitude of the mother of vitamin A to vitamin A in children
aged 12-59 months in Senapelan Public Health Center in Pekanbaru. Type quantitative analytical
research with descriptive design. A population that consists of 3256 infants with a sample were
consists of 30 people. A sampling technique used by accidental sampling. Based on the results, more
than half of respondents have a positiveattitude towards the provision of vitamin A in infants that
consists of 21 people (70.0%), the most respondents giving vitamin A to children under five that
consists of 17 people (56.7%). We recommend that health workers in collaboration with community
leaders and encourage mothers to give vitamin A in infants, mothers are expected to be able to bring
a toddler to the IHC to get vitamin A in February and August.

Keywords: Attitude, Giving Vitamin A, Toddler Age 12-59 Months


Al-Insyirah Midwifery / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

PENDAHULUAN buta senja dan tanda- tanda lain dari


Salah satu permasalahan xeropthalmia termasuk kerusakan
kesehatan di Indonesia adalah kornea (keratomalasia) dan
kematian anak usia bawah lima kebutaan. Perbaikan status vitamin A
tahun (balita). Angka kematian pada anak-anak yang KVA, disertai
balita di negara-negara berkembang
khususnya Indonesia masih cukup
tinggi. Salah satu penyebab yang
menonjol diantaranya karena
keadaan gizi yang kurang baik atau
bahkan buruk sehingga setiap
tahunnya pemerintah melalui
Departemen Kesehatan
meluncurkan program pemberian
kapsul vitamin A untuk Bayi, Balita,
serta Ibu Nifas (Herawati, dkk,
2014).
Kekurangan vitamin A (KVA)
juga menggerogoti ratusan ribu anak
setiap tahun. Sekitar 2,8 juta orang
anak balita menampakkan tanda-
tanda klinis, sementara 251 jutaan
anak lainnya mengalami kekurangan
vitamin A sehingga risiko kematian
akibat infeksi berat meningkat.
Seperempat anak balita di negara
sedang berkembang berisiko
mengalami defisiensi vitamin
A. 20% diantaranya berisiko lebih
tinggi terjangkit penyakit umum.
Sementara 2% mengalami
kebutaan atau gangguan
penglihatan yang serius (Indarwati,
2014).
10 juta balita di Indonesia
kekurangan vitamin A (KVA) Dari
jumlah target sebesar 20 juta balita
pravelensia vitamin A (KVA)
berdasarkan survei vitamin A tahun
2008, menunjukkan xerapthalmia
sebesar 0,33%, namun secara
subklinis prevalensi KVA (kadar
serum retinol dalam darah) pada
balita sebesar 50%, akibat
kekurangan vitamin A akan
meningkatkan mortalitas dan
morbilitas, anak muda terkena
penyakit infeksi seperti diare, radang
paru, pneumonia dan KVA adalah
30 | S T I K e s A l - I n s y i r a h P e k a n b a r u
Al-Insyirah Midwifery / Vol. 7,87,2% (Dinkes
No. 2, Tahun 2018 Kota Pekanbaru,
upaya pengobatan pada semua
kasus campak dengan pemberian 2015).
vitamin A dapat mengurangi
tingkat kegawatan dari penyakit-
penyakit infeksi dimasa anak-anak,
sehingga
dapat
meningkatkan kesempatan bagi
kelangsungan hidup mereka
(Yuliarti, 2015).
Vitamin A bermanfaat utuk
menurunkan angka kematian dan
angka kesakitan, karena vitamin A
dapat meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit infeksi
seperti campak, diare, dan ISPA
(infeksi saluran pernafasan akut).
Vitamin A juga bermanfaat untuk
kesehatan mata dan membantu
proses pertumbuhan. Oleh karena
itu, vitamin A sangat penting untuk
kesehatan dan kelangsungan hidup
(Adriani dan Wirjatmadi, 2012).
Di Indonesia
pemberian
suplementasi vitamin A dilakukan
pada bulan Februari dan Agustus
dengan sasaran anak usia 6-59
bulan. Cakupan vitamin A
meningkat dari 71,5 persen (2007)
menjadi 75,5 persen (2012).
Namun demikian masih terdapat
kesenjangan persentase anak umur
6-59 bulan yang menerima kapsul
vitamin A selama 6 bulan terakhir.
(Fajria, 2012). Kekurangan vitamin
A (KVA) dapat menurunkan sistem
kekebalan tubuh balita serta
meningkatkan resiko kesakitan dan
kematian. Kekurangan vitamin A
juga merupakan penyebab utama
kebutaan pada anak yang dapat
dicegah. (Profil kesehatan
Indonesia, 2015).
Pemberian vitamin A untuk
Kota Pekanbaru Tahun 2016 untuk
balita (1-5 tahun) pada bulan
Februari dan Agustus adalah
berjumlah 69.620 balita. Dan dari
data tersebut ternyata data
pemberian vitamin A masih belum
mencapai target Nasional yaitu
31 | S T I K e s A l - I n s y i r a h P e k a n b a r u
Al-Insyirah Midwifery / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Data pemberian vitamin A yang HASIL


didapatkan dari Dinas Kesehatan A. Data Umum
Pekanbaru Tahun 2015 Tabel 1 Distribusi Karakteristik
menunjukkan bahwa dari 20 Responden di Puskesmas
Puskesmas yang mengalami
penurunan pemberian vitamin A dan Senapelan Pekanbaru Tahun 2017.
Puskesmas Senapelan yang
mengalami penurunan pemberian No Karakteristik
Umur Ibu
Frek (%)
vitamin A paling banyak, pada bulan 1. 20-30 20 66,7
Februari adalah 37,29%, dan pada 2. ≥ 35- 45 10 33,3
bulan Agustus pemberian vitamin A
Total 30 100
di Puskesmas Senapelan adalah
sebesar 33,94%, jadi keseluruhan Pendidikan Ibu
pemberian vitamin A pada balita di 1. SD 4 13,3
Puskesmas Senapelan pada tahun 2. SMP 2 6,7
3. SMA 22 73,3
2016 adalah sebesar 59,69%. 4. PT 2 6,7
Sedangkan pada tahun 2015
pemberian vitamin A pada balita di Total 30 100
Puskesmas Senapelan pada bulan Pekerjaan
Februari adalah sebesar 80,64%, 1. Bekerja 8 26,7
dan pada bulan Agustus adalah 2. TidakBekerja 22 73,3
sebesar 80,79%. Total 30 100
Surveiawal yang di lakukan
oleh
peneliti pada tanggal 30 Maret 2017 di
Puskesmas Senapelan terhadap usia 12-59 bulan di Puskesmas
diantaranya 2 orang mengatakan Senapelan Pekanbaru tahun 2017.
tidak memberikan vitamin A karena
selama ini anaknya tetap sehat, 2
orang mengatakan bahwa ibu tidak
membawa anaknya kepuskesmas
untuk mengambil Vitamin A karena
ibu bekerja , 2 orang mengatakan
memberikan vitamin A kepada
anaknya.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan
adalah Analitik Kuantitatif dengan
menggunakan desain Deskriptif.
Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 3256 balita dengan
sampel 30 orang. Teknik
pengambilan sampel yaitu
Accidental Sampling. Penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui
bagaimana gambaran sikap ibu
tentang vitamin A terhadap
pemberian vitamin A pada balita
32 | S T I K e s A l - I n s y i r a h P e k a n b a r u
Sumber : Data Primer, 2017.Al-Insyirah Midwifery / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Berdasarkan tabel 1 maka


lebih dari separuh responden
berumur 20-35 tahun sebanyak 20
orang (66,7%), berdasarkan
pendidikan mayoritas reponden
berpendidikan SMA sebanyak
22 orang (73,3%), dan mayoritas
responden tidak bekerja sebanyak
22 orang (73,3%).

B. DATA KHUSUS
B.1 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Sikap
Ibu dengan Pemberian Vitamin A pada
Balita Usia 12-59 Bulan di Puskesmas
Senapelan Pekanbaru Tahun 2017.
No Sikap FreK (%)

1 Positif 21 70,0 %
2 Negatif 9 30,0%

Total 30 100 %

Sumber : Data Primer, 2017.

Berdasarkan tabel 2 maka


lebih dari separuh responden di
Puskesmas Senapelan Pekanbaru
Tahun 2017

33 | S T I K e s A l - I n s y i r a h P e k a n b a r u
Al-Insyirah Midwifery / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

memiliki sikap yang positif tentang (2010) dengan judul pengetahuan


pemberian vitamin A pada balita dan sikap ibu yang memiliki balita
yaitu sebanyak 21 orang (70,0%). tentang pemberian

B.2 Tabel 3 Distribusi Frekuensi


Pemberian Vitamin A pada Balita Usia
12-59 Bulan di Puskesmas Senapelan
Pekanbaru Tahun 2017.
No Pemberian Fre (%)
Vitamin A k
1. Diberikan 17 56,7 %
TidakDiberikan
2. 13 43,3 %

Total 30 100 %

Sumber : Data Primer, 2017.

Berdasarkan data 3 maka


sebagian besar responden di
Puskesmas Senapelan Pekanbaru
Tahun 2017 memberikan vitamin A
pada balita yaitu sebanyak 17 orang
(56,7%).

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di Puskesmas
Senapelan Pekanbaru Tahun 2017
tanggal 22-26
Juli 2017 pada 30 orang responden
diketahui sebagian besar balita
diberikan vitamin A yaitu sebanyak
17 orang (56,7%), lebih dari
separuh responden di Puskesmas
Senapelan Pekanbaru Tahun 2017
memiliki sikap yang positif terhadap
pemberian vitamin A pada balita
Vitamin A adalah vitamin larut
lemak yang pertama kali ditemukan,
secara luas vitamin A merupakan
nama generik yang menyatakan
semua retinoid dan
precursor/provitamin A/karotenoid
yang mempunyai aktivitas biologik
sebagai retinol. Vitamin A essensial
untuk pemeliharaan kesehatan dan
kelangsungan hidup (Cakrawati dan
Mustika, 2012).
Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Sepduwiana
34 | S T I K e s A l - I n s y i r a h P e k a n b a r u
Al-Insyirah Midwifery / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018
vitamin A di Posyandu sayang
balita kelurahan Ujung Batu
wilayah kerja Puskesmas Ujung
Batu” dengan hasil Penelitian
bahwa sikap ibu yang memiliki
balita tentang pemberian vitamin A
Mayoritas Bersikap positif yang
berjumlah 86 orang (78,89%) dan
yang bersikap negatif berjumlah 23
orang (21,10%).
Menurut asumsi berdasarkan
hasil penelitian didapatkan sikap
positif berpengaruh terhadap
pemberian vitamin A pada balita,
karena responden mengetahui akan
pentingnya mengkonsumsi vitamin
A untuk balitanya, dan
menganggap bahwa vitamin A tidak
bisa terpenuhi oleh makanan yang
dikonsumsi oleh balita sehari-hari.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di Puskesmas
Senapelan Pekanbaru Tahun 2017
tanggal 22-26
Juli 2017 pada 30 orang responden
diketahui sebagian besar balita
diberikan vitamin A yaitu sebanyak
17 orang (56,7%), lebih dari
separuh responden di Puskesmas
Senapelan Pekanbaru Tahun 2017
memiliki sikap yang positif
terhadap pemberikan vitamin A
pada balita yaitu sebanyak 21 orang
(70,0,%).

DAFTAR PUSTAKA
A Ariani, A.P. (2014). Aplikasi
Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Buana
Pustaka.

Adriani, M., &Wirjadmadi, B. (2014).


Gizi dan Kesehatan Balita.
Jakarta: Kencana.

Adriani, M., & Wirjadmadi, B. (2012).


Pengantar Gizi Masyarakat.
35 | S Jakarta:
T I K e sKencana.
Al-Insyirah Pekanbaru
Al-Insyirah Midwifery / Vol. 7, No. 2, Tahun 2018

Almatsier, S. (2012) Prinsip Dasar Ilmu https://www.google.co.id/Tiyas_F


Gizi. Jakarta: PT GramediaPustaka ajria_Agustyani.pdf&aqs.6957.61 7
Utama. 04

CakrawatiD.,& Mustika. (2012) Bahan


Pangan, Gizi, dan Kesehatan.
Bandung: Alfabetacv

Hasdianah, H.R. (2014). Gizi


Pemanfaatan Gizi, Diet, Dan
Obesitas. Yogyakarta:
NuhaMedika.

Notoatmodjo.S. (2010).Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.

Marmi.(2014) Gizi dalam Kesehatan


Reproduksi. Yogyakarta:
PustakaPelajar.

Septiari.,&Bety, B. (2012) Mencetak


Balita Cerdas dan Pola Asuh
Orang Tua. Yogyakarta:
NuhaMedika.

Sugiono. (2014). Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta

Wawan.,&Dewi. (2011). Pengetahuan,


Sikap, dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: NuhaMedika.

Agustyani.F.T. (2012) Tingkatan


Pengetahuan Ibu Tentang
Vitamin A Pada Balita di Polindes
Singosari Mojosongo Boyolali
Tahun 2012. Retrieved from
36 | S T I K e s A l - I n s y i r a h P e k a n b a r u
q=Hasil+Riskesdas+2013.pdf
Al-Insyirah Midwifery / Vol. 7,Yuliarti.Y.
No. 2, Tahun(2016).
2018 Hubungan Sikap Ibu
..69i 7960.48504 dengan Pemberian Vitamin A
pada BalitaUsia 12-59 Bulan di
Kesehatan, P., &Riau,P. (2015). Profil
Puskesmas Rumbai Pesisir Kota
Kesehatan Provinsi Riau 2015.
Pekanbaru Tahun 2016. KTI AKBID
Pekanbaru: Dinkes Provinsi Riau
Helvetia, Pekanbaru.

Herawati.(2014). Perilaku
TenagaKesehatan
Dalam
Memberikan
Pendidikan Kesehatan
denganPerilaku Ibu
dalam PemberianKapsul
Vitamin A Pada anakBerusia 6-
59 Bulan. Retrieved
fromhttps://www.geogle.co.id/s
ea rch?q=724-1513-1-SM-
46957660.39004.pdf

Indarwati, E. (2014). Hubungan


Tingkat Pengetahuan Ibu
dengan Cakupan Pemberian
Vitamin A Pada Balita DI PKD
Melati Sari Desa Duren sari
Kecamatan Bagelan Kabupaten
Purwerejo. Retrieved
fro
m

https://www.google.co.id/ju
rnal- jkk10-
769i57.103604.pdf

Kementrian.K.RI. (2015).
HealthStatistic
Profil
Kesehatan
Indonesia. Retrieved
from
https://www.google.co.id/profil-
kesehatan-Indonesia-
2015.69576960.98804.pdf.

37 | S T I K e s A l - I n s y i r a h P e k a n b a r u
Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

Badan.P.,& Pengembangan. K. K.RI. (2013).


Riset Kesehatan Dasar. Retrieved
from

https://www.geogle.co.id/search?

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 38


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A


DENGANPEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI DESA
KUANTAN SAKOTAHUN 2016

Rinda Fithriyana

Dosen Universitas Pahlawan Tuanku


Tambusai Email :
rindaup@gmail.com

ABSTRAK
Sebanyak 190 juta anak usia kurang dari 5 tahun mengalami kekurangan
Vitamin A. WHO memperkirakan terdapat 250 juta anak prasekolah yang
mengalami kebutaan dan sebagian anak ini kemudian meninggal dalam
jangka waktu 12 bulan akibat kekurangan Vitamin A.Vitamin A merupakan
salah satu gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak
dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar ( essensial),
berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
pengetahuan Ibu tentang vitamin A dengan Pemberian vitamin A pada balita di
Wilayah Desa Kuantan Sako tahun 2016. Desain penelitian yang digunakan
adalah cross sectional. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah
simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 81 orang. Hasil
penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang vitamin A sebagian
besar rendah yaitu sebanyak 56 responden (69,1%). Ada hubungan antara
pengetahuan ibu tentang vitamin A dengan pemberian vitamin A pada balita
di Wilayah Desa Kuantan sako Tahun 2016 dengan P value = 0,000 ( P ≤
0,05 ) Diharapkan bagi petugas kesehatan khususnya di Wilayah Kerja Desa
Kuantan Sako agar dapat meningkatkan penyuluhan tentang pengetahuan
pemberian Vitamin A pada balita dan diharapkan bagi ibu untuk dapat
mencari informasi kebutuhan balita pada masa pertumbuhan sehingga
kebutuhan vitamin A dapat terpenuhi.
Kata Kunci: Pengetahuan, Vitamin A

ABSTRACT
As many as 190 million children younger than 5 years have vitamin A
deficiency. WHO estimates that there are 250 million preschool children who
suffer from blindness and some of these children then die within 12 months
due to vitamin A deficiency. Vitamin A is one of the important nutrients that
dissolve in fat and stored in the liver, can not be made by the body, so it must
be met from the outside (essensial), serves for vision, growth and increase

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 39


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

endurance against disease. The purpose of this study to determine the


relationship of knowledge of mother about vitamin A with vitamin A in infants
in the area of the village of Kuantan Sako in 2016. The research design used is
cross sectional. The sampling technique used is simple random sampling with
the number of samples of 81 people. Result of research got that mother
knowledge about vitamin A mostly low that is as much 56 responden
(69,1%). There is a correlation between mother's knowledge about vitamin A
with vitamin A supplementation in toddler in Kuantan Sako Village Area 2016
with P value = 0,000 (P ≤ 0,05) It is expected for health officer especially in
Working Area of Desa Kuantan Sako in order to increase counseling about
knowledge giving Vitamin A in toddlers and is expected for mothers to be able
to find information about the needs of children under five years of growth so
that the needs of vitamin A can be met.

Keywords: Knowledge, Vitamin A

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 40


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

PENDAHULUAN Sebanyak 190 juta anak usia 5 tahun kebawah


Vitamin A merupakan salah satu gizi mengalami kekurangan Vitamin A, bahkanWorld
penting yang larut dalam lemak dan Health Organization
disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat
oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi
dari luar (essensial), berfungsi untuk
penglihatan, pertumbuhan
dan meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap penyakit .
Hasil kajian berbagai studi menyatakan
bahwa vitamin A merupakan zat gizi
yang essensial bagi manusia, karena zat
gizi ini sangat penting dan konsumsi
makanan kita cenderung belum
mencukupi dan masih rendah sehingga
harus dipenuhi dari luar (Kemenkes RI,
2011).
Vitamin A bermanfaat untuk
menurunkan angka kematian dan angka
kesakitan, karena itu vitamin A dapat
meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit infeksi seperti
campak, diare, dan ISPA. Akibat lain
yang berdampak sangat serius dari KVA
adalah buta senja dan manifestasi lain
dari xeropthalmia termasuk kerusakan
kornea dan kebutaan (Depkes RI,
2009).
Gejala defisiensi Vitamin A akan
nampak bila cadangan Vitamin A dalam
hati telah berkurang. Defesiensi protein
dan Zn akan menghambat pelepasan
Vitamin A dari hati, sehingga dapat
menimbulkan gejala-gejala seperti
defisiensi Vitamin A. Defisiensi Vitamin A
dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
misalnya konsumsi Vitamin A yang
rendah, gangguan dalam proses
penyerapan didalam usus halus,
gangguan dalam proses penyimpananan
di hati, dan gangguan dalam proses
konversi provitamin A menjadi Vitamin A
(Muchtadi, 2009).
Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 41
Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

(WHO ) memperkirakan terdapat di 10 kota pada 10 propinsi tahun 2006,


250 juta anak prasekolah yang diketahui xeropthalmia pada balita
mengalami kebutaan dan separuh sebesar 0,14 %. Namun menurut studi
anak ini kemudian meninggal yang sama diketahui ada sebanyak
dalam jangka waktu 12 bulan 14,6% anak balita dengan kadar serum
akibat kekurangan Vitamin A. retinol < 20µ.g/dl, dan cakupan kapsul
Separuh negara di dunia memiliki vitamin A secara nasional pada anak
permasalahan kondisi kekurangan umur 6-59 bulan hanya sebesar 69,8%
vitamin A. Permasalahan (Riskesdas, 2010). Temuan ini
defesiensi (kondisi kekurangan) merupakan indikasi bahwa kekurangan
vitamin A merupakan salah satu vitamin A apabila tidak diatasi dapat
permasalahan utama kesehatan menjadi masalah kesehatan masyarakat
masyarakat yang dialami oleh (Kemenkes RI, 2011).
negara miskin dan berkembang Penanggulangan KVA di Indonesia,
tarkait kondisi kekurangan khususnya pada balita 6-59 bulan,
vitamin A ini terdapat satu Departemen kesehatan RI bekerja sama
kematian dari 4 kematian anak dengan Helen Keller Indonesia (HKI).
yang disebabakan oleh Strategi penanggulangan hingga saat ini
kekurangan vitamin A. dilaksanakan melalui pemberian kapsul
Kekurangan vitamin A juga vitamin A dosis tinggi pada bayi, balita
meningkatkan resiko kematian dan bayi nifas. Pada balita diberikan dua
ibu. Permasalahan ini terutama kali setahun dengan dosis 100 ribu IU
dialami oleh negara-negara di untuk bayi umur 6-11 bulan dan 200
Afrika dan Asia Tenggara ribu IU untuk anak 12-59 bulan. Saat
termasuk Indonesia (Karnadi, ini Depkes bekerja sama dengan HKI
2014).
Hasil studi masalah gizi mikro

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 42


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

melaksanakan kegiatan kapasiti bullding yang terendah adalah desa kuantan sako yaitu
untuk program vitamin A di 20 71,4% untuk bayi (6-11 bulan) dan 71% untuk
kabupaten di 9 provinsi. Disamping itu balita (12-59 bulan), jumlah ini belum mencapai
Depkes juga melakukan kerja sama target yaitu 85%. Sebanyak 8 orang bayi 6-
dengan UNICEF untuk uji coba 11 bulan yang
pemberian 2 kapsul vitamin A dosis
tinggi padaibu nifas di 5 provinsi binaan
UNICEF. Alasan pemilihan daerah fokus
ini dilihat dari rendahnya asupan vitamin
A yang dilihat dari sampel darah (
Depkes RI, 2009).
Pada tahun 2014, dari 140.263
bayi(6- 12 bulan) di Provinsi Riau
hanya121.042 (86,3%) yang mendapat
vitamin A. Sedangkan untuk balita (12-
59 bulan) dengan jumlah 570,743 balita
dan yang mendapat vitamin A 501.396
(87,5%) (Dirjen bina gizi dan KIA
kemenkes RI, 2015)
Berdasarkan laporan distribusi
vitamin A pada bayi dan balita di UPTD
Kesehatan Sukaraja Kab. Kuantan
Singingi pada bulan Agustus 2015
jumlah sasaran untuk bayi dan balita
sebanyak 2.150 jiwa, sedangkan
pencapaiannya sebanyak 1.810 (85%)
bayi dan balita (Dinkes Kab. Kuantan
Singingi, 2015).
Menurut survey awal yang dilakukan
peneliti pada 3 UPTD Kesehatan yang
ada diwilayah Kabupaten Kuantan
Singingi yaitu UPTD Kesehatan Sukaraja,
UPTD Kesehatan Sentajo, dan UPTD
Kesehatan Benai, dari ketiga UPTD
Kesehatan tersebut UPTD Kesehatan
Sukaraja memilki cakupan pencapaian
pemberian vitamin A terendah yaitu
85%, sehingga peneliti tertarik
melakukan penelitian di wilayah kerja
UPTD Kesehatan Sukaraja.
Menurut data laporan cakupan
pemberian vitamin A tahun 2015, desa

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 52


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

tidak mendapatkan vitamin A dan manfaat vitamin A dan 6 orang yang


112 orang balita (12-59 bulan) sama sekali tidak tahu tentang vitamin
meski hasil ini sudah dilakukan A. Hasil ini menunjukan masih banyak
sweping tetapi masih belum ibu yang memiliki pengetahuan kurang
mencapai target hal ini tentang vitamin A, sehingga dapat
dikarenakan pada saat sweping berdampak kurang baik bagi kesehatan
dilakukan masyarakat tidak balita.
berada ditempat karena sebagian Berdasarkan data dan masalah yang
dari mereka bekerja merantau di ada peneliti tertarik melakukan
luar wilayah tersebut. penelitian tentang “Hubungan
Hasil penelitian Meliana, Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A
tahun 2010 di Tembilahan Dengan Pemberian
menemukan bahwa lebih dari
70% ibu memiliki pengetahuan
yang kurang tentang vitamin A
dan hal ini terbukti bermakna
secara statistik bahwa
pengetahuan berhubungan
dengan cakupan vitamin A.
Kesadaran seseorang akan
pentingnya vitamin A pada balita
terlihat dari pengetahuan yang ia
miliki, salah satu penyebab
timbulnya masalah kekurangan
vitamin A adalah prilaku atau
sikap ibu yang tidak memberikan
vitamin A kepada anaknya. Hal
tersebut dilandasi oleh
kurangnya pengetahuan akan
pentingnya pemberian vitamin A.
Ketika seorang berada di
tingkatan pengetahuan yang
lebih tinggi maka perhatian akan
pentingnya pemberian vitamin A
juga lebih tinggi.
Berdasarkan survei awal
yang dilakukan pada 10 orang
ibu yang memiliki balita
didapatkan pengetahuan ibu
tentang vitamin A, 2 orang yang
tahu tentang pengertian vitamin
A, 2 orang yang tahu tentang

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 53


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

Vitamin A Pada Balita di Desa Kuantan kode responden pada kertas yang digulung
Sako tahun 2016”. dimasukkan kedalam suatu wadah dan diambil
secara acak sebanyak sampel yang telah
METODE ditentukan.
Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan


dalam penelitian ini adalah jenis desain
Kuantitatif dengan penelitian bersifat
analitik menggunakan pendekatan cross
sectional yang merupakan rancangan
penelitian dengan melakukan
pengukuran atau pengamatan variabel
independen dan dependen dikumpulkan
dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo,
2010). Bertujuan untuk melihat
hubungan pengetahuan ibu tentang
vitamin A dengan pemberian vitamin A
pada balita.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Kuantan Sako pada tanggal tanggal 09 -
16 Mei 2016.

Populasi
Menurut Notoatmodjo (2010),
populasi adalah keseluruhan objek
penelitian atau objek yang akan diteliti.
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh ibu yang memiliki balita di Desa
Kuantan Sako yang berjumlah 420
orang.

Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoadmodjo, 2012). Tehnik
pengambilan sampel yaitu menggunakan
tehnik simple random sampling yaitu
dengan pengambilan sampel secara
acak dengan cara mengundi anggota
populasi yang yaitu dengan menulis
Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 54
Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

Besar sampel dalam penelitian ini distribusi dan persentase dari tiap
adalah sebanyak 81 0rang. variabel (Notoadmojo, 2012).
Analisis bivariat dilakukan untuk
Alat Pengumpulan Data melihat hubungan satu variabel
Instrumen adalah suatu alat independen dengan satu variabel
yang akan digunakan untuk dependen, bertujuan untuk mengetahui
mengumpulkan data hubungan antara variabel independen
(Notoatmodjo, 2010). Instrumen utama dengan variabel dependen
pengumpulan data yang dengan
digunakan dalam penelitian ini tanpa
adalah kuesioner. Kuesioner mempertimbangkan variabel
dalam penelitian ini berjumlah 20 independen atau faktor risiko lainnya.
soal yang terdiri dari kuisioner Analisis bivariat menggunakan uji kai
tentang pengertian vitamin A kuadrat (Chi Square).
berjumlah 3 soal dengan no soal
1, 4, 6. Kuisioner tentang
macam-macam kapsul vitamin A
berjumlah 3 soal dengan no soal
15,16,17. Kuisioner tentang
manfaat suplemen vitamin A
berjumlah 3 soal dengan no soal
2, 3, 7. Kuisioner tentang cara
pemberian vitamin A berjumlah 3
soal dengan no soal 5, 8,18.
Kuisioner tentang akibat
kekurangan vitamin A berjumlah
5 soal dengan no soal 9, 10,
12,19,20. Kuisioner tentang
sumber-sumber vitamin A
berjumlah 3 soal dengan no soal
11, 13, 14.

Analisa Data
Analisa yang digunakan adalah
analisa univariat dan analisa
bivariat. Analisa univariat
merupakan analisa yang
bertujuan untuk menjelaskan
atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel
penelitian. Pada umumnya dalam
analisis ini hanya menghasilkan

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 55


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

Tabel 3.Hubungan Pengetahuan Ibu


HASIL DAN PEMBAHASAN Tentang Vitamin A Dengan Pemberian
Vitamin A Pada Balita di Desa Kuantan
Penelitian ini dilakukan di
Sako Tahun 2016.
Desa Kuantan Sako pada
tanggal 09 s/d 16 Mei
2016 dengan jumlah responden Penge Pemberian Vitamin A
adalah
sebanyak 81 orang. Hasil penelitian ini tahuan
P
dianalisis dalam dua bagian analisa, Ya Tidak Jumlah R
PO
yaitu analisa univariat dan bivariat. valu
N N % N % N % e
Dari
penyebaran kuesioner didapat hasil sebagai O
berikut:
1 Tinggi 17 58,6% 12 41,4% 29 100 0.00
Analisis Univariat
Analisa Univariat % 7.79 0
1. Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A 2
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
2 Renda 8 15,4% 44 84,6% 52 100

h %

Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A di Jumlah 25 30,9% 56 69,1% 81 100%


Desa Kuantan Sako Tahun 2016
N Pengetahuan Frekuensi Persentase Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa
o (%) dari 29 responden yang memiliki

1 Tinggi 29 35,8 pengetahuan tinggi terdapat 12 responden


2 Rendah
52 64,2

Total 81 100
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa
sebagian besar ibu tidak melakukan
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat pemberian Vitamin A , yaitu sebanyak 56
bahwa sebagian besar pengetahuan Ibu responden (69,1%).
tentang Vitamin A adalah rendah, yaitu
sebanyak 52 responden (64,2%). Analisa Bivariat
Analisa bivariat ini dilakukan untuk
2. Pemberian Vitamin A di Desa melihat ada tidaknya hubungan antara
Kuantan Sako variabel independen (Pengetahuan Ibu )
Tabel 2.Distribusi Frekuensi Pemberian dengan Variabel dependen (Pemberian
Vitamin A di Desa Kuantan Sako Tahun Vitamin A).
2016

N Pemberian Frekuensi Persentase


o (%)
1 Ya 25 30,9
2 Tidak 56 69,1
Total 81 100

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 56


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

yang tidak memberikan vitamin A


pada anaknya. Sedangkan dari 52
responden yang memiliki
pengetahuan rendah terdapat 8
responden yang melakukan
pemberian vitamin A pada
anaknya.
Berdasarkan uji statistik
diperoleh nilai P value = 0,000 ( P
≤ 0,05 ) dengan demikian dapat
disimpulkan ada hubungan antara
pengetahuan ibu tentang vitamin A
dengan pemberian vitamin A pada
balita di wilayah desa Kuantan sako
Tahun 2016. Berdasarkan hasil
analisis diperoleh juga nilai POR =
7.792 artinya ibu yang
berpengetahuan tinggi mempunyai
peluang 7.792 kali untuk
memberikan vitamin A pada
anaknya dibandingkan ibu yang
memiliki pengetahuan rendah.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa dari 81
responden (100%) terdapat 29
responden (35,8%) dalam kategori
pengetahuan Tinggi, tidak
melakukan pemberian Vitamin A
sebanyak
12 responden (41,4%).
Berdasarkan uji statistik diperoleh
nilai P value = 0,000 ( P

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 57


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

≤ 0,05 ) dengan demikian dapat tidak terdorong untuk memberikan vitamin A


disimpulkan ada hubungan antara pada saat yang tepat. Asupan vitamin balita
pengetahuan ibu tentang vitamin A akan cenderung tidak tercukupi jika seorang ibu
dengan pemberian vitamin A pada balita tidak terlalu memperhatikannnya. Ibu yang
di wilayah desa Kuantan sako Tahun tidak mengetahui manfaat serta akibat jika
2016. vitamin A tidak diberikan akan
Dari 29 responden (35,8%) yang
mempunyai pengetahuan tinggi
terdapat
12 responden (41,4%) yang tidak
memberikan vitamin A kepada balita
dikarenakan sebagian besar responden
tidak tahu jadwal pemberian vitamin A
dan manfaat vitamin A dan 52 (64,2%)
responden yang berpengetahuan rendah
terdapat 8 responden yang memberikan
vitamin A pada balita dikarenakan
mereka mendapat dukungan dari
keluarga, suami, dan tetangga. Dan dari
hasil wawancara langsung pada saat
penelitian didapat kan sebagian besar
ibu tidak memperoleh penyuluhan
tentang pentingnya pemberian vitamin A
pada balita. Sehingga peneliti
berasumsi, pengetahuan ibu
mempengaruhi pemberian vitamin A
pada balita. Hal ini terlihat dari hasil
penelitian yang telah dilakukan. Masih
banyak ibu yang memiliki pengetahuan
rendah dan perlu di berikan pengertian
mengenai pentingnya pemberian vitamin
A untuk Balita. Jumlah 64,2%
merupakan persentase yang tinggi dan
perlu diperhatikan. Sehingga perlu
dicarikan solusi yaitu dengan adanya
penyuluhan maupun kampanye
mengenai vitamin
A. Kegiatan - kegiatan ini perlu
dilakukan untuk
meningkatkan
pengetahuan ibu tersebut. Pengetahuan
yang rendah akan mengakibatkan Ibu

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 58


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

beranggapan bahwa vitamin A vitamin A. Ketika seorang berada di


bukanlah sesuatu yang penting, tingkatan pengetahuan yang lebih tinggi
sehingga asupan vitamin A pada maka perhatian akan pentingnya
balita akan cenderung kurang pemberian vitamin A juga lebih tinggi.
dan berdampak kurang baik bagi Hasil penelitian Hadi (2010) berjudul
kesehatan balita. hubungan tingkat pengetahuan dengan
Hasil Penelitian ini sejalan keteraturan pemberian Vitamin A dosis
dengan penelitian (Meliana, tinggi pada balita di wilayah Puskesmas
2010) di Tembilahan menemukan Kandang Kota Bengkulu tahun 2010,
bahwa lebih dari 70% ibu dari
memiliki pengetahuan yang 51 responden menunjukkan bahwa
kurang tentang vitamin A dan hal sebanyak 21 (41.2%) Ibu memiliki
ini terbukti bermakna secara pengetahuan rendah dan sebanyak 30
statistik bahwa pengetahuan (58.8%) ibu yang memiliki pengetahuan
berhubungan dengan cakupan tinggi, dan sebanyak 25 (49.0%) Ibu
vitamin A. Kesadaran seseorang tidak memberikan Vitamin A Dosis
akan pentingnya vitamin A pada Tinggi dan sebanyak 26 (51.0%) ibu
balita terlihat dari pengetahuan memberikan Vitamin Dosis Tinggi serta
yang ia miliki, salah satu ada hubungan yang bermakna antara
penyebab timbulnya masalah tingkat pengetahuan ibu dengan dengan
kekurangan vitamin A adalah pemberian Vitamin A Dosis Tinggi.
prilaku atau sikap ibu yang tidak Menurut Notoadmojdo (2010),
memberikan vitamin A kepada tingkat pengetahuan selain di peroleh
anaknya. Hal tersebut dilandasi dari bangku pendidikan juga dapat di
oleh kurangnya pengetahuan peroleh dari pengalaman langsung
akan pentingnya pemberian seperti informasi

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 59


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

yang diterima dari pelayan kesehatan 1. Bagi ibu


yang rutin dikunjungi dan pengalaman Diharapkan bagi ibu untuk dapat lebih
tidak langsung diperoleh dari media mencari informasi tentang mencari
informasi kebutuhan balita pada masa
masa, sehingga dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang.
Pengetahuan dapat diperoleh dari
pengalaman langsung atau pun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahuan
dapat ditingkatkan melalui penyuluhan
baik secara individu mau pun kelompok.
Untuk meningkatkan pengetahuan
kesehatan diperlukan penyuluhan
kesehatan yang bertujuan untuk
tercapainya perubahan perilaku individu,
keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara hidup sehat
dan lingkungan sehat dan berperan aktif
dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan optimal (Notoatmojo, 2008).
Tahu diartikan sebagai mengingat
suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam
pengetahuan tingkatan ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap
suatu objek yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima (Notoatmodjo,
2010).

SIMPULAN
Dari hasil penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A
berada pada kategori rendah.
2. Ada hubungan yang signifikan antara
Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A
dengan Pemberian Vitamin A pada
Balita di Desa Kuantan Sako Tahun
2016.

SARAN

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 60


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

pertumbuhan sehingga Dinas Kesehatan Kabupaten Kuansing.


kebutuhan vitamin A dapat (2015) Data Cakupan Pemberian
terpenuhi. Vitamin A Tahun 2015.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan bagi petugas Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (2014)
kesehatan khususnya di Majalah Kesehatan Untuk Rakyat.
wilayah kerja Desa Kuantan Pekanbaru.
Sako agar dapat
Dirjen Bina Gizi Dan KIA Kemenkes RI.
meningkatkan penyuluhan
(2015) Profil Kesehatan Provinsi RIAU
tentang pengetahuan
Tahun 2014.
pemberian Vitamin A pada
balita, juga memperluas Faiza, Hasna. (2009) Menulis Karangan
sasaran promosi kesehatan Ilmiah . Cendikia Insani : Pekanbaru.
tidak pada ibu saja, tetapi Hidayat, Aziz Alimul (2014) Riset
pada suami agar nantinya Keperawatan dan Tehnik Penulisan
dapat memberikan dukungan
kepada istri Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.
3. Penelitian Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti
selanjutnya dapat meneliti
dengan variabel yang
berbeda, seperti pendidikan,
pekerjaan, tingkat ekonomi
dan sebagainya. sehingga
permasalahan rendahnya
pemberian Vitamin A pada
balita dapat teratasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Prosedur


Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Budiarto, Eko. (2002) Biostistika


Untuk Kedokteran dan
Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : EGC

Devi, Nirmala. (2010) Gizi Untuk


Keluarga. Jakarta : Kompas
Media Nusantara.

Depkes RI (2008) Panduan


Manajemen Suplementasi
Vitamin A. Jakarta.
Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 61
62| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
Iskandar.
TAHUN 2018 (2010) Metodelogi
Penelitian Pendidikan Dan
Sosial ( Kuantitatif Dan
Kualitatif). Jakarta : Gaung
Persada Press.

Kemenkes. (2011) Apa Dan


Mengapa Tentang Vitamin A.
Jakarta.

Karnadi, Annisa. (214) Bulan


Vitamin A2014.

Mansjoer. (2008) “Faktor-Faktor


Yang Mempengaruhi Ibu
Dalam Pemberian Vitamin A
di Stabat Tahun 2008”.FKM
USU Medan.

Meliana. (2010) “Hubungan


Pengetahuan Dan Sikap Ibu
terhadap pemberian vitamin
A pada balita Diwilayah Kerja
Puskesmas Tembilahan Kota”.
Akbid Husada
Gemilang
Tembilahan.

Nursalam. (2013) Metode Penelitian


Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010)


Metode Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.

Puskesmas Sukaraja. (2015) Data


Cakupan Pemberian Vitamin
A Tahun 2015.

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


63| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
Putri,
TAHUN 2018 Elistya Dwina. (2015)
“Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Dengan
Upaya Kepatuhan Pemberian
Vitamin A Pada Balita di
Puskesmas Wirobrajan
Yaogyakarta. STIKES Aisyiyah
Yogyakarta.

Riskesdas. (2013) Apa Dan


Mengapa Tentang Vitamin A.
Jakarta.

Sumantri, Arif. (2011). Metodologi


penelitian kesehatan. Jakarta :
Kencana.

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


64| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018

Jurnal Ners Volume 4 Nomor 1 Tahun 2020 Halaman 35 – 52

JURNAL NERS

Research & Learning in Nursing Science


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners
DENGAN
PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI POSYANDU
DESABERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2018

Gusman Virgo
Dosen Program Studi
Sarjana Keperawatan
Universitas Pahlawan
Tuanku Tambusai
gusmanvirgo@gmail.c
om

Abstrak

Dalam lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015, dinyatakan


bahwa untuk mengurangi risiko kesakitan dan kematian pada balita dengan kekurangan
Vitamin A, pemerintah menyelenggarakan kegiatan pemberian Vitamin A dalam
bentuk kapsul vitamin A biru 100.000 IU bagi bayi usia 6-11 bulan, kapsul vitamin A
merah 200.000 IU untuk anak balita usia 12-59 bulan, dan ibu nifas (Kemenkes,
2017). Desa Beringin Lestari berada dibawah target pencapaian yakni hanya
30,60% untuk pemberian vitamin A warna biru dan 43,10% dan 69,03% untuk
pemberian vitamin A warna merah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa
faktor- faktor yang berhubungan dengan pemberian vitamin A pada balita di posyandu
Desa Beringin Lestari wilayah kerja Puskesmas Tapung Hilir 1 Kabupaten Kampar Tahun
2018. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional study.
Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2018 dengan jumlah sampel 66 orang balita
diperoleh dengan menggunakan teknik Systematic Random Sampling. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita (6-59 bulan) yang berkunjung ke
posyandu Desa Beringin Lestari wilayah kerja Puskesmas Tapung Hilir 1 Kabupaten
Kampar pada bulan Januari – Desember tahun 2017. Teknik pengumpulan data
kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariate dengan uji

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


65| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN Chi
2018Square. Hasil penelitian didapatkan variabel yang berhubungan dengan pemberian
vitamin A pada balita adalah variabel pengetahuan ibu nilai (p=0,015) dan variabel
keaktifan balita dalam berkunjung ke posyandu nilai (p=0,000). Sedangkan variabel yang
tidak berhubungan adalah peran kader nilai (p=0,203). Kesimpulan terdapat hubungan
antara pengetahuan ibu dan keaktifan balita dalam berkunjung ke posyandu dengan
Pemberian Vitamin A pada Balita di posyandu Desa Beringin Lestari wilayah kerja
Puskesmas Tapung Hilir 1 Kabupaten Kampar Tahun 2018. Disarankan diadakan
penyuluhan secara berkala mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemberian
vitamin A dan meningkatkan peran kader dalam pemberian vitamin A pada balita.

Kata kunci: pengetahuan ibu, peran kader, keaktifan balita dalam berkunjung ke
posyandu, pemberian vitamin A pada balita

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


66| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018 @Jurnal Ners Prodi Sarjana Keperawatan & Profesi Ners FIK UP 2020

Corresponding
author :
Address : Jl. Tuanku Tambusai No. 23 Bangkinang
Email : gusmanvirgo@gmail.com

Phone : 085278005288

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


67| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018

PENDAHULUAN biologik sebagai retinol. Vitamin A adalah zat


A. Latar Belakang gizi yang paling esensial, hal itu dikarenakan
Pertumbuhan dan perkembangan konsumsi makanan kita belum mencukupi
merupakan proses alami yang terjadi
dalam kehidupan manusia, dimulai
sejak dalam kandungan sampai akhir
hayat. Pertumbuhan lebih
menitikberatkan pada perubahan fisik
yang bersifat kuantitatif, sedangkan
perkembangan yang bersifat kualitatif
berarti serangkaian perubahan progresif
sebagai akibat dari proses kematangan
dan pengalaman (Mansur, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan
secara umum ada 2 yaitu faktor genetic
dan faktor lingkungan. Faktor
lingkungan dibagi menjadi faktor
prenatal (pada saat masih dalam
kandungan) dan faktor postnatal (anak
setelah lahir). Lingkungan postnatal
yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak dapat digolongkan menjadi
lingkungan biologis, faktor fisik, faktor
psikososial, faktor keluarga dan adat
istiadat. Lingkungan biologis antara lain
rasa tau suku bangsa, jenis kelamin,
umur, gizi, perawatan kesehatan,
kepekaan terhadap penyakit, penyakit
kronis, fungsi metabolism dan hormon
(Adriana, 2011).
Salah satu komponen yang penting
dalam pertumbuhan adalah vitamin A.
Vitamin A adalah vitamin larut lemak
yang pertama ditemukan, secara luas,
vitamin A merupakan nama generik
yang menyatakan semua retinoid dan
prekursor atau provitamin A atau
karotenoid yang mempunyai aktivitas
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
68| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
dan masih rendah sehingga lain dari xeropthalmia termasuk
harus dipenuhi dari luar kerusakan kornea mata dan kebutaan.
(Almatsier, 2009). Vitamin A Vitamin A bermanfaat untuk
adalah salah satu zat gizi menurunkan angka kesakitan angka
penting yang larut dalam lemak, kematian, karena vitamin A dapat
disimpan dalam hati, dan tidak meningkatkan daya tahan tubuh
dapat diproduksi oleh tubuh terhadap penyakit infeksi seperti
sehingga harus dipenuhi dari campak, diare, dan ISPA (Infeksi
luar tubuh (Profil Dinas Saluran Pernapasan Akut) (Almatsier,
Kesehatan Provinsi Riau, 2015). 2009).
Manfaat vitamin A Kekurangan Vitamin A (KVA) dapat
diantaranya (1) meningkatkan menurunkan sistem kekebalan tubuh
daya tahan tubuh terhadap balita
penyakit dan infeksi seperti
campak dan diare, (2)
membantu proses penglihatan
dalam adaptasi terang ke
tempat yang gelap, (3)
mencegah kelainan pada sel-sel
epitel termasuk selaput lendir
mata, (4) mencegah terjadinya
proses metaplasi sel- sel epitel
sehingga kelenjar tidak
memproduksi cairan yang dapat
menyebabkan kekeringan mata,
(5) mencegah terjadinya
kerusakan mata hingga
kebutaan, dan (6) vitamin A
esensial untuk membantu
proses pertumbuhan (Profil
Dinas Kesehatan Provinsi Riau,
2015).
Kekurangan vitamin A (KVA)
akan meningkatkan kesakitan
dan kematian, mudah terserang
penyakit infeksi seperti diare,
radang paru-paru, pneumonia,
dan akhirnya kematian. Akibat
lain yang paling serius dari
kekurangan vitamin A (KVA)
adalah rabun senja yaitu bentuk
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
69| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
serta meningkatkan risiko kesakitan kulit, dan mata (Profil Dinas Kesehatan Provinsi
dan kematian. Kekurangan Vitamin A Riau, 2015).
juga merupakan penyebab utama Menurut Panduan Manajemen Suplementasi
kebutaan pada anak yang dapat Vitamin A, pemberian suplementasi Vitamin A
dicegah (Kemenkes, 2017). diberikan kepada
Dalam lampiran Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015,
dinyatakan bahwa untuk mengurangi
risiko kesakitan dan kematian pada
balita dengan kekurangan Vitamin A,
pemerintah menyelenggarakan
kegiatan pemberian Vitamin A dalam
bentuk kapsul vitamin A biru 100.000
IU bagi bayi usia enam sampai dengan
sebelas bulan, kapsul vitamin A merah
200.000 IU untuk anak balita usia dua
belas sampai dengan lima puluh
sembilan bulan, dan ibu nifas
(Kemenkes, 2017).
Suplementasi kapsul vitamin A pada
balita usia 6-59 bulan bertujuan tidak
hanya untuk mencegah kebutaan
tetapi juga untuk penanggulangan
Kurang Vitamin A (KVA) yaitu suatu
kondisi dimana simpanan vitamin A
dalam tubuh berkurang, akan
berdampak kelainan pada mata yang
umumnya terjadi pada anak usia 6
bulan sampai dengan 4 tahun yang
menjadi penyebab utama kebutaan.
KVA biasa terjadi pada anak yang
menderita kurang energi protein atau
gizi buruk tetapi dapat juga terjadi
karena gangguan penyerapan pada
usus. Tahap awal KVA ditandai dengan
gejala rabun senja atau kurang jelas
melihat pada malam hari atau
menurunnya kadar serum retinol dalam
darah. Selanjutnya terdapat kelainan
jaringan epitel pada paru- paru, usus,

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


70| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
seluruh balita umur 6-59 Paraguay (10,28%), Tibet (18%),
bulan secara serentak melalui dan Beijing (13%) (Kemenkes,
posyandu yaitu; bulan 2013).
Februari atau Agustus pada Upaya-upaya pencegahan kebutaan
bayi umur 6-11 bulan serta di Indonesia telah dilaksanakan pada
bulan Februari dan Agustus tahun 1967 ketika kebutaan dinyatakan
pada anak balita 12-59 bulan sebagai bencana Nasional sejak 1984
(Kemenkes, 2017). Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan
Kapsul vitamin A Kebutaan (UKM/PK) sudah
diberikan setahun dua kali diintegrasikan ke dalam kegiatan
pada bulan Februari dan pokok Puskesmas. Sedangkan Program
Agustus, sejak anak berumur penanggulangan Kebutaan Katarak
enam bulan. Kapsul merah Paripurna (PKKP) dimulai sejak 1987
(dosis 100.000 IU) diberikan baik Rumah Sakit
untuk bayi umur 6-11 bulan
dan kapsul biru (dosis
200.000 IU) untuk anak umur
12-59 bulan (Kemenkes,
2013).
Sekitar 125 juta balita di
dunia mengalami kekurangan
vitamin A subklinis,
sementara 1,3 juta dari
jumlah itu telah
menampakkan tanda klinis
xeroftalmia. Itu berarti bahwa
risiko mereka untuk terjangkit
infeksi membesar sebanyak
20 kali.
Angka kebutaan di
Indonesia tertinggi di kawasan
Asia Tenggara. Berdasarkan
Survei Kesehatan Indera
Penglihatan dan Pendengaran tahun 2000-2013
menunjukkan angka
kebutaan di Indonesia 20%
dari jumlah penduduk atau
setara dengan tiga juta
orang. Jumlah ini jauh lebih
tinggi dibandingkan
Bangladesh, Barbados,
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
71| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
(RS) maupun Balai Kesehatan Mata penimbangan balita di posyandu nya
Masyarakat (BKMM) (Kemenkes, 2013) juga tinggi. Begitu pula sebaliknya,
Hasil Pemantauan Status Gizi 2016, provinsi yang memiliki cakupan vitamin
persentase balita 6-59 bulan di A yang rendah seperti Papua dan
Indonesia yang mendapatkan vitamin A Papua Barat disebabkan oleh tingkat
sebesar 90,1% lebih tinggi dari target partisipasi masyarakat dalam
nasional sebesar 82%. Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S)
pemberian Vitamin A pada balita 6-59 juga rendah karena kendala geografis
bulan tertinggi yaitu Provinsi Gorontalo (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Riau,
sebesar 95,0% dan terendah di Papua 2015).
sebesar 75,3%. Persentase balita 6-11 Cakupan pemberian kapsul vitamin A
bulan mendapat kapsul vitamin A pada balita (6-59 bulan) di Provinsi
sebesar 69,1% sedangkan pada balita Riau tahun 2015 sebesar 81,2%
12-59 bulan sebesar 93,2% dimana Kabupaten Kepulauan Meranti
(Kemenkes, 2017). menempati peringkat pertama dalam
Besarnya cakupan vitamin A antara hal pencapaian yakni 95,3%, diikuti
lain disebabkan kondisi geografis dan oleh Kabupaten Rokan Hulu (94,7%)
keterjangkauan akses menuju lokasi dan Kota Dumai (92,1%). Kabupaten
posyandu dalam pendistribusian Pelalawan menjadi yang terendah
vitamin dengan pencapaian 63,2% (Profil Dinas
A. Provinsi yang memiliki cakupan Kesehatan Provinsi Riau, 2015).
vitamin A yang tinggi, cakupan
Tabel 1.1. CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN KAMPARTAHUN 2017

Cakupan Pemberian Vitamin A (%)


6-11 bulan 12-59 Bulan
No Nama Puskesmas Februari Agustus Februari Agustus
1 BANGKINANG KOTA 91,21 91,21 89,83 89,83
2 KAMPAR 100 97,49 74,27 74,02
3 TAMBANG 97,94 95,41 92,83 90,72
4 XIII KOTO KAMPAR I 86,52 92,47 88,61 87,15
5 XIII KOTO KAMPAR II 93,85 89,23 98,20 94,97
6 XIII KOTO KAMPAR III 98,72 96,51 88,98 89,83
7 KUOK 97,84 98,20 94,96 95,04
8 SIAK HULU I 79,29 88,89 80,05 88,44
9 SIAK HULU II 100 100 91,47 91,88
10 SIAK HULU III 100 100 98,04 88,03
11 KAMPAR KIRI 94,67 100 91,52 93,05
12 KAMPAR KIRI HILIR 75,69 100 97,12 97,30
13 KAMPAR KIRI HULU I 94,78 100 100,18 100
14 KAMPAR KIRI HULU II 97,12 88,00 97,44 96,81
15 TAPUNG I 89,40 95,87 45,59 42,72
16 TAPUNG II 91,58 87,06 91,01 88,69

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


72| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN17
2018TAPUNG 95,24 98,56 96,77 96,91
18 TAPUNG HILIR I 98,87 81,17 97,26 98,42

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


73| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
19 TAPUNG HILIR II 95,02 94,61 83,69 88,88
20 TAPUNG HULU I 91,53 95,24 92,74 92,74
21 TAPUNG HULU II 98,37 90,23 99,35 99,35
22 SALO 96,76 97,15 83,82 89,23
23 RUMBIO JAYA 94,81 89,83 92,67 91,98
24 BANGKINANG 98,37 91,37 95,21 93,67
25 PERHENTIAN RAJA 96,76 96,24 97,40 92,19
26 KAMPAR TIMUR 94,81 87,04 85,09 84,73
27 KAMPAR UTARA 100 100 96,66 91,34
28 KAMPAR KIRI TENGAH 93,02 100 92,72 95,66
29 GUNUNG SAHILAN I 88,79 87,85 82,94 84,07
30 GUNUNG SAHILAN II 101,99 100 121,23 100
31 KOTO KAMPAR HULU 91,94 91,94 92,54 92,71
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar
Berdasarkan data yang diperoleh
Berdasarkan tabel 1.1 puskesmas
dari Puskesmas Tapung Hilir 1
dengan cakupan pemberian vitamin A
Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten
terendah pada balita usia 12-59 bulan
Kampar cakupan vitamin A biru untuk
terdapat pada Puskesmas Tapung 1
bayi 6-11 bulan mencapai 81%,
yaitu 45,59% dan
sedangkan untuk balita mencapai
42,72%. Puskesmas Tapung Hilir 1
98,42%.
sudah mencapai target yakni 81,17%
(balita usia 6-11 bulan) dan 98,42%
(balita usia 12-59 bulan).
Tabel 1.2. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Tapung Hilir1
Kabupaten Kampar Tahun 2017

No Nama Desa Cakupan Pemberian Vitamin A


Biru Merah
Februari-Agustus Februari Agustus
(%) (%) (%)
1. Kota Garo 84,34 114,04 80,88
2. Kota Baru 104,25 109,58 92,49
3. Suka Maju 99,06 102,7 113,4
4. Kota Bangun 60,95 80,68 64,71
5. Cinta Damai 92,42 108,51 64,14
6. Beringin Lestari 30,60 43,10 69,03
7. Koto Aman 131,31 133,30 137,37
Sumber : Puskesmas Tapung Hilir 1 merah.
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat Berdasarkan survey pendahuluan yang
bahwa Desa Beringin Lestari berada dilakukan kepada 10 orang ibu yang memiliki
dibawah target pencapaian yakni hanya balita melalui wawancara
30,60% untuk pemberian vitamin A
warna biru dan 43,10% dan 69,03%
untuk pemberian vitamin A warna
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
74| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018 vitamin A, dan 4 orang ibu balita
diperoeh hasil 6 orang ibu mempunyai pengetahuan yang baik
balita merupakan pekerja, dan tentang vitamin A. Diketahui juga
4 orang ibu balita sebagai ibu 90% ibu tau tentang vitamin A, 60%
rumah tangga. 6 orang ibu ibu tau tentang kekurangan vitamin A
mempunyai pengetahuan dan 80% ibu
yang kurang baik tentang

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


75| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
tau tentang jadwal pemberian vitamin hubungan faktor pengetahuan ibu, peran kader,
A. Salah satu kemungkinan penyebab keaktifan kunjungan balita ke posyandu dengan
kurangnya pengetahuan ibu balita pemberian vitamin A pada balita di posyandu
merupakan salah satu faktor Desa Beringin Lestari wilayah kerja Puskesmas
pendorong yang mungkin Tapung Hilir 1 Kabupaten Kampar Tahun 2018 ?
menyebabkan kurangnya partisipasi ibu
untuk memberikan kapsul vitamin A
untuk balita dan kurangnya informasi
yang didapat oleh ibu balita tentang
manfaat pemberian kapsul vitamin A
untuk balita. Adanya pengaruh sosial
budaya di dalam masyarakat dapat
juga mempengaruhi dalam pemberian
kapsul vitamin A kepada balita. Peran
kader sangat penting dimana kader
dapat memberikan penyuluhan tentang
pentingnya vitamin A dan
mengingatkan jadwal pemberian
vitamin A pada balita.
Berdasarkan penelitian Indarwati
(2015) menunjukkan adanya hubungan
antara tingkat pengetahuan ibu dengan
cakupan pemberian vitamin A pada
balita (p value = 0,024) di PKD Melati
Sari Desa Durensari Kecamatan
Bagelen Kabupaten Purworejo.
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengetahui
faktor- faktor yang berhubungan
dengan pemberian vitamin A pada
balita di posyandu Desa Beringin
Lestari wilayah kerja Puskesmas
Tapung Hilir 1 Kabupaten Kampar
Tahun 2018.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar
belakang masalah di atas, dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut apakah terdapat

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


76| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
C. Tujuan d. Untuk mengetahui hubungan faktor
Peneliti keaktifan kunjungan balita ke
an posyandu dengan pemberian vitamin
1. Tujuan A pada balita di posyandu Desa
Um Beringin Lestari wilayah kerja
um Puskesmas Tapung Hilir 1 Kabupaten
Menganalisa faktor- faktor Kampar Tahun 2018.
yang berhubungan dengan D. Manfaat Penelitian
pemberian vitamin A pada 1. Manfaat Teoritis
balita di posyandu Desa a. Bagi Peneliti
Beringin Lestari wilayah Diharapkan peneliti
kerja Puskesmas Tapung dapat
Hilir 1 Kabupaten Kampar menerapkan ilmu pengetahuan
Tahun 2018. yang didapat selama mengikuti
2. Tujuan Khusus perkuliahan serta menambah
a. Untuk mengetahui pengalaman dalam melakukan
distribusi frekuensi penelitian.
pengetahuan ibu, peran
kader, dan keaktifan
kunjungan balita ke
posyandu di posyandu
Desa Beringin Lestari
wilayah kerja Puskesmas
Tapung Hilir 1 Kabupaten
Kampar Tahun 2018.
b. Untuk mengetahui
hubungan faktor
pengetahuan ibu dengan
pemberian vitamin A pada
balita di posyandu Desa
Beringin Lestari wilayah
kerja Puskesmas Tapung
Hilir 1 Kabupaten Kampar
Tahun 2018.
c. Untuk mengetahui
hubungan faktor peran
kader dengan pemberian
vitamin A pada balita di
posyandu Desa Beringin
Lestari wilayah kerja
Puskesmas Tapung Hilir 1
Kabupaten Kampar Tahun
2018
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
77| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
b. Bagi Instititusi Pendidikan 2. Waktu
Memberi sumbangan pemikiran Penelitian dilaksanakan pada tanggal 09-
dan bahan dalam kajian ilmiah 13 Juli tahun 2018.
mengenai upaya kesehatan
masyarakat.
c. Bagi Instansi Tempat Penelitian
Dapat menjadi bahan masukan dan
sumber informasi dalam menyusun
kebijakan yang akan dilakukan
sebagai upaya untuk meningkatkan
cakupan pemberian vitamin A pada
balita.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan perbaikan kebijakan
dalam mempengaruhi hubungan
faktor pengetahuan ibu, peran kader,
keaktifan kunjungan balita ke
posyandu dengan pemberian vitamin
A pada balita di posyandu Desa
Beringin Lestari wilayah kerja
Puskesmas Tapung Hilir 1 Kabupaten
Kampar Tahun 2018

METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan
Desain Penelitian Analitik dengan
rancangan Cross Sectional, karena
pengukuran variable bebas
(pengetahuan ibu, peran kader dan
keaktifan kunjungan balita ke
posyandu) dengan variable terikat
(pemberian vitamin A pada balita)
dilakukan pada saat yang bersamaan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Beringin Lestari wilayah kerja
Puskesmas Tapung Hilir 1 Kabupaten
Kampar.

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


78| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018 dan Sampel 1 + 𝑁(𝑑)²
3. Populasi 197
1. Populasi =
1 + 197(0,1)²
Populasi dalam 197
penelitian ini adalah =
1 + 197(0,01)
seluruh ibu yang 197
mempunyai balita (6-59 =
1 + 1,97
bulan) yang berkunjung ke 197
=
posyandu Desa Beringin 2,97
Lestari wilayah kerja = 66,33
Puskesmas Tapung Hilir 1 Dari perhitungan di atas, dapat
Kabupaten Kampar pada diperoleh jumlah sampel dalam
bulan Januari – Desember penelitian ini yaitu sebanyak 66
tahun 2017 yang telah orang.
diperiksa sebanyak 197
orang balita.
2. Sampel
Sampel adalah
sebahagian ibu yang
mempunyai balita (6-59
bulan) yang berkunjung ke
posyandu Desa Beringin
Lestari wilayah kerja
Puskesmas Tapung Hilir 1
Kabupaten Kampar. Untuk
menentukan besar sampel
pada penelitian ini dihitung
dengan menggunakan
rumus Slovin
(Notoatmodjo, 2010)
sebagai berikut:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑)²
ket : n =
Besar sampel N
=Besar
populasi
d =Tingkat
kepercayaaan
/ketepatan yang
diinginkan= 10%
𝑁
𝑛=
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
79| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
Dengan kriteria sampel pembagian jumlah populasi dengan
1. Kriteria sampel : sampel (dengan kelipatan 3). Di mana
a. Kriteria Inklusi penderita pertama dengan nomor urut 8
1) Orang tua yang mempunyai yang di pilih secara acak, sedangkan
balita (6-59 bulan) yang datang sampel berikutnya di pilih secara
berobat ke posyandu Desa sistematik menurut
Beringin Lestari wilayah kerja
Puskesmas Tapung Hilir 1
Kabupaten Kampar
2) Memiliki KMS
b. Kriteria Ekslusi
1) Orang tua yang
mempunyai balita (6-59
bulan) yang datang
berobat ke posyandu
Desa Beringin Lestari
wilayah kerja Puskesmas
Tapung Hilir 1 Kabupaten
Kampar yang tidak
bersedia menjadi
responden.
a. Teknik sampel
Teknik sampel adalah
merupakan
tekni
k pengumpulan sampel
dalam melakukan
penelitian. Pada penelitian
ini teknik sampel yang
peneliti terapkan adalah
Systematic Random
Sampling,
yaitu
pengambilan sampel yang
dilakukan secara acak
(Hidayat, 2008).
Dengan menggunakan
kelipatan interval sampel
yang di
tentukan
berdasarkan hasil
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
80| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
kelipatan pengumpulan data. Jika responden
tiga sampai bersedia diteliti, maka mereka
jumlah harus menandatangani lembar
sampel persetujuan tersebut, jika
mencapai 66 responden menolak untuk diteliti,
balita. maka peneliti tidak akan memaksa
dan tetap menghormati hak-
b. Jumlah sampel haknya.
Jumlah 2. Tanpa Nama (Anominity)
sampel pada Untuk menjaga kerahasiaan
penelitian ini identitas subjek, peneliti tidak
adalah akan mencantumkan nama subjek
sebanyak 66 pada lembaran pengumpulan data,
orang. cukup dengan memberikan kode
4. Etika Penelitian pada masing-masing lembar riset.
Masalah etika 3. Kerahasiaan (Confidentiality)
penelitian merupakan Kerahasiaan informasi yang diberikan
oleh subjek dijamin oleh peneliti.
masalah yang sangat
5. Alat pengumpulan Data
penting dalam
penelitian, mengingat
penelitian keperawatan
berhubungan langsung
dengan manusia, maka
segi etika penelitian
harus diperhatikan.
Masalah etika yang
harus diperhatikan
antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Lembar persetujuan
menjadi responden
Lembar persetujuan
diberikan kepada
subjek yang akan
diteliti. Peneliti
menjelaskan maksud
dan tujuan riset
yang akan dilakukan
serta dampak yang
mungkin terjadi
selama dan sesudah
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
81| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
Instrumen yang digunakan dalam 4. Mendatangi responden sesuai kriteria
penelitian ini adalah kuesioner penelitian untuk pengisian kuesioner.
sebagai alat pengumpulan data. 5. Melakukan sesuai permohonan
Pengetahuan ibu, peran kader dan dijamin kerahasiaannya.
keaktifan kunjungan balita ke 6. Meminta responden untuk
posyandu dilihat berdasarkan menandatangani lembar persetujuan
jawaban pada kuesioner sedangkan menjadi responden.
pemberian vitamin A dilihat 7. Membagi lembaran kuesioner sambil
berdasarkan rekam medik di menjelaskan cara pengisian.
posyandu Desa Beringin Lestari 8. Setelah kuesioner diisi, peneliti
wilayah kerja Puskesmas Tapung Hilir langsung mengumpulkan untuk
1 Kabupaten Kampar. memeriksa kelengkapannya.
6. Prosedur Pengumpulan Data 9. Apabila belum lengkap responden
diminta untuk melengkapinya saat itu
Dalam melakukan penelitian ini
juga.
peneliti mengumpulkan data dengan
7. Defenisi Operasional
melalui prosedu rsebagai berikut :
Definisi operasional adalah
1. Mengajukan surat permohonan izin
kepada Institusi Universitas Tuanku mendefinisikan variable secara
Tambusai Riau untuk mengadakan operasional berdasarkan
penelitian di Puskesmas Tapung Hilir karakterisrik yang diamati,
1. memungkinkan peneliti untuk
2. Meminta izin kepada kepala melakukan observasi atau
Puskesmas Tapung Hilir 1. pengukuran secara cermat terhadap
3. Menentukan responden sesuai dengan suatu objek atau fenomena (Hidayat
jumlah sampel yang telah , 2008).
direncanakan.

Tabel 3.1 Defenisi Operasional


NO Variabel Defenisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 Variabel Independen.
Faktor yang
berhubungan dengan
pemberian vitamin A
pada balita
- Pengetahuan ibu Pegetahuan ibu Kuesioner Ordinal 0. Kurang baik jika responden
balita tentang mampu menjawab <11
pentingnya pertanyaan dengan benar (<75%)
imunisasi vitamin A 1 Baik, jika responden mampu
menjawab 11-15 pertanyaan
dengan benar (76%-100%)
- Peran kader Peran aktif kader Kuesioner Nominal 0. Kurang aktif, bila jawaban <
posyandu dalam mean (70,91)
pemberian vitamin 1. Aktif, bila jawaban ≥ mean
A (70,91)

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


82| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018 - Keaktifan balita Kehadiran balita Kuesioner Nominal 0. Kurang aktif, bila jawaban <40%
dalam berkunjung dalam posyandu 1. Aktif, bila jawaban ≥40%
ke posyandu

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


83| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018

2 Variabel Dependen Pemberian vitamin Rekam Nominal 0. Tidak ada, bila balita tidak
Pemberian vitamin A A pada balita Medik mendapatkan pemberian vitamin
pada balita A
1. Ada, bila balita tmendapatkan
pemberian vitamin A
1. Analisis Univariat
H. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan Analisis univariat untuk menjelaskan
cara statistic menggunakan variable independen dan variable
komputerisasi melalui langkah-langkah dependen. Analisis ini digunakan
berikut : untuk menggambarkan distribusi
1. Editing (Mengedit Data) frekuensi dari variable independen
Setelah instrument penelitian dan variable dependen. Analisis
(kuesioner) dikembalikan responden, dilakukan secara deskriptif terhadap
maka setiap instrument akan variable dan sub variabel, dengan
diperiksa apakah sudah diisi dengan menghitung distribusi frekuensi dan
benar dan semua item sudah persentasikan dari tiap- tiap variabel.
dijawab oleh responden. Yang dilakukan dengan system
2. Coding (Pengkodean) komputerisasi.
Data yang sudah Dengan Rumus:
terkumpul
diklarifikasikan dan diberi kode f x100%
P=
untuk masing-masing kelas dalam N
katego
ri
yang sama. Analisis Univariat dan Analisis Bivariat serta
3. Entry (Memasukkan Data ) interprestasi data dalam bentuk table distribusi
Memasukkan data yang telah terkumpul frekuensi.
kedalam computer untuk dianalisa
dengan menggunakan komputer.
4. Cleaning
Memeriksa kembali data yang telah
dimasukkan kedalam computer
untuk memastikan bahwa data
tersebut telah bersih dari kesalahan.
5. Tabulating
Memasukan data kedalam table
berdasarkan variable dan kategori
penelitian agar mudah dibaca.
I. Analisa Data
Analisis data dilakukan dengan
menggunakan komputerisasi berupa
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
84| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
Keterangan
TAHUN 2018 :
P=
Perse
ntase
f =
Freku
ensi.
N = Jumlah seluruh observasi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk
melihat hubungan antara
variable independen dan
variable dependen, untuk
melihat hubungan itu
digunakan uji kemaknaan chi
square (X2),dengan tingkat
kemaknaan p < 0,05. Untuk
menyatakan berhubungan
atau tidak berhubungan
secara statistic dilihat dari
nilai p-value yaitu bila p <
0,05, Ho ditolak, artinya ada
hubungan yang signifikan
secara statistik, dan bila nilai
p > 0,05, Ho gagal ditolak,
artinya tidak ada hubungan
yang signifikan secara
statistic dan dilakukan dengan
menggunakan system
komputerisasi.

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


85| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
Σ(0 − 𝐸) 2 1. Pemberian Vitamin A pada Balita
𝑥2 = Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
𝐸
Keterangan Pemberian Vitamin A di
:
x2 =Chi Square posyandu Desa Beringin Lestari
wilayah kerja Puskesmas
0 = Frekuensi observasi Tapung Hilir 1 Kabupaten
E =Frekuensi yang diharapkan Kampar Tahun2018
(Hidayat, 2008)
Pemberian Frekuensi Persentase (%)
Uji statistk yang digunakan Vitamin A
adalah uji chi-square dengan batas Tidak ada 19 28,8
derajat kepercayaan p <0,05. Data Ada 47 71,2
diolah dengan menggunakan Total 66 100

program komputer. Berdasarkan tabel 4.1 di atas


a. Jika hasil yang didapat p< 0,05 dapat dilihat bahwa sebahagian
berarti hipotesa alternatif diterima besar pemberian vitamin A di
b. Jika hasil yang didapat p> 0,05 posyandu Desa Beringin Lestari
berarti hipotesa alternatif ditolak. wilayah kerja Puskesmas Tapung
Hilir 1 sebanyak 47
BAB IV responden (71,2%) mendapatkan
HASIL PENELITIAN vitamin A.

A. Analisa Univariat 2. Pendidikan Ibu


Analisa Univariat dilakukan untuk Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
melihat gambaran karakteristik masing- Pendidikan Ibu Balita di
masing variabel yang meliputi : variabel posyandu Desa Beringin Lestari
dependen yaitu pemberian vitamin A wilayah kerja Puskesmas
pada balita, dan variabel independen Tapung Hilir 1 Kabupaten
yaitu pengetahuan ibu, peran kader, Kampar Tahun2018
dan keaktifan kunjungan balita ke
posyandu.
Pendidikan Ibu Frekuensi Persentase (%)
Pendidikan rendah (SD-SMP) 23 34,8
Pendidikan menengah (SMA) 19 28,8
Pendidikan tinggi (PT) 24 36,4
Total 66 100
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat 3. Pekerjaan Ibu
dilihat bahwa distribusi frekuensi Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu Balita
pendidikan ibu balita di posyandu Desa di posyandu Desa Beringin Lestari
Beringin Lestari wilayah kerja Puskesmas wilayah kerja Puskesmas Tapung Hilir
Tapung Hilir 1 yaitu 24 responden 1

(36,4%) pendidikan tinggi.


Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
86| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018 Kabupaten Kampar Tahun2018

Pekerjaan Ibu Jumlah Persentase (%)


Bekerja 55 83,3
Tidak bekerja 11 16,7
Total 66 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat
dilihat bahwa dari 66 responden
di posyandu Desa Beringin Lestari
wilayah kerja Puskesmas Tapung
Hilir 1, ibu balita yang bekerja
sebanyak 55 responden (83,3%).

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


87| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
4. Pengetahuan Ibu Beringin Lestari wilayah kerja Puskesmas
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tapung Hilir 1 Kabupaten Kampar Tahun
Pengetahuan Ibu di posyandu 2018
Desa Beringin Lestari wilayah
kerja Puskesmas Tapung Hilir

1 Kabupaten Kampar Tahun


2018

Pengetahuan Ibu Jumlah Persentase (%)


Kurang baik 24 36,4
Baik 42 63,6
Total 66 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat


dilihat bahwa dari 66 responden di
posyandu Desa Beringin Lestari
wilayah kerja Puskesmas Tapung
Hilir 1, ibu balita yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 42
responden (63,6%).
5. Peran Kader
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Peran Kader
di posyandu Desa Beringin
Lestari wilayah kerja Puskesmas
Tapung Hilir 1 Kabupaten
Kampar Tahun2018

Peran kader Jumlah Persentase (%)


Kurang aktif 33 50
Aktif 33 50
Total 66 100
Berdasarkan tabel 4.6 dapat
dilihat bahwa dari 66 responden di
posyandu Desa Beringin Lestari
wilayah kerja Puskesmas Tapung
Hilir 1, yang menyatakan peran
kader aktif sebanyak 33 responden
(50,0%).
6. Keaktifan Balita dalam Berkunjung
ke Posyandu
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Keaktifan
Balita dalam Berkunjung ke
Posyandu di posyandu Desa

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


88| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018 (50%), dan sebaliknya dari 42
Keaktifan Jumlah Persentase responden yang memiliki
balita (%) pengetahuan baik sebanyak 7
Kurang aktif 22 33,3
responden (16,7%) tidak
Aktif 44 66,7
Total 66 100
mendapatkan pemberian vitamin A.
Berdasarkan tabel 4.7 Hasil analisis uji statistik
dapat dilihat bahwa dari 66 diperoleh nilai p value = 0,009 atau
responden di posyandu Desa p < 0,05, artinya ada hubungan
Beringin Lestari wilayah kerja yang signifikan antara pengetahuan
Puskesmas Tapung Hilir 1, yang ibu dengan pemberian vitamin A
balita aktif berkunjung ke pada balita di posyandu Desa
posyandu sebanyak 44 Beringin
responden (66,7%).

B. Analisis Bivariat
1. Hubungan Pengetahuan
Ibu denganPemberian
Vitamin A pada Balita
Tabel 4.8 Hubungan
Pengetahuan Ibu
dengan Pemberian
Vitamin A pada
Balita di posyandu
Desa Beringin Lestari
wilayah kerja
Puskesmas Tapung
Hilir 1 Kabupaten
Kampar Tahun2018

Pengetahuan Pemberian vitamin A


Total
ibu Tidak ada Ada
N % N % N %
Kurang baik 12 50 12 50 24 100
Baik 7 16,7 35 83,3 42 100
Total 19 28,8 47 71,2 66 100
Berdasarkan tabel
4.8 dapat diketahui
bahwa dari 24 responden
ibu yang yang memiliki
pengetahuan kurang,
sebanyak 12 responden
(50%) balita yang
mendapatkan vitamin A
sebanyak 12 responden
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
89| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
Lestari wilayah kerja Puskesmas 2. Hubungan Peran Kader dengan
Tapung Hilir 1. Serta didapatkan Pemberian Vitamin A pada Balita
nilai POR= 5,000 dan 95% CI= Tabel 4.9 Hubungan Peran Kader
1,600- dengan Pemberian Vitamin A
15,628 yang artinya ibu balita yang pada Balita di posyandu Desa
memiliki pengetahuan kurang baik Beringin Lestari wilayah kerja
berpeluang 5,000 kali tidak Puskesmas Tapung Hilir 1
mendapatkan pemberian vitamin A Kabupaten Kampar Tahun2018

dibandingkan ibu balita yang


memiliki pengetahuan baik.
Peran Pemberian vitamin A Total P
POR
kader Tidak ada Ada Value
(95 % CI)
N % N % N %
Kurang aktif 17 51,5 16 48,5 33 100
16,469
Aktif 2 6,1 31 93,9 33 100 0,000
(3,377-80,317)
Total 19 28,8 47 71,2 66 100
Berdasarkan tabel 4.9 dapat responden yang menyatakan peran
diketahui bahwa 33 responden yang kader kurang aktif berpeluang 16,469
menyatakan peran kader kurang kali tidak mendapatkan pemberian
aktif sebanyak 16 responden vitamin A dibandingkan responden
(48,5%) yang mendapatkan yang menyatakan peran kader aktif.
pemberian vitamin A. Sebaliknya dari
33 responden yang menyatakan 3. Hubungan Keaktifan Balita dalam
peran kader aktif, 2 responden Berkunjung ke Posyandu dengan
(6,1%) tidak mendapatkan Pemberian Vitamin A pada Balita
pemberian vitamin. Tabel 4.10 Hubungan Keaktifan Balita
dalam Berkunjung ke
Hasil analisis uji statistik diperoleh
Posyandu dengan Pemberian
nilai p value = 0,000 atau p <0,05,
Vitamin A pada Balita di
artinya ada hubungan yang
posyandu Desa Beringin
signifikan antara peran kader Lestari wilayah kerja
dengan pemberian vitamin A pada Puskesmas Tapung Hilir 1
balita di posyandu Desa Beringin Kabupaten Kampar Tahun
Lestari wilayah kerja Puskesmas 2018
Tapung Hilir 1. Serta didapatkan nilai
OR= 16,469 dan 95% CI= 3,377-
80,317 yang artinya
Keaktifan Pemberian vitamin A Total P
POR
balita Tidak ada Ada Value
(95 % CI)
N % N % N %
Kurang aktif 14 63,6 8 36,4 22 100
13,650
Aktif 5 11,4 39 88,6 44 100 0,000
(3,821-48,768)
Total 19 28,8 47 71,2 66 100

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


90| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
Berdasarkan tabel 4.10 dapat
TAHUN 2018 mendapatkan pemberian vitamin A
diketahui dari 22 responden dengan sebanyak 8 responden (36,4%).
status kurang aktif balita dalam Sedangkan dari 44 responden
berkunjung ke posyandu yang dengan status balita aktif
berkunjung ke

