Anda di halaman 1dari 21

REPRESENTASI PENGETAHUAN

(KNOWLEDGE REPRESENTATION)
KNOWLEDGE IS POWER!
Pengetahuan adalah kekuatan!
Representasi Pengetahuan :

 Definisi dlm ES: Metode yang digunakan untuk mengkodekan


pengetahuan dalam sebuah sistem pakar yang berbasis pengetahuan.
 Perepresentasian dimaksudkan untuk menangkap sifat-sifat penting
problema dan membuat informasi itu dapat diakses oleh prosedur
pemecahan problema.
 Bahasa representasi harus dapat membuat seorang programmer
mampu mengekspresikan pengetahuan yang diperlukan untuk
mendapatkan solusi problema  dapat diterjemahkan ke dalam
bahasa pemrograman dan dapat disimpan
 Harus dirancang agar fakta-fakta dan pengetahuan lainnya yang
terkandung didalamnya bisa digunakan untuk penalara
Jenis-jenis Pengetahuan
Jenis-jenis pengetahuan
Pengetahuan Prosedural Peraturan (rules)
(Procedural Knowledge) Strategi
Agenda
Prosedur
Declarative Knowledge Konsep
Obyek
Fakta
Meta-Knowledge Pengetahuan tentang berbagai jenis
pengetahuan dan Bagaimana
menggunakannya
Pengetahuan Heuristic Petunjuk praktis (Rules of thumb)
(Heuristic Knowledge)

Pengetahuan Struktural Sekumpulan aturan


(Structural Knowledge) Concept Relationships
Concept to Object Relationship
TEKNIK REPRESENTASI
PENGETAHUAN
 Logika
 Object-Attribute-Value triplets (OAV)
 Aturan-aturan (Rules)
 Jaringan Semantik (Semantic Networks)
 Frames
LOGIKA

Logika merupkan suatu pengkajian ilmiah tentang serangkaian penalaran, sistem


kaidah dan prosedur yang membantu proses penalaran.
Merupakan bentuk representasi pengetahuan yang paling tua, dan menjadi dasar
dari teknik representasi high level
 PENALARAN DEDUKTIF
 PENALARAN INDUKTIF
 LOGIKA PROPORSIONAL
 LOGIKA PREDIKAT / KALKULUS PREDIKAT
 PENGUKURAN KUANTITAS (Quantifier)
 PENALARAN DENGAN LOGIKA
.
PENALARAN DEDUKTIF
 Penalaran ini bergerak dari penalaran umum menuju ke konklusi
khusus
 Umumnya dimulai dari suatu sylogisme, atau pernyataan premis
dan inferensi
 Umumnya terdiri dari 3 bagian: premis mayor, premis minor dan
konklusi.
 Contoh
Premis mayor : Jika hujan turun saya tidak akan lari pagi
Premis Minor : Pagi ini hujan turun
Konklusi : Oleh karena itu pagi ini saya tidak akan lari pagi
PENALARAN INDUKTIF

 Merupakan kebalikan dari deduktif, yaitu dimulai dari masalah khusus


menuju ke masalah umum
 Menggunakan sejumlah fakta atau premis yang mantap untuk menarik
kesimpulan umum.
 Contoh:
Premis : Dioda yang salah menyebabkan peralatan elektronik rusak
Premis : Transistor rusak menyebabkan elektronik rusak
Premis : IC rusak menyebabkan peralatan elektronik tidak berfungsi
Konklusi : Maka, peralatan semi konduktor rusak merupakan penyebab
utama rusaknya peralatan elektronik

 Konklusi tidak selalu mutlak, dapat berubah jika ditemukan fakta-fakta baru
LOGIKA PROPORSIONAL

 Dalam melakukan penalaran dengan komputer, komputer harus


dapat menggunakan proses penalaran deduktif dan induktif ke
dalam bentuk yang sesuai dengan manipulasi komputer  Logika
Simbolik atau Logika Matematik
 Metode itu disebut Logika Komputasional
 Bentuk logika komputasional ada 2 macam :
 Logika Proporsional atau Kalkulus dan Logika Predikat
 Suatu Proposisi merupakan suatu statemen atau pernyataan yang
menyatakan benar (TRUE) atau salah (FALSE).
LOGIKA PROPORSIONAL

Untuk menggambarkan berbagai proposisi, premis atau konklusi kita gunakan simbol
seperti huruf abjad.

Misalnya: A = Tukang pos mengantarkan surat mulai Senin s/d Sabtu


B = Hari ini adalaha Hari Minggu
C = Maka hari ini tukang pos tidak mengantar surat
NOT
 D = Hari ini hujan
 Not D = Hari ini tidak Hujan

AND
Hasil proposisi akan benar jika kedua proposisi awal benar
A = mobil saya berwarna hitam
B = mesin mobil berwarna hitam itu 6 silinder
C = mobil saya berwarna hitam dan mesinnya 6 silinder
D = A dan B

Pada kasus diatas, D baru benar jika A dan B benar


OR

 Proposisi akan benar jika salah satu atau kedua propisis benar
A = Seorang wanita berusia 25 tahun
B = Lulusan Teknik Elektro
C = A OR B

Pada kasus diatas, C akan benar


jika salah satu dari A atau B benar
IMPLIES (menyatakan)
 Pada konektif IMPLIES, jika proposisi A benar, maka propisi B pun harus benar.
A = Mobil rusak
B = Saya tidak bisa naik mobil
C = A Implies B
 Dapat juganakan menggunakan IF-THEN, IF mobil rusak THEN saya tidak bisa naik mobil

