Anda di halaman 1dari 12

BAB III.

KROMATOGRAFI GAS

A. K ROMATOGRAFI GAS KOLOM PACKING


Kromatografi gas adalah sistem kromatografi yang menggunakan fase

gerak berupa gas dan fase diam berupa padatan atau cairan yang dilapiskan
pada bahan penya ngga. Interaksi yang ada dalam kromatografi gas hanya
interaksi antara sampel analit dengan fase diam. Interaksi antara analit (dalam
bentuk gas) terhadap fase gerak (gas pembawa) praktis diabaikan karena
interaksi antara dua fase gas sangat lemah. Gas yang paling banyak dipakai
untuk fase gerak a dalah helium, hidrogen dan nitrogen. Fase diam biasanya
ditempatkan dalam kolom yang mempunyai diameter dalam 100 ^m sampai 4
mm. Sistem peralat
an kromatografi gas terdiri dari tiga komponen utama yaitu
sistem untuk mema
ukkan sampel (injektor), pengontrol temperatur kolom dan
detektor seperti terlihat pada gambar III.l. berikutini.

Gambar III.1. Skema kromatografi gas

1. Sistem untuk memasukkan sampel atau Sistem Injektor


Sampel dimasukkan melalui tempat ini dengan bantuan syringe. Ada dua tipe
komponen yaitu injector port dan sampling loop.
Dengan bantuan syringe, sampel dimasukkan menembus septum,
bertemu dengan aliran gas pembawa (carrier ga$ yang pana sdan teruapkan.
Selanjutnya gas pembawa mengalir membawa uap sampel masuk ke dalam
kolom. Bila sampel berupa gas, maka akan sulit mengukur volume secara
tepat hanya dengan syringe, perlu sampling loop. Pada posisi load, sampel
akan masuk memenuhi tempat sampel. Bila ada kelebihan volume maka
secara otomatis akan dialirkan ke pembuangan. Selanjutnya diposisikan
inject, sehingga arah aliran menjadi seperti bagian kanan. Gas pembawa
akan berhubungan dengan tempat sampel dan selanjutnya membawa
sampel ke arah kolom.
Injektor harus didesain agar sampel cepat dan efisien masuk ke dalam
kolom, sehingga tidak ada kemungkinan sampel berdifusi balik yang dapat
menyebabkan tailing. Suhu injektor biasanya diatur 50°C di atas suhu kolom.

2. Fase diam, fase gerak dan pola elusi


Fase diam merupakan jantung pemisahan, dapat diklasifikasikan
berdasarkan diameter dan tipe packingnya. Berdasarkan ukurannya ada tiga
macam, yaitu :
 Konvensional, diameter 1/8 -1/4 inchi, panjang 6 -20 feet, bahan
dari stainless steel atau gelas
 Preparatif, diameter 1/4 inchi, panjang >10 feet
 Kapiler, diameter dalam 0.1-0.5 mm, panjang 10 - 100 meter
Untuk kromatografi gas cair (GLC) perlu diperhatikan jenis fase diam dan
bahan penyangga yang digunakan. Syarat bahan penyangga yang baik
adalah diameter kecil (2-9 (µm) dan seragam, kekuatan mengikat fase diam
besar, inert, luas permukaan spesifik > 1 m 2/gram. Sedangkan fase diam cair
yang digunakan mestinya memiliki selektifitas tinggi yang terhadap komponen
yang dipisahkan, interaksi dengan komponen bersifat irreversibel, stabil pada
temperatur yang digunakan dan mempunyai tekanan uap yang rendah.
Sekarang ini telah terdapat ratusan jenis fase diam untuk GLC yang
dijumpai dalam literatur-literatur seperti pada tabel III.1. Untuk karakteristik
masing-masing fase diam, Rohrschneider telah mengembangkan
serangkaian konstanta untuk mendiskripsikan selektivitas masing-masing
kolom dengan tipe-tipe sampel yang berbeda. Fase diam yang sesuai untuk
suatu jenis sampel dapat dipilih berdasarkan konstanta ini. Pekerjaan ini telah
disempurnakan oleh Me Reynolds dan kebanyakan supplier kolom
kromatografi menggunakan konstanta Me Reynolds untuk mendiskripsikan
produknya. Sejumlah senyawa yang mewakili masing-masing tipe interaksi
telah diteliti dan diamati waktu retensinya menggunakan fase diam squalen
sebagai model. Waktu retensi dari senyawa yang diuji dibandingkan terhadap
seri homolognya dan dinyatakan sebagai indeks retensi yang dapat dihitung
dengan persamaan Ill.1.berikut:
100(log 𝑡𝘍𝑅𝑋−log 𝑡𝘍𝑅Z)
Ix = 100Z I.1
(𝑙𝑜g𝑡𝘍𝑅Z+1−𝑙𝑜g𝑡′𝑅Z)........................................................

keterangan : t’RX : waktu retensi dari komponen yang diperiksa


t’RZ : waktu retensi dari alkana yang terelusi sebelum X
t’RZ + 1: waktu retensi dari senyawa alkana yang terelusi
setelah X
Z : jumlah karbon dari senyawa alkana yang
mempunyai waktu retensi Z
Indek retensi untuk alkana adalah :
Ix = 100 x jumlah atom C.........................................................................I.2

Tabel III.l Contoh jenis fase diam untuk kromatografi gas


Range
Nama Struktur kimia Polaritas
suhu ( C)
Squalane C30 alkana -50 - 100 0
SF-96, OV-101 Minyak Metilsilikon 0-200, 260 205, 229
SE-30, OV-1 Metilsilikon gum 20-350 216, 217
SE-52 5% fenil metilsilikon gum 20-350 334
SE-54 1% vinil, 5% fenil metilsilikon gum 20-350 337
UCON LB 550 Polietilen polipropilen glikol (10/90) -20 - 160 496
OV-7 20% fenil metilsilikon oil 20-300 592
OV-1701 7% fenil, 7% cyanopropil metilsilikon 40-300 819
gum
OV-17 %% fenil metilsikon oil 20-250 884
0V 17 (gum) 50% fenil, 2% Vinil metilsilikon gum 20-300 -
OV-25 75% fenil metilsilikon oil 20-300 1175
OV-210 50% trifluoropropil metilsilikon oil 20-200 1520
OV-215 50% trifluoropropil, 2% vinil 20-200 1545
metilsilikon gum
OV225 25% cyanopropil, 25% fenil 50-220 1813
metilsilikon oil (atau gum)
UCON HB 5100 Polietilen propilen glikol (50/50) 20-200 1706
Superox-4 Polietilenglikol gum 50-300 2238
Superox- 0.1 Polietllenglikol gum 50-280 2301
Carbowax 20M Polietilenglikol gum 80-250 2308
Superox-20M Polietilenglikol gum 50-300 2309
Silar 5CP 50% Cyanopropil, 50% fenil silikon 50-240 2424
oil
SP2340 75% Cyanopropil metilsilikon oil 100-240 2428
Poly-S 179 Polyphenileter sulfon 200-400 -
Chirasil-Val Chiral polisiloksan 50-240 -

Fase diam dengan harga konstanta Me Reynolds yang sama akan


memiliki sifat kromatografik yang sama. label III.2 berikut ini memuat
penggolongan fase diam cair menurut Me Reynolds dan Rohrscneider.

Tabel III. 2. Penggolongan fase diam cair untuk kromatografi gas


menurut Me Reynolds dan Rohrscneider
Simbol Me Reynolds Rohrschneider Interaksi yang dihitung
X' Bensena Bensen Kerapatan elektron untuk senyawa
aromatik dan hidrokarbon olefin
Y' n-butanol Etanol Kemampuan donor proton dan
aseptor proton (alkohol dan nitril)

Z' 2-pentanon 2-butanon Interaksi proton aseptor (keton, eter,


aldehid, ester)
U' Nitropropan Nitrometan Interaksi dipol
S' Piridin Piridin Interaksi proton aseptor kuat
H' 2-metil 2- Interaksi alkohol tersubstitusi mirip
pentanol dengan n-butanol
y lodobutan Interaksi alkana polar
K' 2-oktin Interaksi hidrokarbon tak jenuh mirip
dengan bensena
L' 1,4 dioksan Interaksi aroton aseptor
M' Cis-hidrindan Interaksi-dispersi
Tabel III.3. Harga konstanta Me Reynolds dan Rohrscneider beberapa
jenis fase diam yang biasa digunakan
Nama Suhu Isi fase diam X' Y' Z' U' S' Fase diam
Min/Maks yang mirip
(°C)
Squalen 20/100 sikloparafin 0 0 0 0 0
POLISILOKSAN
DC 200 0/200 Dimetilsiloksan 16 57 45 66 43 SP-2100,
SE-30,
OV-101,
DC-710 5/250 Fenilmetilsiloksan 107 149 153 228 190 OV11
SE-30 50/300 Dimetil 15 53 44 64 41 SP-2100,
OV-101,
OV-1
SE-54 100/350 5% fenil, l%vinil 33 72 66 99 67
Ov-1 0/350 Dimetil (gum) 16 55 44 65 42 SP-2100
OV-3 0/350 10%fenil- 44 86 81 124 88
fenilmetildimetil
OV-7 0/350 20% fenil- 69 113 111 171 128
fenilmetildimetil
OV-11 0/350 35%fenil- 102 142 145 219 178 DC-710
fenilmetildimetil
OV-17 0/350 50%fenil-50%metil 119 158 162 243 202 SP-2250
OV-22 0/350 65%fenil- 160 188 191 283 253
fenilmetildimetil
OV-25 0/350 75%fenil- 178 204 208 305 280
fenilmetildimetil
OV-61 0/350 33%fenil-difenildimetil 101 143 142 213 174
OV-73 0/350 5.5% fenil- 40 86 76 114 85
difenildimetil (gum)
OV-101 0/350 Dimetil (fluid) 17 57 45 67 43 SP-210, SE-
30, OV-1
OV-105 0/275 Cyanopropilmetil- 36 108 93 139 86
dimetil
OV-202 0/275 Trifluoropropil- 146 238 358 468 310
metil(fluid)
OV-210 0/275 Trifluoropropil- 146 238 358 468 310 SP-2401
metil(fluid)
OV-215 0/275 Trifluoropropil- 149 240 363 478 315
metil(Fgum)
OV-225 0/265 Cyanopropilmetil- 228 369 338 492 386 SP-2300,
fenilmetil Silar 5 CP
OV-275 25/275 Dicyanoalil 629 872 763 1106 849 SP-2340
OV-330 0/250 Fenilsilikon-carbowax 222 391 273 417 368
kopolimer
OV-351 50/270 Carbowax-asam 335 552 382 583 540 SP-1000
nitrotereftalat polimer
OV-1701 0/250 14%cyanopropilfenil 67 170 153 228 171
Silar 5 CP 0/250 50% cyanopropil- 319 495 446 637 531 SP-2300,
50%fenil OV-225

Silar 0/250 100%cyanopropil 520 757 660 942 800 SP-2340


10CP
SP-2100 0/350 Metil 17 57 45 67 43 SE-30, 0V-
101, OV-1
SP-2250 0/375 50% fenil 119 158 162 243 202 OV-17

SP-2300 20/275 50% cyanopropil 316 495 446 637 530 OV-225
SP-2310 25/275 55 % cyanopropil 440 637 605 840 670
SP-2330 25/275 90% cyanopropil 490 725 630 913 778
SP-2340 25/275 100% cyanopropil 520 757 659 942 800 Silar 10 CP
SP-2401 0/275 Trifluoropropil 146 238 358 468 310 OV-210

FASE DIAM NONSILIKA


Apiezon L 50/300 Hidrokarbon grease 32 22 15 32 42
Carbowax 60/225 Polietilenglikol 322 536 368 572 510 Superox4,
20M superox20M
DEGS 20/200 Dietilen glikol 496 746 590 837 835
TCEP 0/175 1,2,3- 594 857 759 1031 917
tri(cyanoetoksi)propa
FFAP 50/250 Fase asam lemak 340 580 397 602 627 OV-351
bebas

Syarat fase gerak yang dapat dipakai adalah gas tidak bereaksi dengan fase
diam dan sampel, tidak memberikan respon terhadap detektor dan dapat
diperoleh dengan kemurnian tinggi 99,995%. Untuk memperoleh kecepatan
alir yang konstan sering digunakan dua pengatur tekanan yaitu diletakkan
pada tabling gas dan pada saat mau masuk ke dalam injektor. Kecepatan alir
harus konstan untuk memperoleh performance kromatogram yang baik dan
reprodusibilitas waktu retensi yang tinggi. Kecepatan alir sangat dipengaruhi
oleh temperatur kolom, karena kerapatan gas dapat berubah dengan
kenaikkan temperatur. Waktu retensi dalam sistem kromatografi gas
seringkali memiliki reprodusibilitas yang rendah, oleh karena itu sering
ditambahkan standard internal untuk meningkatkan selektifitasnya. Sebelum
dialirkan ke dalam injektor, fase gerak seringkali dilewatkan filter agar
diperoleh gas yang lebih bersih. Filter dapat berisi molecular siever untuk
menyerap uap air dan karbon aktif untuk menyerap kontaminan organik yang
ada dalam gas pembawa.
Elusi dapat dikerjakan secara isotermal atau gradien temperatur
(temperature programming). Disebut isotermal bila suhu kolom selama
analisis adalah sama. Disebut gradien temperatur bila temperatur kolom
selama analisis diatur secara terprogram. Karena kelarutan gas dalam cairan
turun bila temperatur dinaikkan, maka kita dapat mempercepat waktu retensi
suatu senyawa dengan menaikkan temperatur kolom.
3. Detektor
Syarat detektor yang baik adalah :
 Memberikan respon linear dengan perubahan konsentrasi solute
 Stabil untuk jangka waktu yang lama
 Tahan terhaddap suhu tinggi
 Sensitivitas tinggi
 Selektifitas tinggi
 Sinyal tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan kecepatan alir,
tekanan dan temperature
 Menghasilkan sinyal yang mudah diamati
Sensitifitas detektor dapat dilihat berdasarkan parameter perubahan sinyal
terhadap perubahan konsentrasi solut dan parameter batas deteksi (limit of
detection). Tingkat sensitifitas berdasarkan range konsentrasi yang dapat
diaplikasikan beberapa detektor kromatografi gas dapat dilihat pada gambar
III.2. berikut ini.

Gambar III.2. Tingkat selektifitas detektor berdasarkan range konsentrasi


linear yang dapat diaplikasikan
1. Thermal Conductivity Detector (TCD)
Sifat detektor : non selektif, non destruktif, LOD sekitar 400 pg/ml gas
pembawa, range linear 106g. Perubahan respon detektor tergantung pada
perubahan konsentrasi analit. Besarnya sinyal dapat dirumuskan dengan
persamaan III.3 beikut ini.

S = kI2R ( ) (Tf - Tb)...............................................I.3

Keterangan : k : tetapan sel


I : arus pada kawat pij'ar
R : tahanan
: konduktivitas termal gas pembawa
: konduktivitas termal gas
pembawa Tf : suhu lewat pijar
Tb : suhu blok detektor
Detektor TCD dapat digunakan untuk mendeteksi CS2, CoS, H2S, S02, CO,
NO, N02, CO2, dan lain-lain.
2. Flame lonization Detector (FID)
Sifat detektor FID adalah lebih spesifik karena sampel harus dapat dibakar,
destruktif, LOD 5 pg karbon/second, kisaran linear 107 g. Tidak atau sedikit
memberikan respon terhadap senyawa NOX, H20, NH3, CO, C02, CS2, O2, N2/
asam format, formaldehid dan senyawa terhalogenasi. Respon FID
tergantung jumlah karbon yang terkandung dalam solut. Adanya halogen
atau oksigen dapat mengurangi pembakaran. Jenis gas pembawa yang
digunakan juga mempengaruhi intensitas respon. Intensitas respon bila
menggunakan fase gerak argon lebih besar dibanding nitrogen, helium dan
hidrogen. Urutan intensitas respon detektor argon > N2 > He > H2.
3. Electrone Capture Detector(ECD)
Sifat : spesifik karena sampel harus mengandung senyawa elektronegatif,
non destruksi, LOD 0.1 pg Cl/second, range linear 104 g. Detektor ini sangat
bermanfaat untuk analisis unsur kelumit dalam sampel lingkungan seperti
senyawa terhalogenasi, gugus nitro dan senyawa dengan banyak ikatan
ganda.
Adanya gugus elektronegatif yang terkandung dalam senyawa (halogen,
nitril, nitrat, ikatan ganda terkonjugasi) akan mengabsorpsi sinar β, sehingga
dapat menurunkan arus konstan. Sebagai pengemisi sinar β adalah 63
Ni.
Karena digunakan bahan radioaktif, maka harus dilakukan pemantauan
secara berkala di sekitar perangkat kromatografi gas agar bila terdapat
kebocoran bahan radioaktif dapat segera diketahui.
4. Nitrogen Phosphorous Detector (NPD)
Sifat detektor ini adalah spesifik karena sampel harus mengandung unsur N
atau P, destruktif, LOD 0.4 pg N/second dan 0.2 pg P/second, kisaran linear
104g.
Detektor NPD hampir sama dengan detektor FID yaitu adanya ionisasi dalam
nyala. Yang membedakan adalah adanya elemen aktif yang akan memblok
ion nyala yang tidak dikehendaki, sehingga ion yang sampai ke pengumpul
ion adalah ion N dan P.
5. Flame Photometric Detector (FPD)
Sifat detektor ini adalah spesifik untuk unsur P dan S, destruktif, LOD 20 pg
S/second dan 0.9 pg P/second, kisaran linear 104g untuk P dan 103g untuk
S. Detektor FPD akan menghitung emisi nyala yang dihasilkan selama
pembakaran unsur S dan P yang terkandung dalam sampel.
6. Photo lonization Detector (PID)
Sifat detektor ini adalah spesifik karena senyawa harus dapat terionisasi
oleh sinar ultra violet, LOD 2 pg karbon/second, kisaran linear 10 7g. Dasar
pengamatan adalah sinar ultra violet akan mengionisasi sampel dan
menghasilkan arus listrik yang dapat diukur
7. Electrolyte Conductivity Detector
Sifat detektor ini adalh selektif untuk unsur halogen, S, N (hanya satu jenis
yang terkandung dalam sampel), sensitif (LOD untuk halogen 5-10pg, S 10-
20pg, N 10-20pg), kisaran linear halogen 105-106g, N 104-105g, S 103-104g.
suhu reaksi halogen 800-1000°C, N 850-925°C, S 750- 825°C.
8. Hyphenated Methods
Sistem kromatografi gas seringkali dihubungkan dengan instrumentasi lain
untuk memperoleh data kualitatif dan kuantitatif yang dikehendaki, seperti
dihubungkan dengan alat mass spectrofotometer (MS), fourier transform
infra red (FTIR), atomic emission detector (AED).
B. KROMATOGRAFI GAS KOLOM KAPILER

Kromatografi gas kolom kapiler sering digunakan untuk analisis


campuran yang sangat kompleks dengan jumlah komponen yang harus
dipisahkan cukup banyak. Perbedaan dengan kolom packing
terutama pada
kecilnya diameter dalam kolom, panjang kolom, tidak adanya
fase diam yang
dipacking dalam kolom, dan kapasitas sampel yang lebih kecil, seperti terlihat
pada tabel III.4 berikut.
Tabel III.4. Perbedaan parameter dalam kromatografi gas kolom packing
dan kolom kapiler
Parameter Kolom packing Kolom kapiler
Panjang (meter) 0.5-5 5-100
Diameter dalam (meter) 2-4 0.1-0.7
Kecepatan alir (ml/menit) 10-60 0.5-15
Tekanan in let (psig) 10-40 3-40
Total lempeng teoritik 4000 250.000
Kapasitas 10 µg/pita 100 µg/pita
Ketebalan lapisan fase diam (µrn) 1-10 0.1-8
Karena jumlah lempeng teoritis dalam kolom kapiler sangat besar, maka pita
kromatogram berbentuk runcing dengan lebar dasar yang sempit, sehingga
sensitifitasnya besar seperti pada gambar III.3, berikut ini.

Gambar III..3 . Perbedaan bentuk pita kromatogram antara kromatogram


kolom packing dan kolom kapiler
Kolom kapiler terbuat dari fused silika yang dilapisi dengan fase diam.
Bagian sisi luar dilapisi dengan poliimida untuk memperkuat silika dari benturan
mekanik. Fase diam dapat juga diikatkan secara kimiawi ke dalam fused silika
{bonded phase}. Ada beberapa keuntungan menggunakan bonded phase yaitu
lebih stabil, kemungkinan rusak karena pemanasan lebih kecil, waktu pakai
(lifetime) lebih lama, lebih mudah dibersihkan apabila kolom terkontaminasi. Di
samping bonded phase, sekarang telah dikembangkan kolom porous layer open
tubular (PLOT) yaitu kolom kapiler yang di dalamnya dilapisi fase diam padat
sehingga sistem merupakan kromatografi gas-padat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pemisahan adalah panjang
kolom, diameter dalam kolom, tebal lapisan fase diam, tipe atau jenis fae gerak,
kecepatan alir fase gerak dan temperatur kolom. Pemilihan fase diam biasanya
hanya didasarkan pada hukum like dissolved like. Senyawa non polar
dipisahkan dengan fase diam non polar, senyawa polar dipisahkan dengan fase
diam polar. Fase diam non polar contohnya metil silikon, fase diam sedang
contohnya metilsilikon-fenil silikon dengan perbandingan 20-50 % fenil, fase
diam polar contohnya Carbowax 20M. Lapisan fase diam yang tebal akan
menaikkan kapasitas sampel tetapi memberikan konsekuensi lain yaitu pita
kromatogram memiliki lebar dasar yang besar sehingga resolusinya rendah.
Diameter dalam yang semakin besar menyebabkan tekanan inlet kolom menjadi
kecil, kapasitas sampel meningkat tetapi resolusi menurun.

Anda mungkin juga menyukai