KROMATOGRAFI GAS
gerak berupa gas dan fase diam berupa padatan atau cairan yang dilapiskan
pada bahan penya ngga. Interaksi yang ada dalam kromatografi gas hanya
interaksi antara sampel analit dengan fase diam. Interaksi antara analit (dalam
bentuk gas) terhadap fase gerak (gas pembawa) praktis diabaikan karena
interaksi antara dua fase gas sangat lemah. Gas yang paling banyak dipakai
untuk fase gerak a dalah helium, hidrogen dan nitrogen. Fase diam biasanya
ditempatkan dalam kolom yang mempunyai diameter dalam 100 ^m sampai 4
mm. Sistem peralat
an kromatografi gas terdiri dari tiga komponen utama yaitu
sistem untuk mema
ukkan sampel (injektor), pengontrol temperatur kolom dan
detektor seperti terlihat pada gambar III.l. berikutini.
SP-2300 20/275 50% cyanopropil 316 495 446 637 530 OV-225
SP-2310 25/275 55 % cyanopropil 440 637 605 840 670
SP-2330 25/275 90% cyanopropil 490 725 630 913 778
SP-2340 25/275 100% cyanopropil 520 757 659 942 800 Silar 10 CP
SP-2401 0/275 Trifluoropropil 146 238 358 468 310 OV-210
Syarat fase gerak yang dapat dipakai adalah gas tidak bereaksi dengan fase
diam dan sampel, tidak memberikan respon terhadap detektor dan dapat
diperoleh dengan kemurnian tinggi 99,995%. Untuk memperoleh kecepatan
alir yang konstan sering digunakan dua pengatur tekanan yaitu diletakkan
pada tabling gas dan pada saat mau masuk ke dalam injektor. Kecepatan alir
harus konstan untuk memperoleh performance kromatogram yang baik dan
reprodusibilitas waktu retensi yang tinggi. Kecepatan alir sangat dipengaruhi
oleh temperatur kolom, karena kerapatan gas dapat berubah dengan
kenaikkan temperatur. Waktu retensi dalam sistem kromatografi gas
seringkali memiliki reprodusibilitas yang rendah, oleh karena itu sering
ditambahkan standard internal untuk meningkatkan selektifitasnya. Sebelum
dialirkan ke dalam injektor, fase gerak seringkali dilewatkan filter agar
diperoleh gas yang lebih bersih. Filter dapat berisi molecular siever untuk
menyerap uap air dan karbon aktif untuk menyerap kontaminan organik yang
ada dalam gas pembawa.
Elusi dapat dikerjakan secara isotermal atau gradien temperatur
(temperature programming). Disebut isotermal bila suhu kolom selama
analisis adalah sama. Disebut gradien temperatur bila temperatur kolom
selama analisis diatur secara terprogram. Karena kelarutan gas dalam cairan
turun bila temperatur dinaikkan, maka kita dapat mempercepat waktu retensi
suatu senyawa dengan menaikkan temperatur kolom.
3. Detektor
Syarat detektor yang baik adalah :
Memberikan respon linear dengan perubahan konsentrasi solute
Stabil untuk jangka waktu yang lama
Tahan terhaddap suhu tinggi
Sensitivitas tinggi
Selektifitas tinggi
Sinyal tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan kecepatan alir,
tekanan dan temperature
Menghasilkan sinyal yang mudah diamati
Sensitifitas detektor dapat dilihat berdasarkan parameter perubahan sinyal
terhadap perubahan konsentrasi solut dan parameter batas deteksi (limit of
detection). Tingkat sensitifitas berdasarkan range konsentrasi yang dapat
diaplikasikan beberapa detektor kromatografi gas dapat dilihat pada gambar
III.2. berikut ini.