1. Jika A Salah dan B Salah maka C Benar. Jika mobil tidak rusak,
maka saya bisa naik mobil. A IMPLIES B adalah Benar
2. Jika A Salah dan B Benar maka C Benar. Jika mobil tidak rusak,
maka saya tidak bisa naik mobil. A IMPLIES B adalah Benar
3. Jika A Benar dan B Salah maka C Salah. Jika mobil rusak, maka
saya bisa naik mobil. A IMPLIES B adalah Salah
4. Jika A Benar dan B Benar maka C Benar. Jika mobil rusak,
maka saya tidak bisa naik mobil. A IMPLIES B adalah Benar
LOGIKA PREDIKAT / KALKULUS
PREDIKAT
 Logika predikat adalah suatu logika yang lebih canggih yang seluruhnya
menggunakan konsep dan kaidah proposional yang sama.
 Juga disebut kalkulus predikat, yang memberi tambahan kemampuan untuk
merepresentasikan pengetahuan dengan sangat cermat dan rinci.
 Istilah kalkulus berbeda dengan istilah kalkulus dalam bidang matematik
 Kalkulus predikat memungkinkan kita bisa memecahkan statemen ke dalam
bagian komponen, yang disebut objek, karakteristik objek, atau beberapa
keterangan objek.
 Suatu proposisi atau premis dibagi menjadi dua bagian, yaitu ARGUMEN (atau
objek) dan PREDIKAT (keterangan).
 Argumen adalah individu atau objek yang membuat keterangan
 Predikat adalah keterangan yang membuat argumen dan predikat
Dalam suatu kalimat, predikat bisa berupa kata kerja atau bagian kata kerja.
Contoh Predikat

 PREDIKAT (individu[objek]1, individu[objek] 2 )


 Misalnya proposisi:
Mobil berada dalam garasi
 Dinyatakan menjadi:
Di dalam(mobil, garasi) Contoh Lain:
Proposisi : Rojali suka Juleha
Di dalam = produk (keterangan)
Kalkulus Predikat : SUKA (Rojali, Juleha)  dua argumen
Mobil = Argumen(objek)
Garasi = Argumen(objek) Proposisi : Pintu Terbuka
Kalkulus Predikat : BUKA (pintu)  satu argumen

Proposisi : Sensor Cahaya Aktif


Kalkulus Predikat : AKTIF(Sensor Cahaya)
 Variabel

• Huruf bisa menggantikan argumen


• Simbol-simbol juga bisa digunakan untuk merancang beberapa objek
atau individu

• Misalnya:
x = Rojali dan y = Juleha, Maka proposisinya menjadi Suka(x,y)

• Dengan menggunakan sistem ini, pangkalan pengetahuan


(knowledge base) dapat dibentuk
• Pengetahuan diekspresikan dalam kalkulus predikat yang bisa
dimanipulasi agar menimbulkan inferensi
 FUNGSI

Predikat kalukulus membolehkan penggunaan simbol untuk mewakili


Fungsi-fungsi

Misalnya:
ayah(Juleha) = Jojon ibu(Rojali) = Dorce

Fungsi dapat digunakan bersamaan dengan predikat


Misalnya:
Predikat berikut menjelaskan bahwa Jojon dan Dorce adalah berteman

teman(ayah(Juleha),ibu(Rojali) = teman(Jojon,Dorce)
 OPERASI

Predikat kalkulus menggunakan operator yang sama seperti pada logika proporsional

Misalnya:
Proposition: Rojali suka Juleha suka(Rojali,Juleha)
Proposition: Mandra suka Juleha suka(Mandra,Juleha)

Pada 2 predikat diatas, ada dua orang menyukai Juleha.


Untuk memberikan pernyataan adanya Kecemburuan disitu, maka

suka(x,y) AND suka(z,y) IMPLIES NOT suka(x,z) atau


suka(x,y) ^ suka(z,y)  ~ suka(x,z)

dalam kalimat pengetahuan yang tersimpan adalah:

“Jika dua orang pria menyukai wanita yang sama, maka kedua pria itu pasti
tidak saling suka (saling membenci)”
PENGUKURAN KUANTITAS (Quantifier)
 Pengukuran kuantitas (Quantifier) adalah simbol yang mengijinkan kita
untuk menyatakan suatu rangkaian atau cakrawala variabel dalam suatu
ekspresi logika.
 Dua pengukuran kuantitas, yaitu:

Contoh 1:
Proposisi : “Semua orang Malang adalah warganegara Indonesia”
diekspresikan menjadi:
 Contoh 2:
 Proposisi: “Beberapa Mobil berwarna merah”
diekspresikan menjadi:
PENALARAN DENGAN LOGIKA
 Pengetahuan itu dibutuhkan untuk membuat inferensi, yaitu bagaimana kita menggunakan pengetahuan
itu untuk menjawab pertanyaan, menalar atau menarik kesimpulan
 Kaidah inferensi yang paling sederhana adalah:
 MODUS PONEN
Yaitu: Jika Proposisi A benar dan A IMPLIES B, adalah benar, maka proposisi B adalah benar juga.

[A AND (AB)]B
 Dengan demikian kita bisa menggunakan modus ponen untuk menarik kesimpulan bahwa B benar jika
kedua ekspresi yang pertama juga benar.

Contoh:
A = Udara Cerah
B = Kita pergi ke pantai
AB = Jika udara cerah, maka kita pergi ke pantai

 Premis pertama menyatakan udara cerah, yang kedua menyatakan pergi ke pantai.
 Selanjutnya A IMPLIES B, Dengan demikian, jika kedua A dan A IMPLIES B benar, maka B juga benar.

Anda mungkin juga menyukai