Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEBIJAKAN UANG DAN INFLASI


Diajukan Untuk Mmemenuhi Tugas Mata Kuliah
“Makro Ekonomi Islam”

Dosen Pengampu:
Betty Silfia Ayu Utami, S.E., M.SE.

Disusun Oleh:
Nila Agustin Fitriya
(08010421027)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Kami panjatkan ucapan syukur kami kepada Allah SWT.
yang telah memberikan rahmat-Nya, sehingga kami bisa menyelesaiakan penyusunan
makalah dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas individu pada mata
kuliah Makro Ekonomi Islam. Kami telah menyusun makalah ini dengan bahasa yang mudah
dipahami untuk menambah ilmu dan wawasan mengenai “Uang dan Inflasi”

Kami selaku mahasiswa mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Makro
Ekonomi Islam, Ibu Betty Silfia Ayu Utami, S.E., M.SE. karena telah membimbing kami dalam
menyelesaikan dan menyusun tugas ini, sehingga kami serta para pembaca makalah ini dapat
menambah ilmu serta wawasan atas kajian yang telah kami dapatkan, serta memahami materi
yang dibahas dalam makalah ini lebih dalam.
Serta kami memberikan ucapan terima kasih untuk pihak-pihak yang turut serta
membantu dan membagi sedikit banyaknya ilmu dan pengetahuan, sehingga dapat mengatasi
masalah kajian dalam makalah ini.
Kami mengharapkan saran serta kritik yang bisa membantu kami dalam
penyempurnaan makalah ini, dikarenakan kekurangan dalam tulisan ini kami meminta maaf
dan berterima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, 23 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................
1. UANG...........................................................................................................................
a. Pengertian uang.......................................................................................................
b. Fungsi uang............................................................................................................
c. Jenis-jenis uang......................................................................................................
d. Hubungan jumlah uang beredar dengan kebijakan moneter...................................
e. Operasi pasar terbuka pembelian dan penjualan obligasi pemerintah....................
2. INFLASI DAN TINGKAT BUNGA...........................................................................
a. Tingkat bunga riil dan nominal...............................................................................
b. Efek Fisher..............................................................................................................
c. Biaya inflasi yang diharapkan dan tidak diharapkan..............................................
3. INFLASI.......................................................................................................................
a. Pengertian inflasi dan deflasi..................................................................................
b. Jenis-jenis inflasi.....................................................................................................
c. Penyebab inflasi......................................................................................................
d. Teori-teori inflasi...................................................................................................
e. Dampak inflasi.......................................................................................................
f. Cara mengatasi inflasi.............................................................................................
BAB IV PENUTUP................................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan perekonomian dalam suatu negara dipengaruhi oleh tingkat inflasi.
Inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang penting bagi suatu negara khususnya
negara berkembang. Inflasi digunakan untuk melihat stabilitas perekonomian, Perubahan
indikator dalam ekonomi akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Terutama berdampak
pada variabel makro ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, jumlah uang beredar, ekspor
dan impor. Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang secara terus menerus selama
periode tertentu.
Inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan
ekonominya. Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang sangat menarik untuk dibahas
yang berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap agregat makro ekonomi. Pertama,
inflasi domestik yang tinggi menyebabkan tingkat balas jasa yang riil terhadap asset finansial
domestik semakin rendah (bahkan seringkali negatif), sehingga dapat mengganggu mobilisasi
dana domestik dan bahkan dapat mengurangi tabungan domestik yang menjadi sumber dana
investasi. Kedua, dapat menyebabkan daya saing barang ekspor berkurang dan dapat
