Kelvin
Kelvin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
barang dan jasa yang dapat dikonsumsi. Konsumen adalah setiap orang pemakai
barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain,maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan 1.
Perlindungan konsumen merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bisnis yang
berada pada posisi yang lemah. Kerugian-kerugian yang dialami oleh konsumen
tersebut dapat timbul sebagai akibat dari adanya hubungan hukum perjanjian antara
produsen dan konsumen, maupun akibat dari adanya perbuatan melanggar hukum
yang dilakukan oleh produsen2. Perjanjian-perjanjian yang dilakukan antara para pihak
tidak selamanya dapat berjalan mulus dalam arti masing-masing pihak puas, karena
kadang-kadang konsumen tidak menerima barang atau jasa sesuai harapannya atau
kerugian. 4
Salah satu tugas dari sebuah Negara yaitu melindungi masyarakatnya, karena
sebagian besar dari masyarakat tidak lain adalah konsumen sehingga para konsumen
1
Lihat pasal 1 Angka 2 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
I.N Nomor 42 Tahun 1999 TLN No.3821
22
Ahmad Miru prinsip-prinsip perlindungan hukum bagi konsumen di Indonesia, Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2011, hlm. 1
33
Wanprestasi adalah suatu keadaan yang dikarenakan kelalaian atau kesalahannya, sehingga
debitur tidak dapat memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian dan bukan dalam
keadaan memaksa. Dikutip dari Nindyo Pramono, Hukum Komersil, Jakarta Pusat penerbitan UT, 2003,
hlm. 21.
44
Ahmad Miru, Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia, Op. Cit, hlm
2.
2
klausula eksonerasi secara tidak patut, pemerintah harus secara konsisten berpihak
kepada masyarakat yang pada umumnya merupakan konsumen. Upaya Negara dalam
terkenal sejak orde baru hingga saat ini. Kedudukan LSM dalam perlindungan
konsumen bertindak sebagai pendamping dan wakil dari konsumen untuk membela
pengadilan atau LSM bertindak sebagai subyek hukum yang secara langsung
yayasan lembaga konsumen indonesia (YLKI) yang dibentuk pada tahun 1973 dengan
tujuan agar konsumen tidak dirugikan dalam mengkonsumsi barang dan jasa. YLKI
hingga saat ini masih tetap proaktif membela dan memperjuangkan hak-hak dan
55
Istilah “ ekonomi kerakyatan” makin marak pada sebelum dan sesudah turunnya Soeharto dari
kursi kepresidenan akibat desakan arus reformasi yang dipelopori hamper seluruh mahasiswa Indonesia.
Menurut Dj A. Simarmata, orang berdepat tentang perbedaan “ekonomi koperasi” dengan “ekonomi
kerakyatan”. Menurutnya orde baru telah memunculkan sosok ekonomi penuh dengan kesenjangan
penghasilan dan kepemilikan, antar kelompok masyarakat, dan antar profesi, antar daerah dan antar pulau,
istilah “ demokrasi ekonomi” yang terdapat pada penjelasan pasal 33 UUD 1945, ditafsirkan setara dengan
“ekonomi kerakyatan”, penjelasan pasal 33 UUD 1945 menyatakan demokrasi ekonomi yakni satu system
ekonomi dimana produksi dikerjakan oleh semua untuk semua serta dibawah penilikan anggota-anggota
masyarakat. Jadi, salah satu pilar dari demokrasi ekonomi adalah keikutsertaan semua orang dalam kegiatan
produksi. Dikutip dari Dj.A. Simarmata, reformasi ekonomi menurut Undang-Undang Dasar 1945: kajian
ringkas dan Interpretasi Teoritis, Jakarta : Lembaga ekonomi, hlm. 117-118
66
Wahyu Sasongko, Ketentuan-ketentuan pokok hukum perlindungan konsumen, Bandar Lampung
: Universitas Lampung,2016,Hlm136.
3
dan baru berlaku pada tanggal 20 April 2000. Sebelum lahirnya UUPK memang sudah
banyak peraturan yang mengatur tentang hak-hak konsumen seperti perjanjian jual beli
konsumen secara khusus sehingga kedudukan konsumen terhadap pelaku usaha masih
yang mengatur tentang perlindungan konsumen dan pelaku usaha secara seimbang.
Keberadaan UUPK menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga
sebagai salah satu media sosialisasi. Itulah sebabnya pendidikan konsumen diperlukan
Berbagai ketentuan yang ada dalam UPTK masih menjadi aturan yang sangat
mudah diabaikan oleh pelaku usaha salah satu pelanggaran yang masih banyak terjadi
adalah adanya pembuatan perjanjian baku (standart contract) dalam kegiatan usaha.
Perjanjian atau klausa baku merupakan perjanjian yang formatnya dibuat oleh salah
satu pihak yang lebih dominan dan pihak lain tinggal menyetujui saja. Perjanjian ini
77
Yusuf Shofie, perlindungan konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya,Bandung : PT.
Citra Aditya Bakti, 2009, hlm 5
88
ibd, hlm 7
4
dikatakan bersifat “baku” karena perjanjian ini tidak dapat dan tidak mungkin
Sampai saat ini masih banyak pencantuman klausa baku oleh pelaku usaha yang
tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UUPK. Peraturan mengenai
membuat atau mencantumkan klausa baku pada setiap dokumen dan atau perjanjian
barang yang telah dibeli konsumen, penolakan pengembalian uang, merubah peraturan
Pada praktiknya, klausula baku dapat ditemukan pada lembar penitipan kendaraan
(karcis parkir) dipusat perbelanjaan, pasar, toko-toko besar dan tempat usaha lainnya.
Lembar pada karcis parkir itu berisikan tentang pengalihan tanggung jawab jika terjadi
Terkait dengan hal ini konsumen sebagai pihak lain mau tidak mau harus menyetujui
perjanjian tersebut. Padahal sangat mungkin bila terjadi kerusakan atau kehilangan
Dalam hal ini UUPK berpihak pada konsumen karena jelas tercantum pada pasal
18 UUPK bahwa jenis klausal baku yang digunakan pelaku usaha tersebut dilarang.
Konsumen dapat menuntut ganti kerugian jika terjadi kerusakan atau kehilangan
99
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2003, hlm 53
1010
Lihat pasal 18 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen LN No.
42 Tahun 1999. TLN No. 3821
5
Seperti kasus yang terjadi di setiap tempat pembelanjaan daerah dikota Palu,
masuk kedalam pusat pembelanjaan dan mendapatkan karcis secara otomatis mendapat
apabila terjadi kehilangan pada konsumen pengelola parkir tidak bertanggung jawab
atas kehilangan tersebut. Jadi menurut saya pengelola parkir telah melakukan
pengalihan tanggung jawab pada karcis parkir.agar perusahaan Secure parking ini
pasti tidak diinginkan pemiliknya .dalam praktik, memang umum di temui pengelola
parker yang memasang tulisan “ kehilangan barang bukan menjadi tanggung jawab
pengelola parkir” di lokasi parker sebagai bentuk pengalihan tanggung jawabnya atas
Pencantuman tulisan seperti diatas pada karcis atau lokasi parker yang berisi
pernyataan bahwa tidak bertanggung jawab atas kehilangan dikenal dengan klausula
baku. Berdasarkan pasal 18 ayat (1) UU no.8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen ( UUPK) pencantuman klausula baku oleh pelaku usaha yang menyatakan
pengalihan tanggung jawab pelaku usaha adalah dilarang, dan berdasarkan pasal 18
Dalam hal hilangnya kendaraan milik konsumen, pemilik tempat parker tidak bisa
melepaskan tanggung jawab begitu saja. Pemilik tempat parkir dapat digugat secara
perdata karena perbuatan melawan hukum berdasarkan pasal 1365, 1366, dan 1367
Dalam setiap kasus pada awalnya secure parking tidak mau bertanggung jawab
sepenuhnya untuk memberikan ganti rugi terhadap kerugian yang dialami oleh
bahwa perjanjian yang terjadi antara secure parking dengan konsumen pengguna jasa
parkir adalah perjanjian sewa lahan sehingga konsekuensi yang harus ditanggung atas
barang yang berada didalamnya. Di sisi lain, secara pidana , ada pasal 406 ayat (1)
merusakkan ,membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian milik orang lain ,diancam dengan pidana penjara paling lama
dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak emat ribu lima ratus rupiah”.
Akan tetapi, dalam pasal tersebut ada unsur “ dengan sengaja” yang harus
kendaraan ( dalam hal ini motor), melainkan lalai, maka tidak dapat dituntut atas dasar
pasal 406 ayat (1) KUHP. Tentunya unsur kelalaian atau kesengajaan ini kemudian
yakni hilangnya kendaraannya. Oleh karena itu, penyelesaian melalui jalur perdata
lebih banyak di pilih untuk memperoleh ganti kerugian. Hal ini tidak menutup
Jadi, pemilik atau pengelola tempat parker harus bertanggung jawab terhadap
kendaraan yang telah di titipkan kepadanya, dan konsumen parker yang dirugikan
karena kendaraannya hilang dilokasi parker dapat menggugat pemilik atau pengelola
1111
pasal 406 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
7
Dalam kasus ini dapat dilihat kelalaian dan ketidaktelitian yang dilakukan oleh
membiarkan sepeda motor milik orang lain dibawa keluar area parking tanpa
pemeriksaan karcis parkir. Masih adanya pencantuman klausula baku pada karcis
parkir pun membuktikan masih rendahnya kesadaran para pihak pelaku usaha dalam
UUPK.
Menyinggung kasus yang terjadi di kota palu selaku konsumen yang dirugikan
oleh Perusahaan Secure Parking ,muncul ide-ide untuk menganalisis terkait bagaimana
belakang permasalahan yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk melaksanakan
penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul : “ Perlindungan Hukum Bagi
Konsumen Jasa Parkir Terhadap Klausula Baku Dalam Karcis Parkir Berdasarkan
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan maka yang menjadi
permasalahan adalah :
perlindungan konsumen ?
2. Apakah pelaku usaha pengelola jasa parkir dapat dimintai pertanggung jawabannya
1. Untuk mengetahui apakah konsumen memiliki hak dalam pelayanan jasa parkir.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
b. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan
c. Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana Fakultas Hukum
Universitas Tadulako
9
1. Spesifikasi
normative (doctrinal) dengan menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder.
Bahan hukum primer yang dimaksud yaitu berupa peraturan hukum dan
berupa pendapat para pakar hukum yang terbuat ada berbagai literature dan artikel-artikel
yang relevan, disamping informasi dan instansi terkait,guna menunjang materi penulisan
ini.
3. Teknik Pengumpulan
Dari kedua jenis bahan hukum primer dan sekunder ini, keberadaan badan hukum
hanya bersifat pelengkap. Karena sesuai dengan karakteristik pendekatan yang digunakan
(normatif) maka titik berat penggunaaan data terletak pada bahan hukum primer.
4. Analisis
BAB II
TINJAUAN YURIDIS
2.1 Tinjauan Umum Perlindungan Konsumen
Tahun 1999 Tentang perlindungan Konsumen (UUPK) tersebut cukup memadai kalimat
yang menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”. diharapkan
konsumen hanya untuk kepentingan pelaku usaha. Meskipun undang-undang ini disebut
usaha tidak ikut menjadi perhatian karena keberadaan perekonomian nasional banyak di
itu, agar segala upaya memberikan jaminan akan kepastian hukum, ukurannya secara
kualitatif ditentukan dalam UUPK dan Undang-Undang lainnya yang juga dimaksudkan
masih berlaku untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen, baik dalam bidang
hukum privat (perdata) maupun hukum publik (hukum pidana dan hukum admisintrasi
negara).1313
Ada korelasi yang bersifat timbal balik antara kepastian hukum dan perlindungan
konsumen yang menjadikan inti dari perlindungan hukum adalah kepastian hukum. Jika
1212
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT Raja
Gravindo Persada, 2011. Hlm 1
1313
ibid, hlm 2
1414
hukum ekonomi adalah seluruh peraturan dan pemikiran hukum mengenai cara-cara
peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi dan cara-cara hasil pembagian pembangunan ekonomi
secara adil dan merata, sesuai dengan hak asasi manusia, dalam Sunariyati Hartono di kutip dari Sanusi
Bintang dan Dahlan, 2000, pokok-pokok hukum ekonomi dan bisnis, Bandung : PT Citra Aditya Bakti :
HLM 3
11
kepastian hukum dapat tercapai maka perlindungan hukum juga terpenuhi, dengan
demikian berdasarkan ketentuan UUPK ada dua persyaratan utama dalam perlindungan
konsumen yaitu :
Asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan
dalam kamus besar bahasa indonesia asas berarti hukum dasar ,dasar, dan
hukum. Namun tidak ada hukum yang bisa dipahami tanpa mengetahui asas-
asas hukum yang didalamnya. Karena asas hukum ini memberi makna etis
Asas-asas dalam hukum dibedakan menjadi dua tingkatan yaitu asas-asas atau
hukum khusus. Prinsip-prinsip hukum umum ini berlaku umum pada seluruh
1616
Wahyu Sosongko, dasar-dasar ilmu hukum, Bandar Lampung : Universitas Lampung, 2003.
