Anda di halaman 1dari 5

TUGAS EAS

TEKNOLOGI KAPAL KECIL

“Essay Tentang Masa Depan Kapal Kayu dan Industri


Kerajinan Kapal Kayu”

Mahasiswa :
Abdul Rahman Safaruddin
(04111950030002)

Dosen:
Ir. Samodra, M.Sc., Ph.D.

Departemen Teknik PerKapalan


Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
2020
Awal munculnya transportasi dahulu kala ditandai dengan adanya pemanfaatan kayu
sebagai pembuatan Perahu untuk berpindah dari suatu daerah ke daerah lainnya yang terpisah
oleh peraiaran. Keberadaan Perahu dalam kehidupan masyarakat Indonesia telah memupuk
bangsa untuk menguasai sumberdaya laut. Etnis-etnis di Indonesia, melalui pengalaman nenek
moyang secara nyata telah dapat berusaha untuk menciptakan sarana yang mudah untuk
memperoleh kemudahan dalam aktifitas kelautan. Perkembangan Perahu selanjutnya adalah
Perahu bercadik yang merupakan cikal bakal Perahu tradisional, merupakan hasil karya, cipta
dan karsa bangsa austonesia sebelum melakukan perjalanan Panjang menjelajah dah Asia
Tenggara bahkan Madagaskar dan Pasifik. Berdasarkan penelitian para arkeolog, membuktikan
bahwa nenek moyang bangsa Indonesia yang telah mengenal Perahu bercadik adalah Indonesia
ditandai dengan pahatan Perahu Borobudur seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Perahu Borobudur

Perkembangan Perahu dapat diketahui secara runtut dari bentuk masa ke masa untuk
memudah bergerak dalam mencari kebutuhan. Aktititas pemantaatan sumber daya laut tersebut
tidak akan terlepas dari kemampuan dan kepiawaian bangsa Indonesia untuk menciptakan
Perahu-perahu yang laik untuk mengarungi samudera. Kemudian berkembangnya teknologi dan
kebutuhan yang lebih, Perahu yang terbilang kecil kini dikembangkan menjadi Kapal dengan
ukuran yang lebih besar. Dengan ukuran Kapal yang lebih besar dibandingkan Perahu,
menjadikan bahan baku utama kayu sebagai bahan utama Kapal terbilang lebih banyak. Melihat
kebutuhan Kapal kayu yang terus meningkat, tentunya telah banyak Galangan Kapal kayu yang
berdiri hampir berada di tiap-tiap daerah. Hal ini berdampak langsung terhadap ketersediaan
kayu di hutan semakin sedikit, mengingat pertumbuhan kayu yang terbilang sangat lama.
1
Saat ini banyaknya Galangan Kapal kayu yang bergantung pada kayu, sedangkan
ketersediaan kayu di Indonesia saat ini semakin sulit. Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 18 tahun 2013, eksploitasi kayu di hutan secara berlebihan dan dalam jumlah
besar seperti pada Gambar 2. menyebabkan kerusakan hutan yang berdampak kepada
pemanasan global sehingga pemerintah membatasi penggunaan kayu untuk pencegahan dan
pemberantasan kerusakan hutan. Kelangkaan kayu sebagai bahan baku industri Galangan Kapal
mengakibatkan harga kayu molonjak tinggi dan membuat harga Kapal menjadi mahal.
Permintaan Kapal kayu kini mulai berkurang, dikarenakan mahalnya biaya pembangunan Kapal
sehinggal berdampak terhadap beberapa Galangan-galangan Kapal kayu di Indonesia tidak bisa
memproduksi Kapal dan tidak dapat beroperasi lagi atau beroperasi dengan biaya yang tinggi
sehingga tidak kompetitif. Adapun tutupnya beberapa Galangan Kapal kayu ini berdampak
kepada beberapa masyarakat yang harus kehilangan pekerjaan pada Galangan karena semua
pekerja harus diberhentikan.