menimbulkan defisit dalam transaksi berjalan dan sekaligus dapat meningkatkan hutang luar
negeri. Ketiga, inflasi dapat memperburuk distribusi pendapatan dengan terjadinya transfer
sumber daya dari konsumen dan golongan berpenghasilan tetap kepada produsen. Keempat,
inflasi yang tinggi dapat mendorong terjadinya pelarian modal keluar negeri. Kelima, inflasi
yang tinggi akan dapat menyebabkan kenaikan tingkat bunga nominal yang dapat
mengganggu tingkat investasi yang dibutuhkan untuk memacu tingkat pertumbuhan ekonomi
tertentu.
Krisis ekonomi yang sempat terjadi di pertengahan tahun 1997-1999 mengakibatkan
perekonomian menjadi bermasalah dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang mengalami
penurunan berdampak pada lonjakan angka inflasi nasional, lonjakan barang-barang impor
dalam negeri dan barang-barang yang dijual dalam negeri baik langsung dan tidak langsung
akan meningkat. Lonjakan angka inflasi nasional jika tidak diimbangi dengan pendapatan
nominal, baik pendapatan riil maupun perkapita menyebabkan pendapatan masyarakat turun.
Pengaruh inflasi di Indonesia sangat tinggi dalam perkembangan perekonomian, kebijakan
pemerintah diperlukan terhadap inflasi dalam menstabilkan perekonomian. Perkembangan
inflasi yang meningkat dalam suatu negara memberikan hambatan pertumbuhan ekonomi
yang lebih baik, kebijakan-kebijkan pemerintah dalam mengatasi inflasi yang tinggi sangat
diperlukan agar perekonomian lebih baik dan krisis ekonomi tidak terjadi akibat pengaruh
inflasi terhadap perekonomian.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi dari uang serta fungsi dan jenis dari uang ?
2. Bagaimana hubungan jumlah uang yang beredar dengan kebijakan moneter serta
operasi pasar ?
3. Bagaimana konsep tingkat bunga riil dan tingkat bunga nominal ?
4. Bagaimana konsep teori dari efek fisher ?
5. Apa definisi dari biaya inflasi yang diharapkan dan tidak diharapkan ?
6. Apa definisi dari inflasi dan deflasi ?
7. Apa saja jenis-jenis inflasi ?
8. Apa yang menyebabkan terjadinya inflasi ?
9. Bagaimana konsep teori inflasi ?
10. Bagaimana dampak terjadinya inflasi dan cara penanganannya ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. UANG
a. Pengertian Uang
Uang adalah salah satu topik utama dalam pembelajaran ekonomi dan finansial.
Monetarisme adalah sebuah teori ekonomi yang kebanyakan membahas tentang permintaan
dan penawaran uang. Jadi kesimpulannya, uang adalah suatu benda yang diterima secara
umum oleh masyarakat untuk mengukur nilai, menukar, dan melakukan pembayaran atas
pembelian barang dan jasa, serta pada waktu yang bersamaan bertindak sebagai alat
penimbun kekayaan.
b. Fungsi Uang
Secara lebih rinci, fungsi uang dibedakan menjadi dua yaitu fungsi asli dan fungsi
turunan. Fungsi asli uang ada tiga, yaitu sebagai alat tukar, sebagai satuan hitung, dan sebagai
penyimpan nilai.
Fungsi Asli Uang :
1. Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat
mempermudah pertukaran. Orang yang akan melakukan pertukaran tidak perlu
menukarkan dengan barang, tetapi cukup menggunakan uang sebagai alat tukar.
Kesulitan-kesulitan pertukaran dengan cara barter dapat diatasi dengan pertukaran
uang.
2. Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) karena uang dapat
digunakan untuk menunjukan nilai berbagai macam barang/jasa yang diperjual
belikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya
pinjaman. Uang juga dipakai untuk menentukan harga barang/jasa (alat penunjuk
harga). Sebagai alat satuan hitung, uang berperan untuk memperlancar pertukaran.
3. Selain itu, uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai (valuta) karena dapat
digunakan untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa mendatang.
Ketika seorang penjual saat ini menerima sejumlah uang sebagai pembayaran atas
barang dan jasa yang dijualnya, maka ia dapat menyimpan uang tersebut untuk
digunakan membeli barang dan jasa pada masa mendatang.
Fungsi Turunan
 Uang sebagai alat pembayaran yang sah
Guna mempermudah dalam mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan, manusia
memerlukan alat pembayaran yang dapat diterima semua orang, yaitu uang.
 Uang sebagai alat pembayaran utang
Uang dapat digunakan untuk mengukur pembayaran pada masa yang akan datang.
 Uang sebagai alat penimbun kekayaan
Ada sebagian uang yang disisihkan atau ditabung untuk keperluan pada masa datang.
 Uang sebagai alat pemindah kekayaan
Seseorang yang hendak pindah dari suatu tempat ke tempat lain dapat memindahkan
kekayaannya yang berupa tanah dan bangunan rumah ke dalam bentuk uang dengan
cara menjualnya. Di tempat yang baru dia dapat membeli rumah yang baru dengan
menggunakan uang hasil penjualan rumah yang lama.
 Uang sebagai alat pendorong kegiatan ekonomi
Apabila nilai uang stabil orang lebih bergairah dalam melakukan investasi. Dengan
adanya kegiatan investasi, kegiatan ekonomi akan semakin meningkat.
c. Jenis-jenis uang
1. Uang atas-unjuk (Fiat money) adalah uang menurut dekrit pemerintah dan tidak
memiliki nilai intrinsik.
2. Uang komoditas (Commodity money) adalah uang yang punya nilai intrinsik.
Jika orang menggunakan emas sebagai uang, perekonomian dikatakan menggunakan
standar emas (gold standard). Pemerintah dapat terlibat dalam sistem moneter untuk
membantu rakyat mengurangi biaya transaksi. Menggunakan emas sebagaimata uang adalah
mahal karena kemurnian dan beratnya harus diverifikasi. Juga, koin lebih banyak dikenal
daripada batangan emas. Pemerintah lalu menerima emas dari publik untuk ditukar dengan
sertifikat emas, lembaran kertasyang bisa ditukar dengan emas. Jika orang percaya
pemerintah akan memberi mereka emas bila diminta, maka mata uang tersebut akan sama
berharganya dengan emas itu sendiri plus, lebih mudah membawa kertas daripada emas.
Hasil akhirnya adalah karena tak ada yang meminta emas lagi dan semua orang menerima
kertas, kertas itu memiliki nilai dan berperan sebagai uang.
d. Hubungan jumlah uang beredar dengan kebijakan moneter
Jumlah uang beredar (money supply) adalah jumlah uang yang tersedia. Kontrol atas
jumlah uang beredar disebut kebijakan moneter (monetary policy). Di Amerika Serikat,
kebijakan moneter dilakukan oleh institusi setengah independen yang disebut bank sentral.
Bank sentral di AS disebut Federal Reserve, atau Fed. Peningkatan jumlah uang beredar yang
berlebihan dapat mendorong peningkatan harga melebihi tingkat yang diharapkan sehingga
dalam jangkapanjang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila
peningkatan jumlah uang beredar sangat rendah, maka kelesuan ekonomi akan
terjadi. Apabila hal ini berlangsung terus menerus, maka kemakmuran masyarakat secara
keseluruhan yang pada gilirannya akan mengalami penurunan. Kondisi tersebut antara lain
yang melatar belakangi upaya-upaya yang dilakukan oleh bank sentral suatu negara dalam
mengendalikan jumlah uang beredar dan kegiatan pengendalian jumlah uang beredar tersebut
lazimnya disebut dengan kebijakan moneter. Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank
sentral atau otoritas moneter dalam bentuk pengendalian besaran moneter dan atau suku
bunga untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Dalam
prakteknya, perkembangan kegiatan ekonomi yang diinginkan tersebut adalah terjaganya
stabilitas ekonomi makro yang dicerminkan antara lain stabilitas harga (rendahnya laju
inflasi),
membaiknya perkembangan output riil (pertumbuhan ekonomi), serta semakin luasnya
kesempatan kerja yang tersedia (full employment). Walaupun dalam pelaksanaannya, strategi
kebijakan moneter dilakukan berbeda-beda dari suatu negara dengan negara lain, sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai dan mekanisme transmisi yang diyakini berlaku pada
perekonomian yang bersangkutan.
e. Operasi pasar terbuka pembelian dan penjualan obligasi pemerintah
Open market operation atau operasi pasar terbuka adalah kegiatan bank sentral untuk
membeli atau menjual surat berharga pemerintah untuk mempengaruhi jumlah uang yang
beredar dalam perekonomian. Ini adalah salah satu instrumen kebijakan moneter selain suku
bunga kebijakan dan rasio cadangan wajib. Kebijakan operasi pasar terbuka yang dilakukan
secara masif dinamakan dengan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing). Ini adalah salah
satu instrumen utama kebijakan moneter. Jika bank sentral membeli surat berharga, harganya
naik, suku bunga turun, dan jumlah uang beredar meningkat. Jika bank sentral menjual surat
berharga, harganya jatuh, suku bunga naik, dan jumlah uang beredar menurun. Keuntungan
utama dari operasi pasar terbuka adalah kebijakan ini akan mempengaruhi jumlah pasokan
uang secara langsung. Misalnya, ketika membeli surat berharga, uang berpindah dari bank
sentral ke perekonomian (diterima oleh bank komersial sebagai pembeli). Bank komersial
dapat menggunakan uang tersebut untuk menyalurkan pinjaman. Dan melalui efek multiplier
dari uang, jumlah yang beredar akan semakin bertambah lebih besar daripada uang yang
tadinya diserahkan oleh bank sentral ke bank komersial. Ketika surat berharga pemerintah
dijual oleh bank sentral, uang mengalir dari bank ke bank sentral, sehingga menghisap
kelebihan uang dari ekonomi. Ini menyebabkan penurunan jumlah uang beredar dan
mengetatkan likuiditas di dalam perekonomian. Penurunan jumlah uang beredar
menyebabkan suku bunga naik. Kenaikan suku bunga menyebabkan biaya pinjaman dan
biaya investasi menjadi lebih mahal. Akibatnya, konsumsi dan investasi berkurang dan
permintaan agregat turun. Penurunan permintaan agregat akan memoderasi inflasi dan
memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.

2. INFLASI DAN TINGKAT BUNGA


a. Tingkat suku bunga riil dan nominal
Tingkat suku bunga (interest rate) merupakan salah satu variabel ekonomi yang sering
dipantau oleh para pelaku ekonomi. Tingkat suku bunga dipandang memiliki dampak
langsung terhadap kondisi perekonomian. Berbagai keputusan yang berkenaan dengan
konsumsi, tabungan dan investasi terkait erat dengan kondisi tingkat suku. Konsep mengenai
tingkat suku bunga terdiri dari berbagai macam pendekatan. Pertama adalah konsep tentang
real interest rate, yaitu tingkat suku bunga yang merupakan tingkat suku bunga nominal
dikurangi dengan tingkat inflasi. Kedua adalah konsep atau pendekatan yang dikenal sebagai
yield to maturity. Yield to maturity dipandang sebagai konsep yang dapat menjelaskan
tingkat suku bunga dengan lebih akurat. Yield to maturity di artikan sebagai tingkat suku
bunga yang diperoleh dari present value (PV) atas penerimaan cash flow instrumen hutang
yang dinilai dengan nilai saat ini. Tingkat suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga
yang tidak memperhitungkan nilai inflasi. Tingkat suku bunga riil adalah tingkat suku bunga
yang memperhitungkan inflasi, sehingga perhitungan tingkat suku bunga tersebut lebih
mencerminkan cost of borrowing yang sebenarnya. Tingkat suku bunga riil yang
memperhitungkan ekspektasi perubahan tingkat harga disebut sebagai ex ante real interest
rate. Sedangkan tingkat suku bunga riil yang memperhitungkan perubahan tingkat harga
aktual disebut sebagai ex post real interest rate.
Para ekonom menyebut tingkat bunga yang bank bayar sebagai tingkat bunga nominal
dan kenaikan daya beli anda sebagai tingkat bunga riil.
r=i-π
Ini menunjukkan hubungan antara tingkat bunga nominal dan tngkat inflasi, dimana r adalah
tingkat bunga riil, i adalah tingkat bunga nominal, dan π adalah tingkat inflasi, dan ingat
bahwa π hanyalah persentase perubahan tingkat harga P.
Perbedaan antara tingkat bunga nominal dan bunga riil sebagian besar tergantung
pada inklusi atau pengecualian efek inflasi, sementara tingkat bunga nominal termasuk inflasi
dan tingkat bunga riil tidak termasuk inflasi. Inflasi mempengaruhi ekonomi suatu negara
dalam banyak hal dan dampaknya pada suku bunga adalah yang utama. Pemerintah
mengendalikan laju inflasi melalui kebijakan moneter untuk mengurangi dampak negatifnya
pada suku bunga.

b. Efek Fisher
Efek Fisher adalah teori ekonomi yang dibuat oleh ekonom Irving Fisher yang
menggambarkan hubungan antara inflasi dan tingkat bunga riil dan nominal. Fisher Effect
menyatakan bahwa tingkat bunga riil sama dengan tingkat bunga nominal dikurangi tingkat
inflasi yang diharapkan. Oleh karena itu, tingkat bunga riil turun dengan meningkatnya
inflasi, kecuali jika tingkat nominal meningkat pada tingkat yang sama dengan inflasi. Efek
Fisher menunjukkan perbedaan antara tngkat bunga riil dan nominal.
Persamaan Fisher: i = r + π
i = Tingkat bunga nominal aktual ( pasar )
r = Tingkat bunga riil
π = Inflasi
Ini menunjukkan bahwa bunga nominal dapat berubah karena dua hal: karena tingkat
bunga riil brubah atau karena tingkat inflasi berubah. Teori kuantitas dan persamaan Fisher
bersama-sama memberitahu bagaimana pertumbuhan uang mempengaruhi tingkat bunga
nominal. Menurut teori kuantitas, kenaikan tingkat pertumbuhan uang satu persen
menyebabkan kenaikan 1% pada tingkat inflasi. Menurut persamaan Fisher, kenaikan 1%
pada tingkat inflasi akan menyebabkan kenaikan 1% pada tingkat bunga nominal.
c. Biaya Inflasi yang diharapkan dan tidak diharapkan
Biaya inflasi yang diharapkan muncul karena hal-hal sebagai berikut:
1. Shoe leather cost (biaya kulit sepatu) adalah istilah yang menyatakan bahwa inflasi
sesuai dengan harapan maka relative penetapan seuku bunga bank akan lebih besar dari
tingkat inflasi.
2. Menu cost (biaya menu), yaitu biaya yang muncul karena perusahaan harus sering
mengubah harga dan itu berarti harus mencetak dan mengedarkan catalog baru.
3. Complaint and opportunity lost cost (biaya complain dan hilangnya kesempatan).
Bila perusahaan dengan sengaja tidak mau mengganti catalog baru maka perusahaan
akan mengalami kerugian karena harga akan naik sementara perusahaan menjual
dengan harga lama. Bila tidak sengaja maka perushaan akan mendapat complain dari
pelanggankarena harga tidak sesuai dengan catalog (khusus untuk Negara yang
konsumerismenya relative sangat baik).
4. Biaya perubahan peraturan undang-undang pajak.
5. Biaya ketidakamanan hidup.

Biaya inflasi yang tidak diharapkan:


Inflasi yang tak terantisipasi tidak disukai karena meredistribusi, secara subjektif,
kekayaan di antara individu.
Contohnya:
1. Redistribusi pendapatan antara debitor dan kreditor.
2. Penurunan nilai uang pensiunan.
Ada keuntungan dari inflasi - banyak ekonom berkata bahwa sedikit inflasi akan
membuat pasar tenaga kerja berjalan lebih baik. Mereka mengatakan inflasi “meminyaki
roda” pasar tenaga kerja.

3. INFLASI
a. Pengertian Inflasi dan Deflasi
Inflasi adalah” suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara
terus menerus. Peristiwa dalam perekonomian ini diakibatkan karena terganggunya
keseimbangan antara arus uang dan arus barang. Dapat disimpulkan jika Inflasi ialah
kenaikan suatu harga barang yang terjadi secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
panjang. Peningkatan ini didasari oleh suatu rasio jumlah uang yang akan dibayarkan atau
dikeluarkan. Jadi, semakin banyaknya uang yang beredar dalam waktu tersebut, semakin naik
harga barang yang dijual. Namun, inflasi tidak hanya terjadi pada satu barang saja, melainkan
secara menyeluruh. Bila kenaikan yang terjadi hanya sekali, walaupun persentasinya cukup
besar belum dapat dikatakan sebagai inflasi karena tidak mempunyai pengaruh lanjutan.
sebagai contoh, kenaikan harga-harga menjelang bulan Ramadan ataupun pada hari besar
lainnya belum dapat dikatakan sebagai inflasi karena tidak mempunyai pengaruh lebih lanjut.
Kejadian seperti contoh diatas, di istilahkan sebagai kenaikan tingkat harga dan setiap
peristiwa yang cenderung mendorong naiknya tingkat harga disebut sebagai gejolak inflasi.
Sedangkan tingkat persentase kenaikan tingkat harga dan beberapa indeks harga dari suatu
periode ke periode lain disebut dengan laju inflasi.
Sementara deflasi adalah keadaan sebaliknya dari inflasi, yaitu penurunan harga
barang yang terjadi pada periode tertentu dan terjadi dalam waktu yang lama. Saat hal ini
terjadi, baik produsen maupun konsumen akan kesulitan mendapatkan keuntungan, kecuali
harus menurunkan harga produknya. Walaupun harga barang turun, rasio keuangan
masyarakat juga rendah karena kurangnya uang yang beredar di masyarakat. Jadi, barang
tersebut juga tidak akan terjual. Jika deflasi semakin parah, tak jarang produsen atau penyedia
jasa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk mengurangi beban. Semakin tinggi
deflasi, semakin tinggi pula potensi PHK tenaga kerja. Itu sebabnya, deflasi adalah seringkali
dikaitkan dengan kondisi resesi. Deflasi seringkali terjadi saat kondisi perekonomian melesu.
Roda perekonomian yang melambat terjadi karena permintaan atas konsumsi dan investasi
yang anjlok.
b. Jenis-jenis Inflasi
1. Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya
Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dibagi menjadi 4 jenis, yaitu inflasi ringan, inflasi
sedang, inflasi berat, dan inflasi sangat berat.
1. Inflasi Ringan
Inflasi ringan tidak begitu mengganggu keadaan perekonomian karena harga-
harganya hanya mengalami kenaikan secara umum. Kenaikan harga pada inflasi ringan
adalah di bawah 10% per tahun.
2. Inflasi Sedang
Inflasi sedang bisa membahayakan kegiatan perekonomian karena inflasi ini dapat
menurunkan kesejahteraan masyarakat yang memiliki penghasilan tetap. Kenaikan harga
pada inflasi sedang berkisar antara 10%-30% per tahun.
3. Inflasi Berat
Inflasi berat dapat mengacaukan kondisi perekonomian karena masyarakat tidak ingin
menabung lagi di bank dikarenakan bunga bank jauh lebih kecil daripada laju
inflasi. Kenaikan harga pada inflasi berat berkisar antara 30%-100% per tahun.
Nah, inflasi yang terjadi di Indonesia tahun 1998 itu termasuk inflasi berat. Bahkan inflasi
saat itu mencapai sekitar 77,63% yang disebabkan oleh krisis moneter. 
4. Inflasi Sangat Berat
Inflasi sangat berat adalah inflasi yang sudah sangat sulit dikendalikan karena
kenaikan harga pada inflasi ini di atas 100% per tahun.
2. Jenis Inflasi Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, inflasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu inflasi merayap, inflasi
menengah, dan inflasi tinggi.
1. Inflasi Merayap (Creeping Inflation)
Inflasi merayap ditandai dengan adanya laju inflasi yang rendahdimana kenaikan
harga berjalan secara lambat dengan persentase yang relatif kecil serta dalam jangka waktu
yang lama.
2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
Inflasi menengah ditandai dengan adanya kenaikan harga yang cukup tinggi dan
memiliki sifat akselerasi yang terjadi dalam jangka waktu cukup singkat. Artinya harga-harga
pada minggu atau bulan ini lebih tinggi daripada harga-harga pada minggu atau bulan lalu.
Kemudian pada minggu atau bulan depan akan kembali meningkat, dan begitu seterusnya.
Efek yang dirasakan yaitu keadaan perekonomian terasa semakin berat dan susah.
3. Inflasi Tinggi (Hyperinflation)
Inflasi tinggi ditandai dengan adanya laju inflasi yang sangat tinggi dan parah. Inflasi
ini membuat masyarakat tidak lagi ingin menyimpan uangnya. Perputaran uang terjadi secara
cepat dan harga-harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul karena pemerintah
mengalami defisit anggaran belanja, misalnya saat keadaan perang, yang ditutup dengan
mencetak uang.
3. Jenis Inflasi Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya, inflasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu inflasi yang berasal dari dalam
negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri.
1. Inflasi yang Berasal dari Dalam Negeri (Domestic Inflation)
Inflasi yang berasal dari dalam negeri disebut juga domestic inflation. Domestic
inflation contohnya adalah seperti ketika terjadi defisit anggaran belanja yang terjadi secara
terus menerus, gagal panen, dan sebagainya. Dalam keadaan seperti ini, pemerintah biasanya
akan menginstruksi kepada Bank Indonesia untuk mencetak uang baru dalam jumlah yang
besar untuk memenuhi kebutuhan pemerintahan. Adapun hal lain yang dapat menyebabkan
terjadinya inflasi dalam negeri adalah meningkatnya biaya produksi dalam negeri dan
meningkatnya permintaan masyarakat terhadap barang, sementara kenaikan penawaran tidak
bisa mengimbanginya.
2. Inflasi yang Berasal dari Luar Negeri (Imported Inflation)
Inflasi yang berasal dari luar negeri disebut juga imported inflation. Imported
inflation timbul karena adanya inflasi dari luar negeri yang mengakibatkan naiknya harga
barang-barang impor. Inflasi seperti ini biasanya dialami oleh negara-negara yang sedang
berkembang dan biasanya sebagian besar usaha produksinya menggunakan bahan dan alat
dari luar negeri yang timbul karena adanya perdagangan internasional.
c. Sebab-Sebab Timbulnya Inflasi
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi, akan tetapi secara garis besar
timbulnya inflasi disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini:
1. Kenaikan permintaan melebihi penawaran (Demand pull inflation) dimana inflasi
terjadi disebabkan oleh naiknya permintaan total terhadap barang dan jasa.
2. Kenaikan biaya produksi (Cost push inflation) dimana inflasi yang terjadi karena
meningkatnya biaya produksi, sehingga harga barang yang ditawarkan mengalami
kenaikan.
3. Meningkatnya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat (Money in circulation),
artinya terdapat penambahan jumlah uang yang beredar, sehingga para produsen
menaikkan harga barang.
4. Berkurangnya jumlah barang di pasaran artinya jumlah barang yang ada dipasar atau
jumlah penawaran barang mengalami penurunan, sehingga jumlahnya sedikit sedang
permintaan akan barang tersebut banyak sehingga harga barang naik.
5. Inflasi dari luar negeri (Imported Inflation) artinya inflasi karena mengimpor barang
dari luar negeri, sedangkan di luar negeri terjadi inflasi (kenaikan harga barang di luar
negeriI, sehingga barang-barang impor mengalami kenaikan harga.
6. Inflasi dari dalam negeri (Domestic Inflation), artinya Meningkatnya pengeluaran
pemerintah atau terjadi deficit anggaran
d. Teori Inflasi
Ada tiga teori inflasi yang digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan mengapa
inflasi terjadi, yaitu:
1. Terori Kuantitas
Seperti yang disebutkan pada pengertian inflasi di atas, semakin banyak uang yang
beredar maka harga-harga akan naik.
2. Teori Keynes
Menurut Teori Keynes, inflasi bisa terjadi ketika suatu golongan masyarakat ingin
hidup melebihi batas kemampuan ekonominya dengan membeli barang dan jasa secara
berlebihan. Sesuai hukum ekonomi, semakin banyak permintaan sedangkan penawaran
tetap, maka harga-harga akan naik.
3. Teori Struktural
Inflasi juga dapat terjadi ketika produsen tidak bisa mengantisipasi dengan cepat
terjadinya kenaikan permintaan akibat pertambahan penduduk.
Demikianlah penjelasan ringkas mengenai pengertian inflasi, penyebab inflasi, jenis
inflasi, dampak dan teori inflasi. Semoga bermanfaat.
e. Dampak Inflasi
Mengacu pada pengertian inflasi di atas, kondisi ekonomi ini memiliki dampak positif
dan negatif bagi suatu negara. Berikut ini adalah beberapa dampak inflasi secara umum:
1. Dampak Inflasi Terhadap Pendapatan
Inflasi dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap pendapatan
masyarakat. Pada kondisi tertentu, misalnya inflasi lunak, justru akan mendorong para
pengusaha untuk memperluas produksi sehingga meningkatkan perekonomian. Namun,
inflasi akan berdampak buruk bagi mereka yang berpenghasilan tetap karena nilai
uangnya tetap sedangkan harga barang/ jasa naik.
2. Dampak Inflasi Terhadap Ekspor
Kemampuan ekspor suatu negara akan berkurang ketika mengalami inflasi, karena
biaya ekspor akan lebih mahal. Selain itu, daya saing barang ekspor juga mengalami
penurunan, yang pada akhirnya pendapatan dari devisa pun berkurang.
3. Dampak Inflasi Terhadap Minat Menabung
Seperti yang telah disebutkan pada pengertian inflasi di atas, pada kondisi inflasi
minat menabung sebagian besar orang akan berkurang. Alasannya, karena pendapatan
dari bunga tabungan jauh lebih kecil sedangkan penabung harus membayar biaya
administrasi tabungannya.
4. Dampak Inflasi Terhadap Kalkulasi Harga Pokok
Kondisi inflasi akan mengakibatkan perhitungan penetapan harga pokok menjadi sulit
karena bisa menjadi terlalu kecil atau terlalu besar. Persentase inflasi yang terjadi di masa
depan seringkali tidak dapat diprediksi dengan akurat. Hal ini kemudian akan membuat
proses penetapan harga pokok dan harga jual menjadi tidak akurat. Pada kondisi tertentu,
inflasi akan membuat para produsen kesulitan dan mengakibatkan kekacauan
perekonomian.
f. Cara Mengatasi Inflasi
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi dengan langkah-langkah
yang fokus di bidang keuangan (moneter). Terdapat tiga wujud kebijakan moneter:
a. Penetapan Persediaan Kas
Bank sentral (dalam kasus ini berarti Bank Indonesia) mengeluarkan kebijakan
untuk meningkatkan batas minimum kas setiap lembaga perbankan di Indonesia.
Alhasil, bank tidak bisa mengeluarkan banyak uang. Tujuan akhirnya adalah
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat.
b. Diskonto
Bank Indonesia menerapkan kebijakan peningkatan suku bunga. Masyarakat
jadi tergerak untuk menyimpan uang di bank, bukan untuk berbelanja. Akhirnya, uang
yang beredar di masyarakat bisa berkurang.
c. Operasi Pasar Terbuka
Bank Indonesia menerapkan kebijakan ini dengan cara menjual surat-surat
berharga kepada publik, contoh yang paling mudah adalah Surat Utang Negara (SUN).
Penjualan surat berharga akan menyerap uang masyarakat dan menekan peredaran
uang. Hasilnya, laju inflasi bisa ditekan.
2. Kebijakan Fiskal
Cara mengatasi inflasi selanjutnya adalah penerapan kebijakan fiskal yang dapat
mempengaruhi nominal pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini dapat berbentuk dua kegiatan:
a. Menghemat pengeluaran pemerintah (APBN)
Alih-alih meminta masyarakat untuk menekan belanja, pemerintah dapat
melakukannya sendiri. Saat pengeluaran negara ditekan, maka jumlah pembelian
produk barang dan jasa akan ikut turun. Demand yang turun akan mampu menekan laju
inflasi.
b. Menaikkan tarif pajak
Kenaikan tarif pajak akan turut mengurangi tingkat belanja masyarakat.
Hasilnya, peredaran uang di tengah masyarakat berkurang dan harga barang berangsur-
angsur kembali ke kondisi normal.
3. Kebijakan Non Moneter dan Non Fiskal
Kebijakan ini dlakukan degan menempuh peningkatan hasil produksi, menstabiler gaji
dan upah (tidak sering menaikkan) dan pengendalian harga serta distribusi barang kebutuhan
kepada masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis jumlah uang beredar dan tingkat
suku bunga SBI terhadap inflasi di Indonesia dari tahun ke tahun adalah sebagai berikut:
1) Analisis yang diperoleh menunjukan bahwa jumlah uang beredar tidak berpengaruh
terhadap inflasi. Hasil analisis sesuai dengan teori strukturalis, menurut teori strukturalis
pertambahan uang beredar adalah konsekuensi dari inflasi, bukan akar penyebab inflasi.
Ketika harga input meningkat, produsen memerlukan kenaikan harga barang produksinya
untuk mempertahankan tingkat produksi dan tingkat keuntuungan mereka. Untuk itu
mereka perlu memiliki tambahan alat likuid, yang diwujudkan dalam peningkatan
permintaan uang. Respon dari peningkatan itu kemudian meningkatkan jumlah uang yang
beredar. Jadi faham ini berpendapat bahwa jumlah uang yang beredar adalah konsekuensi
dari kenaikan harga-harga.
2) Tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif terhadap inflasi di Indonesia. Hasil analisis
yang diperoleh tidak sesuai dengan hipotesis, namun penelitian ini sesuai dengan konsep
‘paradox gibson’ yang menjelaskan bahwa terdapat bukti empiris tentang kecenderungan
harga dan tingkat suku bunga bergerak secara bersama. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh terhadap inflasi.
B. Saran
Dari analisis hasil penelitian dan kesimpulan, dapat di sampaikan saran sebagai
berikut:
1) Meskipun jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia, maka
pemerintah dan Bank Indonesia diharapkan bisa mengontrol dan mengendalikan
perkembangan jumlah uang beredar supaya tercipta kestabilan di sektor keuangan di
indonesia.
2) Tingkat suku bunga SBI berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia, maka pemerintah dan
Bank Indonesia diharapkan bisa mengendalikan tingkat suku bunga SBI agar bisa
mengendalikan inflasi.

DAFTAR PUSTAKA
Alam S. 2014. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

An-Nabhani Taqyudin dan An-Nidlam Al-Iqtishadi Fil Islam. 1996. Ter. Maghfur Wachid.
Membangun Sistem.

Azwar Karim, Adiwarman. 2004. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Basuki. 2020. Modul Ekonomi Indeks Harga dan Inflasi Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Boediono. 1995. Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.

Campbell, R. McConnel dan Stanley. 1990. Economics: Principles, Problems, and Policies.
McGraw: Hill Publishing.

Definition of MONEY". www.merriam-webster.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-


03-23.

Ekonomi Alternatif Prespektif Islam. Surabaya: Risalah Gusti.

Furchan, Arif dan Agus Maimun. 2005. Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai Tokoh.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Langi, Theodores Manuela dkk. 2014. ”Analisis Pengaruh Suku Bunga, Jumlah Uang
Beredar, Dan Tingkat Kurs Terhadap Tingkat Inflasi Di Indonesia”. Jurnal Berkala
Ilmiah Efisiensi. 14 (2).

Mardiyati, Umi dkk. 2013. ”Analisis Pengaruh Niali Tukar, Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi
Terhadap Indeks Harga Saham”. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia. 4(1).

Nofiatin, Ika. 2013. ”Hubungan Inflasi, Suku Bunga, Produk Domestik Bruto, Nilai Tukar,
Jumlah Uang Beredar dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode 2005-
2011”. Jurnal Aplikasi Manajemen: 11(2).

Nopirin. 1992. Ekonomi Makro II. Yogyakarta: BPFE.

Sumber gambar:
Gambar 'Ketupat' [Daring]. Tautan: https://indonesia.go.id/kategori/kuliner/2793/aneka-
menu-nusantara-pendamping-ketupat-lebaran (Diakses pada 23 Maret 2022)

Anda mungkin juga menyukai