1. Obat-obatan apa saja yang dikonsumsi saat hamil yang dapat menyebabkan
janin beresiko terkena penyakit jantung bawaan?
Jawab : Obat-obatan yang dapat menyebabkan PJB diantaranya Roaccutane serta
obat-obat antikonvulsan seperti phenytoin dan asam valproate.
Roaccutane merupakan obat yang digunakan untuk acne/jerawat yang
mengandung isotretinoin dan merupakan turunan dari retinoid. Obat ini tidak boleh
dikonsumsi untuk ibu hamil karena dapat mengganggu proses organogenesis pada
janin, sehingga dapat menyebabkan abnormalitas ataupun kelainan jantung bawaan
pada bayi.
Sedangkan penggunaan phenytoin bagi ibu hamil dapat meningkatkan risiko
terjadi kelainan kongenital pada janin 10% lebih tinggi dibandingkan populasi
normal. Kelainan kongenital yang dapat terjadi adalah bibir sumbing, defek pada
jantung, mikrosefali, hipoplasia jari, gangguan mental, dan neuroblastoma. Beberapa
hasil studi menyatakan bahwa pemberian phenytoin >75 mg/kgBB dapat
meningkatkan malformasi pada janin.
Jawab : Pada PJB, pemberian prostaglandin E1 diberikan agar duktus arteriosus tetap
terbuka dengan dosis permulaan 0,1 µg/kg/menit. Apabila sudah terjadi perbaikan,
dosis diturunkan menjadi 0,05 µg/kg/menit. Obat ini akan bekerja dalam waktu 10-30
menit sejak pemberian dan efek terapi ditandai dengan kenaikan PaO2 15-20 mmHg.
Sumber : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU. Pemberian Nutrisi Pada Anak
Dengan Penyakit Jantung Bawaan.
7. Kandungan F75 ?
Jawab :
Sumber : CDC. Infographic explaining the difference between droplet spread and
airborne spread.
11. Komplikasi Tonsilitis?
Jawab : Pada anak, sering menimbulkan komplikasi otitis media akut, sinusitis, abses
peritonsil (Quincy throat), abses parafaring, bronchitis, serta septicemia akibat infeksi
vena jugularis interna (sindrom Lemierre). Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan
pasien bernapas melalui mulut, tidur mendengkur, gangguan tidur karena terjadinya
sleep apnea yang dikenal sebagai Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS).
Sumber : Buku Ajar Ilmu KEsehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher
Edisi Keenam. Tonsilitis.
12. Mengapa F75 diberikan hingga fase transisi (minggu kedua)? Mengapa tidak
langsung diberikan F100?
Jawab : F75 diberikan pada fase stabilisasi sampai transisi untuk mengatasi
kegawatdaruratannya. Pasa fase ini perlu diberikan makanan yang sedikit dan rendah
osmolaritasnya. Pada fase transisi, F75 tetap diberikan dengan tujuan agar tubuh
mulai beradaptasi untuk menerima peningkatan pemberian kalori dengan pemberian
bertahap. Sehingga pada fase rehabilitasi, yang merupakan fase tumbuh kejar untuk
mengembalikan jumlah jaringan yang hilang, dapat diberikan F100.