Hlm.28
12
a) Asas les superior derogat lege inferiori, yaitu undang-undang yang lebihn
tinggi tingkatannya.
bersifat umum.
c) Asas lex posterior derogat lage priori, yaitu Undang-Undang yang lebih
h) Asas kesamaan (equality before the law), yaitu kesamaan didepan hukum
artinya setiap orang harus diperlakukan dan diberi kedudukan yang sama
dan tidak boleh dibedakan berdasarkan suku, agama, ras, dan antar
golongan.
1717
Ibid, hlm, 23-30
13
Asas keseimbangan menjadi salah satu asas dalam UUPK ditetapkan dalam Pasal 2 yang
keseimbangan antara konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materil maupun
spritual.1818
Asas-asas dalam UUPK dapat dikualifikasikan sebagai asas umum karena memuat
rumusan bersifat umum yang juga dapat diterapkan dalam peraturan perundang-undangan
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materil dan
spritual.
pemakaian, dan pemanfaatan barang dan jasa yang dikonsumsi dan digunakan.
dan kepastian hukum sebagai “tiga ide dasar hukum”, yang berarti dapat dipersamakan
1818
Kingkin Wahyuningdia, perlindungan hukum terhadap konsumen melalui larangan
pencantuman klausula baku, Fiat Justisia jurnal ilmu hukum volume. 1 no.2,2007 hlm. 215-216.
1919
lihat Pasal 2 Undang-Undang Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen LN No.42 Tahun
1999, TLN No.3821.
14
dengan asas hukum. Diantara ketiga asas tersebut yang menjadi sorotan utama adalah
masalah keadilan diamana Friedman menyebutkan bahwa : In Terns of law, justice will be
judged as how law treats people and now it distributes it’s benefits and cost, dan dalam
hubungan ini Firedman juga menyatakan bahwa every funcition of law, general or
specific, is allocative.2020
Sebagai asas hukum, dengan sendirinya menempatkan asas ini yang menjadi rujukan
yang berhubungan dengan gerakan perlindungan konsumen oleh semua pihak yang
terlibat didalamnya. Keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum juga oleh banyak jurist
(ahli hukum) disebut sebagai tujuan hukum. Tujuan hukum untuk mencapai keadilan,
kemanfaatan, dan kepastian hukum semua tergantung dari kondisi yanga ada atau
itu juga tampak dari peraturan Pasal 3 UUPK yang mengatur tujuan khusus perlindungan
melindungi diri.
2020
Ahmadi dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Op.Cit, hlm.26
2121
Ahmadi dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Op.Cit, hlm.34
15
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha.
konsumen.2222
Pasal 3 UUPK ini merupakan isi pembangunan nasional sebagaimana disebutkan dalam
pasal 2 sebelumnya, karena tujuan perlindungan konsumen yang ada itu merupakan
sasaran akhir yang harus dicapai dalam pelaksanaan pembangunan dibidang hukum
pemikiran bahwa pembangunan perekonomian nasional pada era globalisasi harus dapat
masyarakat banyak dan sekaligus mendapatkan kepastian atas barang dan/atau jasa yang
Semakin terbukanya pasar nasional sebagai akibat dari proses globalisasi ekonomi harus
tetap menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kepastian atas mutu, jumlah,
dan keamanan barang dan/atau jasa yang diperolehnya dipasar, sehingga untuk
dirinya serta menumbuh kembangkan sikap perilaku usaha yang bertanggung jawab.
Sebagai pemakai barang dan/atau jasa konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban.
Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar konsumen dapat mengetahui
secara kritis dan mandiri apa bila mendapat tindakan yang tidak adil terhadap dirinya.
Dengan kata lain, iya tidak hanya tinggal diam saja menyadari bahwa hak-haknya telah
dan/atau jasa.
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar serta kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan.
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya.
Pada dasarnya terdapat tiga macam hak berdasarkan sumber pemenuhannya, yakni :
a. Hak manusia karena kodratnya, yakni hak yang kita peroleh begitu kita lahir,
seperti hak untuk hidup dan hak untuk bernapas. Hak ini tidak boleh diganggu
gugat oleh negara, bahkan negara wajib untuk menjamin pemenuhan hak tersebut.
b. Hak yang lahir dari hukum, yakni hak yang diberikan oleh negara kepada warga
negaranya. Hak ini juga disebut sebagai hak hukum. Contohnya hak untuk
c. Hak yang lahir dari hubungan kontraktual. Hak ini berdasarkan pada
perjanjian/kontrak antara orang yang satu dengan orang yang lain. Contohnya
pada peristiwa jual beli, hak pembeli adalah untuk menerima barang, dan hak
2424
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2010, hlm35
18
patut.
pengendali hak-hak yang dimiliki oleh konsumen, sehingga dalam menggunakan haknya,
konsumen tidak bertindak dengan sewenang-wenang. Hak dimilik oleh konsumen baru
Menurut kamus besar bahasa Indonesia definisi Parkir ialah menghentikan atau
menaruh (kendaraan bermotor) untuk beberapa saat ditempat yang sudah disediakan.
Pengertian diatas memiliki definisi dari penyedia jasa layanan parkir yaitu penyedia
tempat untuk menerima penghentian atau penaruhan kendaraan bermotor untuk beberapa
saat. Jika melihat fungsi dari perparkiran terdapat juga asumsi parkir digunakan sebagai
tempat penitipan barang yang memiliki arti apabila seseorang menerima suatu barang dari
orang lain, dengan syarat bahwa ia akan menyimpannya dan mengembalikannya dalam
Menurut isi pasal 1694 KUH perdata, penitipan adalah suatu perjanjian “ riil”
yang berarti bahwa ia baru terjadi dengan dilakukannya suatu perbuatan yang nyata, yaitu
diserahkannya barang yang dititipkan. Jadi bentuk dari jasa parkir ini tidak seperti
dilahirkan pada saat tercapainya sepakat tentang hal-hal yang pokok dari perjanjian itu.
Sehingga parkir dapat di artikan sebagai keadaan tidak bergerak suatu kendaraan
yang bersifat sementara karena di tinggalkan oleh pengemudinya. Secara hukum dilarang
untuk parkir ditengah jalan raya. Namun parkir di sisi jalan umumnya diperbolehkan.
kendaraan pemakai gedung. Termasuk dalam pengertian parkir adalah setiap kendaraan
yang berhenti pada tempat-tempat tertentu baik yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas
Fasilitas parkir untuk umum diluar badan jalan berupa taman parkir dan/atau
gedung parkir. Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum,
dilakukan dengan memperhatikan rencana umum tata ruang daerah, keselamatan dan
kelancaran lalu lintas, kelestarian lingkungan, dan kemudahan bagi pengguna jasa.
Penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum dilakukan oleh pemerintah, bdan hukum
Negara atau warga Negara. Penyelenggaraan fasilitas untuk umum dapat memungut biaya
produk yang ia tawarkan kepada konsumen, baik itu berupa barang dan/atau jasa.
hak-hak dan kewajiban yang juga telah diatur didalam UUPK. Mengenai hak-hak pelaku
usaha diatur dalam pasal 6 UUPK, yang menyebutkan bahwa hak pelaku usaha adalah:
2525
Lihat Pasal 6 Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
LN No. 42 Tahun 1999. TLN No. 3821
20
Pengertian klausula baku atau standart contract menurut UUPK yaitu : setiap
aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih
dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen/dan
atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Pengertian klausula
baku menurut E. H Hondius yaitu konsep janji-janji yang tertulis yang disusun tanpa
Menurut Drion, setidaknya ada 3 aspek negative dari klausula baku yang terjadi dalam
2626
Lihat Pasal 7 Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
b) Tidak diketahuinya isi syarat: pihak-pihak yang ikut serta umumnya tidak
c) Kedudukan terjepit: pihak-pihak yang ikut serta berada dalam posisi terjepit
Adanya aspek-aspek negative dari klausula baku yang tentunya juga membuktikan
bahwa ada ketidakadilan yang dilakukan para pelaku usaha terhadap konsumen, juga
sudah sewajarnya bagi UUPK membuat larangan mengenai klausula baku ini.
UUPK :
d) Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara
yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran
f) Member hak kepada peaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau
mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa
22
membebankan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang
a) Perjanjian dimuat secara sepihak oleh produsen yang posisinya relative lebih
berikut :
waktu tertentu
2.2.3 Bentuk Klausula baku dan Jenis Perjanjian dengan Klausula Baku
Jika dicermati berdasarkan pengertian UUPK dapat disimpulkan bahwa klausula baku
Konsep dalam suatu perjanjian telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh pelaku
Perjanjian dalam bentuk ini dapat pula dalam bentuk bentuk lain, yaitu syarat-
syarat khusus yang termuat dalam berbagai kuitansi, tanda penerimaan atau
tanda penjualan, atau dalam secarik kertas tertentu yang termuat didalam
Menurut Mariam Darus Badrul zaman, kontrak baku dapat digolongkan dalam
jenis yaitu:
a) Kontrak baku sepihak adalah kontrak yang ditentukan oleh pihak yang kuat
kedudukannya didalam kontrak itu. Pihak yang kuat disini ialah pihak kreditur
b) Kontrak baku timbal balik adalah kontrak baku yang isinya ditentukan oleh
kedua pihak misalnya kontrak baku yang pihak-pihaknya terdiri dari pihak
kreditur dan pihak lainnya yaitu debitur. kedua pihak lazimnya terikat dalam
organisasi
c) kontrak baku yang ditetapkan pemerintah ialah kontrak baku yang isinya
permintaan dari anggota masyarakat yang minta bantu notaris atau advokat yang
model.2727
embrional lahir dalam zamanYunani, dteruskan oleh Epicuristen dan berkembang pesat
Revolusi Prancis.
Definisi perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata yaitu “perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
atau lebih mengikakan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Di Indonesia hukum
perjanjian menganut beberapa asas hukum salah satunya yaitu asas kebebasan
KUHPerdata. Dengan adanya asas ini para pihak yang membua t dan
2727
Mariam Daruz Badrulzaman, Hukum Perikatan dengan Penjelasan , Jakarta: 2001, hlm55
25
perjanjian yang melahirkan kewajiban apa saja, selama dan sepanjang prestasi yang
Menurut Abdul kadir, isi perjanjian terdiri dari; syarat-syarat yang tegas (expers
term), syarat yang diam-diam (impliedterm) dan klausula penyampingan. Syarat- syarat
yang tegas adalah syarat-syarat yang secara khusus disebutkan dan disetujui oleh pihak-
pihak pada waktu membuat perjanjian. Syarat-syarat yang diam-diam adalah syarat yang
tidak ditentukan secara tegas mengenai suatu hal dalam perjanjian. Klausula
Namun, harus dipahami bahwa maksud dari Pasal 1320 KUHPerdata yang
pihak yang kuat kepada pihak yang lemah dalam perjanjian baku, telah dilakukan re-
seperti yang terjadi diIndonesia tetapi dalam arti relative. Artinya asas
lapangan hukum privat. Hukum perjanjian selain berdimensi privat, dalam hal
2828
Abdul kadirMuhammad, Hukum Perdata Indonesia , Jakarta: Citra Aditya,2011, hlm 39
26
tersebut. Klausula Eksonerasi adalah klausul yang mengandung membatasi atau bahkan
menghapus sama sekali tanggung jawab yang semestinya dibebankan kepada pihak
Tidak semua kontrak baku adalah klausula eksonerasi. Jika melihat pada Pasal 18
ayat (1) Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, klausula
baku dan klausula eksonerasi berbeda. 2929Artinya klausula baku adalah klausula yang
dibuat sepihak oleh pelaku usaha, tetapi isinya tidak boleh mengarah kepada klausula
a. Bentuk bahwa tanggung jawab untuk akibat hukum karena tidak atau
2929
Kelik Wardiono, Perjanjian Baku , Klausula Eksenorasi dan Konsumen, Jakarta: 2005, hlm 76
27
pada pihak untuk mana syarat dibuat, dibatasi atau dihapuskan (misalnya
(vrij warings bedingen); salah satu pihak dibebankan dengan kewajiban untuk
memikul tanggung jawab pihak lain yang mungkin ada untuk kerugian yang
menghindari adanya ketidak adilan yang menyebabkan kerugian bagi salah satu pihak
BAB III
Pembahasan