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


91| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
posyandu sebanyak 5 responden balita di posyandu Desa Beringin Lestari
(11,4%) tidak mendapatkan wilayah kerja Puskesmas Tapung Hilir 1.
pemberian vitamin A. Menurut asumsi peneliti dari 12 ibu
Hasil analisis uji statistik diperoleh yang balitanya mendapatkan vitamin A
nilai p value = 0,000 atau p < 0,05,
artinya ada hubungan yang
signifikan antara keaktifan balita
dalam berkunjung ke posyandu
dengan pemberian vitamin A pada
balita di posyandu Desa Beringin
Lestari wilayah kerja Puskesmas
Tapung Hilir 1. Serta didapatkan nilai
OR= 13,650 dan 95% CI= 3,821-
48,768 yang
artinya balita yang kurang aktif
dalam berkunjung ke posyandu
berpeluang 13,650 kali tidak
mendapatkan pemberian vitamin A
dibandingkan balita yang berkunjung
ke posyandu.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan
Pemberian Vitamin A pada Balita
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa dari 24 responden
ibu yang yang memiliki
pengetahuan kurang, sebanyak 12
responden (50%) balita yang
mendapatkan vitamin A sebanyak 12
responden (50%), dan sebaliknya
dari 42 responden yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 7
responden (16,7%) tidak
mendapatkan pemberian vitamin A
Hasil analisis uji statistik diperoleh
nilai p value = 0,015 atau p < 0,05,
artinya ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan ibu
dengan pemberian vitamin A pada
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
92| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
tetapi memiliki pengetahuan Sebagian besar pengetahuan
kurang baik kemungkinan manusia diperoleh melalui mata dan
disebabkan karena tingkat telinga. Pengetahuan atau kognitif
Ekonomi yang rendah. Asumsi merupakan domain yang sangat
peneliti dari 7 responden yang penting dalam membentuk tindakan
memiliki pengetahuan baik seseorang (overt behavior).
tetapi tidak mendapatkan Sedangkan faktor-faktor yang
pemberian vitamin A disebabkan mempengaruhi pengetahuan
karena faktor ibu balita yang seseorang antara lain: pendidikan,
bekerja sehingga tidak memiliki informasi, social budaya,
kesempatan untuk datang ke pengalaman, social ekonomi
posyandu. (Notoatmodjo, 2007 ).
Penelitian ini sejalan dengan Pengetahuan
penelitian Indarwati (2015)
yang berjudul Hubungan
Tingkat u
Pengetahuan Ib engan Cakupan
d
Pemberian Vitamin A pada Balita
di PKD Melati Sari Desa
Durensari Kecamatan Bagelen
Kabupaten Purworejo dimana
adanya hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu dengan
cakupan pemberian vitamin A
pada balita (p value = 0,024) di
PKD Melati Sari Desa Durensari
Kecamatan Bagelen Kabupaten
Purworejo.
Banyak faktor yang
mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang.
Pengetahuan adalah hasil tau
yang berasal dari proses
penginderaan manusia terhadap
objek tertentu yang terjadi
melalui panca indra yaitu melalui
indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan merupakan dasar
yang paling penting dalam
membentuk tindakan seseorang.
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
93| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
seseorang diperoleh dari Berdasarkan hasil penelitian dapat
pengalaman bermacam sumber, diketahui bahwa 33 responden yang
misalnya media massa, media menyatakan peran kader kurang aktif
elektronik, buku petunjuk, petugas sebanyak 16 responden (48,5%) yang
kesehatan, media poster dan kerabat mendapatkan pemberian vitamin A.
dekat. Pengetahuan sangat Sebaliknya dari 33 responden yang
berhubungan erat dengan menyatakan peran kader aktif, 2
pendidikan, sedangkan pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia yang sangat
diperlukan untuk menerima serta
mengembangkan pengetahuan dan
teknologi, sehingga
semakin
meningkatkan produktifitas dan
kesejahteraan keluarga.
Jika ibu mengetahui manfaat dan
pelayanan yang dilakukan
diposyandu serta gunanya balita
dibawa terus- menerus keposyandu
dan arti pentingnya KMS sebagai alat
untuk mencatat dan mengamati
perkembangan kesehatan anak yang
mudah dilakukan ibu, maka seorang
ibu dapat menilai dan berbuat
sesuatu untuk berusaha
memperbaiki dan meningkatkan
kesehatan anaknya. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa pengetahuan
yang dimiliki seseorang merupakan
dasar untuk berbuat, karena itu
kemampuan seseorang melakukan
sesuatu tergantung pengetahuan
yang ia miliki. Atas dasar
pengetahuan tentang posyandu,
tujuan dan manfaat yang diperoleh
di posyandu memungkinkan ibu
untuk hadir pada setiap pelaksanaan
posyandu.
2. Hubungan Peran Kader dengan
Pemberian Vitamin A pada Balita
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
94| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
responden (6,1%) tidak karena pengetahuan ibu yang baik
mendapatkan pemberian dan keaktifan balita dalam
vitamin. berkunjung ke posyandu, sehingga
Hasil analisis uji statistik walaupun kader kurang aktif,
diperoleh nilai p value = 0,000 responden tetap datang ke
atau p <0,05, artinya ada posyandu. Asumsi peneliti dari 2
hubungan yang signifikan responden yang menyatakan peran
antara peran kader dengan kader aktif tetapi tidak mendapatkan
pemberian vitamin A pada pemberian vitamin A disebabkan
balita di posyandu Desa karena faktor ibu yang lalai dalam
Beringin Lestari wilayah kerja pemberian vitamin A kepada
Puskesmas Tapung Hilir 1. balitanya. Pada saat wawancara
Serta didapatkan nilai OR= diketahui bahwa kader posyandu
16,469 dan 95% CI= 3,377- telah datang ke rumah responden
80,317 yang artinya untuk memberikan vitamin A, tetapi
responden yang menyatakan ibu lalai memberikan vitamin kepada
peran kader kurang aktif balitanya.
berpeluang 16,469 kali tidak Penelitian ini sejalan dengan
mendapatkan pemberian penelitian Puji Astuti (2013) yang
vitamin A dibandingkan berjudul Faktor-Faktor
responden yang menyatakan yang Berhubungan
peran kader aktif. dengan Pemberian Vitamin A Pada
Menurut asumsi peneliti Balita di Posyandu Dayu Makmur
dari 16 responden yang Sleman dimana adanya hubungan
menyatakan oeran kader antara peran kader dengan
kurang aktif tetapi pemberian vitamin A pada balita.
mendapatkan vitamin A

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


95| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
Keaktifan kader sebagai pelaksana yang menyebabkan kader tidak aktif adalah umur
kegiatan posyandu merupakan kunci kader sudah lebih dari 50 tahun dan lama
keberhasilan posyandu karena kader menjadi kader kurang dari 10
posyandu merupakan penghubung antara
program dengan masyarakat serta
memerlukan berbagai persyaratan
tertentu agar keberadaannya diakui dan
diterima masyarakat. Berlangsung dan
tidaknya kegiatan di Posyandu tergantung
dari kader, karena sebagian besar
kegiatan di Posyandu dilakukakan oleh
kader. Kader posyandu adalah anggota
masyarakat yang bekerja secara sukarela,
mampu melaksanakan UPGK dan mampu
menggerakan masyarakat. Kader juga
seorang ibu yang memiliki kemampuan
yang berbeda-beda dalam melayani ibu-
ibu yang memiliki balita, kemampuan
ibu satu dengan ibu yang lainnya
tentunya berbeda, untuk itu dari hasil
ini juga menyebutkan beberapa ibu
kurang baik dalam berperan sebagai
kader. Kader yang bertugas memberi
vitamin A di Posyandu biasanya juga
tetangga sendiri di lingkungan tersebut,
jadi ibu akan lebih mudah dan berani
untuk meminta vitamin A atau
memberikan masukan kepada kader
apabila pelayanannya kurang sesuai.

Motivasi kader rendah atau kader


menjadi jenuh dalam kegiatan
posyandu maka bisa menyebakan
kader drop out karena seperti yang
kita ketahui bahwa menjadi kader
merupakan pekerjaan sosial yang
tidak mempunyai kekuatan mengikat
jadi mereka leluasa untuk keluar
menjadi kader apalagi ditambah
regenerasi kader yang belum
terencana dengan baik. Faktor lain

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


96| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
tahun sehingga Lestari wilayah kerja Puskesmas
posyandu dikelola oleh Tapung Hilir 1. Serta didapatkan nilai
kader yang telah OR= 13,650 dan 95% CI= 3,821-
berpengalaman menjadi 48,768 yang
kader sekurangnya 60 artinya balita yang kurang aktif
bulan atau 5 tahun dalam berkunjung ke posyandu
(Nain, 2008). berpeluang 13,650 kali tidak
3. Hubungan Keaktifan mendapatkan pemberian vitamin A
Balita dalam Berkunjung dibandingkan balita yang berkunjung
ke Posyandu dengan ke posyandu.
Pemberian Vitamin A Menurut asumsi peneliti dari 8
pada Balita responden yang balitanya kurang
Berdasarkan hasil aktif berkunjung ke posyandu tetapi
penelitian didapatkan mendapatkan vitamin A
bahwa dari 22 kemungkinan disebabkan karena
responden dengan pengetahuan ibu yang baik dan
status kurang aktif balita pekerjaan ibu yang sibuk, sehingga
dalam berkunjung ke walaupun balita kurang aktif ke
posyandu yang posyandu, ketika kader datang ke
mendapatkan rumah untuk memberikan vitamin A,
pemberian vitamin A balita tetap mendapatkan vitamin
sebanyak 8 responden A.
(36,4%). Sedangkan dari
44 responden dengan
status balita aktif
berkunjung ke posyandu
sebanyak 5 responden
(11,4%) tidak
mendapatkan
pemberian vitamin A.
Hasil analisis uji
statistik diperoleh nilai p
value = 0,000 atau p <
0,05, artinya ada
hubungan yang
signifikan antara
keaktifan balita dalam
berkunjung ke posyandu
dengan pemberian
vitamin A pada balita di
posyandu Desa Beringin
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
97| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
Asumsi peneliti dari 5 responden DAFTAR PUSTAKA
yang balita yang aktif berkunjung ke Arisman, MB (2010). Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi Dalam
posyandu tetapi tidak mendapatkan Baur Kehidupan Edisi 2. Jakarta : ECG
pemberian vitamin A disebabkan
Cahyaningrum, dkk. (2017). Hubungan Tingkat
karena pada saat bulan vitamin A
Pengetahuan Ibu Tentang
(Februafi dan Agustus) balita tidak
berkunjung ke posyandu.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Puji Astuti (2013) yang
berjudul Faktor-Faktor
yang Berhubungan
dengan Pemberian Vitamin A Pada
Balita di Posyandu Dayu Makmur
Sleman dimana terdapat hubungan
yang signifikan antara keaktifan
balita dalam berkunjung ke
posyandu dengan pemberian vitamin
A pada balita.
Kunjungan balita ke posyandu
adalah datangnya balita ke posyandu
untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan misalnya penimbangan,
imunisasi, penyuluhan gizi dan lain
sebagainya. Kunjungan balita ke
posyandu yang paling baik adalah
teratur setiap bulan atau 12 kali per
tahun. Untuk ini kunjungan balita
diberikan batasan 8 kali per tahun.
Posyandu yang frekuensi
penimbangan atau kunjungan
balitanya kurang dari 8 kali per
tahun di anggap masih rawan.
Sedangkan bila frekuensi
penimbangan sudah lebih 8 kali atau
lebih dalam kurun waktu satu tahun
dianggap sudah cukup baik,tetapi
frekuensi penimbangan tergantung
dari jenis posyandu (Puji Astuti,
2013).

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


98| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUNVitamin
2018 A Dengan Kepatuhan Mansur (2009). Kapita Selecta Kedokteran.
Ibu Memberikan Kapsul
Jilid 1 Edisi 3 Jakarta : EGC
Vitamin A Pada Balita Usia 12
Nain, U. (2008). Posyandu : Upaya Kesehatan
– 59 Bulan Di Wilayah Kerja
Berbasis Masyarakat, Kareso:
Puskesmas Rowosari Kota
Yogyakarta.
Semarang. AKBID Abdi
HusadaSemarang Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan
Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Dinkes Prov Riau (2015). Profil
Dinas Kesehatan Provinsi (2010). Metodelogi Penelitian. Jakarta :
Riau Tahun 2015.Riau Rineka Cipta

Dwiana Putri. (2014). Hubungan Puji Astuti. (2013). Faktor-Faktor yang


Tingkat Pengetahuan Ibu Berhubungan dengan Pemberian
dengan Upaya Kepatuhan Vitamin A Pada Balita di Posyandu
Pemberian Vitamin A Pada
Balita di Puskesmas
Wirobrajan Yogyakarta
Tahun 2014. STIKes Aisyiyah
Yogyakarta

Indarwati (2015). Hubungan Antara


Tingkat Pengetahuan Ibu
dengan Cakupan Pemberian
Vitamin A Pada Balita di PKD
Melati Sari Desa Durensari
Kecamatan Bagelen
KabupatenPurworejo. Skripsi

Kemenkes (2013). Buku Panduan


Kader Posyandu. Jakarta :
Kemenkes RI

(2015). Pedoman Gizi Seimbang.

Jakarta : Kemenkes RI
(2016). Panduan Penggunaan
Aplikasi PMKDR Distribusi
Kapsul Vitamin A. Jakarta :
Kemenkes RI

(2017). Profil Kesehatan Indonesia.

Jakarta : Kemenkes RI
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
99| FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI

POSYANDU DESA BERINGIN LESTARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUNG HILIR 1 KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2018
Dayu Makmur
Sleman. STIKes
Jendral Ahmad Yani
Yogyakarta

Sediaoetama (2009). Ilmu


Gizi II. Jakarta : PT
Dian Rakyat

Sulistyoningsih, H. (2011).
Gizi Untuk Kesehatan
Ibu dan Anak.
Yogyakarta: PT Graha
Ilmu

Sunita almatsier (2009).


Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka
Utama

Tim Penyusun. (2018).


Buku Panduan
Penulisan Karya Tulis
Ilmiah Mahasiswa.
Bangkinang:
Universitas Pahlawan Tuanku TambusaiBangkinang Riau

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)

Anda mungkin juga menyukai