Anda di halaman 1dari 15

NAMA : MULYANI DWI PUTRI

NIM : 21031023
TUGAS ARTIKEL KEANEKARAGAMAN HEWAN FILUM ECHINODERMATA

JUDUL
KEANEKARAGAMAN ECHINODERMATA DI PANTAI CIBUAYA UJUNG GENTENG, JAWA BARAT
PENULIS/TAHUN
Zarfa Izra Egharitya Chipta Triacha, Meilisha Putri Pertiwi, R. Teti Rostikawati/2021

LATAR BELAKANG
Echinodermata merupakan salah satu filum yang berasal dari hewan-hewan invertebrata atau hewan
yang tidak bertulang belakang. Echinodermata berasal dari dua kata yaitu echinos yang berarti duri dan
derma yang berarti kulit, sehingga hewan ini disebut hewan yang kulitnya berduri dalam Bahasa Yunani.
Indonesia memiliki ribuan pulau denganluas total laut sekitar 5 juta km2 sehingga memiliki garis pantai
sepanjang 108.920 km (Suharsono, 2014). Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman laut yang tinggi
sehingga Indonesia menjadi salah satu wilayah marine mega biodiversity terbesar di dunia (Setyawan,
2015). Salah satu wilayah Indonesia yang kaya akan variasi hewan laut adalah wilayah Ujung Genteng,
Jawa Barat. Ujung Genteng mempunyai beberapa wilayah pembagia hewan Echinodermata mempunyai
bentuk bilateral simetris ketika larva dan radial simetris setelah dewasa.

TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman Echinodermata di Pantai Cibuaya Ujung
Genteng.

METODOLOGI
a. Jenis Penelitian
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

b. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel menggunakan metode belt transect dengan menggunakan tiga stasiun
berdasarkan banyaknya variasi Echinodermata. Pada setiap stasiun dibuat transek kuadrat dengan
menarik garis lurus dari titik surut terendah sepanjang 100 m ke arah laut dan 25 m mengikuti arah
bibir pantai sehingga luas pengamatan tiap stasiun 2500 m2. Berdasarkan hasil observasi lapangan,
sampel dari tiap stasiun memiliki homogenitas tinggi sehingga dilakukan pencuplikan data dengan
membuat tiga plot berukuran 5 m x 5 m dengan jarak antar plot 15 m.

c. Melakukan pengamatan ciri


Boleh dengan melihat:
https://youtu.be/SRe-WBi00Z0

HASIL
a. Menyajikan ciri umum filum Echinodermata
1. Tubuh Echinodermata terdiri atas 3 lapisan embrional (ectoderm, mesoderm, dan endoderm)
2. Mempunyai rongga tubuh (selom) yang sempurna atau disebut dengan tripoblastik selomata.
Selom dibatasi oleh peritoneum bersilia.
3. Bentuk tubuh simetri bilateral pada saat masih menjadi larva, dan pada saat dewasa bentuk
tubuhnya simetri radial.
4. Kulit tubuh terdiri dari zat kitin.
5. Mempunyai ambulacral
6. Memiliki sistem penceranaan yang sempurna kecuali bintang laut yang tidak memiliki anus.
7. Tidak memiliki sistem ekskresi.
8. Perkembangbiakan terjadi secara seksual

b. Membuat Mind map klasifikasi Echinodermata

c. Menyajikan hasil investigasi dalam bentuk table, disertai gambar dan deskripsi
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 8 spesies Echinodermata di Pantai Cibuaya yang
dikelompokkan menjadi 3 kelas, 5 ordo, 5 famili, dan 6 genus dengan jumlah total 925 individu yang
tersebar dalam 3 stasiun. Hasil pengamatan Echinodermata disajikan dalam Tabel berikut

Berdasarkan hasil penelitian Echinodermata di Pantai Cibuaya, Ujung Genteng, ditemukan


delapan spesies dari tiga kelas. Tiga kelas tersebut adalah kelas Ophiuroidea, kelas Echinoidea, dan
kelas Holothuroidea. Kelas yang paling banyak ditemukan adalah kelas Ophiuroidea, sementara kelas
Asteroidea dan Crinoidea tidak ditemukan. Kelas Crinoidea tidak ditemukan karena menurut Aziz et
al., (1995), habitat Crinoidea berada di dasar perairan laut lepas atau ekosistem terumbu karang yang
mempunyai arus yang kuat, perairan yang jernih dan kadar oksigen yang cukup.
Indeks keanekaragaman tergolong rendah, dengan rata-rata nilai yaitu 0,62, indeks kemerataan
tergolong rendah dengan nilai ratarata 0,37, dan diikuti dengan indeks dominansi tergolong sedang
dengan nilai rata-rata 0,67. Menurut (Regulo et al., 2014), tinggi atau rendahnya keanekaragaman
juga dipengaruhi jumlah dan jenis kualitas lingkungan.
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengukur beberapa parameter lingkungan, diantaranya
adalah pH, salinitas, suhu, kedalaman, kuat arus dan substrat. Hasil parameter lingkungan disajikan
dalam table berikut
Nilai pH pada semua stasiun adalah netral yaitu 7. Menurut (Odum, 1971), batas aman untuk
kehidupan biota perairan berkisar antara 6,5-8,0. Salinitas air pada semua stasiun adalah 35-36‰.
Salinitas yang cocok untuk kehidupan Echinodermata berkisar antara 30-36‰ (Aziz et al., 1995).
Suhu pada semua stasiun berkisar antara 29-31°C. Suhu daerah permukaan perairan pada umumnya
berkisar antara 28- 31oC (Nontji, 1993). Menurut Aziz (1994), suhu yang baik untuk kehidupan
Echinodermata adalah 20-30°C. Namun, masih dapat ditoleransi oleh kelompok Echinodermata,
sehingga perairan pantai Cibuaya masih ideal bagi kehidupan kelompok ini.

PEMBAHASAN
a. Menyajikan pembahasan dalam bentuk diagram perbandingan persentase klas

JUMLAH INDIVIDU
0%

Ophiuroidea
29%

50%

19%

Holothuroidea Echinoidea
0% 2% 0%

Spesies Echinodermata yang ditemukan yaitu Ophiocoma erinaceus, Ophiocoma scolopendrina,


Ophiomastix annulosa, Diadema setosum, Tripneustes gratilla, Euapta gedeffroyi, Synapta maculata,
dan Holothuria sp.Pada kelas Ophiuroidea ditemukan tiga spesies. Kelas Ophiuroidea memiliki lima
lengan dengan panjang 60cm yang berbentuk seperti cambuk (Brusca & Brusca, 2003).
1. Spesies pada Kelas Ophiuroidea yang pertama yaitu Ophiocoma erinaceus, yang memiliki tubuh
warna hitam di seluruh tubuhnya.
2. Spesies kedua yaitu Ophiocoma scolopendrina. Sekilas, spesies ini memiliki warna dan bentuk
yang mirip dengan Ophiocoma erinaceus, namun, O.
3. Spesies ketiga yaitu Ophiomastix annulosa. Ophiomastix annulosa memiliki sisik cakram dengan
duri tumpul yang tersebar di seluruh tubuhnya.
Kelas Ophiuroidea menjadi kelas dengan spesies tertinggi di seluruh stasiun dan menjadi
penyebab adanya dominansi pada stasiun 2 dan 3. Pada kelas Echinoidea, ditemukan dua spesies.
Spesies yang pertama adalah Diadema setosum yang mempunyai tubuh yang bulat, terdapat duri-
duri panjang yang dapat digerakkan yang berfungsi untuk pertahanan, sementara duri pendek untuk
bergerak.
Kelas Holothuridea dapat ditemukan di laut pada seluruh dunia (Barnes, 1987). Pada kelas ini
ditemukan tiga speies, yang
1. Spesies pertama yaitu, Euapta gedeffroyi yang mempunyai kulit transparan dan permukaan
tubuh kasat dan lengket jika disentuh.
2. Spesies kedua yaitu Synapta maculata. Synapta maculata memiliki kulit berwarna belang coklat
dan hitam.
3. Spesies ketiga yang ditemukan adalah Holothuria sp. Holothuria sp. mempunyai bentuk
memanjang dan silinder dengan permukaan tubuh yang halus.

b. Menjelaskan alasan kenapa kelas tertentu dominan, mengapa kelas tertentu sedikit
Pada stasiun 1 memiliki jumlah individu terbanyak, yaitu 448 individu dari 5 spesies yang
berbeda, namun dua spesies dari kelas Ophiuroidea yang cukup banyak. Hal ini mengakibatkan
rendahnya indeks keanekaragaman di stasiun 1 dengan nilai 0,87, diikuti dengan indeks kemerataan
yang sedang dengan nilai 0,54, dan indeks dominansi yang rendah karena jumlah antara O.
scolopendrina dan O. erinaceus mempunyai jumlah yang tidak jauh berbeda.
Pada stasiun 2 ditemukan 246 individu dari 6 spesies yang berbeda.Stasiun 2 memiliki substrat
yang lebih kaya dibandingkan kedua stasiun lainnya. Namun, indeks keanekaragaman pada stasiun 2
tergolong rendah dengan nilai 0,56, diikuti dengan nilai indeks kemerataan yang rendah yaitu 0,76
dan nilai indeks dominansi yang tinggi yaitu 0,76. Hal ini sesuai karena terdapat spesies O.
scolopendrina yang mendominasi dan jumlahnya mencapai enam kali lebih banyak dari spesies yang
lain.
Pada stasiun 3 ditemukan beberapa spesies yang belum ditemukan dari stasiun-stasiun
sebelumnya, seperti Tripneustes gratilla dan O. annulosa. Indeks keanekaragaman Echinodermata
pada stasiun 3 tergolong rendah dengan nilai 0,43, sementara indeks kemerataan tergolong rendah
dengan nilai 0,27. Indeks dominansi tergolong tinggi dengan nilai 0,79. Indeks dominansi tinggi
dikarenakan adanya spesies O. scolopendrina yang jumlahnya mencapai tujuh kali dari spesies
lainnya.

KESIMPULAN
Jumlah Echinodermata yang dapat ditemukan di Pantai Cibuaya berjumlah delapan spesies.Delapan
spesies tersebut adalah Ophiocoma scolopendrina, Ophiocoma erinaceus, Ophiomastix annulosa,
Diadema setosum, Tripneustes gratilla, Synapta maculata, Euapta gedeffroyi, dan Holothuria sp. Indeks
keanekaragaman di Pantai Cibuaya tergolong rendah, dengan rata-rata nilai yaitu 0,62, indeks kemerataan
tergolong rendah dengan nilai rata-rata 0,37, dan indeks dominansi tergolong sedang dengan nilai
ratarata 0,67.

REFLEKSI
Aziz A, Sugiarto H, & Supardi 1995. Beberapa Catatan Mengenai Kehidupan Lili Laut.
Jurnal Oceana. 16(3):17–24.

Aziz, A. 1994. Pengaruh Salinitas terhadap Sebaran Fauna Echinodermata. Jurnal Oseana.
19(2), 23–32.

Aziz, A. 1997. Pengamatan Komunitas Echinodermata di Teluk Jakarta. Jurnal Oseanografi


Dan LimnologidDi Indonesia. 30(1), 1–12. Barnes, R. 1987. Invertebrate Zoology.
Orlando, Florida: Dryden Press.
Brusca RC & Brusca GJ. 2003. Invertebrates. 2nd Edition. New York (US): Sinauer Associates.

Castro PHM. 2014. Marine Biology. Seventh Edition. New York (US): McGraw Hill.

Clark A.M, & Rowe, F. E. W. (1971). Monograph of Shallow Water Indo-West Pasific Echinoderms.
London: Trustees of the British Museum (Natural History).

Fitriana N. 2010. Inventarisasi Bintang Laut (Echinodermata: Asteroidea) di Pantai Pulau Pari,
Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu. Jurnal Ilmiah Faktor Exacta. 3(2).

Fourgon D, Jangoux M, &Eechkaut I. 2007. Biology of a ‘“babysitting”’ symbiosis in brittle stars:


analysis of the interactions between Ophiomastix venosa and Ophiocoma
scolopendrina. Invertebrates Biology. 126:385–395.

Humphreys WF. 1981. The Echinoderms of Kenya’s Marine Parks and Adjacent Regions.
Koninklijk Museum Voor Midden- Africa (Tervuren, Belgium) Zoologische Documentatie.
19:39

Lambert P. 1998. Sea cucumbers of British Columbia, Southeast Alaska and Puget Sound.
British Columbia: UBC Press.

