Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MIND-BODY SPIRIT THERAPY : IMAJINASI, TERAPI MUSIK,


HUMOR, UMPAN BALIK BIOLOGIS

MATA KULIAH : TERAPI KOMPLEMENTER

DOSEN : NS. YENNI LUKITA, S.Kep., M.Pd

Disusun Oleh:

IRWANA

YUNIARSIH

ETI MARIANI

AGUNG PRABOWO

THERESIA KRISTIA

SYARIFAH AYU MONALISA

STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK


TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Mind-Body Spirit
Therapy: Imajinasi, Terapi Musik, Humor, dan Umpan Balik Biologis” ini tepat pada
waktunya.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi syarat penilaian pada mata kuliah Terapi
Komplementer. Selain itu juga kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan tentang
“Mind-Body Spirit Therapy : Imajinasi, Terapi Musik, Humor, dan Umpan Balik Biologis”
baik untuk kami maupun bagi para pembaca.

Dalam menyusun makalah ini pula, kami berusaha sebaik mungkin untuk
mendapatkan sumber-sumber dan informasi, baik dari buku-buku yang telah
direkomendasikan oleh dosen maupun website yang terpercaya. 

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Yenni Lukita, S.Kep., M.Pd
selaku dosen pembimbing kami dalam mata kuliah Terapi Komplementer yang telah
membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini. Kami sangat menyadari bahwa makalah
yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat kami
harapkan mengenai pembuatan makalah ini, demi kesempurnaannya. 

Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih.

Pontianak, 18 Februari 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan
penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis
konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum
kesehatan di Indonesia. Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pengobatan komplementer adalah
pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping
terapi konvesional/medis. Sedangkan pengobatan alternatif adalah jenis pengobatan
yang tidak dilakukan oleh paramedis/dokter pada umumnya, tetapi oleh orang ahli
atau praktisi yang menguasai keahliannya tersebut melalui pendidikan yang lain/non
medis.
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Berdasarkan data yang
bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80% dari
seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan nonkonvensional. Di
Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan
komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan – iklan terapi non
– konvensional di berbagai media Terapi komplementer dikenal dengan terapi
tradisional yang digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah
penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern. Terminologi ini dikenal
sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks
dalam pelayanan kesehatan. Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya
dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu
untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi. Definisi
tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi tradisional
dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi
keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil terapi
yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah
disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang
memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual).
Respon klien terhadap sakitnya akan berbeda satu sama lain. Klien bersifat
unik, oleh karena itu perawatan kesehatannya pun dilakukan secara holistik
komprehensif. Klien hidup dalam suatu komunitas kebudayaan yang akan
mempengaruhi cara mereka menyelesaikan masalah kesehatannya. Berbagai  jenis
pengobatan berkembang pada era globalisasi, sehingga keputusan pengobatan yang
dipilih semakin beragam. Selain pengobatan medis konvensional, dewasa ini terapi
komplementer banyak diminati oleh masyarakat. Fenomena tersebut memberikan
peluang terhadap tenaga kesehatan khususnya perawat untuk mengembangkan
kompetensinya sebagai terapis maupun sebagai pendamping klien dalam memilih
pengobatan dan perawatan yang tepat. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai
kompetensi tersebut salah satunya dengan memperdalam pengetahuan tentang terapi
komplementer, khusus nya terapi tubuh-fikiran (Mind body intervention).
Mind body intervention merupakan pendayagunaan kapasitas pikiran untuk
mengoptimalkan fungsi tubuh. Fokus terapi ini adalah menciptakan keseimbangan
antara pikiran, emosi, dan pernapasan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas adalah:
1. Apakah pengertian dari Mind-Body Therapies ?
2. Apa saja jenis-jenis Mind-Body Therapies ?
3. Apa saja manfaat Mind-Body Therapies ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Mind-Body Therapies
2. Untuk memahami jenis-jenis Mind-Body Therapies
3. Untuk mengetahui manfaat Mind-Body Therapies
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Mind-Body Therapi


Mind body intervention merupakan pendayagunaan kapasitas pikiran untuk
mengoptimalkan fungsi tubuh. Fokus terapi ini adalah menciptakan keseimbangan
antara pikiran, emosi, dan pernapasan. Pada terapi pikiran tubuh, individu berfokus
pada penyejajaran atau penciptaan keseimbangan proses mental guna menimbulkan
penyembuhan. Advokat terapi ini perlu menghindari mempromosikan gagasan Pikiran
menyembuhkan melalui “kendali” kesadaran. Fokus terapi pikiran tubuh adalah
menciptakan keseimbangan pikiran, emosi, atau pernafasan tersebut. Karena individu
adalah satu kesatuan yang utuh hal ini dapat membantu memulihkan kedamaian dan
keseimbangan.

B. Jenis-jenis Mind-Body Therapi


Terapi keseimbangan tubuh meliputi :
1. Imajinasi
Guided imagery adalah suatu teknik yang menggunakan imajinasi individu
dengan imajinasi terarah untuk mengurangi stres (Patricia dalam Kalsum, 2012).
Ketika terapi medis tidak mampu memberikan perbaikan pada kondisi pasien,
maka terapi alternatif seperti guided imagery dapat menjadi salah satu intervensi
yang dapat diberikan oleh perawat (Rossman, 2000). Kondisi ini merupakan salah
satu kondisi kegawatan yang dapat mengancam nyawa pasien. Ketika terapi medis
tidak mampu memberikan perbaikan pada kondisi pasien, maka terapi alternatif
seperti guided imagery dapat menjadi salah satu intervensi yang dapat diberikan
oleh perawat. Guided imagery merupakan salah satu terapi komplementer dan
termasuk dalam tindakan mandiri profesi keperawatan yang jarang diaplikasikan
pada tataran klinik oleh perawat. Padahal terapi komplementer semacam ini dapat
memberikan banyak manfaat bagi pasien. Selain itu, dengan mengaplikasikan
tindakan mandiri keperawatan maka secara tidak langsung perawat ikut
mengembangkan batang tubuh ilmu keperawatan itu sendiri.
Imajinasi didefinisikan sebagai “ penggunaan manfaat kekuatan imajinasi
secara sadar dengan maksud mengaktifkan penyembuhan biologis, psikologis,
atau spiritual” (Schaub & Dossey, 2000, hlm. 541). Individu berespon baik
terhadap citra yang dapat menghasilkan perubahan fisik, mental, emosional dan
spiritual. Imajinasi yang didasari melibatkan penciptaan citra mental apa yang
diinginkan dan dapat dibangkitkan dari ingatan, mimpi, khayalan, dan harapan.
Imajinasi atau teknik visualisasi yang menggunakan kesadaran pikiran untuk
menciptakan gambaran mental agar menstimulasi perubahan fisik dalam tubuh,
memperbaiki kesejahteraan, dan meningkatkan kesadaran diri. Imajinasikan sering
menimbulkan respons psikofisiologis yang kuat seperti perubahan dalam fungsi
imun (Fontaine, 2005). Banyak teknik imajinasi melibatkan imajinasi visual, tapi
mereka juga melibatkan indera pendengaran, proprioseptif, pengecap, dan
penciuman.
Visualisasi kreatif adalah satu bentuk imajinasi yang ditujukan pada diri yang
didasari pada prinsip hubungan tubuh-pikiran. Imajinasi memiliki aplikasi pada
sejumlah populasi klien. Imajinasi telah digunakan untuk visualisasi sel kanker
yang telah dihancurkan oleh sel sistem imun, untuk mengontrol atau mengurangi
rasa nyeri, dan untuk mencapai ketenangan dan ketentraman. Imajinasi juga
membantu dalam pengobatan kondisi kronis seperti asma, hipertensi, gangguan
fungsi berkemih, sindrom prementasi dan menstruasi, gangguan
gastrointestinal ulceratif colotis, dan rheumatoid arthritis (Fontaine, 2005).

2. Terapi Musik
Terapi musik dapat disebut sebagai ilmu perilaku yang berkaitan dengan
pemakaian musik yang sistematik untuk menimbulkan musik yang rilaksasi dan
perubahan emosi, perilaku, dan fisiologis yang diinginkan. Melalui terapi musik
individu dapat mengalihkan pesepsi waktu mereka dari waktu jam, menit, dan
detik sebenarnya menjadi waktu yang dipersepsikan lewat ingatan. Musik yang
tenang tanpa lirik sering kali digunakan untuk menginduksi relaksasi. Musik
adalah penghayatan isi hati manusia yang diungkapkan dalam bentuk bunyi yang
teratur dengan melodi atau ritme serta mempunyai unsur atau keselarasan yang
indah (Setiawan, 2015). Musik adalah salah satu contoh terapi komplementer yang
termasuk dalam jenis Mind-body Medicine atau disebut juga Mind-Body
Therapies (Irwin M, 2015). Menurut Niu, Perez, & Katz, (2016) bernyanyi atau
mendengarkan lagu dapat berpotensi menurunkan stress dan tekanan darah.
Penggunaan terapi musik dapat diberikan pada lansia dengan hipertensi.
Menurut Asmaravan, Munawaroh and Nasriati, (2018) dalam penelitiannya
menggunakan terapi musik klasik. Terapi musik klasik yang digunakan adalah
terapi musik Mozart dimana pemberian terapi musik Mozart dengan irama lambat
akan mengurangi pelepasan katekolamin ke dalam pembuluh darah, sehingga
konsentrasi katekolamin dalam plasma menjadi rendah. Hal ini mengakibatkan
tubuh mengalami relaksasi, denyut jantung berkurang dan tekanan darah menjadi
turun. Dalam pemberian terapi musik, alunan musik juga dapat menstimulasi
tubuh untuk memproduksi molekul nitric oxide (NO). Molekul ini bekerja pada
tonus pembuluh darah yang dapat mengurangi tekanan darah. Musik klasik
seringkali menjadi acuan terapi musik, karena memiliki rentang nada yang luas
dan tempo yang dinamis sehingga dapat mengurangi kecemasan dan stres
sehingga tubuh mengalami relaksasi yang mengakibatkan penurunan tekanan
darah dan denyut jantung.

3. Humor
Terapi humor yaitu tindakan untuk menstimulasi seseorang untuk tertawa,
tindakan ini mampu merangsang pelepasan opiat endogenous yang disebut dengan
endorfin. Manfaat endorfin yaitu membuat relaksasi yang berdampak pada
pelebaran pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah, dengan kondisi
relaks juga akan membuat denyut jantung menjadi normal (Dolau, 2004). Terapi
humor adalah penggunaan humor untuk mengurangi rasa sakit fisik atau
emosional dan stres. Tujuannya adalah mengurangi stress dan meningkatkan
kualitas hidup seseorang. Banyak sekali manfaat terapi humor diantaranya,
meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit, mengurangi ketegangan otot
syaraf, memperlancar sistem peredaran tubuh, meningkatkan kualitas hidup,
mendorong relaksasi dan menurunkan tekanan darah tinggi, mengurangi tingkat
depresi dan meningkatkan mood (Purwanto, 2013).
Humor dikenal dalam keperawatan sebagai pembantu klien dalam menerima,
menghargai, dan mengungkapkan sesuatu yang lucu, dapat ditertawakan, atau
menggelikan dalam upaya membina hubungan, meredakan ketegangan,
melepaskan kemarahan, atau mengatasi perasaan yang menyakitkan. Hal tersebut
dapat mengurangi tingkat stress dan depresi pada individu. Secara psikologis,
dapat meredakan kecemasan dan depresi dengan menghambat impuls yang tidak
diterima secara social atau secara pribadi, dengan memfokuskan pada unsur
menggelikan dari sebuah situasi (McCloskey & Bulecheck, 2000, dalam Kozier,
Erb, Berman & Snyder, 2010).
Terapi humor mempunyai pengaruh positif terhadap kesehatan dan penyakit.
Humor dapat digunakan dalam upaya membina hubungan, humor dapat
meredakan ketegangan, menurunkan kecemasan, melepaskan kemarahan,
memfasilitasi belajar, atau mengatasi perasaan yang menyakitkan (Kozier, et al.,
2011, hlm.319). Profesional baru-baru ini telah memusatkan perhatian pada
pengaruh positif humor dan tertawa terhadap kesehatan dan penyakit. Humor
melibatkan kemampuan untuk menemukan, mengungkapkan, atau menghargai
ketidakpatutan secara menggelikan atau kocak menertawakan ketidaksempurnaan
diri atau aspek kehidupan yang aneh, dan melihat sisi lucu situasi yang serius.
Humor dalam keperawatan didefinisikan sebagai membantu klien “menerima,
menghargai dan mengungkapkan sesuatu yang lucu, dapat ditertawakan, atau
menggelikan dan upaya membina hubungan, meredakan ketegangan, melepaskan
kemarahan, memfasilitasi belajar, atau mengatasi perasaan yang menyakitkan.

4. Biofeedback (Umpan Balik Biologis)


Umpan balik biologis merupakan tehnik yang mengajarkan berbagai bentuk
relaksasi dengan memberikan respon dari proses fisiologis. Umpan balik biologis
sering kali digambarkan sebagai tehnik yang membawa proses tubuh dibawah
kendali kesadaran, dan oleh karena itu, dokter sering memprogramkannya.
Maksud dan motivasi terapi ini untuk meningkatkan aliran darah pasien,
sementara fokusnya adalah mengajarkan klien untuk rileks. Selain digunakan
untuk intervensi relaksasi, teknik umpan balik biologis juga dapat membantu
individu dalam mempelajari bagaimana mengontrol respons sistem saraf otonom
tertentu. Umpan balik biologis (biofeedback) merupakan suatu kelompok
prosedur terapeutik yang menggunakan alat elektronik atau elektromekanik untuk
mengukur, memproses, dan memberikan informasi bagi individu tentang aktivitas
sistem saraf otonom dan neuromuskular. Informasi, atau umpan balik, diberikan
dalam bentuk tanda fisik, fisiologis, pendengaran, dan umpan balik (Rakel dan
Faas, 2006).
Umpan balik biologis merupakan penambahan yang efektif pada program
relaksasi karena dapat menunjuk dengan cepat kepada klien kemampuan mereka
untuk mengontrol beberapa respons fisiologis. Berbagai bentuk umpan balik
fisiologis diaplikasikan dalam berbagai situasi. Umpan balik biologis telah
berhasil mengobati migraine headache, rasa nyeri lainnya, stroke, dan berbagai
kelainan gastrointestinal dan traktus urinarius. Meskipun umpan balik biologis
telah menunjukan efektifitas pada sejumlah populasi klien, ada beberapa tindakan
pencegahan. Selama relaksasi atau latihan umpan balik biologis, emosi atau
perasaan yang ditekan terkadang memperlihatkan bahwa klien tidak dapat
beradaptasi dengan dirinya sendiri. Karena alasan ini, praktisi yang menawarkan
umpan balik biologis harus melatih metode psikologis atau memiliki profesional
yang berkualitas yang berguna untuk rujukan (Potter, Perry. 2009).

C. Manfaat Terapi Pikiran Tubuh


1. Manfaat Fisik
a. Tingkat metabolisme menurun, denyut jantung lebih rendah, dan mengurangi
beban kerja jantung
b. Menurunkan kadar kortisol dan laktat-dua bahan kimia yang terkait dengan
stres.
c. Pengurangan radikal bebas-molekul oksigen tidak stabil yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan. Mereka sekarang dianggap sebagai faktor
utama dalam penuaan dan dalam berbagai penyakit.
d. Penurunan tekanan darah tinggi.
e. Tinggi resistensi kulit. Resistensi kulit yang rendah berkorelasi dengan stres
tinggi dan tingkat kecemasan.
f. Penurunan kadar kolesterol. Kolesterol tinggi berhubungan dengan penyakit
kardiovaskular.
g. Peningkatan aliran udara ke paru-paru sehingga bernapas lebih mudah. Ini
telah sangat membantu untuk pasien asma.
h. Biologis lebih muda usia. Pada ukuran standar penuaan jangka panjang
Meditasi Transendental (TM) praktisi (lebih dari lima tahun) diukur 12 tahun
lebih muda dari usia kronologis mereka

2. Manfaat Psikologis
a. Peningkatan gelombang otak koherensi. Harmoni aktivitas gelombang otak di
bagian berbeda dari otak dikaitkan dengan kreativitas yang lebih besar,
peningkatan penalaran moral, dan IQ lebih tinggi.
b. Penurunan kecemasan.
c. Penurunan depresi.
d. Penurunan iritabilitas dan kemurungan.
e. Peningkatan kemampuan belajar dan memori.
f. Peningkatan aktualisasi diri.
g. Peningkatan perasaan vitalitas dan peremajaan.
h. Peningkatan kebahagiaan.
i. Peningkatan stabilitas emosi.

D. Aplikasi Klinik Di Indonesia


Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak
negara khususnya di Indonesia. Klien yang menggunakan terapi komplementer
memiliki beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi
komplementer yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam
terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk
pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup
dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek
samping dari pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi
komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer yang ada menjadi
salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan
kesehatan tidak sedikit klienbertanya tentang terapi komplementer atau alternatif
pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak
dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini
terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya,
sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini
dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer. Peran yang dapat diberikan perawat dalam terapi komplementer
atau alternatif dapat disesuaikan dengan peran perawat yang ada, sesuai dengan
batas kemampuannya. Pada dasarnya, perkembangan perawat yang memerhatikan
hal ini sudah ada. Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya
penelitian terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk
berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai
konsultan untuk klien dalam memilih alternatif yang sesuai ataupun membantu
memberikan terapi langsung. Namun hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut
melalui penelitian (evidence-based practice) agar dapat dimanfaatkan sebagai
terapi keperawatan yang lebih baik.

Perawat berperan untuk memberikan asuhan keperawatan yang bersifat


komprehensif pada klien. Oleh karena itu, perhatian perawat tidak hanya berfokus
pada perubahan-perubahan fisik yang ada pada klien, namun juga berfokus pada
aspek etik dan juga psikososial klien. Mengingat penting dan eratnya hubungan antara
pengaruh aspek psikososial dan aspek fisik, maka intervensi psikososial merupakan
intervensi yang tidak dapat diabaikan oleh perawat, bahkan oleh perawat yang berada
pada tatanan klinis. Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mengurangi
kecemasan (psikososial) dianggap dapat mempertahankan imunitas dan dapat
memperlambat proses penyakit klien. Intervensi yang dilakukan akan dapat mencapai
hal tersebut dengan cara mengarahkan neuroendokrin ke arah yang lebih kondusif
sehingga dapat meningkatkan respon kekebalan tubuh yang optimal. Dengan
memfokuskan perhatian, pikiran, emosi, sensasi dan persepsi secara rutin maka klien
dapat merasakan ketenangan, kedamaian, Tentunya hal ini dapat menyebabkan
kestabilan pada hormon tubuh sehingga kecemasan dapat berkurang / dihindari.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada terapi pikitan tubuh, individu berfokus pada penyejajaran atau penciptaan
keseimbangan proses mental guna menimbulkan penyembuhan. Advokat terapi ini
perlu menghindari mempromosikan gagasan Pikiran menyembuhkan melalui
“kendali” kesadaran. Fokus terapi pikiran tubuh adalah menciptakan keseimbangan
pikiran, emosi, atau pernafasan tersebut. Karena individu adalah satu kesatuan yang
utuh hal ini dapat membantu memulihkan kedamaian dan keseimbangan.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan bisa menjadi tambahan referensi bagi
pembaca untuk bisa lebih mengembangkan berbagai jenis terapi pikiran-tubuh dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, B. (2013). Herbal dan Keperawatan Komplementer. Yogyakarta :


Nuhamedika.

Rufaida, Zulfa dkk. (2018). Terapi Komplementer. Mojokerto : STIKes Majapahit


Mojokerto.

https://pdfslide.net/documents/mind-body-therapies.html diunduh tanggal 17 Februari


2022

https://www.scribd.com/document/463025688/MAKALAH-TERAPI-
KOMPLEMENTER diunduh tanggal 17 Februari 2022

http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/JIK/article/view/171 diunduh tanggal 17


Februari 2022

http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/200 diunduh tanggal 17 Februari 2022

Anda mungkin juga menyukai