Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Tentang

Contoh Kebijakan Pendidikan

OLEH :

KELOMPOK II

Indriani Azani Putri : 1930103038

Putri Wulandari : 1930103070

Muhammad Al Fajri : 1930103056

DOSEN PEMBIMBING:

Husnani, S.Pd.I, M.Pd

JURUSANMANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI BATUSANGKAR

2022 M/1443 H
KATA PENGATAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat allah SWT. Karena atas segala berkah
dan rahmat-nya penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul ‘’CONTOH
KEBIJAKAN PENDIDIKAN’’. Dalam makalah ini penulis mencoba menerangkan tentang
materi dan sistematikanya.

Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan rintangan. Namun
berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan
dengan semestinya. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan berupa isi
maupun penulisnya. Oleh karena itu dengan lapang dada pnulis menerima saran dan kritikan
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Dan penulis berharap semoga makalah ini
ada manfaatnya terutama bagi penulis yang menyusun dan juga membaca semuanya.

Batusangkar, 17 Maret 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ……………………………………………................................i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..…..ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………..……..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..…….2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………….....2

BAB II PEMBAHASAN

A. Contoh Kebijakan Pendidikan…………………………………………...…3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………….13
B. Saran…………………………………………………………………..…….14

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kebijakan pendidikan tidak bisa lepas dari hakikat pendidikan, yaitu
usaha untuk memanusiakan anak manusia dan menyiapkannya menjadi
generasi penerus yang cerdas lagi pancasilais serta beriman kepada tuhan yang
maha esa sebagaimana yang tertera dalam pembukaan UUD 1945 alenia
keempat. Kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan public yang
merupakan keputusan –keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara
langsung dibuat oleh pihak tertentu (dalam hal ini pemerintah) guna mengatur
pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial dan manusia
demi kepentingan public, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau
warga Negara.
Tahapan dalam pembuatan suatu kebijakan pendidikan dimulai dengan
tahap perencanaan atau agenda kebijakan (formulasi kebijakan) atau latar
belakang suatu kebijakan dibuat, selanjutnya dilanjutkan pada tahap
pengesahan, lalu pada tahap pelaksanaan atau implementasi serta diakhiri
dengan tahap penilaian dan evaluasi. Seiring berjalannya waktu pemerintah
mengeluarkan suatu kebijaksanaan baru yang terdapat dalam UU No. 2 Tahun
1999 tentang pemerintah otonomi daerah yang berisikan tentang isyarat bagi
setiap wilayah atau daerah, sehingga munculah kebijakan yang disebut
desentralisasi pendidikan.
Kebijakan pendidikan ada dikarenakan munculnya permasalahan-
permasalahan yang terjadi di bidang pendidikan. Permasalahan ini terjadi
dikeranakan terdapatnya kesenjangan antara penyelenggara pendidikan
dengan tujuan pendidikan. Kebijakan pendidikan merupakan sebuah aktivitas
dalam merumuskan langkah maupun tahapan dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui penjabaran visi misi pemdidikan yang bertujuan untuk

1
mencapai tujuan pendidikan pada waktu tertentu. Selain itu ada juga yang
berpendapat bahwa kebijakan pendidikan berhubungan dengan efektivitas dan
efesiensi anggaran pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan contoh kebijakan pendidikan

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami contoh dari kebijakan pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Contoh kebijakan pendidikan


1. Kebijakan ujian nasional
Sejak tahun 2003 ketika ujian akhir nasional dilakukan, sudah
mengundang kontroversi, tidak sedikit elemen masyarakat yang menolak
dilakukannya ujian secara nasional tersebut, alas an yang paling sederhana
adalah kondisi objektif pendidikan yang ada seperti kesenjangan,
pemerataan, fasilitas, jumlah guru, kualitas guru, penyelenggaraan
pendidikan, kondisi lingkungan dan sebagainnya. Secara konseptual apa
yang diinginkan pemerintah seperti peningkatan kualitas dan standarisasi
nasional adalah baik, tapi hal tersebut tidak realistis. Misalnnya ada sebuah
sekolah dibangun sejak tahun 1970-an sampai sekarang tidak pernah
dilakukan rehabilitasi, atau perbaikan, jumlah muridnnya cukup banyak,
jumlah guru hanya dua orang dan hanya lulusan SMA sederajat, listrik
tidak ada, fasilitas pas-pasan, buku paket tidak ada hanyalah menyalin
dipapan tulis pakai kapur tulis, kondisi seperti itu apa yang dapat
diharapkan apa yang dapat di standarisasikan atau disamakan dengan
sekolah faforit dikota? jangankah mendapatkan nilai standar 5,5 untuk
mencapai 1,5 saja sangat sulit. Akibat pemaksaan kebijakan tersebut
terjadilah masalah dimana mana seperti bocornnya soal UN, guru yang
ujian, ketidak jujuran.
Hasillnya pun banyak yang diluar dugaan, ada sekolah didaerah
tertentu dengan melihat kondisi yang ada perkiraan tingkat kelulusan
dibawah 50%, ternyata dapat mencapai 100%, tapi ada juga sekolah yang
apa adnnya, menekankan kejujuran , secara sportif melaksanakan ujian
nasional hasilnnya sungguh memprihatinkan, kasus kasus seperti ini
banyak terjadi diberbagai daerah, hingga sekarang ini.

3
Kebijakan tentang ujian nasional ( UN ) merupakan istilah bagi
penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Pada awalnnya kebijakan ini dimulai dengan adannya
EBTANAS ( evaluasi belajar tahap akhir nasional ) yang sudah sejak lama
menjadi momok yang menakutkan, bukan saja bagi anak anak dan guru
sekolah, tetapi juga orang tua. UN juga membuat para guru ikut tegang dan
terkadang bertindak secara berlebihan untuk mendampingi muridnya.
Sampai sampai ada beberapa kasus mesti membocorkan soal atau memberi
jawaban secara sembunyi sembunyi, hanya agar anak didiknya lulus UN.
Begitu juga para orang tua murid, selain berdoa siang dan malam, dana
juga dikerahkan mereka dengan mengirimkan anak ke pusat pusat
bimbingan belajar yang terkenal.
Hampir setiap tahun kebijakan UN selalu menimbulkan kontroversi
pada masyarat di Indonesia, dari masalah waktunnya pelaksanaanya yang
berubah-ubah, distribusi soal yang terlambat, kebocoran soal, beredar dan
diperjual belikan kunci jawaban, problem kepengawasan dan lain lain.

2. Kebijakan peningkatan kualitas guru


Persoalan pendidikan secara umum selama ini belum tersentuh dengan
baik. Apa yang dimaksud dengan sukses pendidikan masih saja
mendewakan ranah kognitif sehingga keberhasilan pendidikan hanyalah
mengukur pencapaian nilai nilai akademis. Guru sering menjadi pihak yang
dipersalahkan ketika pendidikan menunjukkan hasil yang mengecewakan
karena itu, perlu diadakan berbagai upaya serius untuk meningkatkan mutu
dan kualitas guru sehingga hasil pendidikan lebih baik.
Salah satu tudingan penyebab rendahnnya kualitas pendidikan di
Indonesia adalah karena kualitas guru yang masih dibawah standar, baik
menyangkut latar belakang pendidikannya maupun dikarenakan memang
kualitas mengajarnnya dianggap kurang, terutama menyangkut

4
metodologis dan penguasaan strategi pembelajaran. Menyikapi hal tersebut
pemerintah berupaya keras untuk merespons semua ini. Ada beberapa
langkah yang ditempuh yaitu :
a. Kesempatan meningkatkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
b. Pelatihan pelatihan khusus.
c. Penyetaraan.
d. Mengintensifkan kegiatan guru seperti MGMP, MKG, dan lain lain .
Kehadiran UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, setidaknnya
memberikan hasil yang sangat besar bagi peningkatan kualitas guru.
Tuntunan kepada guru tidak saja karena harus memnuhi berbagai
persyaratan agar mereka mendapatkan sertifikat sebagai guru professional,
tapi lebih jauh dari itu agar terjadi perubahan bagi guru terutama
kesadarannya untuk meningkatkan kualitasnnya. Hal ini mengingat bahwa
tantangan dunia kependidikan kedepan akan semakin besar seiring dengan
perkembangan zaman yang ditandai dengan sangat majunnya teknologi dan
informasi.
Boleh dikatakan bahwa guru adalah actor utama terjadinnya perubahan
dimasyarakat, guru juga adalah creator kader kader masa depan yang akab
mewarnai peradaban manusia. Oleh karena itu, besarnnya tanggung jawab
guru harus didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang memadai,
bauik menyangkut wawasan, skilss, morl, kapasitas, dan integritas
keilmuannya.
Untuk menyahuti dan merespon hal tersebut maka profesionalitas guru
menjadi keniscayaan yang tidak bias ditawar tawar lagi, langkah- langkah
efektif dan strategis menuju kesana harus dilakukan secara sistematis dan
konsisten.

5
3. Kebijakan penerapan manajemen berbasis sekolah
Otonomi dibidang pendidikan berbeda dengn otonomi bidang
pemerintah lainnya, otonomi dalam bidak pendidikan tidak berhenti pada
daerah tingkat kabupaten atau kota, tetapi justru langsung kepada sekolah
sebagai sebagai ujung tombak penyelenggaraan pendidikan. Salah satu
model otonomi pendidikan ini adalah yang disebut dengan scool based
management atau sering disebut dengan “manajemen berbasis sekolah”
atau MBS.
MBS merupakan bentuk alternative sekolah dalam program
desentralisasidibidang pendidikan, yang ditandai oleh otonomi yang luas di
tingkat sekolah, partisipasi masyarakat, dan dalam kerangka kebijakan
pendidikan nasional. Hasbullah (2010 ) mengemukakan bahwa MBS
merupakan sebuah pendekatan politis untuk mendesain ulang organisasi
sekolah dengan memberikan memajukannya sekolahnnya. Partisipan local
sekolah tidak lain adalah kepala sekolah , guru, konselor, pengembang
kurikulum, administrator, orang tua siswa, masyarakat sekitar dan siswa .
Diharapkan dalam kondisi apa pun komitmen pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan tidak berubah. Pemerintah tetap
konsisten untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas pendidikan, hal
ini penting agar setelah melewati masa kritis nasib bangsa Indonesia, tidak
semakin terpuruk. Untuk kepentingan tersebut berbagai program
diluncurkan . diantara program tersebut seperti program ‘aku anak sekolah
“ yang didukung oleh badan badan internasional seperti UNICEF, berbagai
program beasiswa , dana bantuan operasional, dan sekarang BOS ( bantuan
operasional sekolah ).
Berbagai program yang dilakukan telah memberikan harapan nagi
kelangsungan dan terkendalinnya kualitas pendidikan di Indonesia semasa
krisi. Akan tetapi, karena pengelolaannya yang terlalu kaku program itupun
tidak banyak memberikan dampak positif , angka partisipasi pendidikan

6
nasional maupun kualitas pendidikan tetap menurun. Dalam konteks ini
muncullah salah satu pemikiran kea rah pengelolaan pendidikan yang
memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan
berbagai kebijakan secara luas. Dari sinilah akhirnnya muncul manajemen
berbasis sekolah (MBS).
Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu kebijakan dan
upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat berbangsa
dalam penguasaan ilmu dan teknologi, diharapkan dapat dijadikan landasan
dalam pengembanagan pendidikan diindonesia yang berkualitas.
Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan
kepedulian pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul dimasyarakat
serta upaya peningkatan mutu pendidikan secra umum.

4. Kebijakan kurikulum berbasis kompetensi


Salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia adalah
dilakukan dengan menetapkan tujuan dan standar kompetensi pendidikan
yaitu melalui konsesus nasional antara pemerintah dengan seluruh lapisan
masyrakat. Standar kompetensi yang mungkin akan berbeda antar sekolah
atau antar daerah akan menghasilkan standar kompetensi nasional dalam
tingkat standar minimal, normal, dan unggulan. Dalam hal ini pendidikan
diharapkan mampu melahirkan calon calon penerus pembangunan masa
depan yang sabar, kompeten, mandiri ,cerdas, kreatif, dan siap menhadapi
berbagai macam rintangan.
Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan yang cukup
mendasar dan system pendidikan nasional, yang dipandang oleh berbagai
pihak sudah tidak efektif, dan tidak mampu lagi memberikan bekal, serta
tidak dapat mempersiapkan peserta didik untuk bersaing dengan bangsa
bangsa lain. Perubahan dasar tersebut berkaitan dengan kurikulum, yang

7
dengan sendirinnya menuntut berbagai perubahan pada komponen-
komponen pendidikan lain.
Sehubung dengan perubahan kurikulum tersebut, berbagai pihak
menganalisis dan melihat perlunnya diterapkan kurikulum berbasis
kompetensi, yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai
kemampuan yang sesuai dengan tuntunan zaman. Kurikulum berbasis
kompetensi diharapkan mampu memecahkan berbagai persoalan bangsa,
khususnya dalam bidang pendidikan dengan mempersiapkan peserta didik
melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap system pendidikan
secara efektif dan efisien.
Kompetensi berbasis kompetensi memberi peluang kepada kepala
sekolah, guru, dan peserta didik untuk melakukan inovasi disekolah,
berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial, dan lain
lain yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas yang dimiliki. Pelibatan
masyarakat dalam pengembangan kurikulum mendorong sekolah untuk
lebih terbuka dan bertanggung jawab.

5. Kebijakan penerapan kurikulum 2013


Kebijakan pemberlakuan kurikulum 2013 tidak terlepas dari upaya
pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, baik
menyangkut penyelenggaraan maupun output-nya. Bagaimana lajunnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan pendidikan
yang berkualitas yang memaksa pemerintah untuk mengambil langkah-
langkah strategis, salah satunnya adalah dengan melakukan perubahan
kurikulum disekolah-sekolah atau lembaga pendidikan .
Pengembangan kurikulum 2013 dilandasi oleh peraturan presiden
nomor 5 tahun 2010 tentang rencana pembangunan jangka menengah
nasional 2010-2014, dan peraturan pemerintah nomor 32 tahun 2013
tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang

8
standar nasional pendidikan. Pada kurikulum 2006 pemerintah menetapkan
standar nasional pendidikan, badan standar nasional (BSNP) menyusun
panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP),
sedangkan setiap satuan pendidikan menyusun KTSP mengacu kepada
standar nasional pendidikan dan panduan penyusunan kurikulum tingkat
satuan pendidikan.
KTSP meliputi :
a. Dokumen ( berisi visi, misi, tujuan, satuan pendidikan , struktur dan
muatan KTSP,kalender akademik).
b. Berupa silabus stiap mata pelajaran yang disusun oleh setiap guru
c. Berupa rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun oleh setiap
guru.
Pada kurikulum 2013, pemerintah menetapkan standar nasional
pendidikan, kerangka dasar dan struktur kurikulum, silabus, dan
pedoman implementasi kurikulum

6. Kebijakan Pendidikan Baru pada Sistem Pendidikan Merdeka Belajar


a. Menerapkan kolaborasi dan pembinaan antar sekolah ( TK-SD-SMP-
SMA, informal )
Kebijakan pertama pada sistem pendidikan Merdeka Belajar
yaitu menerapkan kolaborasi dan pembinaan antarsekolah.
Sebelumnya, pemangku kepentingan bekerja dengan sistem mereka
sendiri atau sistem yang tertutup. Sekolah-sekolah juga terlalu fokus
kepada administrasi dan peraturan yang terlalu membebani.
Penerapan kolaborasi dan pembinaan antarsekolah menjangkau
berbagai tingkatan sekolah yaitu TK, SD, SMP, SMA, hingga sekolah
informal. Ada 4 poin yang coba untuk diwujudkan dalam kebijakan
ini, yaitu adanya sekolah penggerak, program pembelajaran sebaya,
pengelolaan administrasi bersama, dan pendidikan informal yang

9
berbasis nilai. Penerapan 4 poin ini akan mengubah sistem yang
sebelumnya tertutup menjadi sistem terbuka dengan adanya kerjasama
antarpemangku kepentingan.
b. Meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah
Menurut Pak Nadiem, sekolah-sekolah terlalu memfokuskan
diri pada urusan administrasi pada sistem pendidikan sebelumnya.
Program-program untuk pengembangan instrumen sekolah seperti
guru dan kepala sekolah pun kurang diperhatikan. Oleh karena itu,
kebijakan pendidikan baru yang diusung Pak Nadiem ini salah satunya
adalah meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah.
Peningkatan kualitas guru dan kepala sekolah diwujudkan
dengan memperbaiki sistem rekrutmen, meningkatkan kualitas
pelatihan, penilaian, serta mengembangkan komunitas / platform
pembelajaran.
c. Membangun platform pendidikan nasional berbasis teknologi.
Kebijakan pendidikan baru yang ke – 3 yaitu membangun
platform pendidikan nasional berbasis teknologi. Platform yang
dibangun terdiri dari 5 kriteria: berpusat pada siswa, interdisipliner,
relevan, berbasis proyek, dan kolaboratif. Ketika platform tersebut
sudah mulai digunakan, sekolah juga akan didukung dengan sarana
dan prasarana teknologi. Rencana dukungan tersebut mengenai tiga hal
seperti biaya paket internet (data cost), ketersediaan perangkat belajar
(equipment availability), dan konektivitas internet dan listrik untuk
daerah 3T (connectivity & electricity.
d. Memperbaiki kurikulum nasional pendagogi, dan penilaian
Perbaikan kurikulum nasional, pedagogi, dan sistem penilaian
menjadi fokus pada kebijakan pendidikan yang baru dari Pak Nadiem.
Hal ini bertujuan untuk menanamkan kompetensi yang tepat dalam diri
generasi masa depan. Perbaikan-perbaikan yang dimaksud terdiri dari

10
penyederhanaan konten materi, fokus pada literasi dan numerasi,
pengembangan karakter, berbasis kompetensi, serta fleksibel.
Luaran dari perbaikan kurikulum yaitu terbentuknya
karakteristik pelajar pancasila pada generasi masa depan. Pada
pedagogi dan penilaian akan digunakan tiga sistem yaitu Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei
Lingkungan Belajar.
e. Membangun sekolah atau lingungan belajar masa depan
Kemendikbud juga merencanakan untuk dimulainya
pembangunan sekolah atau lingkungan belajar untuk masa depan.
Pembangunan ini mencakup 5 aspek yaitu aman dan inklusif,
memanfaatkan teknologi, kolaboratif, kreatif, dan sistem belajar
berbasis pengalaman.
Aman dan inklusif meliputi fasilitas darurat / tanggap bencana,
bebas kerusakan, ramah disabilitas, dan bebas dari perundungan /
diskriminasi. Pemanfaatan teknologi meliputi kelas digital dengan
akses internet, komputer untuk setiap anak, serta akses pembelajaran
daring. Kolaboratif berarti kemudahan mengatur ruang kelas menjadi
kelompok – kelompok untuk membangun kerja tim, empati, dan
kepemimpinan. Aspek kreatif memungkinkan pengaturan ruang kelas
sesuai kebutuhan / preferensi siswa atau guru untuk mengasah
kreativitas. Sistem pembelajaran berbasis pengalaman dilakukan
melalui eksplorasi, interaksi dengan lingkungan dan masyarakat untuk
menyelesaikan masalah dunia nyata.
f. Membentuk pendidikan tinggi kelas dunia.
Kebijakan pendidikan baru selanjutnya yaitu membentuk
pendidikan tinggi kelas dunia dengan diferensiasi misi pendidikan
tinggi sebagai pusat – pusat unggulan serta mempererat hubungan
dengan industri dan kemitraan global. Ada tiga target diferensiasi misi

11
perguruan tinggi: 1) Membangun PT bereputasi dunia di setiap bidang
sebagai pusat inovasi untuk daya saing bangsa, 2) Membangun 1 PT
unggul di setiap provinsi sebagai motor pembangunan daerah &
nasional, 3) Perluasan akses PT dan membentuk ekosistem life-long
learning.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebijakan tentang ujian nasional ( UN ) merupakan istilah bagi penilaian
kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Pada awalnnya kebijakan ini dimulai dengan adannya
EBTANAS ( evaluasi belajar tahap akhir nasional ) yang sudah sejak lama
menjadi momok yang menakutkan, bukan saja bagi anak anak dan guru
sekolah, tetapi juga orang tua.
2. Kebijakan peningkatan kualitas guru Persoalan pendidikan secara umum
selama ini belum tersentuh dengan baik. Apa yang dimaksud dengan sukses
pendidikan masih saja mendewakan ranah kognitif sehingga keberhasilan
pendidikan hanyalah mengukur pencapaian nilai nilai akademis. Guru
sering menjadi pihak yang dipersalahkan ketika pendidikan menunjukkan
hasil yang mengecewakan karena itu, perlu diadakan berbagai upaya serius
untuk meningkatkan mutu dan kualitas guru sehingga hasil pendidikan lebih
baik.
3. Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu kebijakan dan upaya
pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat berbangsa dalam
penguasaan ilmu dan teknologi, diharapkan dapat dijadikan landasan dalam
pengembanagan pendidikan diindonesia yang berkualitas. Pemberian
otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian
pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul dimasyarakat serta upaya
peningkatan mutu pendidikan secra umum.
4. Kompetensi berbasis kompetensi memberi peluang kepada kepala sekolah,
guru, dan peserta didik untuk melakukan inovasi disekolah, berkaitan
dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial, dan lain lain yang
tumbuh dari aktivitas, kreativitas yang dimiliki. Pelibatan masyarakat dalam

13
pengembangan kurikulum mendorong sekolah untuk lebih terbuka dan
bertanggung jawab.
5. Pada kurikulum 2013, pemerintah menetapkan standar nasional pendidikan,
kerangka dasar dan struktur kurikulum, silabus, dan pedoman implementasi
kurikulum
6. Kebijakan Pendidikan Baru pada Sistem Pendidikan Merdeka Belajar:
a. Menerapkan kolaborasi dan pembinaan antar sekolah ( TK-SD-SMP-
SMA, informal ).
b. Meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah
c. Membangun platform pendidikan nasional berbasis teknologi.
d. Memperbaiki kurikulum nasional pendagogi, dan penilaian
e. Membangun sekolah atau lingungan belajar masa depan
f. Membentuk pendidikan tinggi kelas dunia.

B. Saran
Semoga makalah ini menjadi makalah yang membuka wawasan kita dalam
perencanaan sumber daya manusia dan bisa menerapkan contoh kebijakan
pendidikan dengan baik, semoga makalah ini bias menjadi referensi bagi
pembaca.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Abdul Asep, Nurfarida Rida, Budiyanti Nurti dkk. Model Analisis
Kebijakan Pendidikan, Vol 4, No. 2, Desember 2020s
Emilda Sulasmi. Kebijakan Permasalahan Pendidikan, UMSU Press, 2021
Fattah, Nanang. Analisis Kebijakan Pendidikan, PT: REMAJA
ROSDAKARYA, Bandung, 2012.
Hasbullah. Kebijakan Pendidikan, PT: RAJAGRAFINDO PERSADANA,
Jakarta, 2015.
Purba, Sukarman dkk. Analisi Kebijakan Pendidikan, Yayasan Kita Menulis,
2021.

Anda mungkin juga menyukai