Magurran, A. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey: Princeton
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 22 No. 1, Januari 2021 : 9-18 9

Keanekaragaman Echinodermata di Pantai Cibuaya


Ujung Genteng, Jawa Barat
Echinoderms Diversity in Cibuaya Beach Ujung Genteng, West Java
Zarfa Izra Egharitya Chipta Triacha*), Meilisha Putri Pertiwi, R. Teti Rostikawati
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan
*
E-mail: izrazarfa@gmail.com
ABSTRACT
The research about Echinoderms diversity in Cibuaya Beach Ujung Genteng, West Java has been
conducted from February to July 2019. It aimed to know diversity index of Echinoderms. It used
belt transect method with three stations in the intertidal zone. Sampling technique used purposive
sampling. The observation data are included primary data (the number of phylum Echinoderm’s
species in the transect) and environmental data (pH, salinity, temperature, depth, current strength,
and substrate). The population in this study was all species of Echinoderms found in the intertidal
zone. The sample in this study was the species of Echinoderms found in the area of the station.
Based on the result, the study obtained 8 species of Echinoderms, consisted of 3 classesand
classified into 5 orders, 5 families, and 6 genera. The diversity index is classified as low with the
average value of 0.62. The evenness index is classified as low with the average value of 0.37. The
dominance index is classified as moderate with the average value of 0.67.
Keywords: diversity, echinoderms, cibuaya beach, Ophiuroidea, Echinoidea, Holothuroidea.
PENDAHULUAN hewan Echinodermata mempunyai bentuk
bilateral simetris ketika larva dan radial
Indonesia memiliki ribuan pulau denganluas
simetris setelah dewasa. Mereka memiliki zat
total laut sekitar 5 juta km2 sehingga memiliki
kapur di endoskeletonnyadan mempunyai
garis pantai sepanjang 108.920 km (Suharsono,
sistem vascular, juga kemampuan regenerasi
2014). Indonesia dikenal memiliki
pada bagian tubuh yang hilang atau rusak
keanekaragaman laut yang tinggi sehingga
(Schories & Kohlberg, 2016). Echinodermata
Indonesia menjadi salah satu wilayah marine
juga menjadi salah satu simbol laut
mega biodiversity terbesar di dunia (Setyawan,
dikarenakan Echinodermata merupakan
2015). Salah satu wilayah Indonesia yang kaya
invertebrata laut yang bersifat sternohalin dan
akan variasi hewan laut adalah wilayah Ujung
jumlahnya terbatas pada kemampuan
Genteng, Jawa Barat. Ujung Genteng
osmoregulasi, sehingga Echinodermata
mempunyai beberapa wilayah pembagian
Sebagian besar dibatasi hanya di lingkungan
pantai, salah satunya adalah Pantai Cibuaya.
laut (Clark & Rowe, 1971).
Berdasarkan observasi lapangan, di zona
Secara ekologis, Echinodermata dikenal
intertidal Pantai Cibuaya memiliki berbagai
sebagai detritus perairan karena Echinodermata
hewan yang bervariasi, diantaranya yaitu
memakan ‘sampah’ organik, sehingga
bintang laut, bulu babi, bintang ular, dan timun
Echinodermata juga berperan sebagai
laut yang memiliki kesamaan ciri yaitu tubuh
komponen dalam rantai makanan yang ada di
yang berduri. Hewan tersebut dikenal dengan
laut (Pallo, 2001). Echinodermata juga
kelompok Echinodermata. Echinodermata
berperan sebagai pendaur ulang nutrient dan
merupakan salah satu filum yang berasal dari
material organik di dasar perairan (Viaroli et
hewan-hewan invertebrata atau hewan yang
al., 2004). Pada jaring-jaring makanan,
tidak bertulang belakang. Echinodermata
Echinodermata juga memiliki peranan sebagai
berasal dari dua kata yaitu echinos yang berarti
pemakan daging, pemakan tumbuhan, pemakan
duri dan derma yang berarti kulit, sehingga
segala maupun pemakan detritus atau bangkai
hewan ini disebut hewan yang kulitnya berduri
di perairan (Clark & Rowe, 1971). Tidak hanya
dalam Bahasa Yunani. Filum Echinodermata
itu, Filum Echinodermata juga dikenal sebagai
memiliki lima kelas yaitu kelas Asteroidea
makanan lezat dan sebagai souvenir pada
yang dikenal sebagai bintang laut; kelas
perdagangan hiasan akuarium (Joana & Alves,
Echinoidea atau landak laut; kelas Ophiuroidea
2009). Contohnya adalah spesies Linckia
atau bintang ular; kelas Crinoideaatau lili laut,
laevigata yang sering dikumpulkan untuk
dan kelas Holothuroidea atau teripang. Seluruh
dijual terutama di daerah Indo-Pasifik (Shimek,

Journal homepage: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


10 Keanekaragaman Echinodermata di Pantai… (Triacha, dkk)

2005). Namun, berdasarkan hasil wawancara ke arah laut dan 25 m mengikuti arah bibir pantai
warga sekitar, Echinodermata yang terdapat di sehingga luas pengamatan tiap stasiun 2500 m2.
Pantai Cibuaya masih belum dimanfaatkan Berdasarkan hasil observasi lapangan, sampel dari
dengan baik karena hanya beberapa spesies tiap stasiun memiliki homogenitas tinggi sehingga
dilakukan pencuplikan data dengan membuat tiga
dari kelas Asteroidea dan Echinoidea saja yang plot berukuran 5 m x 5 m dengan jarak antar plot 15
dimanfaatkan oleh beberapa orang. m. Gambaran belt transect dapat dilihat pada
Seluruh spesies Echinodermata hidup Gambar 2.
dilaut, namun beberapa Echinodermata dapat
hidup di wilayah zona intertidal atau wilayah
pasang surut. Zona intertidal merupakan salah
satu bagian dari zona litoral (Michael, 1984).
Zona intertidal merupakan zona yang dibatasi
oleh garis pasang surut air laut, sekaligus
sebagai zona yang paling sempit diantara
zonasi laut yang lain (Nybakken, 1988). Zona
intertidal memiliki habitat yang lebih beragam
dibanding zona laut yang lain, contohnya
adalah area lamun, makroalga, batu karang,
dan batu keras. Terdapat beberapa faktor utama
yang memengaruhi kelimpahan Echinodermata
pada zona pasang surut. Faktor Gambar 1. Lokasi penelitian dan letak stasiun.
tersebutyaituada atau tidaknya makanan, Sumber: Google Maps
kondisi substrat, dan parameter lingkungan
lainnya (Widiansyah et al., 2016).
Zona intertidal Pantai Cibuaya merupakan
zona dengan karakteristik habitat yang cocok
untuk kehidupan Echinodermata, karena
terdapat beberapa substrat seperti lamun,
bebatuan, pecahan karang, dan pasir.Namun,
data ataupun publikasi tentang
keanekaragaman spesies tersebut belum
diketahui secara pasti. Terbatasnya informasi
mengenai Echinodermata di pantai ini Gambar 2. Desain Belt Transect.
menyebabkan perlu dilakukannya penelitian
untuk memberikan informasi mengenai Substrat pada semua stasiun cukup beragam,
yaitu lamun, pasir, dan beberapa pecahan karang/
keanekaragaman Filum Echinodermata, dengan
batuan.Lamun adalah tumbuhan angiospermae yang
perhitungan dari indeks keanekaragaman, bisa tumbuh dengan baik di lingkungan laut yang
indeks kemerataan, dan indeks dominansinya. dangkal.Lamun merupakan salah satu makanan dari
Oleh karena itu, penelitian di zona intertidal beberapa jenis Echinodermata, salah satunya adalah
Pantai Cibuaya, Ujung Genteng memiliki bulu babi.Lamun yang ditemukan di pantai Cibuaya
tujuan untuk mengetahui keanekaragaman adalah jenis Thalassia hemprichii dan Cymodocea
Echinodermata di Pantai Cibuaya Ujung rotundata. Pasir dan karang berfungsi sebagai
Genteng. pelindung, baik dari sinar matahari maupun dari
ombak.
METODE Pengambilan data berupa data primer dan data
lingkungan.Data primer yang diambil berupa jumlah
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari
spesies dan individu pada Filum Echinodermata,
hingga Juli 2019. Pengambilan data Echinodermata
sementara data lingkungan yang diambil pada tiap
dilakukan di wilayah zona intertidal Pantai Cibuaya,
stasiun yaitu pH, salinitas, suhu, kedalaman, kuat
Ujung Genteng yang memiliki garis pantai
arus, dan substrat. Pengukuran ini bertujuan untuk
sepanjang ± 1 km. Lokasi penelitian terdapat pada
menggambarkan kondisi fisika-kimia lingkungan
titik koordinat 7o20’51.5”S 106o24’09.3”E. Lokasi
yang bisa mendukung kehidupan Echinodermata
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
(Yundha et al., 2017). Selain itu, menurut Salim
Metode penelitian menggunakan metode belt
(2017), pada lingkungan perairan, kondisi sifat fisik
transect dengan menggunakan tiga stasiun
dan kimia dapat memengaruhi keberadaan biota
berdasarkan banyaknya variasi Echinodermata. Pada
untuk berlindung, mencari makan, berkembang biak,
setiap stasiun dibuat transek kuadrat dengan menarik
dan melakukan pertumbuhan.
garis lurus dari titik surut terendah sepanjang 100 m
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 22 No. 1, Januari 2021 : 9-18 11

Proses pengambilan data dilakukan saat air laut individunya merata, begitu juga sebaliknya. Indeks
surut, sekitar pukul 05.00 sampai dengan 11.00 kemerataan dianalisis menggunakan rumus
WIB. Masing-masing sampel yang ditemukan Evenness (E) (Magurran, 1988).
dihitung menggunakan tally sheet dengan
menghitung jumlah individu yang terdapat dalam
frame plot. Objek juga diambil gambarnya secara in- E=
situ.Beberapa sampel objek dibersihkan dengan air Keterangan:
bersih sebelum melakukan pengawetan. Proses E = Indeks kemerataan
pengawetan dilakukan dengan menyimpan spesimen H’ = Indeks keanekaragaman
di dalam stoples tertutup dengan alkohol 70%. LnS = Banyaknya spesies dengan nilai E
Stoples pengawetan diberi label berisi nomor berkisar antara 0-1
sampel, nama kolektor, tanggal pengambilan, lokasi
pengambilan, keterangan habitat, dan catatan warna. Nilai dari E dapat disimpulkan:
Proses identifikasi dilakukan dengan mengamati < 0,4 = Kemerataan populasi rendah
morfologi sampel menggunakan bantuan lup. 0,4 - 0,6 = Kemerataan populasi sedang
Identifikasi mengacu pada buku kunci identifikasi > 0,6 = Kemerataan populasi tinggi
yaitu Clark dan Rowe tahun 1971, dan website Nilai indeks kemerataan juga bisa diartikanjika
berupa database WoRMS (World Register of nilainya 0 maka menujukkan tingkat kemerataan
Marine Species). Data penelitian yang didapatkan spesies tidak merata. Semakin mendekati 1 maka
dianalisis menggunakan indeks biologi yang terdiri spesies tersebut memiliki kelimpahan yang sama
dari indeks keanekaragaman (H’), indeks (Magurran, 1988).
kemerataan (E), dan indeks dominansi (D).
Pengukuran Indeks Dominansi (D)
Pengukuran Indeks Keanekaragaman (H’) Indeks dominansi menggambarkan tingkat
Indeks keanekaragaman menyatakan keadaan dominansi kelompok spesies tertentu.Semakin tinggi
sebuah populasi organisme secara matematis atau nilai indeks dominansi, maka terdapat suatu spesies
menujukkan tingkat keberagaman dari spesies. yang mendominasi dan diikuti oleh indeks
Keanekaragaman bergantung pada banyaknya kemerataan yang rendah. Indeks dominansi
spesies dan jumlah individu dari spesies tersebut dianalisis menggunakan rumus Dominance of
(Wilhm, 1986). Keanekaragaman di suatu tempat Simpson (D) (Magurran, 1988):
dianalisis menggunakan rumus indeks Shannon-
Wienner (H’) (Magurran, 1988): [ ]²
= ∑
H’= -∑pi ln pi
Keterangan: Keterangan:
H’ = Indeks Keanekaragaman D = Indeks dominasi
pi = Kelimpahan relatif spesies ni = Jumlah individu setiap jenis
ni = Jumlah individu suatu jenis N = Jumlah total individu
N = Jumlah total individu Nilai dari D dapat disimpulkan:
Nilai dari H’ dapat disimpulkan: ≤ 0,50 = Dominansi rendah
≤ 2,0 = Keanekaragaman rendah 0,50- 0,75 = Dominansi sedang
2,0- 3,0 = Keanekaragaman sedang 0,75- 1,00 = Dominansi tinggi
≥ 3,0 = Keanekaragaman tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Indeks Kemerataan (E’) Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 8
Indeks kemerataan menggambarkan kecenderungan
spesies Echinodermata di Pantai Cibuaya yang
penyebaran individu antar spesies yang berbeda.
dikelompokkan menjadi 3 kelas, 5 ordo, 5
Cara untuk mengetahui indeks keseragaman yaitu
famili, dan 6 genus dengan jumlah total 925
dengan membandingkan indeks keanekaragaman
dengan nilai maksimumnya. Indeks keseragaman
individu yang tersebar dalam 3 stasiun. Hasil
dapat memengaruhi keseimbangan ekosistem. pengamatan Echinodermata disajikan dalam
Ekosistem akan seimbang jika penyebaran Tabel 1.

Journal homepage: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


12 Keanekaragaman Echinodermata di Pantai… (Triacha, dkk)

Tabel 1. Hasil sampling Echinodermata di Pantai Cibuaya


No. Kelas Nama Spesies Jumlah Individu Jumlah
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 (∑)
1 Ophiuroidea Ophiocoma
254 214 204 672
scolopendrina
Ophiocoma erinaceus 172 2 23 197
Ophiomastix annulosa - - 1 1
2 Echinoidea Diadema setosum 1 8 2 11
Tripneustes gratilla - - 1 1
Synapta maculata 18 15 - 33
3 Holothuroidea Euapta gedeffroyi 3 5 - 8
Holothuria sp. - 2 - 2
Total individu/stasiun 448 246 231 925

Berdasarkan hasil penelitian Echinodermata dengan rata-rata nilai yaitu 0,62, indeks
di Pantai Cibuaya, Ujung Genteng, ditemukan kemerataan tergolong rendah dengan nilai rata-
delapan spesies dari tiga kelas. Tiga kelas rata 0,37, dan diikuti dengan indeks dominansi
tersebut adalah kelas Ophiuroidea, kelas tergolong sedang dengan nilai rata-rata 0,67.
Echinoidea, dan kelas Holothuroidea. Kelas Menurut Wilhm (1986), meskipun jumlah
yang paling banyak ditemukan adalah kelas individu sangat memengaruhi indeks
Ophiuroidea, sementara kelas Asteroidea dan keanekaragaman, namun, jika banyak spesies
Crinoidea tidak ditemukan. Kelas Crinoidea yang dapat ditemukan, maka indeks
tidak ditemukan karena menurut Aziz et al., keanekargaman juga akan bernilai tinggi.
(1995), habitat Crinoidea berada di dasar Menurut (Regulo et al., 2014), tinggi atau
perairan laut lepas atau ekosistem terumbu rendahnya keanekaragaman juga dipengaruhi
karang yang mempunyai arus yang kuat, jumlah dan jenis kualitas lingkungan.
perairan yang jernih dan kadar oksigen yang Lingkungan di daerah Pantai Cibuaya telah
cukup. Hal ini diperkuat oleh Yusron (2010) didominasi oleh pemukiman warga,
yang menyatakan bahwa untuk melindungi diri penginapan, maupun aktivitas nelayan dan
dari hantaman gelombang, Crinoidea hidup di menurut Yusal et al., (2018) aktivitas tersebut
daerah tebing pantai yang curam. Sementara dapat memengaruhi kualitas perairan Pantai
itu, kelas Asteroidea tidak ditemukan karena dan biota pada zona intertidal. Namun,
Asteroidea dapat lebih mudah ditemukan di Echinodermata belum dieksploitasi secara
area seperti laguna atau perairandi sepanjang berlebihan oleh warga lokal.Warga lokal hanya
front reef atau karang bagian depan yang lebih memanfaatkannya sebagai hiasan (kelas
terlindung (Setyowati et al., 2017). Selain itu, Asteroidea) dan untuk dimakan (kelas
menurut Aziz (1997) bintang laut juga lebih Echinoidea) sehingga beberapa jenis
menyukai substrat berpasir, hal ini berkaitan Echinodermata jumlahnya masih melimpah.
dengan kebiasaan makannya yang memakan Spesies Echinodermata yang ditemukan
detritus. Hal ini juga diperkuat oleh (Fitriana, yaitu Ophiocoma erinaceus, Ophiocoma
2010) jika substrat berkarang, maka populasi scolopendrina, Ophiomastix annulosa,
bintang laut sering digantikan oleh bintang Diadema setosum, Tripneustes gratilla, Euapta
ular. gedeffroyi, Synapta maculata, dan Holothuria
Echinodermata sebagai detritus feeder sp.Pada kelas Ophiuroidea ditemukan tiga
menjalankan perannya dengan baik di Pantai spesies. Kelas Ophiuroidea memiliki lima
Cibuaya.Saat melakukan pengamatan, tidak lengan dengan panjang 60cm yang berbentuk
ditemukan bangkai dari organisme dikarenakan seperti cambuk (Brusca & Brusca, 2003).
bangkai organisme tersebut adalah makanan Spesies pada Kelas Ophiuroidea yang pertama
bagi Echinodermata. Selain itu, ditemukan juga yaitu Ophiocoma erinaceus, yang memiliki
feses dari kelas Holothuroidea yang baik untuk tubuh warna hitam di seluruh tubuhnya.
dekomposisi substrat karena adanya proses Cakramnya berbentuk pentagonal dengan
bioturbation, yaitu proses perubahan sedimen bentuk interradial di tiap sisinya. Jumlah
menjadi material feses oleh makhluk hidup. tangan lima buah dengan lengan yang menebal
Indeks keanekaragaman tergolong rendah, dan lebih runcing di bagian ujung. Spesies
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 22 No. 1, Januari 2021 : 9-18 13

kedua yaitu Ophiocoma scolopendrina. 1996).


Sekilas, spesies ini memiliki warna dan bentuk Pada kelas Echinoidea, ditemukan dua
yang mirip dengan Ophiocoma erinaceus, spesies. Spesies yang pertama adalah Diadema
namun, O. scolopendrina mempunyai tubuh setosum yang mempunyai tubuh yang bulat,
berwarna belang coklat dan coklat muda. terdapat duri-duri panjang yang dapat
Durinya berwarna coklat kehitaman. Lengan digerakkan yang berfungsi untuk pertahanan,
kedua spesies ini berukuran ± 8-15 cm. sementara duri pendek untuk bergerak. Bentuk
O. scolopendrina memiliki 5 lengan yang tubuhnya beraturan dengan mulut dibagian
gunakan untuk mengambil partikel makanan bawah dan anus di bagian atas tubuh dengan
pada permukaan perairan saat keadaan laut lingkaran merah. Terdapat titik berwarna putih
sedang pasang atau surut (Humphreys, 1981). di sekitar duri bagian atas, yang disebut titik
Pada wilayah bebatuan di zona intertidal, interambulakral. Diameter tubuhnya 5-8 cm,
spesies O. scolopendrina seringkali berasosiasi sementara tingginya 3-6 cm. Spesies yang
dengan O. annulosa dalam berbagi habitat kedua yaitu Tripneustes gratilla mempunyai
maupun makanan (Fourgon et al., 2007). bentuk bulat dan memipih di bagian aboral.
Spesies ketiga yaitu Ophiomastix annulosa. Duri primer relatif sama di seluruh cangkang,
Ophiomastix annulosa memiliki sisik cakram sementara duri primer jarang. Warna duri putih
dengan duri tumpul yang tersebar di seluruh agak jingga, warna tubuh hitam kecoklatan
tubuhnya. Warnanya berpola gelap terang atau ungu. Diameter tubuhnya 6-7 cm dengan
antara merah dan jingga, sementara durinya tinggi 4-6 cm.
berwarna abu dan hitam. O. annulosa memiliki Pada stasiun 2 ditemukan delapan
warna tubuh yang sangat mencolok jika D. setosum yang sedang melakukan agregasi
dibandingkan dengan dua spesies bintang ular untuk mempertahankan kesatuan sosial.
sebelumnya. Spesies D. setosum hidup secara berkelompok,
Kelas Ophiuroidea menjadi kelas dengan sekitar 20-40 individu (Nontji, 1993). Pada
spesies tertinggi di seluruh stasiun dan menjadi stasiun 2 juga mempunyai substrat yang sangat
penyebab adanya dominansi pada stasiun 2 dan mendukung kehidupan D. setosum, karena
3. Menurut (Rompis et al., 2013) hal tersebut menyukai substrat yang kasar dan jernih
dikarenakan bintang ular memiliki daya dengan hamparan lamun dengan kerapatan
regenerasi yang cukup tinggi karena lengannya lebih rendah dari stasiun 1. Menurut
dapat beregenerasi pada setiap titik. Lengan (Ruswahyuni, 2014), hamparan lamun menjadi
Ophiuroidea yang hilang bisa beregenerasi tempat makan D. setosum karena ia merupakan
lebih efisien dan cepat jika dibandingkan grazer atau pemakan lamun. Di stasiun 2,
dengan kelas Asteroidea (Mladenov, 1984). selain terdapat lamun berjenis Thalassia sp.
Selain itu, bintang ular menyukai habitat yang dan Cymodocea sp., juga ditemukan berbagai
cenderung keras untuk mempertahankan diri jenis makroalga seperti Padina sp., Sargassum
dari hantaman gelombang. Substrat di stasiun sp., Chaetomorpha sp., dan Amphiroa sp.
ini sangat mendukung keberadaan bintang ular, Kelas Holothuridea dapat ditemukan di laut
karena kelas Ophiuroidea hidup di daerah pada seluruh dunia (Barnes, 1987). Pada kelas
intertidal, terutama di celah antar karang ini ditemukan tiga speies, yang pertama yaitu
ataupun lubang-lubang karang (Stöhr et al., Euapta gedeffroyi yang mempunyai kulit
2012) juga di stasiun ini terdapat lamun dan transparan dan permukaan tubuh kasat dan
makroalga yang berkaitan dengan kebiasaan lengket jika disentuh.Terdapat garis berwarna
makannya sebagai detritus feeder atau merah dan tubuh berwarna coklat muda dengan
pemakan detritus, deposit feeder atau pemakan tentakel berjumlah ± 7 buah.Panjang tubuhnya
endapan di dasar perairan, dan suspension sekitar 20-50 cm. Spesies kedua yaitu Synapta
feeder yaitu pemakan suspensi di perairan maculata. Synapta maculata memiliki kulit
(Castro, 2014). Hamparan alga juga sangat berwarna belang coklat dan hitam.Tubuhnya
berhubungan erat dengan sebaran kelas lengket jika disentuh dengan panjang tubuh
Ophiuroidea (Setiawan et al., 2018). Predator 30-80. Jumlah tentakelnya berjumlah >10 buah
bintang ular yaitu ikan demersal juga tidak dengan bentuk menyirip. Pada stasiun 2
ditemukan saat penelitian. Ini sangat ditemukan satu spesies teripang dari famili
menguntungkan bagi bintang ular karena ikan yang berbeda, yaitu famili Holothuridae.
demersal adalah penyebab utama kerusakan Famili ini ditemukan sedang melakukan
pada lengan bintang ular (Skold & Rosenberg, kegiatan burrowing atau pembenaman diri di

Journal homepage: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


14 Keanekaragaman Echinodermata di Pantai… (Triacha, dkk)

pasir. (Aziz, 1994) berpendapat bahwa teripang stasiun 1 dikarenakan substrat yang didominasi
menelenggelamkan diri di pasir untuk oleh lamun yang cocok dengan habitat Famili
melindungi diri dari sinar matahari karena Synaptidae.Selain itu, Famili Synaptidae
sifatnya yang fototaksis negatif terhadap termasuk ke dalam jenis teripang non-komersil
cahaya.Burrowing juga dilakukan saat waktu sehingga kurang dieksploitasi nelayan.
tertentu, yaitu waktu dimana terjadi salinitas Demikian pula pendapat (Setyastuti, 2014)
yang rendah, intensitas cahaya tinggi, juga bahwa Famili Synaptidae juga mempunyai
suhu pada perairan (Mercier et al., 2014). kemampuan adaptasi yang tahan dengan
Spesies ketiga yang ditemukan adalah fluktuasi cuaca dengan cara osmoregulasi,
Holothuria sp. Holothuria sp. mempunyai toleransi terhadap suhu, pertahanan diri dari
bentuk memanjang dan silinder dengan arus kuat, juga kemampuan autotom sehingga
permukaan tubuh yang halus.Terdapat warna kemampuan adaptasi ini cukup menguntungkan
merah di bagian ventral dan hitam di bagian bagi Famili Synaptidae.
dorsal. Ukuran tubuh ± 20 cm. Holothuria sp. Habitat Echinodermata berada di zona
juga seringkali melakukan mekanisme intertidal yang keadaannya selalu berubah-
pertahanan diri dengan menempeli tubuhnya ubah.Dalam melakukan penelitian, peneliti
dengan pasir, yang nantinya pasir ini mengukur beberapa parameter lingkungan,
akanmembuat suhu tubuhnya merendah karena diantaranya adalah pH, salinitas, suhu,
dapat memantulkan cahaya (Lambert, 1998). kedalaman, kuat arus dan substrat. Hasil
Famili Synaptidae banyak ditemukan di parameter lingkungan disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Data Faktor Lingkungan
Parameter Waktu Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Pasir, lamun, Pasir, lamun, Pasir, karang,
Substrat
bebatuan, karang bebatuan, karang bebatuan
pH 7 7 7
Salinitas (S%o) 35-36 35-36 35-36
Pagi 29,5 29,4 30
Suhu (°C) Siang 31,1 31,4 29,8
Sore 29,2 30,5 29,5
Pagi 10-80 25-70 10-45
Kedalaman
Siang 10-70 20-80 10-35
(cm)
Sore 40-100 10-35 20-40
Pagi 9,2 15,98 8,3
Kuat Arus
Siang 10,45 15 5
(cm/dt)
Sore 8,3 5 5

Nilai pH pada semua stasiun adalah netral antara 5 - 15,98 cm/dt. Menurut (Wood, 1987)
yaitu 7. Menurut (Odum, 1971), batas aman jika kecepatan arus lemah atau kurang dari 10
untuk kehidupan biota perairan berkisar antara cm/s, organisme tidak akan terganggu dengan
6,5-8,0. Salinitas air pada semua stasiun adalah ancaman ombak sehingga organisme dapat
35-36‰. Salinitas yang cocok untuk kehidupan melakukan pertumbuhan, bergerak bebas,
Echinodermata berkisar antara 30-36‰ (Aziz bahkan menetap di daerah tersebut. Namun,
et al., 1995). Suhu pada semua stasiun berkisar jika arus sedang atau berkisar antara 10-100
antara 29-31°C. Suhu daerah permukaan cm/s, maka akan lebih menguntungkan karena
perairan pada umumnya berkisar antara 28- terjadi percampuran antara bahan organik dan
31oC (Nontji, 1993). Menurut Aziz (1994), anorganik, sehingga terjadi pengumpulan
suhu yang baik untuk kehidupan nutrisi yang menjadi suplai makanan pada
Echinodermata adalah 20-30°C. Namun, masih Echinodermata.Kedalaman pada semua stasiun
dapat ditoleransi oleh kelompok berkisar antara 10-100 cm. Kedalaman
Echinodermata, sehingga perairan pantai berpengaruh dalam penetrasi cahaya. Penetrasi
Cibuaya masih ideal bagi kehidupan kelompok cahaya sampai ke dasar perairan sehingga baik
ini. untuk fotosintesis tumbuhan laut, seperti
Pada semua stasiun, kecepatan arus berkisar zooxhantella, alga, lamun, dan lain sebagainya.
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 22 No. 1, Januari 2021 : 9-18 15

Tumbuhan laut juga seringkali menjadi spesies.Delapan spesies tersebut adalah


makanan Echinodermata, khususnya jenis bulu Ophiocoma scolopendrina, Ophiocoma
babi.Berdasarkan hal tersebut, lingkungan di erinaceus, Ophiomastix annulosa, Diadema
Pantai Cibuaya masih tergolong baik untuk setosum, Tripneustes gratilla, Synapta
kehidupan Echinodermata. maculata, Euapta gedeffroyi, dan Holothuria
Pada stasiun 1 memiliki jumlah individu sp.
terbanyak, yaitu 448 individu dari 5 spesies Indeks keanekaragaman di Pantai Cibuaya
yang berbeda, namun dua spesies dari kelas tergolong rendah, dengan rata-rata nilai yaitu
Ophiuroidea yang cukup banyak. Hal ini 0,62, indeks kemerataan tergolong rendah
mengakibatkan rendahnya indeks dengan nilai rata-rata 0,37, dan indeks
keanekaragaman di stasiun 1 dengan nilai 0,87, dominansi tergolong sedang dengan nilai rata-
diikuti dengan indeks kemerataan yang sedang rata 0,67.
dengan nilai 0,54, dan indeks dominansi yang
DAFTAR PUSTAKA
rendah karena jumlah antara O. scolopendrina
dan O. erinaceus mempunyai jumlah yang Aziz A, Sugiarto H, & Supardi 1995. Beberapa
tidak jauh berbeda. Catatan Mengenai Kehidupan Lili Laut.
Pada stasiun 2 ditemukan 246 individu dari Jurnal Oceana. 16(3):17–24.
6 spesies yang berbeda.Stasiun 2 memiliki Aziz, A. 1994. Pengaruh Salinitas terhadap
substrat yang lebih kaya dibandingkan kedua Sebaran Fauna Echinodermata. Jurnal
stasiun lainnya.Pada stasiun 2, terdapat pasir, Oseana. 19(2), 23–32.
lamun, pecahan karang, dan bebatuan yang Aziz, A. 1997. Pengamatan Komunitas
menyebar dengan proporsi yang lebih Echinodermata di Teluk Jakarta. Jurnal
seimbang sehingga ditemukan lebih banyak Oseanografi Dan LimnologidDi Indonesia.
spesies pada stasiun ini.Namun, indeks 30(1), 1–12.
keanekaragaman pada stasiun 2 tergolong Barnes, R. 1987. Invertebrate Zoology.
rendah dengan nilai 0,56, diikuti dengan nilai Orlando, Florida: Dryden Press.
indeks kemerataan yang rendah yaitu 0,76 dan Brusca RC & Brusca GJ. 2003. Invertebrates.
nilai indeks dominansi yang tinggi yaitu 0,76. 2nd Edition. New York (US): Sinauer
Hal ini sesuai karena terdapat spesies Associates.
O. scolopendrina yang mendominasi dan Castro PHM. 2014. Marine Biology. Seventh
jumlahnya mencapai enam kali lebih banyak Edition. New York (US): McGraw Hill.
dari spesies yang lain. Clark A.M, & Rowe, F. E. W. (1971).
Pada stasiun 3 ditemukan beberapa spesies Monograph of Shallow Water Indo-West
yang belum ditemukan dari stasiun-stasiun Pasific Echinoderms. London: Trustees of
sebelumnya, seperti Tripneustes gratilla dan the British Museum (Natural History).
O. annulosa. Indeks keanekaragaman Fitriana N. 2010. Inventarisasi Bintang Laut
Echinodermata pada stasiun 3 tergolong rendah (Echinodermata: Asteroidea) di Pantai
dengan nilai 0,43, sementara indeks Pulau Pari, Kabupaten Adm. Kepulauan
kemerataan tergolong rendah dengan nilai 0,27. Seribu. Jurnal Ilmiah Faktor Exacta. 3(2).
Indeks dominansi tergolong tinggi dengan nilai Fourgon D, Jangoux M, &Eechkaut I. 2007.
0,79. Indeks dominansi tinggi dikarenakan Biology of a ‘“babysitting”’ symbiosis in
adanya spesies O. scolopendrina yang brittle stars: analysis of the interactions
jumlahnya mencapai tujuh kali dari spesies between Ophiomastix venosa and
lainnya. Ophiocoma scolopendrina. Invertebrates
Berdasarkan data diatas, perlu adanya Biology. 126:385–395.
penelitian terkait pemanfaatan dan konservasi Humphreys WF. 1981. The Echinoderms of
Echinodermata bagi warga sekitar di Pantai Kenya’s Marine Parks and Adjacent
Cibuaya. Semoga data yang telah didapatkan Regions. Koninklijk Museum Voor Midden-
dapat menjadi rujukan awal bagi peneliti lain Africa (Tervuren, Belgium) Zoologische
untuk mengeksplor lebih lanjut tentang Documentatie.19:39
Echinodermata di Pantai Cibuaya, Ujung Lambert P. 1998. Sea cucumbers of British
Genteng. Columbia, Southeast Alaska and Puget
Sound. British Columbia: UBC Press.
KESIMPULAN
Magurran, A. 1988. Ecological Diversity and
Jumlah Echinodermata yang dapat ditemukan Its Measurement. New Jersey: Princeton
di Pantai Cibuaya berjumlah delapan

