Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PR

Safiya Rachmawati, 132011101053


Pembimbing : dr. Gebyar, Sp.A

1. Obat-obatan apa saja yang dikonsumsi saat hamil yang dapat menyebabkan
janin beresiko terkena penyakit jantung bawaan?
Jawab : Obat-obatan yang dapat menyebabkan PJB diantaranya Roaccutane serta
obat-obat antikonvulsan seperti phenytoin dan asam valproate.
Roaccutane merupakan obat yang digunakan untuk acne/jerawat yang
mengandung isotretinoin dan merupakan turunan dari retinoid. Obat ini tidak boleh
dikonsumsi untuk ibu hamil karena dapat mengganggu proses organogenesis pada
janin, sehingga dapat menyebabkan abnormalitas ataupun kelainan jantung bawaan
pada bayi.
Sedangkan penggunaan phenytoin bagi ibu hamil dapat meningkatkan risiko
terjadi kelainan kongenital pada janin 10% lebih tinggi dibandingkan populasi
normal. Kelainan kongenital yang dapat terjadi adalah bibir sumbing, defek pada
jantung, mikrosefali, hipoplasia jari, gangguan mental, dan neuroblastoma. Beberapa
hasil studi menyatakan bahwa pemberian phenytoin >75 mg/kgBB dapat
meningkatkan malformasi pada janin.

Sumber : Rizkia Dara. Penyakit Jantung Bawaan. Politeknik Kesehatan Kemenkes


Jakarta II

2. Kelainan kromosom yang menyebabkan penyakit jantung bawaan?


Jawab : Kelainan kromosom dapat menyebabkan penyakit jantung kongenital
(chromosome mengandung materi genetic, DNA). Sekitar 3% dari seluruh anak
dengan PJB dapat ditemukan kelainan kromosom.
Bayi yang mengalami kelainan kromosom memiliki kesempatan yang besar
untuk terkena kelainan jantung bawaan. Hal ini terjadi ketika struktur sel yang berisi
gen dari orang tua diwariskan ke janin. Setiap tubuh yang normal dan sehat biasanya
memiliki kromosom sebanyak 46 buah, namun janin yang mengalami kelainan bisa
memiliki kurang atau lebih dari jumlah itu. Hal ini kemudian akan menyebabkan bayi
terlahir dalam kondisi cacat tubuh. Kelainan ini kemudian juga akan mempengaruhi
kondisi kesehatan jantung pada bayi. Bayi yang terlahir dengan kondisi sindrom
seperti sindrom down (kromososm nomer 21), Turner Syndrome, Edward Syndrome
(Trisomi 18), Patau Syndrome (Trisomi 13), dan beberapa sindrom lain memiliki
resiko penyakit jantung yang tinggi.

3. Prostaglandin untuk Penyakit Jantung Bawaan?

Jawab : Pada PJB, pemberian prostaglandin E1 diberikan agar duktus arteriosus tetap
terbuka dengan dosis permulaan 0,1 µg/kg/menit. Apabila sudah terjadi perbaikan,
dosis diturunkan menjadi 0,05 µg/kg/menit. Obat ini akan bekerja dalam waktu 10-30
menit sejak pemberian dan efek terapi ditandai dengan kenaikan PaO2 15-20 mmHg.

Sumber : Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan. Sari Pediatri. Vol 2. No. 3

4. Hubungan PJB terhadap saluran cerna?


Jawab : Pada anak dengan PJB dapat terjadi malabsorpsi yang dapat menyebabkan
malnutrisi pada PJB. Hal ini bias disebabkan oleh hipoksia dari saluran cerna yang
menyebabkan intoleransi makanan, asupan kalori yang terbatas, dan mengurangi
penyerapan zat-zat gizi.. Hepatosplenomegali dapat mempengaruhi kapasitas lambung
menurun dan dan mempengaruhi asupan nutrisi oral. Pada anak dengan lesi jantung
yang mengakibatkan gagal jantung kanan dan peningkatan tekanan vena sistemik
karena shunting ke kiri, dapat dijumpai terjadinya edema pada dinding mukosa usus.

Sumber : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU. Pemberian Nutrisi Pada Anak
Dengan Penyakit Jantung Bawaan.

5. Crazy Pavement Dermatosis pada kwashiorkor?


Jawab : Kulit penderita kwashiorkor cenderung kering dengan garis-garis kulit yang
lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit.
Ditemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor disebut crazy
pavement dermatosis. Crazy pavement dermatosis adalah gejala bercak-bercak putih
atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering
mendapat tekanan. Gejala ini terjadi bila dilakukan tekanan secara terus-menerus dan
disertai kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa politea,
lutut, buku kaki, paha, lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai
dengan bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu
untuk menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian
yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh
hiperpigmentasi.

Sumber : Malnutrisi Energi Protein. Himpunan Mahasiswa Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

6. Tanda-tanda dehidrasi ringan-sedang?


Jawab :
- rewel atau gelisah
- letargis / kesadaran berkurang
- mata cekung
- cubitan kulit kembalinya lambat
- haus / minum dengan lahap
Sumber : World Health Organization. Diare. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
Sakit

7. Kandungan F75 ?
Jawab :

Sumber : World Health Organization. Gizi Buruk. Pelayanan Kesehatan Anak di


Rumah Sakit
8. Apakah campak harus diisolasi?
Jawab : Sebagai tindakan pencegahan, pasien campak harus di rawat di ruang isolasi
karena penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet.

Sumber : Pedoman Pelayanan Medis IDAI Jilid 1. Campak

9. Imunisasi pada campak?


Jawab : Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan dosis ulangan (second
opportunity pada crash program campak) pada usia 6-59 bulan serta saat SD kelas 1-
6. Terkadang, terdapat program PIN (Pekan Imunisasi Nasional) campak yang
bertujuan sebagai penguatan (strengthening). Program ini bertujuan untuk mencakup
sekitar 5 persen individu yang diperkirakan tidak memberikan respon imunitas yang
baik saat diimunisasi dahulu. Bagi anak yang terlambat/belum mendapat imunisasi
campak: bila saat itu anak berusia 9-12 bulan, berikan kapan pun saat bertemu. Bila
anak berusia >1 tahun, berikan MMR.

Sumber : Indonesian Pediatric Society. Melengkapi / Mengejar Imunisasi

10. Perbedaan droplet dan airborne?


Jawab :

Sumber : CDC. Infographic explaining the difference between droplet spread and
airborne spread.
11. Komplikasi Tonsilitis?
Jawab : Pada anak, sering menimbulkan komplikasi otitis media akut, sinusitis, abses
peritonsil (Quincy throat), abses parafaring, bronchitis, serta septicemia akibat infeksi
vena jugularis interna (sindrom Lemierre). Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan
pasien bernapas melalui mulut, tidur mendengkur, gangguan tidur karena terjadinya
sleep apnea yang dikenal sebagai Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS).

Sumber : Buku Ajar Ilmu KEsehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher
Edisi Keenam. Tonsilitis.

12. Mengapa F75 diberikan hingga fase transisi (minggu kedua)? Mengapa tidak
langsung diberikan F100?
Jawab : F75 diberikan pada fase stabilisasi sampai transisi untuk mengatasi
kegawatdaruratannya. Pasa fase ini perlu diberikan makanan yang sedikit dan rendah
osmolaritasnya. Pada fase transisi, F75 tetap diberikan dengan tujuan agar tubuh
mulai beradaptasi untuk menerima peningkatan pemberian kalori dengan pemberian
bertahap. Sehingga pada fase rehabilitasi, yang merupakan fase tumbuh kejar untuk
mengembalikan jumlah jaringan yang hilang, dapat diberikan F100.

Sumber : National Guideline for Integrated Management of Acute Malnutrition. 2009.

Anda mungkin juga menyukai