Gambar 2. Eksploitasi hutan dalam jumlah besar

Beberapa Galangan Kapal kayu lainya yang masih berjalan tetap memproduksi Kapal
tetapi, kini kebanyakan Kapal yang dibangun merupakan Kapal berbahan Fibreglass Reinforced
Plastics (FRP). Berpindahnya Galangan Kapal kayu menjadi Galangan Kapal fiberglass
menyebabkan tumbuhnya Galangan-galangan Kapal baru yang memproduksi Kapal fiberglass
dalam jumlah besar seperti pada Gambar 3. Jika dilihat, dengan adanya Galangan Kapal
fiberglass berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat akan tetapi sangat berdampak

2
negatif terhadap kondisi fisik dan lingkungan. Proses produksi Kapal fiberglass mengharuskan
pekerja melakukan kontak langsung dengan bahan-bahan kimia berbahaya seperti resin,
multiaksial, cobalt, dan katalis yang langsung dapat merusak kesehatan pekerja, terlebih jika
kurangya kesadaran pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri. Kontak langsung dengan
bahan fiberglass atau terkena debu fiberglass di udara menyebabkan gatal kulit, mata, hidung dan
tenggorokan. Ada kemungkinan bahwa serat menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru
atau saluran udara, atau meningkatkan kemungkinan mengembangkan kanker paru-paru. Selain
itu jika ditinjau terhadap lingkungan, karena fiberglass terbuat dari bahan kimia akan sukar
terdegradasi secara alami dan membutuhkan waktu yang cukup lama, kalaupun didaur ulang
secara mekanik, akan menghasilkan gas CO dan debu yang berbahaya untuk kesehatan.

Gambar 3. Kapal Fiberglass

Kelangkaan Kayu telah mulai dirasakan dan adanya bahan fiberglass pengganti kayu
dimana terdapat perbedaan karakteristik hasil produksi Kapal fiberglass dibandingkan Kapal
kayu, menjadikan nilai budaya, warisan untuk keberlangsungan Kapal kayu menghilang
perlahan. Karena itu untuk menjamin keberlangsungan pembangunan industri Galangan Kapal
kayu, diperlukan penghematan dan diversifikasi bahan baku kayu serta perhatian yang lebih
besar terhadap pengembangan sumber daya terbarukan. Adapun sumber daya alam sepeti bambu
yang dapat dimanfaatkan kembali dengan teknologi terbaru untuk pembangunan Kapal sebagai
penghematan kayu, dikarenakan bambu memiliki karakteristik yang hampir sama dengan kayu

3
dan juga dapat terbarukan dengan waktu yang cukup cepat. Penggunaan bambu ini dapat menjadi
penghematan kayu, sehingga kayu dapat tetap digunakan kedepannya.

Adanya pengembangan sumberdaya ini untuk menjaga keberlangsungan Perahu


tradisional berbahan kayu. Dimana, Perahu tradisional Nusantara sebagai suatu ciri khas yang
menjadi milik bangsa Indonesia perlu ditumbuhkan dan kembangkan serta dilestarikan agar
kepiawaian dalam pembuatan Perahu-Perahu Nusantara itu tetap dikenal dan diketahui. Dengan
adanya rasa cinta tanah air dan kebanggaan nasional itu maka perlu adanya sarana untuk
menyebarluaskan pengetahuan tentang peranan Perahu-perahu tradisional dari masa ke masa.
Data yang penulis kumpulkan selama ini merupakan data dari suatu khasanah budaya dan
teknologi yang bersifat tradisional yang perlu diketahui oleh masyarakat luas baik peneliti, siswa,
mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Kepiawaian dalam pembuatan Perahu-perahu
tradisional Nusantara terjadi melalui proses dalam jangka waktu panjang yang dirintis oleh
bangsa Austronesia yang merupakan asal-usul bangsa Indonesia. Perjalanan yang begitu panjang
dari masa yang paling tua masa prasejarah, masa-masa pengaruh Hindu pengaruh Islam sampai
sekarang, telah memberi kesempatan yang begitu luas bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari
berbagai etnis untuk mengembangkan Perahu-Perahu tradisional Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai