Kapal Kecil 3
Kapal Kecil 3
Mahasiswa :
Abdul Rahman Safaruddin
(04111950030002)
Dosen:
Ir. Samodra, M.Sc., Ph.D.
Perkembangan Perahu dapat diketahui secara runtut dari bentuk masa ke masa untuk
memudah bergerak dalam mencari kebutuhan. Aktititas pemantaatan sumber daya laut tersebut
tidak akan terlepas dari kemampuan dan kepiawaian bangsa Indonesia untuk menciptakan
Perahu-perahu yang laik untuk mengarungi samudera. Kemudian berkembangnya teknologi dan
kebutuhan yang lebih, Perahu yang terbilang kecil kini dikembangkan menjadi Kapal dengan
ukuran yang lebih besar. Dengan ukuran Kapal yang lebih besar dibandingkan Perahu,
menjadikan bahan baku utama kayu sebagai bahan utama Kapal terbilang lebih banyak. Melihat
kebutuhan Kapal kayu yang terus meningkat, tentunya telah banyak Galangan Kapal kayu yang
berdiri hampir berada di tiap-tiap daerah. Hal ini berdampak langsung terhadap ketersediaan
kayu di hutan semakin sedikit, mengingat pertumbuhan kayu yang terbilang sangat lama.
1
Saat ini banyaknya Galangan Kapal kayu yang bergantung pada kayu, sedangkan
ketersediaan kayu di Indonesia saat ini semakin sulit. Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 18 tahun 2013, eksploitasi kayu di hutan secara berlebihan dan dalam jumlah
besar seperti pada Gambar 2. menyebabkan kerusakan hutan yang berdampak kepada
pemanasan global sehingga pemerintah membatasi penggunaan kayu untuk pencegahan dan
pemberantasan kerusakan hutan. Kelangkaan kayu sebagai bahan baku industri Galangan Kapal
mengakibatkan harga kayu molonjak tinggi dan membuat harga Kapal menjadi mahal.
Permintaan Kapal kayu kini mulai berkurang, dikarenakan mahalnya biaya pembangunan Kapal
sehinggal berdampak terhadap beberapa Galangan-galangan Kapal kayu di Indonesia tidak bisa
memproduksi Kapal dan tidak dapat beroperasi lagi atau beroperasi dengan biaya yang tinggi
sehingga tidak kompetitif. Adapun tutupnya beberapa Galangan Kapal kayu ini berdampak
kepada beberapa masyarakat yang harus kehilangan pekerjaan pada Galangan karena semua
pekerja harus diberhentikan.
Beberapa Galangan Kapal kayu lainya yang masih berjalan tetap memproduksi Kapal
tetapi, kini kebanyakan Kapal yang dibangun merupakan Kapal berbahan Fibreglass Reinforced
Plastics (FRP). Berpindahnya Galangan Kapal kayu menjadi Galangan Kapal fiberglass
menyebabkan tumbuhnya Galangan-galangan Kapal baru yang memproduksi Kapal fiberglass
dalam jumlah besar seperti pada Gambar 3. Jika dilihat, dengan adanya Galangan Kapal
fiberglass berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat akan tetapi sangat berdampak
2
negatif terhadap kondisi fisik dan lingkungan. Proses produksi Kapal fiberglass mengharuskan
pekerja melakukan kontak langsung dengan bahan-bahan kimia berbahaya seperti resin,
multiaksial, cobalt, dan katalis yang langsung dapat merusak kesehatan pekerja, terlebih jika
kurangya kesadaran pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri. Kontak langsung dengan
bahan fiberglass atau terkena debu fiberglass di udara menyebabkan gatal kulit, mata, hidung dan
tenggorokan. Ada kemungkinan bahwa serat menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru
atau saluran udara, atau meningkatkan kemungkinan mengembangkan kanker paru-paru. Selain
itu jika ditinjau terhadap lingkungan, karena fiberglass terbuat dari bahan kimia akan sukar
terdegradasi secara alami dan membutuhkan waktu yang cukup lama, kalaupun didaur ulang
secara mekanik, akan menghasilkan gas CO dan debu yang berbahaya untuk kesehatan.
Kelangkaan Kayu telah mulai dirasakan dan adanya bahan fiberglass pengganti kayu
dimana terdapat perbedaan karakteristik hasil produksi Kapal fiberglass dibandingkan Kapal
kayu, menjadikan nilai budaya, warisan untuk keberlangsungan Kapal kayu menghilang
perlahan. Karena itu untuk menjamin keberlangsungan pembangunan industri Galangan Kapal
kayu, diperlukan penghematan dan diversifikasi bahan baku kayu serta perhatian yang lebih
besar terhadap pengembangan sumber daya terbarukan. Adapun sumber daya alam sepeti bambu
yang dapat dimanfaatkan kembali dengan teknologi terbaru untuk pembangunan Kapal sebagai
penghematan kayu, dikarenakan bambu memiliki karakteristik yang hampir sama dengan kayu
3
dan juga dapat terbarukan dengan waktu yang cukup cepat. Penggunaan bambu ini dapat menjadi
penghematan kayu, sehingga kayu dapat tetap digunakan kedepannya.