Alifia Adibila Nurhalisa - ODV Visualisasi Gelombang

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM OSEANOGRAFI UMUM

VISUALISASI GELOMBANG LAUT SELAT MAKASSAR


TAHUN 2020

Alifia Adibila Nurhalisa

NPM 2114221026
Gambar 1. Visualisasi gelombang laut bulan Januari

Gelombang laut di perairan Selat Makassar pada 1 – 31 Januari cenderung rendah


hingga tenang. Ketinggian gelombang tertinggi mencapai 1 meter. Januari termasuk
ke dalam musim barat sehingga gelombang pada bulan ini cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan bulan lainnya.

Gambar 2. Visualisasi gelombang laut bulan Februari


Gelombang laut di Selat Makassar pada tanggal 1 – 29 Februari 2020 tenang dengan
ketinggian gelombang laut tertinggi berkisar antara 0,5 – 1 meter.

Gambar 3. Visualisasi gelombang laut bulan Maret

Gelombang laut di Selat Makassar tanggal 1 – 31 Maret 2020 cenderung rendah


dengan ketinggian berkisar antara 0 – 1 meter.
Gambar 4. Visualisasi gelombang laut bulan April

Gelombang laut pada 1 – 30 April 2020 cenderung tenang dengan ketinggian


gelombang berkisar antara 0 – 0,5 meter.
Gambar 5. Visualisasi gelombang laut bulan Mei

Gelombang laut pada 1 – 31 Mei 2020 di Selat Makassar tenang dengan perkiraan
ketinggian rata-rata 0 – 0,5 meter.
Gambar 6. Visualisasi gelombang laut bulan Juni

Gelombang laut di perairan Selat Makassar pada 1 – 30 Juni 2020 berdasarkan


visualisasi di atas cenderung rendah bahkan tenang dengan ketinggian gelombang
lebih kurang berkisar antara 0 – 0,5 meter.
Gambar 7. Visualisasi gelombang laut bulan Juli

Gelombang laut di Selat Makassar pada 1 – 30 Juli 2020 cukup tenang hingga rendah
pada beberapa bagian perairan dengan ketinggian lebih kurang berada di angka 0 – 1
meter.
Gambar 8. Visualisasi gelombang laut bulan Agustus

Gelombang laut di Selat Makassar pada 1 – 31 Agustus 2020 berdasarkan visualisasi


gelombang di atas berstatus tenang hingga rendah. Diperkirakan ketinggian
gelombang di bulan ini lebih kurang berkisar antara 0 – 1 meter. Penyebab adanya
perbedaan gelombang pada bulan ini karena adanya pengaruh dari musim timur.
Gambar 9. Visualisasi gelombang laut bulan September

Gelombang laut di Selat Makassar pada 1 – 30 September 2020 memiliki ketinggian


rendah hingga sedang, dengan perkiraan ketinggian gelombang kurang lebih berada
di antara 0 – 1,5 meter.
Gambar 10. Visualisasi gelombang laut bulan Oktober

Ketinggian gelombang laut di Selat Makassar pada 1 – 31 Oktober 2020 terlihat dari
data visualisasi di atas tenang hingga rendah dan hampir mendekati ketinggian sedang
pada beberapa titik. Ketinggian gelombangnya kurang lebih berkisar di anttara 0 – 1
meter.
Gambar 11. Visualisasi gelombang laut bulan November

Berdasarkan visualisasi data gelombang di atas, ketinggian gelombang laut di


perairan Selat Makassar cenderung tenang hingga rendah dengan ketinggian kurang
lebih berkisar antara 0 – 1 meter.
Gambar 12. Visualisasi gelombang laut bulan Desember

Berdasarkan visualisasi data gelombang laut di atas pada 1 – 31 Desember 2020


gelombang laut di perairan Selat Makassar cenderung tenang dan ada beberapa titik
dengan ketinggian rendah diperkirakan ketinggian gelombang laut kurang lebih
berkisar antara 0 – 1 meter.
PEMBAHASAN

Gelombang merupakan pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut
disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan,
menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai
gelombang. (Wimala, 2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi gelombang
contohnya adalah angin, geometri laut, dan gempa (apabila terjadi tsunami, gravitasi
bulan dan matahari).

Saat sedang masa periode gelombang tinggi, area yang ada di perairan atau pantai
akan dibanjiri oleh air laut, lebih sering dari biasanya. Pada saat terjadi bulan
purnama, bagian bumi yang menghadap bulan akan mengalami pasang naik tertinggi,
Sedangkan bagian bumi yang membelakangi bulan mengalami surut terdalam. Pasang
naik atau pasang purnama umumnya terjadi dua kali dalam sebulan, tepatnya di bulan
baru dan bulan purnama. Ketika bulan baru, posisi bumi, bulan, dan matahari berada
pada satu garis lurus (konjungsi), sehingga gaya gravitasi bulan dan matahari menarik
bumi. Sedangkan saat bulan purnama, posisi bulan, bumi, dan matahari berada pada
satu garis (oposisi), sehingga gaya gravitasi bulan akan menabrak bumi. Jenis pasang
surut air laut selanjutnya adalah pasang perbani. Kondisi ini disebut juga pasang naik
dan pasang surut terendah. Pasang perbani terjadi saat bulan di kuartal I dan III.
Bulan kuarter adalah posisi bulan berada pada tegak lurus dengan garis penghubung
bulan dan matahari (membentuk sudut 90̊ ), tidak sejajar dengan bumi. Pasang ini juga
terjadi dua kali pada setiap bulannya.

Pasang surut atau bisa juga disebut sebagai ocean tide merupakan kondisi naik
turunnya permukaan air laut secara berkala. Kondisi ini dapat disebabkan oleh gaya
gravitasi dari benda-benda langit, khususnya bulan dan matahari. Gaya gravitasi dari
bulan dan matahari akan berpengaruh pada timbulnya gelombang laut. Gaya gravitasi
bulan memiliki pengaruh utama karena memiliki gaya yang lebih besar dibandingkan
dengan gaya gravitasi matahari. Air laut akan surut jika bumi tidak sedang terjadi
bulan baru atau bulan purnama. Kondisi surutnya permukaan air laut ini disebut
dengan pasang perbani.

Pada saat belahan bumi lain mengalami pasang naik, maka sebagian bumi yang lain
akan mengalami surut. Saat terjadi bulan separuh, maka kondisi air laut surut akan
lebih banyak. Hal tersebut terjadi karena bagian bumi yang surut berada tepat di
tengah antara bagian yang mengalami bulan baru atau purnama.

Untuk dapat menentukan atau memprediksi pasang surut air laut, maka dibutuhkan
data amplitudo dan beda fase pada tiap komponen pembangkit pasang surut. Data
tersebut bisa diambil pada interval waktu tertentu, sehingga dapat memperoleh fungsi
dari komponen harmonik permukaan air laut. Setiap wilayah memiliki perbedaan
kondisi pasang surut air laut. Gelombang laut memiliki beberapa manfaat seperti
menjaga kestabilan suhu dan iklim dunia, melalui permukaan ombak terjadi
pertukaran gas, meningkatkan kemampuan adaptasi dan keanekaragaman makhluk
hidup, membantu terbektuk dan terjaganya pantai.

Perairan Selat Makassar merupakan perairan yang terletak di antara Pulau


Kalimantan dan Pulau Sulawesi serta menghubungkan Laut Sulawesi di bagian utara
dan perairan Laut Jawa di bagian selatan. Perairan ini memiliki keadaan alam yang
unik dengan topografi beragam. Kondisi oseanografi di perairan selat ini dipengaruhi
oleh dinamika oseanografi di dalam maupun di luar selat. Sistem iklim dengan pola
angin yang mengikuti sistem monsunal dan sistem El Nino-Southern Oscillation
(ENSO) juga turut berpengaruh terhadap dinamika oseanografi perairan Selat
Makassar. Meningkatnya intensitas ENSO dapat menimbulkan cuaca ekstrem,
gelombang tinggi dan intensitas transpor massa air dengan kecepatan arus yang
tinggi. Potensi gelombang tinggi dapat terjadi di perairan ini dan biasanya terjadi
pada Musim Barat (Desember, Januari, Februari) serta pada Musim Timur sekitar
bulan Juli dan Agustus. (Sunarto, dkk., 2019).
Pada visualisasi data gelombang laut di perairan Selat Makassar bagian utara di atas
menunjukkan bahwa ketinggian gelombang air pada tahun 2020 cenderung rendah,
bahkan seringkali gelombang tersebut berstatus tenang dengan ketinggian kurang
lebih berkisar antara 0 – 1 meter. Terlihat pada bulan April – Juni memiliki tingkat
gelombang yang cenderung tenang hal tersebut bisa terjadi tentunya karena ada gaya
gravitasi dari bulan. Pada bulan Juli –Oktober memiliki kenaikan gelombang menjadi
rendah dan pada bulan September terjadi kenaikan gelombang yang cukup
membedakan bulan ini dengan lainnya ditunjukkan dengan warna kuning yang berarti
ketinggian sedang. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya pengaruh dari angin
musim timur.

Anda mungkin juga menyukai