Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

( PEMBINAAN HUKUM KELUARGA ISLAM )

OLEH:

Wilda Nuhung ( 1903010095 )


Jalil Ramadhan ( 19030100 )
Rian. S ( 19030100 )

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

MATERI
“ CARA MENJAGA PERNIKAHAN AGAR TETAP LANGGENG “
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya
hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik
lagi.

Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni
didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan
saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas
di kemudian hari.

Palopo, 26 Maret 2022

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Pernikahan adalah suatu hal yang membahagiakan. Karena dua insan yang saling
mencintai dapat berdampingan untuk membangun keluarga yang Sakinah, melalui Mawaddah
dan Warahmah. Bahkan tidak sedikit yang berjuang keras agar bisa menikah dengan orang
yang dicintainya. Selain itu, pernikahan juga dapat menyambung tali silaturrahim antara
kedua pasangan tersebut. Suatu perkawinan tentunya dibangun dengan tujuan untuk
mewujudkan keluarga yang bahagia, kekal, dan harmonis. Sebagaimana yang tercantum
dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 3 yang berebunyi bahwa “tujuan perkawinan adalah
mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah”.

Tujuan menurut hukum adat berbeda dengan menurut perundangan. Tujuan


perkawinan bagi masyarakat hukum adat yang bersifat kekerabatan, adalah untuk
mempertahankan dan meneruskan keturunan menurut garis kebapakan atau keibuan atau
keibu-bapakan, untuk kebahagiaan rumah tangga keluarga/kerabat, untuk memperoleh nilai-
nilai adat budaya dan kedamaian, dan untuk mempertahankan kewarisan. Berbeda lagi tujuan
menurut agama. Tujuan perkawinan adalah untuk menegakkan agama Allah SWT, dalam arti
mentaati perintah dan larangan Allah.

Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT yang terkandung dalam QS Ar-Rum ayat 21
ْ ُ‫ِو ْمنءايِتِه َْأن َخلَقلَُكم ِ ْمنَْأنفُِسُكمَْأزواجاًِلِّ ْتَسُكن‬
‫واإ ْلَيهاَوج َعلبْىنَُكم‬

Artinya:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri


dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Pernikahan pada masa kini sepertinya tidak lagi menjadi suatu hal yang sakral. Tujuan
pernikahan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah seakan-
akan menjadi hal yang langka. Banyak terjadi perceraian dengan berbagai alasan, bahkan itu
dianggap wajar. Perceraian atau putusnya perkawinan selain cerai mati hanya dapat
dibuktikan dengan surat cerai berupa putusan Pengadilan Agama baik berupa putusan
perceraian, ikrar talak, khuluk atau putusan taklik talak, apabila bukti tidak dapat ditemukan
karena hilang dan sebagainya maka dapat dimintakan salinannya ke Pengadilan Agama

Menjaga rumah tangga agar tetap romantis dan langgeng adalah hal yang susah-susah
gampang. Seiring berjalannya waktu, kehidupan rumah tangga mungkin akan semakin
berwarna dan diisi dengan banyak hal. Tidak hanya suka, terkadang seseorang dan
pasangannya harus siap menghadapi duka dalam menjalani hidup bersama.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pernikahan
Perkawinan atau nikah menurut bahasa ialah berkumpul dan bercampur. Menurut
istilah syara’ ialah ijab dan qabul (‘aqad) yang menghalalkan persetubuhan antara laki-laki
dan perempuan yang diucapkan oleh kata-kata yang menunjukkan nikah, menurut peraturan
yang ditentukan oleh Islam. Kata nikah menurut bahasa al-jam’u dan al- dhamu yang artinya
kumpul. Makna nikah (zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah.
juga bisa diartikan (wath’u al- zaujah) bermakna menyetubuhi istrinya. Devinisi di atas juga
hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Rahmat Hakim, bahwa kata nikah berasal dari
bahasa arab “nikāhun” yang merupakan masdar atau dari kata kerja (fi;il madhi) “nakaha”
sinonimnya “tazawwaja” kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai
perkawinan.

