Anda di halaman 1dari 17

INDUSTRI HIJAU DAN INDUSTRI

BERKELANJUTAN
Kuliah 3
LATAR BELAKANG

1. Kondisi Industri
•Pembangunan sektor industri di Indonesia yang telah
berjalan sekitar 50 (lima puluh) tahun selain telah
memberi dampak positif bagi negara, juga
memberikan dampak negatif terhadap permasalahan
lingkungan terutama pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh limbah industri serta pemanfaatan
sumber daya alam yang tidak efisien.
•Dengan semakin terbatasnya sumber daya alam,
krisis energi dan menurunnya daya dukung
lingkungan, maka tuntutan untuk mengembangkan
industri yang ramah lingkungan atau yang dikenal
dengan istilah industri hijau (green industry)telah
menjadi isu penting.
2.Tuntutan Global
3. Komitmen Pemerintah Untuk Penurunan
Emisi GRK (Gas Rumag Kaca)
Total emisi GRK di Indonesia dari semua sektor posisi
pada tahun 2000 sebesar: 1,415,988 Gg CO2 e

Kontribusi GRK terdiri atas:


1.Kehutanandanlahangambut58%
2.Energy24%
3.Limbah11%
4.Industry2%
5.Pertanian5%
Kontributor Emisi GRK SektorIndustri
1.Semen
2.Logam dan Baja
3.Tekstil
4.Pulp dan Kertas
5.Petrokimia
6.Pupuk
7.Glass dan Keramik
8.Makanan dan minuman
II. INDUSTRI HIJAU

1. DefinisiIndustriHijau
Industri Hijau adalah industri yang dalam
proses produksinya mengutamakan upaya
efisiensi dan efektivitas penggunaan
sumberdaya secara berkelanjutan sehingga
mampu menyelaraskan pembangunan industri
dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat.
(RUU Perindustrian)
3. PENCAPAIAN INDUSTRI HIJAU

Industri hijau dapat dicapai antara lain melalui:


1.Meningkatkan upaya-uapaya pengelolaan
internal/housekeeping;
2.Meningkatkanprosespengawasan;
3.Daurulangbahan/material;
4.Modifikasiperalatanyangada;
5.Teknologibersih;
6.Perubahanbahanbaku;
7.Modifikasiproduk;dan
8.Pemanfaatanproduksampin
4. MANFAAT PENERAPAN INDUSTRI HIJAU

 Meningkatkan profitabilitas (keuntungan)


melalui peningkatan efisiensi, sehingga dapat
mengurangi biaya operasi, pengurangan biaya
pengelolaan limbah dan tambahan pendapatan
dari produk hasil samping
 Meningkatkan imageperusahaan

 Meningkatkan kinerja perusahaan

 Mempermudah akses pendanaan

 Flexsibelitas dalam regulasi

 Terbukanya peluang pasar baru

 Menjaga kelestarian fungsi lingkungan


III. TANTANGAN & STRATEGI PENGEMBANGAN
INDUSTRI HIJAU

 Tantangan:
1.Dibutuhkan Penggantian/modifikasi mesin industri
untuk mengganti/modifikasi mesin dibutuhkan
investasi, sementara bunga komersial perbankkan
nasional tinggi (14%) serta tidak adanya industri
permesinan nasional;
2.Dibutuhkan penghargaan bagi kalangan industri
yang telah mewujudkan industri hijau, misal:
pemberian kompensansi dalam bentuk bantuan
dana; bantuan teknis dll. Untuk meningkatkan
upayaperbaikan;
3.Perlu dirumuskan pola insentif bagi industri yang
telah menerapkan industri hijau.
 Strategi:
1. Mengembangkan kerjasama internasional terkait
perumusan kebijakan dan pendanaan dalam
pembangunan dan pengembangan industri hijau;
2. Memperkuat kapasitas institutional untuk
mengembangkan industri hijau;
3. Membangun koordinasi antara pemerintah,
masyarakat dan sektor swasta;
4. Mempromosikan/ mensosialisasikan kebijakan dan
regulasi teknis yang berkaitan dengan industri hijau
(meliputi bahan baku, proses produksi, teknologi dan
produk yang ramah lingkungan).
5. Meningkatkan kemampuan SDM, transfer teknologi,
dan memperkuat R&D
IV. UPAYA KEMENPERIN DALAM MENGEMBANGKAN
INDUSTRI HIJAU

 UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN:


1.Penggunaan mesin ramah lingkungan melalui program
restrukturisasi permesinan untuk industri tekstil dan
produk tekstil, alas kaki, dan gula: program ini
memberikan dampak yang signifikan berupa
penghematan penggunaan energi sampai 25%,
peningkatan produktivitas sampai 17%, peningkatan
penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan efektivitas
giling pada industri gula;
2.Penerapan produksi bersih dengan memberikan
pelatihan kepada pelaku industri dan aparatur,
menyusun pedoman teknis produksi bersih untuk
beberapa komoditi industri dan bantuan teknis kepada
beberapa industri;
Lanjutan……………

3.Kebijakan teknis, yaitu perlindungan terhadap lapisan


ozon melalui kontrol penggunaan Bahan Perusak Ozon
(BPO ) secara bertahap.(Peraturan Menteri
Perindustrian No. 33 Tahun 2007: larangan
Memproduksi Bahan Perusak lapisan Ozon serta
Memproduksi yang menggunakan BPO;
4. Penyusunan Data Inventori Emisi CO2 equivalent di 700
perusahaan dari 8 sektor industri untuk penetapan
baseline emisi GRK;
5. Penyusunan Grand Strategi Konservasi Energi;
6. Implementasi Konservasi energi pada 35 perusahaan
industri baja dan 15 perusahaan industri pulp dan kertas;
Lanjutan…………….

7. Penyusunan Pedoman Teknis Penurunan Emisi GRK


pada industri Semen;
8. Himbauan kepada sektor industri agar lebih
memanfaatkan mekanisme pembangunan bersih (“clean
development mechanism” atau CDM);
9. Pemberian penghargaan industri hijau :•Tahun 2010
kepada 9 perusahaan industri•Tahun 2011 kepada 10
perusahaan industri
10. Program Re-use air limbah hasil pengolahan pada
industri Penyamakan Kulit disentra industri Magetan
11. Program pengembangan biogas dari limbah industri
tahu.
1). Revisi UU tentang Perindustrian, salah
satunya adalah mengatur tentang
perencanaan, pelaksanaan, dan
pengembangan industri hijau
2). Penyusunan rencana induk pengembangan
industri hijau
3). Penyusunan standar industri hijau
4). Penyusunan katalog bahan baku dan bahan
penolong ramah lingkungan
1. Penyusunan Kebijakan Insentif untuk industri
hijau
2. Pengembangan R&D clean technology
3. Bantuanteknis dan Pilot Project penerapan
produksi bersih pada industri
4. Penyusunan Baseline industri hijau
(penggunaan energi, air, bahan baku dan
penolong, teknologi & proses produksi, mesin,
SDM dan eco-product)
5. Pembentukan Lembaga Sertifikasi Industri Hijau
V. PENUTUP

 Pengembangan Industri Hijau membutuhkan


dukungan dari semua pihak, yaitu pelaku industri,
pemerintah dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai