D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Bertamba Sitinjak
Theresia Situmorang
Ronatal Situmorang
Mei Anugrah Waruwu
Francine Angelica Van Bert Siregar
Gracia Franiska Hasibuan
Graicia Agustina Sihombing
Henny Carolia Tampubolon
Heppi Muliana Situngkir
B. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya, masyarakat telah
menunjukkan kepedulian terhadap masalah pendidikan, pengasuhan, dan
perlindungan anak usia dini 0-6 tahun dengan berbagai jenis layanan sesuai
dengan kondisi yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun non
formal.
Kehidupan anak usia dini ibarat cuaca di pagi hari yang dapat meramalkan
bagaimana siangnya. Pagi yang mendung kemungkinan akan turun hujan,
meskipun tidak selamanya mendung berarti hujan. Jadi yang di maksud anak
usia dini di sini adalah sosok individu yang berumur 0-6 tahun yang
sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat
fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Adapun yang di maksud dengan anak
usia dini dalam penelitian ini adalah anak yang berusia 5-6 tahun.
Salah satu aspek perkembangan dasar pada anak usia dini yaitu aspek fisik
(motorik halus dah halus). Pada dasarnya perkembangan motorik pada anak
meliputi motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik halus
menurut menurut Hurlock (2013), merupakan pengendalian koordinasi yang
lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih untuk digunakan
menggenggam, melempar, menggambar, menangkap bola, menggunting, dan
sebagainya.
Menurut (Sumanto, 2005, p. 94) kegiatan kolase bagi anak TK adalah
kemampuan berolah seni rupa yang diwujudkan dengan ketrampilan menyusun
dan merekatkan bagian-bagian bahan alam, bahan buatan dan bahan bekas pada
kertas gambar/bidang dasaran yang digunakan sampai dihasilkan tatanan yang
unik dan menarik.
Sedangkan menurut (Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi 2010, p. 54) kolase
merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan bermacam-
macam selama bahan dasar tersebut dapat dipadukan dengan bahan dasar lain
yang akhirnya dapat menyatu menjadi karya yang utuh dan dapat mewakili
ungkapan perasaan estetis orang yang membuatnya. Anak TK latihan membuat
kolase bisa menggunakan bahan sobekan kertas, sobekan majalah, koran, kertas
lipat dan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar.
Ini adalah alasan untuk para guru tidak membuang barang bekas serta
memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak terpakai (sampah) dan
mendukung gerakan daur-ulang yang apabila diaplikasikan ke medium datar
maupun tiga dimensi dapat menghasilkan karya seni yang unik dan menarik dan
dapat digunakan mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan kolase anak
membantu kemampuan berbahasa anak, anak terlatih untuk menjelaskan atau
bercerita tentang hasil karyanya kepada guru, selain itu kegiatan kolase yang
merupakan kegiatan berseni rupa yang diwujudkan dengan teknik menempel
dan menyusun bahan yang disediakan dapat membantu anak dalam
mengembangkan aspek motorik halus, dengan menempel dan merekatkan
bahan, motorik halus anak akan terlatih dan dapat berkembang dengan optimal.
Anak lebih mudah belajar tentang sesuatu bila melalui kegiatan yang
menyenangkan seperti kolase. Pada saat kegiatan kolase sama halnya anak
sedang bermain, sehingga dalam proses pembelajarannya berlangsung dengan
menyenangkan dan dapat meningkatkan kreativitas anak.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan perkembangan motorik halus anak selama berada dirumah
di masa pandemi.
2. Tujuan Khusus
a. Memfasilitasi anak untuk mengekspresikan perasaannya.
b. Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak.
c. Menciptakan atau meningkatkan hubungan yang sehat.
d. Meningkatkan kreatifitas bermain.
2. Manfaat
Adapun manfaat jika anak diajarkan kolase secara konsisten sejak usia
dini adalah:
1. Melatih Motorik Halus anak
Pada saat melakukan kegiatan kolase sebagian anak mungkin mengalami
kesulitan karena membutuhkan gerakan-gerakan halus dari jari-jemari untuk
mengambil bahan, mengelem, dan menempelnya dibidang gambar. Dengan
praktik secara langsung dapat menstimulasi keterampilan motorik halus anak
dan jari- jemarinya akan siap untuk diajak belajar menulis.
2. Meningkatkan Kreativitas anak
Kegiatan kolase dapat meningkatkan kreativitas anak, salah satunya dengan
menyediakan berbagai pilihan warna, pola gambar yang menarik, tempat
menempel, alat dan media yang beragam sesuai dengan kebutuhan anak.
3. Melatih konsentrasi anak
Butuh konsentrasi cukup tinggi bagi anak saat melepas dan menempelkan
bahan kolase ke pola gambar. Lambat-laun kemampuan konsentrasinya akan
semakin terasah. Pada saat berkonsentrasi melepas dan menempel dibutuhkan
pula koordinasi gerakan antara tangan dan mata. Koordinasi ini sangat baik
untuk merangsang pertumbuhan otak anak di masa yang sangat pesat.
4. Mengenalkan warna pada anak
Kolase terdiri atas banyak sekali warna; merah, hijau, kuning, biru,
dan lainnya. Anak dapat belajar mengenal warna agar wawasan dan
kosakatanya bertambah banyak.
5. Mengenalkan bentuk pada anak
Selain warna, beragam bentuk pun ada pada kolase. Ada segitiga, segiempat,
lingkaran, persegi panjang, busur, dan gambargambarbukan geometris.
Pengenalan bentuk geometri dasar yang baik,kelak membuat anak lebih
memahami lingkungannya dengan baik. Saat melihat roda mobil misalnya, dia
akan tahu kalau bentuknya lingkaran, meja bentuknya segiempat, atap rumah
berbentuk segitiga, dan sebagainya. Pemahaman ini membuat kerja otak lebih
aktif sehingga kecerdasan anak tumbuh lebih maksimal.
6. Mengenalkan jenis dan aneka bahan pada anak
Setiap bahan punya kekasaran dan kehalusan yang berbeda. Dengan
menggunakan aneka bahan, kita dapat mengenal dan bias membentuknya.
7. Mengenalkan sifat bahan pada anak
Penggunaan bahan yang beragam, membuat kita jadi tahu sifat masing-masing
bahan dan bagaimana cara menggunakannya.
8. Melatih ketekunan anak
Menyelesaikan karya kolase memerlukan waktu yang cukup, tidak bias
terburu-buru. Jadi kita bias berlatih untuk tekun agar menghasilkan karya yang
indah dan terlatih untuk bersabar.
9. Melatih kemampuan ruang
Bermain kolase membutuhkan analisa yang tepat untuk melakukan sebuah
bahan atau materi dalam gambar atau tempat yang ada. Kita harus
mengukurnya terlebih dahulu cukup atau tidak, kebesaran atau kekecilan, dan
seterusnya.
10. Melatih anak dalam memecahkan masalah
Menyelesaikan kolase, sebenarnya membiasakan kita untuk menyelesaikan
sebuah masalah. Masalah yang mengasyikkan pasti akan membuat kita senang
menyelesaikannya. Tak ada kata putus asa, selalu ada cara bar untuk
menempel dan merangkai, kolasemu. Ini akan membantu kita kelak menjadi
terampil menghadapi banyak hal.
11. Melatih anak untuk percaya diri
Ketika karya kita sudah selesai, tentu kita akan merasa sangat bangga. Kita
pun akan terpacu untuk membuat karya lain yang lebih baik lagi. Kreativitas
semakin terasah, rasa percaya diri juga bertambah. Tidak ada rasa takut atau
malu sekalipun karena kita yakin kita bisa.
E. Klien
1. Karakteristik/ kriteria
a. Klien anak dengan usia sekolah 4-7 tahun
b. Klien dengan kondisi fisik baik/sehat.
2. Proses
seleksi
Berkelompok
F. Pengorganisasian
a. Alokasi Waktu & Tempat
Hari : Sabtu, 26 Maret 2022
Waktu : 10.00 WIB
Lama : 30 menit
Fase orientasi : 5 menit
Fase kerja : 20 menit
Fase terminasi : 5 menit
Tempat : Jl. Tanjung Sari
b. Klien peserta TAK
Anak mandiri dan kolaboratif
Anak laki-laki umur 4-7 tahun
Jumlah peserta sebanyak 8 orang
c. Tim Terapis
Leader : Henny Carolia Tampubolon
Co-Leader : Francine Siregar
Fasilitator : Graicia Sihombing, Heppi Situngkir, Theresia
Situmorang
Observer : Mei Anugrah, Havebeen, Gracia Hasibuan
G. Pembagian Tugas
a. Leader
Tugas: 1. Membuka acara
2. Menyampaikan tujuan dilakukannya TAK
3. Menyampaikan aturan TAK
4. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK
5. Menjadi role model pada saat kegiatan
6. Menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan
klien termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya
7. Mengarahkan proses TAK ke arah pencapaian tujuan dengan
cara memotivasi kepada anggota kelompok untuk terlibat dalam
kegiatan
8. Menutup acara
b. Co-Leader
Tugas: 1. Menjadi role model
2. Mengambil alih posisi leader jika leader pasif atau blocking
3. Meningatkan leader jika kegiatannya menyimpang atau
ada kegiatan yang terlupakan
4. Menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan
klien termotivasi untuk mengeskpresikan perasaannya
5. Mengarahkan proses TAK kearah pencapaian tujuan dengan
cara memotivasi kepada anggota kelompok untuk terlibat dalam
kegiatan
c. Fasilitator
Tugas:1. Memfasilitasi klien dalam kegiatan TAK
2. Mempertahankan keikutsertaan klien dalam kegiatan
3. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap jalannya kegiatan
4. Memberi stimulus kepada anggota yang kurang aktif
5. Ikut serta dalam kegiatan kelompok dan berperan sebagai role
model bagi klien sebagai proses aktivitas kelompok
d. Observer
Tugas: 1. Mencatat mengamati proses jalannya TAK yang dilakukan
oleh leader, Co-leader, fasilitator dan klien (dicacat dalam
format yang tersedia)
2. Memberikan umpan balik terhadap proses kegiatan mulai
dari persiapan sampai acara selesai
3. Menyampaikan hasil observasi pada kelompok
H. Metode
Metode yang dilakukan adalah demonstrasi secara langsung yang
dilakukan oleh anak sesuai dengan instruksi yang diberikan.
I. Alat
Kertas Origami
Speaker
Bed Name
J. Jenis Kegiatan
1) Kegiatan Kolase
Awalnya co-leader akan membagi klien menjadi beberapa kelompok
kecil. Setiap kelompok harus mengikuti lagkah-langkah penempelan atau
kolase guntingan kertas origami pada gambar sesuai instruksi yang diberikan
oleh leader maupun co-leader
K. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
Menyiapkan ruangan
Menyiapkan Alat
Menyiapkan anak
2. Orientasi
Salam terapeutik
Salam dari terapis pada klien
Perkenalkan nama dan panggilan terapis (memakai bed name )
Menanyakan nama dan panggilan semua klien
3. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan
menjelaskan aturan main berikut :
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin
b. Lama kegiatan 30 menit
c. Tidak boleh makan dan minum
d. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
4. Tahap kerja
Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu untuk
menguji kesabaran klien dengan kegiatan yang sudah terlampir.
Untuk hasil penilaian skore tertinggi dengan waktu tercepat
dari setiap kelompok
Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
Simpulkan isi
5. Tahap Terminasi/Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti terapi bermain
Terapis memberi pujian terhadap keberhasilan kelompok.