Dalam bahasa Indonesia “perkawinan” berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa,
artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin dan
bersetubuh. Makna nikah adalah akad atau ikatan, karena dalam suatu proses pernikahan
terdapat ijab (pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan qabul (pernyataan
penerimaan dari pihak lelaki). Selain itu, nikah bisa diartikan sebagai bersetubuh.

Pernikahan adalah sunnah Rasul yang apabila dilaksanakan akan mendapat pahala tetapi
apabila tidak dilakukan tidak mendapatkan dosa tetapi dimakruhkan karena tidak mengikuti
sunnah Rasul.3 Arti dari pernikahan adalah bersatunya dua insan dengan jenis berbeda yaitu
laki- laki dan perempuan yang menjalin suatu ikatan dengan perjanjian atau akad.

Suatu pernikahan mempunyai tujuan yaitu ingin membangun keluarga yang sakinah
mawaddah warohmah serta ingin mendapatkan keturunan yang solihah. Keturunan inilah
yang selalu didambakan oleh setiap orang yang sudah menikah karena keturunan merupakan
generasi bagi orang tuanya.

B. Memiliki Kemampuan

Sebelum menikah, sebaiknya Anda memiliki beberapa kemampuan berikut ini

1. Mengontrol emosi

Anak-anak bisa dengan mudah menunjukkan emosi mereka. Namun tidak dengan
orang dewasa. ORang dewasa memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi mereka.
Kemampuan ini sangat diperlukan ketika menikah. Akan ada saat Anda merasa marah dan
tak bisa mengontrol diri Anda, lalu mengatakan hal yang tak seharusnya. Kemudian Anda
akan menyesali apa yang telah dikatakan pada pasangan.

2. Komunikasi
Manusia berkomunikasi setiap hari. Namun nyatanya komunikasi tak semudah
kelihatannya. Dalam pernikahan Anda harus pintar berkomunikasi dengan pasangan. Tahu
kapan harus berbicara, kapan harus mendengar, mengemas pesan dengan baik dan tidak
menyakitkan. Karena kebanyakan masalah dalam pernikahan biasanya berasal dari
kesalahpahaman ketika berkomunikasi.

3, Penyelesaian masalah

Semua pasangan memiliki perbedaan. Mereka yang sukses dalam pernikahan adalah
yang bisa menyelesaikan masalah mereka dengan menjembatani perbedaan. Pasangan yang
sukses memulai dari 'caraku' dan 'caramu' namun akan selalu berakhir dengan 'cara kita'.
Mereka berhasil menemukan solusi yang menguntungkan bagi kedua pihak, dan itu
merupakan cara mereka sebagai pasangan. Anda harus memiliki kemampuan untuk bisa
menyelesaikan masalah sebagai pasangan. Baik itu masalah kecil seperti memilih tempat
kencan atau masalah besar seperti memilih rumah untuk ditinggali.

4. Berpikir positif

Tentu semua pernikahan akan mengalami masalah. Namun seperti apapun itu,
ingatlah bahwa Anda dan pasangan selalu memiliki sisi positif. Setiap kali Anda tertawa
bersamanya, setuju dan sejalan dengan pikiran pasangan Anda, menunjukkan apresiasi, dan
berterima kasih atas yang dilakukan pasangan, Anda telah memberikan hal positif. Semakin
sering Anda berfokus pada hal positif, maka semakin bahagia pernikahan Anda.

5. Mengatur keuangan

Perrbaikilah cara mengatur keuangan sebelum Anda memutuskan untuk menikah.


Pingkan berpendapat kemampuan mengatur keuangan itu relevan dengan langgengnya suatu
hubungan. Dia mengatakan ekonomi adalah salah satu faktor penyebab perceraian di
Indonesia. “Menurut saya, faktor ekonomi di sini bukan hanya karena tidak cukup, tetapi
karena kurang bisa mengatur keuangan dan mengkomunikasikan ke pasangan. Maka sangat
penting menyiapkan kemampuan mengatur keuangan sebelum menikah.”

C. Pilih Yang Baik Sebagai Pasangan

Dalam kitab fikih disebutkan beberapa kriteria yang hendaknya dijadikan parameter
untuk memilih jodoh baik untuk mencari isteri maupun suami:

Memilih Jodoh (Calon Isteri)

AGAMA MENJADI PRIORITAS

Umumnya masyarakat memperhatikan kriteria untuk memilih jodoh (calon istri)


untuk dijadikan pasangan hidup diantaranya ialah kriteria harta, kedudukannya,
kecantikannya dan agamanya. Akan tetapi, pemilihan berdasarkan memahaman yang benar
terhadap agama menjadi skala prioritas karena kelak sang ibu atau ayah akan menjadi
pendidik bagi keturunannya. Adapun kriteria yang telah direkam oleh Imam Bukhari dalam
shahihnya yaitu:

‫ تُ ْن َك ُح ْال َمرْ َأةُ َألرْ بَ ٍع لِ َمالِهَا َولِ َح َسبِهَا َو َج َمالِهَا‬:‫ع َْن َأبِى هُ َر ْي َرةَ – رضى هللا عنه – َع ِن النَّبِ ِّى – صلى هللا عليه وسلم – قَا َل‬
)‫(رواه البخاري‬.َ‫ت يَدَاك‬ ْ َ‫ت الدِّي ِن ت َِرب‬ ِ ‫اظفَرْ بِ َذا‬ ْ َ‫ ف‬،̂‫َولِ ِدينِهَا‬

“Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Muhammad SAW. telah berkata: Wanita umumnya
dinikahi karena 4 (empat) hal: hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Karena itu,
pilihlah yang memiliki agama, kalian akan beruntung.” (H.R. Bukhari).

Pemilihan berdasarkan parameter agama bukan berarti tidak memberikan peluang


sedikitpun pada kriteria lain untuk menjadi pertimbangan, melainkan memberikan penekanan
dan prioritas yang lebih terhadap pemahaman agama. Sehingga, dengan kata lain boleh dan
sah-sah saja keempat kriteria tersebut berkumpul pada salah seorang wanita yang kaya raya,
bernasab baik, cantik dan paham dengan syariat Islam

BERAKHLAK MULIA

Dapat dikatakan bahwa jika pemahaman terhadap agama ini baik, maka pada
umumnya berakhlak mulia tidak akan menjadi suatu hal yang sukar. Karena akhlak
merupakan sikap yang lahir dari diri seseorang yang dilakukan secara spontanitas tanpa
melewati pemikiran yang panjang. Begitu halnya seorang istri yang shalihah dia akan
menjaga kehormatannya di saat suaminya tidak disampingnya. Sebagaimana firman Allah
Swt. sebagai berikut:

ِ ‫ت لِّ ۡلغ َۡي‬ٞ َ‫ت ٰ َحفِ ٰظ‬


... ُ ۚ ‫ب بِ َما َحفِظَ ٱهَّلل‬ ٌ َ‫ت ٰقَنِ ٰت‬ َّ ٰ ‫فَٱل‬
ُ ‫صلِ ٰ َح‬

“...Sebab itu maka wanita yang sholihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri
ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)…” (Q.S. An-Nisa
[4]:34)

MEMILIKI KESUBURAN

Hikmah dan tujuan dari menikah adalah upaya menambah dan mempertahankan
eksistensi atau spesiesnya. Bahkan Rasulullah Saw. akan berbangga hati di hadapan umat
nabi lainnya jika umatnya sangat banyak, sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut:

‫ْني ابن‬ ِ ‫ُور يَع‬ ٍ ‫ ع َْن َم ْنص‬،‫بن زَ ا َذان‬ ِ ‫أخبَ َرنَا ُم ْستَلِ ُم بنُ َس ِعي ٍد ابن ُأخت َم ْنصُور‬ ْ ، َ‫ َح َّدثنَا َ يَ ِزي ُد بنُ هَارُون‬،‫ح َّدثنا َأحْ َم ُد بنُ إب َراهي َم‬
َ‫أصبت امرأةً ذات‬ ُ ‫ ِإنّي‬:‫ َجا َء َر ُج ٌل إلَى النَّب ِّي صلَّى هللاُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم فَقَا َل‬:‫ قال‬،‫يسار‬ ٍ ِ ‫بن ق َّرةَ عَن َم ْعقِ ِل‬
‫بن‬ ِ ‫زَ ا َذان – عن ُم َع‬
ِ َ‫اويَة‬
‫ “تَزَ َّوجُوا ال َو ُدوْ َد ال َولُوْ َد فَِإنِّي‬:‫ال‬ َ َ‫ فَق‬،َ‫ ثُ َّم َأتَاهُ الثَّالِثَة‬،ُ‫ ” اَل ” ثُم أتَاهُ الثَّانِيَةَ فَنَهَاه‬:‫ أفَاَتَزَ َّو ُجهَا؟ قَا َل‬،ُ‫ وأنها ال تَلِد‬،‫ال‬
ٍ ‫وج َم‬
َ ‫ب‬ ٍ ‫َح َس‬
)‫ (رواه أبو داود‬.‫الودُو ِد‬ َ ‫الولو ِد‬ُ ُ َ ‫اَل‬ َ َ ‫ُأل‬
َ َ‫ َعل ْيك ْم ب‬:‫ُمكاثِ ٌر بِك ُم ا َم ُم”قا َل َعل ْي ِه ال َّس ُم‬ ُ َ

“Diriwayatkan dari Ahmad Ibn Ibrahim, dari Yazid Ibn Harun, dari Mustalim Ibn Sa’id Ibn
Ukhtu Manshur Ibn Zadzan dari Mua’wiyah Ibn Qarrah dari Ma’qil Ibn Yasar telah berkata
bahwa: Seorang laki-laki mendatangi Nabi Saw. berkata : “Aku menemukan seorang wanita
yang cantik dan memiliki martabat tinggi namun ia mandul apakah aku menikahinya?”, Nabi
Saw menjawab, “Jangan !”, kemudian pria itu datang menemui Nabi Saw kedua kalinya dan
Nabi Saw. tetap melarangnya, kemudian ia menemui Nabi Saw. yang ketiga kalinya maka
Nabi Saw. berkata, “Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang mudah beranak
banyak (subur) karena aku akan berbangga dengan kalian di hadapan umat-umat yang lain”
kemudian Nabi berkata: “Gapailah isteri-isteri yang subur yang penyayang suami“ (HR. Abu
Dawud)

Hadis di atas menjelaskan bahwa agar tujuan pernikahan itu tercapai maka
diupayakan memilih pasangan (calon istri) yang subur sehingga dapat menjadi investasi bagi
orang tua di kemudian hari sebagaimana dijelaskan dalam sebuah riwayat:

“Apabila seseorang meninggal maka terputus amalnya kecuali 3 (tiga) hal kecuali
sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak yang shalih yang mendoakan orang
tuanya.” (H.R. Muslim)

Memilih Jodoh (Calon Suami)

Kriteria memilih jodoh calon suami tidak sekompleks memilih calon isteri. Akan
tetapi tidak menafikan sikap selektif dalam menentukan pilihan. Pertama adalah memiliki
pemahaman agama dan akhlak yang mulia sebagaimana sabda Rasulullah Saw. sebagai
berikut:

Kedua, adalah calon suami hendaknya sehat dan tidak mengidap penyakit yang
membahayakan keutuhan rumah tangga.

Dalam memilih jodoh, Islam telah memberikan informasi yang sangat komprehensif
melalui kajian fikih yang diambil dari sumber utama yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah dan
dilengkapi dengan interpretasi dari para ulama. Sebelum seseorang mengarungi bahtera
rumah tangga, sebaiknya perlu mengkaji dan menanyakan suatu pertanyaan penting yaitu apa
makna dari hubungan pernikahan itu? Karena jawaban dari pertanyaan tersebut akan
menentukan arah kemana bahtera tersebut akan berlayar. Idealnya pernikahan menjadi
sebuah mediator atau perantara meraih ridha Allah Swt. dan mengikuti jejak sunnah
rasulullah Saw., sehingga pemilihan jodoh berdasarkan agama dan akhlak bisa ditempuh dan
harus diupayakan. Karena jodoh tidak sekedar takdir tuhan semata tanpa ada upaya dari
manusia sebagai hamba Allah Swt. karena jodoh bersifat ikhtiari

Kriteria Memilih Pasangan Menurut Nabi Saw tentang perempuan dinikahi karena empat
hal. Bunyi hadis tersebut, “Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya,
karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih
karena agamanya (keislamannya), sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi,”
(HR Muslim). Meskipun perempuan menjadi objek, Budi menerangkan bahwa bunyi hadis di
atas merupakan kriteria umum memilih pasangan. Karenanya, kriteria tersebut juga berlaku
untuk laki-laki.