Journal homepage: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


16 Keanekaragaman Echinodermata di Pantai… (Triacha, dkk)

University Press. Purwati P. 2018. Preferensi Habitat Spesies


Mercier, A, Battaglene SC, & Hamel J. 2014. Ophiuroidea di Zona Intertidal Pantai
Periodic movement , recruitment and size- Pancur Taman Nasional Alas Purwo. Jurnal
related distribution of the sea cucumber Kelautan. 11(2):151-166.
Holothuria scabra in Solomon Islands Setyastuti A. 2014. Timun Laut Synaptidae di
(December 2000). Pantai Sanur, Bali. Jurnal Oceana. 39(1).
https://doi.org/10.1023/A Setyowati DA, Supriharyono&Taufani WT.
Micael J., Alves MJ, Costa & Jones MB. 2009. 2017. Bioekologi Bintang Laut
Exploitation of Echinoderms. (Asteroidea) di Perairan Pulau Menjangan
Oceanography and Marine Biology.1st Kecil, Kepulauan Karimunjawa. Journal of
edition. London:CRC Press Maquares. 6(4):393–400.
Michael P. 1984. Metode Ekologi untuk Shimek RL. 2005. Marine Invertebrates: 500+
Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Essential-to-Know Aquarium Species.
Jakarta: Universitas Indonesia Press. Neptune City, New Jersey: TFH
Mladenov P. 1984. Rate of Arm Regeneration Publications Inc.
and Potential Causes of Arm Loss in the Skold M & Rosenberg R. 1996. Arm
Feather Star Florometra serratissima Regeneration Frequency in Eight Species of
(Echinodermata: Crinoidea). Can J Zool. 61 Ophiuroidea (Echinodermata) from
(12):28. European Sea Areas. Göteborg University,
Nontji A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Kristineberg Marine Research Station, S-
Gramedia. 450 34 Fiskebäckskil, Sweden.
Nybakken J. 1988. Biologi Laut, Suatu Stöhr S, O’Hara TD & Ben T. 2012. Global
Pendekatan Biologi. Jakarta: Gramedia. Diversity of Brittle Stars (Echinodermata:
Odum EP. 1971. Fundamental of Ecology. Ophiuroidea). PLoS ONE, 7(3)(e31940).
Philadelphia: W.B Sounders Company Ltd. https://doi.org/10.1371/journal.pone.00319
Pallo BC & Lewaherilla N. 2001. Jenis-Jenis 40
Teripang (Holothuroidea) di Perairan Suharsono. 2014. Biodiversitas Biota Laut
Kampung Auki Distrik Padaido Kabupaten Indonesia: Kekayaan Jenis, Sebaran,
Biak Numfor Papua. Jurnal Biologi Papua, Kelimpahan, Manfaat dan Nilai Ekonomis.
3(1):24-31. Jakarta: Puslit Oseanografi LIPI.
Regulo P, Tengger B, National S, Gazali A & Sutarno., Setyawan, AD. 2015. Biodiversitas
Suheriyanto D. 2014. Keanekaragaman Indonesia: Penurunan dan Upaya
Makrozoobentos sebagai Bioindikator Pengelolaan untuk Menjamin Kemandirian
Kualitas Perairan Ranu Pani-Ranu Regulo Bangsa.
di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Viaroli P, Bartoli M, Giordani G, Magni P &
Macrozoobenthos Biodiversity as Welsh DT. 2004. Biogeochemical
Bioindicator of Water Quality in Ranu, 86– Indicators as Tools for Assessing Sediment
91. Quality/ Vulnerability in Transitional
Rompis RR, Langoy MLD, Katili DY, Papu A. Aquatic Ecosystems. Aquatic
2013. Diversitas Echinodermata di Pantai Conservation: Marine and Freshwater
Meras, Kecamatan Bunaken, Sulawesi Ecosystems. 14(S1):S19–S29.
Utara. Jurnal Bios Logos.3(1):26-30. Widiansyah AT, Munzil M & Indriwati SE.
Ruswahyuni & Suryanti 2014. Perbedaan 2016. Inventarisasi Jenis Arthropoda dan
Kelimpahan Bulu Babi (Echinoidea) pada Echinodermata di Zona Pasang Surut Tipe
Ekosistem Karang dan Lamun di Pancuran Substrat Berbatu Pantai Gatra Kabupaten
Belakang, Karimunjawa Jepara. Jurnal Malang. Jurnal Pendidikan: Teori,
Saintek Perikanan. 10 (1),:62–67. Penelitian dan Pengembangan. 1(7):1417-
Salim DYB. 2017. Karakteristik Parameter 1420
Oseanografi Fisika-Kimia Perairan Pulau Wilhm JL & Dorris TC. 1986. Biologycal
Kerumputan Kabupaten Kotabaru Parameter for water quality Criteria. Bio.
Kalimantan Selatan. Jurnal Enggano. 3(2). Science: 18.
Schories D & Kohlberg G. 2016. Marine Wood MS. 1987. Subtidal Ecology. Australia:
Wildlife Kong George Island Antartica. Edward Arnold Pty. Limited.
Rostock: Dirk Schories Publications. Yundha M, Simatupang C, Sarung MA &Ulfah
Setiawan R, Atmowidi T, Widayati KA & M. 2017. Kabupaten Batu Bara Provinsi
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 22 No. 1, Januari 2021 : 9-18 17

Sumatera Utara Diversity Of Echinoderms sebagai Bioindikator di Pesisir Pantai


and Environmental Conditions in The Losari Makassar. Jurnal Bionature.
Shallow Waters Of Pandang Island Batu 19(1):1411–4720.
Bara Regency Sumatera Utara.2: 97–103. Yusron E. 2010. Biodiversitas Echinodermata
Yusal MS, Marfai MA, Suwarno H & Kakhim di Perairan Pantai Takofi, Pulau Moti
N. 2018. Analisis Ekologis Meiofauna Maluku Utara. Makara Sains. 10(1):41–46.

Journal homepage: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


18 Keanekaragaman Echinodermata di Pantai… (Triacha, dkk)

Anda mungkin juga menyukai