Kedua, penyayang dan subur. Subur di sini tentunya ialah wanita yang mampu
melahirkan keturunan. Ketiga, ada sesuatu yang menyenangkan jika dipandang. Dengan kata
lain, memiliki sifat baik hati, akhlak dan kepribadian yang membuat calon suaminya merasa
tertarik dan senang. Hal ini berdasarkan Sabda Nabi, “Lihatlah calon istrimu, karena hal
tersebut akan mengundang kelanggengan hubungan kalian berdua,” (HR. Tirmidzi).

Keempat, perawan. Rasulullah Saw memberikan dorongan kepada kaum laki-laki


untuk memilih calon istri yang perawan. Budi kemudian menyatakan bahwa bukan berarti
seorang laki-laki muslim tidak boleh memperistri perempuan janda. Sebab keutamaan wanita
salehah ada pada ketaatannya beragama. Kelima, usia yang tidak terpaut jauh.

“Yang lebih utama itu menikahi perawan. Tapi kalau ada yang diinginkan boleh menikahi
janda. Jadi Islam tidak melarang menikah janda, tapi menikahi perawan lebih utama karena
punya faktor lebih dari sisi psikologisnya, bisa bermain, bercengkrama, dan lain sebagainya,”
ungkap pengurus Persada ini.

Setelah menyebut kriteria istri, Budi kemudian menerangkan cara memilih suami.
Mengutip Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin mengatakan bahwa sikap kehati-
hatian dalam memenuhi hak perempuan dalam hal pernikahan sangatlah penting karena
diibaratkan budak dalam pernikahan. Hasan bin Ali juga pernah berkata bahwa nikahlah anak
perempuanmu dengan laki-laki yang bertakwa kepada Allah Swt.

“Kalau perempuan tadi ada lima syaratnya, tapi kalau kriteria laki-laki yang bisa dinikahi
hanya satu, yaitu bertakwa kepada Allah. Kenapa? karena dengan ketawkaan, seorang suami
bisa menjadi imam dan nahkoda dalam bahtera rumah tangga. Makanya ada larangan dalam
sebuah hadis dengan lelaki yang fasik,”

C. Motivasi Menikah

Rasulullah SAW dalam sebuah hadits bersabda: "Wahai para pemuda, jika kalian
telah mampu, maka menikahlah. Sungguh menikah itu lebih menentramkan mata dan
kelamin. Bagi yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa bisa menjadi tameng
baginya." (HR. Bukhari No. 4779).

Dalam agama Islam, pernikahan merupakan ibadah yang mulia dan suci. Untuk itu,
menikah tidak boleh dilakukan secara sembarangan karena ini merupakan bentuk ibadah
terpanjang dan selayaknya dapat dijaga hingga maut memisahkan.

Pernikahan sejatinya bukan hanya menyatukan dua insan untuk membangun biduk rumah
tangga saja. Ada beberapa tujuan pernikahan yang seharusnya dipahami oleh umat Muslim.
Berdasarkan Alquran dan hadis Nabi, inilah tujuan menikah dalam Islam

1. Menjalankan perintah Allah

Tujuan menikah dalam Islam yang utama ialah untuk menjalankan perintah Allah.
Dalam Alquran surat An Nuur ayat 32, Allah memerintahkan hamba-Nya agar menikah dan
tak mengkhawatirkan soal rezeki sebab Allah akan mencukupkannya.

ِ ‫َوَأن ِكحُوا اَْأليَا َمى ِمن ُك ْم َوالصَّالِ ِحينَ ِم ْن ِعبَا ِد ُك ْم َوِإ َمآِئ ُك ْم ِإن يَ ُكونُوا فُقَ َرآ َء يُ ْغنِ ِه ُم هللاُ ِمن فَضْ لِ ِه َوهللاُ َو‬
‫اس ٌع َعلِي ٌم‬

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak
(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan
Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32)

2. Menyempurnakan separuh agama

Salah satu keutamaan menikah adalah untuk menyempurnakan separuh agama.


Mengapa demikian? Para ulama menjelaskan bahwa yang umumnya merusak agama
seseorang adalah kemaluan dan perutnya. Nikah berarti membentengi diri dari salah satunya,
yaitu zina dengan kemaluan. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah bersabda:

ِ َّ‫ فَ ْليَت‬، ‫ِإ َذا تَ َز َّو َج ال َع ْب ُد فَقَ ْد َك َّم َل نَصْ فَ ال ِّد ْي ِن‬
ِ ْ‫ق هللاَ فِي النِّص‬
‫ف البَاقِي‬

"Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya,


bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi)

3. Melaksanakan sunnah Rasul

Tujuan menikah dalam Islam adalah untuk menjauhkan diri dari zina. Selain itu,
menikah merupakan perintah yang sangat ditekankan oleh Rasulullah. Dengan menikah,
artinya kita telah melaksanakan salah satu sunnah Rasul. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia
berkata Rasulullah bersabda:

َ ‫ “النِّ َكا ُح ِم ْن ُسنَّتِ ْي فَ َم ْن لَ ْم يَ ْع َملْ بِ ُسنَّتِي فَلَي‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫ْس ِمنِّي َوتَزَ َّوجُوا فَِإنِّي‬ َ ِ ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هَّللا‬:‫ت‬
ْ َ‫ع َْن عَاِئ َشةَ قَال‬
‫ُأْل‬
‫ُم َكاثِ ٌر بِ ُك ْم ا َم َم َو َم ْن َكانَ َذا طَوْ ٍل فَ ْليَ ْن ِكحْ َو َم ْن لَ ْم يَ ِج ْد فَ َعلَ ْي ِه بِالصِّ يَ ِام فَِإ َّن الصَّوْ َم لَهُ ِو َجا ٌء” رواه ابن ماجه‬

"Menikah itu termasuk dari sunnahku, siapa yang tidak mengamalkan sunnahku, maka ia
tidak mengikuti jalanku. Menikahlah, karena sungguh aku membanggakan kalian atas umat-
umat yang lainnya, siapa yang mempunyai kekayaan, maka menikahlah, dan siapa yang tidak
mampu maka hendaklah ia berpuasa, karena sungguh puasa itu tameng baginya.” (HR. Ibnu
Majah)

4. Meningkatkan ibadah kepada Allah

Rumah tangga adalah 'ladang' yang subur untuk kita beribadah dan beramal saleh.
Bahkan, berhubungan suami istri termasuk ibadah (sedekah) yang bernilai pahala. Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

… ،‫ض َعهَا فِي َح َر ٍام‬ َ ‫ َأ َرَأ ْيتُ ْم لَوْ َو‬:‫ َأيَْأتِي َأ َح ُدنَا َش ْه َوتَهُ َويَ ُكوْ نُ لَهُ فِ ْيهَا َأجْ رٌ؟ قَا َل‬،ِ‫ يَا َرسُوْ َل هللا‬:‫ قَالُوْ ا‬،ٌ‫ص َدقَة‬
َ ‫َوفِي بُضْ ِع َأ َح ِد ُك ْم‬
‫ض َعهَا فِي ْال َحالَ ِل َكانَ لَهُ َأجْ ٌر‬ َ ‫َأ َكانَ َعلَ ْي ِه فِ ْيهَا ِو ْزرٌ؟ فَ َك َذلِكَ ِإ َذا َو‬.

“… Seseorang di antara kalian bersetubuh dengan istrinya adalah sedekah!” (Mendengar


sabda Rasulullah, para sahabat keheranan) lalu bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah salah
seorang dari kita melampiaskan syahwatnya terhadap istrinya akan mendapat pahala?’ Nabi
shallallaahu ‘alaihi w…

Pernikahan merupakan ibadah yang bertujuan untuk menjaga kehormatan diri dan
terhindar dari hal-hal yang dilarang agama. Menikah juga dapat membuat kita lebih mudah
untuk menundukkan pandangan sehingga lebih mudah terhindar dari zina.

ِ ْ‫صنُ لِ ْلفَر‬
ُ‫ َو َم ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَ ْي ِه بِالصَّوْ ِم فَِإنَّهُ لَه‬،‫ج‬ َ ْ‫ص ِر َوَأح‬
َ َ‫ فَِإنَّهُ َأغَضُّ لِ ْلب‬، ْ‫ب َم ِن ا ْستَطَا َع ِم ْن ُك ُم ْالبَا َءةَ فَ ْليَتَ َز َّوج‬
ِ ‫يَا َم ْع َش َر ال َّشبَا‬
‫و َجا ٌء‬.
ِ
“Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, maka
menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji
(kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena
shaum itu dapat membentengi dirinya.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan lainnya)

6. Mendapatkan ketenangan hati

Menikah akan membuat seseorang lebih merasakan ketenangan hati dan ketenteraman
jiwa. Hal tersebut tertuang dalam firman Allah Ta’ala dalam Alquran surat Ar-Ruum ayat 21.

‫ق لَ ُكم ِّم ْن َأنفُ ِس ُك ْم َأ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُوا ِإلَ ْيهَا‬


َ َ‫َو ِم ْن َءايَاتِ ِه َأ ْن خَ ل‬

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” (QS. Ar-Ruum:
21)
7. Memiliki keturunan yang saleh

Selain diperintahkan oleh Allah, menikah juga bertujuan untuk memperoleh


keturunan yang saleh. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran surat An-Nahl ayat 72
berikut ini:

ِ ‫ت هَّللا‬ ِ َ‫ت ۚ َأفَبِ ْالب‬


ِ ‫اط ِل يُْؤ ِمنُونَ َوبِنِ ْع َم‬ ِ ‫َوهَّللا ُ َج َع َل لَ ُك ْم ِم ْن َأ ْنفُ ِس ُك ْم َأ ْز َواجًا َو َج َع َل لَ ُك ْم ِم ْن َأ ْز َوا ِج ُك ْم بَنِينَ َو َحفَ َدةً َو َر َزقَ ُك ْم ِمنَ الطَّيِّبَا‬
َ‫هُ ْم يَ ْكفُرُون‬

"Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik.
Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?” (QS. An-
Nahl: 72)

BAB III
KESIMPULAN
Memiliki pernikahan langgeng hingga maut memisahkan adalah harapan semua
orang. Namun, terkadang ada kerikil lalu batu sandungan yang membuat pernikahan harus
berakhir lewat perceraian. Memang butuh usaha dari kedua belah pihak bila ingin memiliki
pernikahan langgeng. Baik suami dan istri perlu saling berusaha untuk menjaga cinta tetap
hidup, menetapkan tujuan bersama, serta mampu mengatasi perubahan bersama.
1. Bicara secara rutin dan jujur satu sama lain
Kunci pernikahan yang pertama nampaknya mudah ya. Namun, memang hal ini bisa
membuat hubungan tetap kuat selamanya. "Bicarakan apa saja, soal frustrasi, kehidupan seks,
kemarahan, kekecewaan, hal yang dihargai dalam hidup, makna hidup, dan hal-hal yang
Anda rasa penting.
2. Bekerja sama untuk menyelesaikan masalah
"Jadilah tim dan mitra. Jangan terjebak pada siapa yang benar dan salah. Lebih baik fokus
cara menyelesaikan masalah.
3. Pertahankan komunikas
Pertahankan ikatan Anda baik dalam bentuk komunikasi, seks, kasih sayang, pengertian serta
kepedulian satu sama lain.
4. Pertahankan selera humor
Hubungan pasti akan membosankan ya jika tidak ada canda tawa. "Jadi, milikilah selera
humor dan saling memperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai