Anda di halaman 1dari 25

Kitab Thoharoh

( Kitab Bersuci )

JENIS-JENIS NAJIS
Najis adalah lawan dari bersuci, dan wajib bagi seorang muslim untuk
membersihkan dirinya ketika terkena najis.
Jenis-jenis najis:
1. Kotoran manusia dan air kencingnya
2. Darah haid
3. Kotoran binatang yang tidak dimakan dagingnya
4. Daging babi
5. Air liur anjing
6. Bangkai, kecuali bangkai hewan laut dan sungai, belalang, lebah, semut, dan lalat
tidaklah najis. Adapun kuku, rambut, atau kulit dari bangkai hewan yang disamak
atau dikeringkan, maka tidak najis.
7. Anggota tubuh yang terpotong dari hewan hidup
8. Air liur binatang buas
9. Air Madzi dan Wadiy, adapun air mani tidaklah najis sebagaimana perkataan
jumhur.
10. Darah masfuh, yaitu darah yang keluar dari leher binatang sembelihan.
Adapun alkohol, muntahan, darah yang keluar dari badan manusia, dan nanah
tidaklah najis.

َ ‫ين َوي ُِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّر‬


‫ين‬ Bَ ِ‫التَّ َّواب‬  ُّ‫ي ُِحب‬ َ‫ِإ َّن هللا‬
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-
orang yang bersuci.”
(Al-Baqoroh : 222)

ISTINJA’
Istinja’ adalah membersihkan sesuatu yang keluar dari dua lubang, yaitu lubang
kemaluan dan lubang dubur, seperti air kencing, air mani, atau tinja. Cara
membersihkannya ialah dengan menggunakan air, batu, dedaunan, atau sesuatu yang
padat, dan kita mengenalnya dengan istilah “cebok”.

ٍ B‫ ِة َأحْ َج‬Bَ‫تَ ِطبْ بِثَاَل ث‬B‫ب َأ َح ُد ُك ْم فَ ْليَ ْس‬


‫ار‬ َ َ‫ َذه‬B‫ ِإ َذا‬: B‫ال‬ َ ‫ َأ َّن َرس‬ َ‫َع ْن َعاِئ َشة‬
َ َ‫ُول هللاِ ﷺ ق‬
ُ‫فَِإنَّهَا تُجْ ِزُئ َع ْنه‬
Dari Aisyah  Rosululloh ‫ ﷺ‬bersabda, “Jika engkau pergi untuk berhajat maka
bersucilah dengan tiga bebatuan sesungguhnya itu telah mencukupi.” (HR. Abu
Dawud)
Oleh karena itu bersuci dari air kencing atau buang air besar maka Islam
menganjurkan untuk memakai air, batu, kayu, kain, dedaunan, atau tisu, dan sejenisnya
sampai dirasa sudah bersih minimal sebanyak tiga kali.
Adab ketika beristinja’:
1. Beristinja’ dengan tangan kiri (tidak boleh dengan tangan kanan)
2. Tidak boleh menyentuh kemaluan dengan tangan kanan
3. Meniriskan air kencing dengan mengurut kemaluan
4. Mencuci tangan dengan sabun
5. Duduk saat beristinja’

َ B‫ ُد ُك ْم َذ َك‬B‫ َك َّن َأ َح‬B‫ اَل يُ ْم ِس‬: ‫ال َرسُو ُل هللاِ ﷺ‬


َ Bُ‫رهُ بِيَ ِمينِ ِه َوه‬B
‫و‬B َ َ‫ ق‬ َ‫َع ْن َأبِي قَتَا َدة‬
َ َ‫ ق‬: ‫ال‬
)‫ َواَل يَتَنَفَّسْ فِي اِإْل نَا ِء (رواه مسلم‬،‫ َواَل يَتَ َمسَّحْ ِم َن ْال َخاَل ِء بِيَ ِمينِ ِه‬،ُ‫يَبُول‬
Dari Abu Qotadah , Rosululloh ‫ ﷺ‬bersabda, “Tidak boleh di antara kalian menyentuh
kemaluannya dengan tangan kanannya ketika kencing, dan tidak boleh diantara kalian
bercebok dengan tangan kanannya, dan tidak boleh di antara kalian bernafas di dalam
gelas. (HR. Muslim)
Adab masuk ke kamar mandi :
1. Menutup diri dari terlihat oleh manusia
2. Membaca do’a sebelum masuk
ِ ‫ث َو ْال َخبَاِئ‬
‫ث‬ ِ ُ‫ك ِم َن ْال ُخب‬
َ ِ‫ذ ب‬Bُ ‫اللهم ِإنِّي َأ ُعو‬
3. Mendahulukan kaki kiri ketika masuk
4. Mendahulukan kaki kanan ketika keluar
5. Membaca do’a ketika keluar
َ َ‫ُغ ْف َران‬
‫ك‬
6. Tidak membawa apapun yang bertuliskan lafadz Alloh, do’a, dan Al-Qur’an
7. Tidak menghadap kiblat atau membelakangi kiblat
8. Tidak berbicara di dalam kamar mandi
9. Kencing atau buang air besar dalam keadaan duduk
10. Tidak boleh kencing ataupun buang air besar di dalam air yang tergenang

SUNNAH KEBERSIHAN
Sunnah kebersihan adalah sunnah yang dilazimi dan dilakukan oleh Rosululloh
‫ﷺ‬. Di antaranya adalah :
1. Khitan (sunat)
2. Memotong bulu kemaluan
3. Memotong kuku
4. Mencabut bulu ketiak
5. Memotong kumis
ْ ِ‫ َخ ْمسٌ َأ ْو َخ ْمسٌ ِم َن ْالف‬: ‫ َع ِن النَّبِ ِّي ﷺ قَا َل‬ َ‫َع ْن َأبِي هُ َر ْي َرة‬
‫ط َر ِة‬
‫ب‬
ِ ‫ار‬ِ ‫ َوقَصُّ ال َّش‬،‫ف اِإْل بِ ِط‬
ُ ‫ َونَ ْت‬،‫ار‬ ْ ‫ َوتَ ْقلِي ُم اَأْل‬،‫اال ْستِحْ َدا ُد‬
ِ َ ‫ظف‬ ُ َ‫ْال ِخت‬
ِ ‫ َو‬،‫ان‬
Dari Abu Huroiroh  bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, “Sunnah dari kebersihan ada lima
yaitu : khitan, memotong bulu kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan
memotong kumis.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Tidak boleh membiarkan kuku, bulu ketiak, dan bulu kemaluan lebih dari 40 hari.
Dan diperbolehkan khitan dari usia kecil.
SIWAK
Adapun sunnah kebersihan yang diajarkan Rosululloh ‫ ﷺ‬salah satunya adalah
Siwak, yaitu membersihkan mulut dan gigi dengan menggunakan akar kayu ‘Ud, dan
ini merupakan sunnah yang dilakukan Rosululloh ‫ﷺ‬.

ُ ‫الس َوا‬
‫ك مطهرة للفم مرضاة للرب‬ َّ ِ‫ َأ َّن النَّب‬ َ‫َع ْن َعاِئ َشة‬
ِ : ‫ي ﷺ قَا َل‬
Dari Aisyah  bahwasanya nabi ‫ ﷺ‬bersabda, “Siwak adalah kebersihan mulut dan
keridoan dari Rabb.” (Sunan An-Nasa’i)

JENGGOT
Dan termasuk sunnah Nabi ‫ ﷺ‬adalah memelihara jenggot.

،‫ اللِّ َحى‬B‫وا‬BB‫ َوَأرْ ُخ‬،‫ب‬


َ ‫ار‬ َّ ‫زوا‬B
ِ ‫ َو‬B ‫الش‬ ُّ B‫ ُج‬: B‫ال‬ َ B ‫ َأ َّن َر ُس‬ َ‫رة‬B
َ َ‫ول هللاِ ﷺ ق‬ َ B‫َع ْن َأبِي هُ َر ْي‬
)‫ُوس (متفق عليه‬ Bَ ‫َخالِفُوا ْال َمج‬
Dari Abu Huroiroh  bahwasannya Rosululloh ‫ ﷺ‬bersabda, “Potonglah kumis-kumis
kalian dan biarkanlah jenggot kalian dan selisihilah orang majus.” (Muttafaqun ‘alaih)
AIR YANG SUCI DAN MENSUCIKAN
Terdapat jenis air suci dan mensucikan yang boleh digunakan untuk bersuci,
seperti berwudhu, mandi besar, maupun mencuci.

 ‫ َمآ ًء لِيُطَه ََّر ُك ْم بِ ِه‬ ‫ال َّس َمآ ِء‬ ‫ ِم َن‬ ‫ َعلَ ْي ُك ْم‬ ‫َويُنَ ِّز ُل‬
“Dan sesungguhnya kami telah turunkan kepada kalian air dari langit untuk bersuci.”
(Al-Anfal : 11)
Jenis air suci dan mensucikan di antaranya adalah :
1. Air sungai 4. Air sumur
2. Air es 5. Air laut
3. Salju 6. Air hujan
Ketika air sudah bercampur dengan sesuatu sehingga berubah warna, bau, dan
rasanya maka air tersebut suci tetapi tidak mensucikan. Seperti air teh, air kuah, air
sirup, dan sebagainya. Jenis air seperti ini tidak boleh dipakai untuk bersuci tetapi tidak
najis.

WUDHU
Wudhu ialah bersuci untuk anggota badan yaitu wajah, tangan, kepala, kaki
menggunakan air dengan tujuan ibadah seperti sholat, membaca Al-Qur’an, thowaf dll.
Allah berfirman dalam surat al Ma’idah ayat enam :

ِ ‫ ِديَ ُك ْم ِإلَى ْال َم َر‬B‫وهَ ُك ْم َوَأ ْي‬BB‫ ُو ُج‬B‫لُوا‬B‫اَل ِة فَا ْغ ِس‬B‫الص‬


‫افِق‬ َّ ‫وا ِإ َذا قُ ْمتُ ْم ِإلَى‬BBُ‫ين آ َمن‬ َ ‫ا الَّ ِذ‬BBَ‫يَا َأيُّه‬
‫وس ُك ْم َوَأرْ ُجلَ ُك ْم ِإلَى ْال َك ْعبَيْن‬
ِ ‫َوا ْم َسحُوا بِ ُر ُء‬
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila engkau pergi untuk sholat maka basuhlah
wajah-wajah kalian, tangan-tangan kalian sampai siku-siku kalian, usaplah kepala-
kepala kalian, dan basuhlah kaki-kaki kalian sampai kedua mata kaki.

Fadilah berwudu :
1. Bersuci adalah bagian dari keimanan
Dalam Hadits Malik Al-Asy’ari dalam kitab Sahih Muslim, Rosululloh ‫ﷺ‬
bersabda :
ْ ‫الطَّهُو ُر َش‬
ِ ‫ط ُر اِإْل ْي َم‬
‫ان‬
“Bersuci adalah bagian dari Iman.”
2. Berwudhu menghapus dosa-dosa kecil
Dalam Hadis Abu Hurairah rodhiyallahuanhu, dalam kitab Sahih Muslim,
Rosululloh ‫ ﷺ‬bersabda :

ِ ُّ‫ل‬BB‫ َر َج ِم ْن َوجْ هِ ِه ُك‬B‫هُ َخ‬B‫ل وجْ ه‬B


‫ ٍة‬B‫خطيئ‬ َ B‫ َأو ْال ُمْؤ ِم ُن ف َغس‬،‫ضَأ ْالع ْب ُد ْال ُم ْسلِم‬
َّ ‫إ َذا تَو‬
‫ رج ِم ْن‬B‫ ِه َخ‬B‫ل يدي‬B‫ِإ َذا َغ َس‬Bَ‫ ف‬،‫ا ِء‬BB‫ر ْالم‬B ْ َ‫آخر ق‬
ِ B‫ط‬ ِ ‫أو َم َع‬ ْ ،‫نظر ِإلَ ْيهَا بعين ِه َم َع ْالما ِء‬
‫ل‬Bَ B‫ِإ َذا غس‬B َ‫ ف‬،‫ا ِء‬BB‫ر ْالم‬B ْ َ‫آخ ِر ق‬
ِ B‫ط‬ ِ ‫كان بطش ْتهَا يداهُ َم َع ْال َما ِء َأو َم َع‬ َ ‫يد ْي ِه ُكلُّ َخ ِطيَْئ ٍة‬
‫ا ِء َحتَّى‬BB‫ر ْال َم‬B ْ َ‫ت ُكلُّ َخ ِطيَْئ ٍة م َش ْتها ِرجْ الُه َم َع ْالما ِء َأ ْو َم َع آخِ ِر ق‬
ِ B‫ط‬ ْ ‫رج‬َ ‫ِرجل ْي ِه َخ‬
ِ ‫الذنُو‬
 ‫ب‬ ُّ ‫يخرُج نقِيا ً ِم َن‬ ْ
“Jika hamba muslim berwudhu dan mencuci wajahnya maka keluar dari wajahnya
segala dosa yang telah dilihat oleh mata bersama keluarnya air, atau akhir tetesan
air, dan jika ia mencuci kedua tangannya maka keluar semua dosa yang disebabkan
oleh kedua tangan bersamaan dengan akhir tetesan air, dan apabila mencuci kedua
kakinya maka keluar segala dosa yang disebabkan oleh kakinya bersamaan dengan
akhir tetesan air Wudhu dan dia keluar menjadi seseorang yang bersih dari dosa.”

3. Wudhu meningkatkan derajat hambanya


Rosululloh ‫ ﷺ‬bersabda dalam Hadits Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu dalam kitab
Sahih Muslim

‫ا‬BB‫ ي‬،‫ بلى‬:‫الوا‬BB‫درجات؟» ق‬B َ B‫ه ال‬BB‫ع ب‬BB‫ا ويرف‬BB‫ه الخطاي‬BB‫أال َأ ُدلُّ ُكم على ما يَ ْمحُو هللا ب‬
َ B‫ و َك ْث‬،‫اره‬B
،‫اجد‬BB‫ا إلى المس‬BBَ‫رةُ ال ُخط‬B ِ B‫غ ال ُوضُوء على ال َم َك‬ ُ ‫ «ِإ ْسبَا‬:‫ قال‬،‫رسول هللا‬
‫ فذلِ ُكم الرِّ باط‬B‫ بعد الصالة‬B‫وانتظا ُر الصالة‬
“Maukah kalian aku tunjukkan sebuah amalan yang mampu menghapus dosa dan
mengangkat derajat? Lantas mereka berkata: tentu wahai Rosulullooh. Rosul
berkata: engkau menyempurnakan wudu dalam keadaan engkau tidak senang,
engkau memperbanyak langkah pergi ke masjid, dan engkau menunggu dari sholat
satu sholat yang lain dan itulah seperti pahala orang yang sedang Ribath.”
4. Wudhu mempermudah jalan ke surga

،ُ‫ا بِالَل‬BBَ‫ «ي‬:‫ال لِبِالَ ٍل‬B َ Bَ‫ ْو َل هللاِ ﷺ ق‬B‫ َأ َّن َر ُس‬:ُ‫ه‬B‫ َي هللاُ َع ْن‬B‫ض‬ ِ ‫رةَ – َر‬B َ B‫َع ْن َأبِي هُ َر ْي‬
‫ي في‬ َ B‫ف نَ ْعلَ ْي‬
َّ ‫ َد‬Bَ‫ك بَي َْن ي‬B ُ ‫ ِمع‬B‫إنِّي َس‬BBَ‫ ف‬،‫َح ِّد ْثنِي ِبَأرْ َجى َع َم ٍل َع ِم ْلتَهُ فِي اِإل ْسالَ ِم‬
َّ ‫ْت َد‬
‫ا َع ٍة‬B ‫ورًا فِي َس‬Bْ Bُ‫ت َع َماًل َأرْ َجى ِع ْن ِدي ِم ْن َأنِّي لَ ْم َأتَطَهَّرْ طُه‬ ُ ‫ َما َع ِم ْل‬:‫ال‬ َ َ‫الجنَّ ِة» ق‬
َ
. ِّ‫صل‬ َ ‫ب لِي َأ ْن ُأ‬َ ِ‫ُور َما ُكت‬
ِ ‫الطه‬ ُّ ‫ك‬ ُ ‫صلَّي‬
َ ِ‫ْت بِ َذل‬ َ َّ‫ار ِإال‬ ٍ َ‫ِم ْن لَي ٍْل َأ ْو نَه‬
Dari Abu Hurairah  bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda kepada Bilal, “Wahai Bilal,
ceritakanlah kepadaku tentang satu amalan yang engkau lakukan di dalam Islam
yang paling engkau harapkan pahalanya, karena aku mendengar suara kedua
sandalmu di surga.” Bilal menjawab, “Tidak ada amal yang aku lakukan yang
paling aku harapkan pahalanya daripada aku bersuci pada waktu malam atau
siang pasti aku melakukan shalat dengan wudhu tersebut sebagaimana yang telah
ditetapkan untukku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Sebagai alamat dan tanda di hari kiama
‫ين ِم ْن َأثَ ِر ْال ُوضُو ِء‬ َ ُ‫ِإ َّن ُأ َّمتِى يَْأت‬
َ ِ‫ون يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة ُغ ًّرا ُم َح َّجل‬
“Sesungguhnya umatku datang pada hari kiamat dalam keadaan wajah, tangan dan
kakinya bercahaya karena bekas wudhu.” (HR. Muslim riwayat Abu Huroiroh)

: Tata cara wudhu


Dalam Hadis Usman ibnu Affan dalam kitab Sahih Bukhori dan Muslim, disebutkan:
‫ ِه‬B ‫غ َعلَى يَ َد ْي‬ Bَ ‫َأ ْف َر‬B ‫ ف‬،‫و ٍء‬B ‫ض‬ ُ ‫ض َي هللاُ عنهُ َدعَا بِ َو‬ ِ ‫ أنهُ رأى عثمانَ َر‬،‫ هللاُ عنهُما‬B‫عن ُح ْمرانَ مولى عثمانَ ب ِن عفَّانَ رضى‬
،‫ا‬BBً‫هُ ثَالَث‬Bَ‫ َل َوجْ ه‬B‫َس‬ َ ‫ ثُ َّم غ‬،‫ق َوا ْستَ ْنثَ َر‬ Bَ ‫ض َوا ْستَ ْن َش‬ َ ‫ ثُ َّم تَ َمضْ َم‬،‫ ثُ َّم َأ ْد َخ َل يَ ِمينَهُ فِي ْال َوضُو ِء‬،‫ت‬ ٍ ‫ث َمرَّا‬ َ َ‫ ثَال‬B‫ فَ َغ َسلَهُ َما‬،‫ِمن ِإنَاِئ ِه‬
‫َأ‬B ‫ض‬ َّ ‫لَّم ت ََو‬B ‫ي صلَّى هللاُ علي ِه وس‬ َّ ‫ْت النَّب‬ ُ ‫ َرَأي‬:‫قال‬ ْ ‫ ثُ َّم َغ َس َل‬،‫ ثُ َّم َم َس َح بِ َرْأ ِس ِه‬،‫َويَ َد ْي ِه ِإلى ْال ِمرْ فَقَ ْي ِن ثَالَثًا‬
َ ‫ ثُ َّم‬،‫كلتَا ِرجْ لَ ْي ِه ثَالثًا‬
‫ وقَا َل‬،‫نَحْ َو ُوضُوِئي هذا‬:
ُ ‫ ثُ َّم صلَّى َر ْك َعتَ ْي ِن الَ ي َُحد‬،‫ضَأ نَحْ َو ُوضُوِئي ه َذا‬
 ((‫ ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِمن َذ ْنبِ ِه‬،ُ‫ِّث فِي ِه َما نَ ْف َسه‬ َّ ‫)) َمن تَ َو‬
Ketika Humron melihat Usman bin Affan berwudu, Usman mengambil bejana lantas
menuangkan kedua tangannya dengan air dan mencucinya sebanyak tiga kali, lantas
memasukkan tangan kanannya ke dalam bejana, lantas mengambil air dan berkumur-
kumur dan memasukkan air ke dalam hidung dan mengeluarkannya, lantas mencuci
wajahnya sebanyak tiga kali dan kedua tangannya hingga sikut tiga kali, lantas
mengusap kepalanya sekali dan kemudian mencuci kedua kakinya tiga kali . Lantas
Usman berkata: saya melihat nabi sallallahu alaihi wasallam sama berwudu seperti
wudhuku ini dan dan beliau bersabda: Barangsiapa berwudu seperti wudhuku ini lalu
sholat dua rokaat dan tidak berkata dalam dirinya maka diampuni dosa yang telah
berlalu.
Dari Hadis di atas kita bias mengambil kesimpulan, bahwa tata cara wudhu nabi
Muhammad Sallallahu alaihi wasallam sebagai berikut :
1. Membasuh kedua Telapak tangan sebanyak tiga kali
2. Berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung serta mengeluarkannya
dari hidung sebanyak tiga kali
3. Membasuh wajah sebanyak tiga kali
4. Membasuh kedua tangan sampai sikut sebanyak tiga kali
5. Mengusap kepala yaitu ujung rambut dan kedua telinga sebanyak satu kali
6. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki sebanyak tiga kali
7. melakukannya secara berurutan

Pembatal Wudhu:
1. Keluarnya air kencing dan kotoran dan kentut
2. Keluarnya air mani dan wadzi dan madyi
3. Tidur yang lelap menghilangkan akal dan kesadaran
4. Hilangnya akal atau gila
5. Menyentuh kemaluan secara langsung

Yang tidak membatalkan Wudhu:


1. Menyentuh istri
2. Keluar darah dari anggota badan
3. Muntah
4. Memandikan dan membawa jenazah

Disunnahkan berwudu ketika:


1. Memegang mushaf Al-Quran
2. Tawaf Ka’bah
3. Hendak tidur
4. Sebelum mandi besar
5. Perbarui wudhu setiap solat

Yang perlu diperhatikan dalam berwudhu :


1. Membasuh kedua telapak tangan adalah sunah
2. Air untuk berkumur dan yang masuk ke dalam hidung, dengan menggunakan satu
air yang sama sebanyak 3 kali
3. Memulai dengan sisi kanan
4. Membasuh semua anggota badan sebanyak 3 kali kecuali mengusap kepala dan
telinga hanya satu kali
5. Makruh membasuh lebih dari tiga kali
6. Membasahi jenggot
7. Mengurut bagian tubuh seperti tangan dan sikut
8. Membasuh sela-sela tangan dan kaki
9. Menghemat dalam menggunakan air
10.Berdoa setelah berwudhu
Adapun doanya ialah :
‫أشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله‬
11.Solat dua rakaat setelah wudhu
12.Di perbolehkan menggunakan handuk usai berwudhu

Mengusap Khuf ( terompa )

Mengusap khuf termasuk salah satu sunnah nabi sallallahu alaihi wasallam yang
dilakukan di Sisi atas khuf sebagai pengganti mencuci kaki di saat Berwudhu dalam
keadaan musim dingin entah muqim ataupun Safar.
Dalam hadis mughiroh bin Syubah, Rasul saw pernah memakai terompa dan
mengusapkannya,
‫ َد ْعهُ َما فَِإنِّي َأ ْد َخ ْلتُهُ َما‬:‫ال‬
َ َ‫ فَق‬،‫ْت َأل ْن ِز َع ُخفَّ ْي ِه‬
ُ ‫ فََأ ْه َوي‬،‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي َسفَ ٍر‬
َ ‫ت َم َع النَّبِ ِّي‬ ُ ‫ ُك ْن‬:‫ع َْن ْال ُم ِغي َر ِة قَا َل‬
‫ فَ َم َس َح َعلَ ْي ِه َما‬.‫طَا ِه َرتَي ِْن‬
Dari al-Mughirah, dia berkata: Aku pernah bersama Nabi saw dalam suatu perjalanan,
lalu aku merunduk untuk melepas khuffnya, namun beliau bersabda: Biarkan saja,
karena aku mengenakannya dalam keadaan suci. Maka beliau mengusapnya.
Dan khuf terbuat dari kulit dan harus menutupi ujung kaki sampai kedua mata
kaki. Dan bagi muqim maka mempunyai waktu mengusap selama satu hari satu malam.
Adapun untuk yang bersafar, mempunyai waktu untuk mengusap selama tiga hari tiga
malam, seoerti yang diriwayatkan hadis Sofwan dalam sunan nasai:
‫ ِإاَّل ِم ْن‬,‫ ِإ َذا ُكنَّا َس ْفرًا َأ ْن اَل نَ ْن ِز َع ِخفَافَنَا ثَاَل ثَةَ َأي ٍَّام َولَيَالِيَه َُّن‬B‫ { َكانَ َرسُو ُل هَّللَا ِ ( يَْأ ُم ُرنَا‬:‫ال‬ َ َ‫ص ْف َوانَ ْب ِن َعسَّا ٍل ( ق‬ َ ‫َوع َْن‬
} ‫م‬Bٍ ْ‫ َونَو‬,‫ َوبَوْ ٍل‬,‫َجنَابَ ٍة َولَ ِك ْن ِم ْن غَاِئ ٍط‬
Dari Shafwan bin ‘Assaal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah menyuruh ketika kami tengah bersafar, untuk tidak melepas
sepatu kami selama tiga hari tiga malam lantaran buang air besar, kencing, tidur, selain
junub.”
Syarat memakai terompa adalah:
1. Memakai dalam keadaan suci atau berwudhu
2. Terompa terbuat dari kulit
3. Terompa menutupi hingga mata kaki
4. Muqim mempunyai batas waktu satu hari satu malam
5. Musafir mempunyai waktu tiga hari tiga malam

Cara mengusap terompa :


Mengusap pada bagian atas khuf, bukan pada bawah khuf, hanya dengan sekali usapan
dengan air.

Pembatal-pembatal khuf:
1. Junub
2. Habisnya masa dan waktu usap
3. Melepas khuf

Mandi besar

Mandi besar adalah mandi yang bernilai ibadah dan dilakukan seseorang setelah
menemui sebab beberapa hal, antara lain:
1. Keluar air mani disengaja atau tidak disengaja dalam keadaan sadar atau tidur.
2. Hubungan badan.
3. Haid dan nifas.
4. Kafir masuk agama Islam
5. Solat Jumat
Oleh karena itu, Allah berfirman dalam surat almaidah ayat 6:
‫وإن كنتم جنبا فاطهروا‬
Jika engkau junub, maka bersucilah
Dalam Hadis Aisyah rodhiyallahu anha kitab Sahih Bukhori dan sahih muslim
‫ ْد‬Bَ‫ َحتَّى ِإ َذا ظَ َّن َأنَّهُ ق‬،ُ‫ َع َره‬B‫ ِد ِه َش‬Bَ‫ ثُ َّم يُخَ لِّ ُل بِي‬،‫ َل‬B‫ ثُ َّم ا ْغت ََس‬،‫الَ ِة‬B‫لص‬ ُ ‫َأ ُو‬B‫ض‬
َّ ِ‫و َءهُ ل‬B‫ض‬ َّ ‫ َوت ََو‬،‫ ِه‬B‫ َغ َس َل يَ َد ْي‬،‫ِإ َذا ا ْغتَ َس َل ِمنَ ال َجنَابَ ِة‬
‫ ثُ َّم َغ َس َل َساِئ َر َج َس ِد ِه‬،‫ت‬ٍ ‫ث َمرَّا‬ َ َ‫اض َعلَ ْي ِه ال َما َء ثَال‬ َ َ‫ َأف‬،ُ‫ بَ َش َرتَه‬B‫َأرْ َوى‬
Dahulu kala, nabi sallallahu alaihi wasallam jika mandi besar dari junub, membahsuh
kedua tangannya lalu berwudu seperti wudhu dalam sholat lantas menggosok gosokkan
kepala dengan kedua tangannya hingga beliau mengira sudah mengenai ujung pangkal
rambut lantas beliau menyiram kepalanya dengan air sebanyak tiga kali lantas mencuci
kedua kakinya.

Tata cara mandi besar:


1. Menghadirkan niat
2. Membahasuh kedua tangan sebanyak tiga kali
3. Berwudu seperti berwudu untuk sholat
4. Mengguyur seluruh anggota badan
5. Menggosok gosokkan kepala dengan kedua tangan, sampai akar rambut
6. Mengguyur kepala dengan air sebanyak tiga kali
7. Mengguyur seluruh anggota badan dengan Merata.

Yang perlu diperhatikan tentang mandi besar :


1. Tidak diwajibkan berwudhu setelah mandi besar jika ingin menunaikan solat
2. Boleh mengakhirkan mandi besar
3. Barangsiapa yang kentut atau keluar pipis ketika sedang mandi besar, maka tetap
menyempurnakan mandi besarnya tanpa berwudhu lagi.
4. Boleh untuk tidur meski belum mandi besar

Yang disunahkan mandi besar :


1. Mandi besar sebelum solat Ied
2. Mandi besar setelah siuman dari pingsan
3. Mandi besar yang akan berhaji dan umroh

Tayammum

Tayammum adalah bersuci dengan menggunakan tanah atau debu sebagai


pengganti wudhu ketika tidak mendapati air.
Alloh berfirman dalam surat an nisa, ayat 43 :
‫ طَيِّبا‬B‫ص ِعي ًدا‬
َ ‫فَلَ ْم ت َِجدُوا َما ًء فَتَيَ َّم ُموا‬
jika engkau tidak mendapati air maka bertayammum lah dengan debu yang baik
Tata cara Tayammum:
1. Mengusapkan kedua Telapak tangan ke tanah dengan satu usapan
2. Mengusapkan sisi tangan kanan dahulu lalu tangan kiri
3. Memulai dari punggung Telapak tangan lalu muka telapak dengan satu usapan.
Dalam Hadis amar ini Yasir di dalam kitab Sahih Bukhari dan kitab Sahih Muslim,
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam berkata
‫اهر‬BB‫ وظ‬،‫مال على اليمين‬BB‫ح الش‬BB‫ ثم مس‬،‫دة‬BB‫ربة واح‬BB‫إنما كان يكفِيك أن تقول بيديك هكذا ثم ضرب بيديه األرض ض‬
‫كفَّيْه ووجهه‬
Sesungguhnya cukup engkau lakukan dengan kedua Tanganmu seperti ini, lantas
rasulullah alaihi wasallam mengusapkan kedua tangannya ke tanah dengan satu usapan
lantas mengusapkan telapak tangan kanan beliau dengan menggunakan telapak kanan
kiri beliau, dimulai dari punggung telapak tangan lantas muka dari telapak tangan.

Pembatal Tayammum:
1. Semua yang membatalkan wudhu juga membatalkan Tayammum
2. Jika mendapati air maka batal tayammum
Kitab Sholat
Solat Lima Waktu

Solat adalah salah satu ibadah dalam rukun Islam yang terdiri dari sholat lima
waktu, yaitu Subuh, Dzuhur, Asar, Maghrib dan Isya yang wajib bagi setiap orang yang
aqil, balig muslim.
Dalam Hadis Abdullah Ibnu Umar, rasulullah alaihis solatu wasallam bersabda:
‫ وحج البيت‬، ‫ وإيتاء الزكاة‬، ‫ الصالة‬B‫ وإقام‬، ‫ هللا‬B‫ وأن محمدا رسول‬، ‫ شهادة أن ال إله إال هللا‬: ‫بني اإلسالم على خمس‬
‫ وصوم رمضان‬،
Islam dibangun dengan lima pilar: Syahadat bahwasanya tiada Tuhan kecuali Allah, dan
Muhammad utusan Allah, dan mendirikan sholat, dan menunaikan zakat, dan Haji, dan
berpuasa Ramadhan.
Dari Hadis tersebut, kita memahami bahwasanya solat wajib merupakan salah
satu rukun Islam. Yang terdiri dari solat subuh yang terdiri dari dua rokaat ketika terbit
Fajar subuh, dan sholat Dzuhur sebanyak empat rokaat yang dilakukan di pertengahan
siang hari, dan sholat ashar yang terdiri dari empat rokaat yang dilakukan ketika sore
hari, dan sholat Maghrib yang terdiri dari tiga rokaat ketika matahari tenggelam, dan
sholat Isya yang terdiri dari empat rokaat yang dilakukan ketika malam hari.
Dalam hadis jabir di riwayat sohih muslim, Rasulullah bersabda,
‫وبين الشرك والكفر ترك الصالة‬ ‫بين الرجل‬
Sesungguhnya pembeda seseorang antara syirik dan kufur ialah meninggalkan solat
Syarat sahnya sholat :
1. Masuk pada waktu sholat
2. Bersuci sebelum melaksanakan sholat dengan cara berwudu atau Tayammum
ketika tidak mendapat di air
3. Kebersihan badan dan pakaian dan tempat dari najiz
4. Menutup aurat
Adapun aurat laki laki dalam sholat iyalah dari Pundak sampai lutut, sedangkan
aurat laki laki di luar sholat adalah dari Pusar hingga lutut.
Dan aurat perempuan di dalam sholat ataupun di luar sholat adalah ujung kepala
hingga ujung kaki
5. Hadap kiblat
6. Menentukan niat sholat yang dilakukan
7. Berdiri ketika mampu
8. Melafalkan bacaan dengan Bahasa Arab
Tempat tempat yang dilarang untuk sholat:
Dalam satu Hadis Ibnu Umar rodhiyallahu and who dalam kitab Sunan Tirmidzi,
rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:
, ‫ة‬BB‫ المزبل‬: ‫واطن‬BB‫بع م‬BB‫لى في س‬BB‫ أن يص‬- B‫لم‬BB‫ه وس‬BB‫لى هللا علي‬BB‫ ص‬- ‫بي‬BB‫ نهى الن‬- : ‫ال‬BB‫ق‬-‫ا‬BB‫ هللا عنهم‬B‫ي‬B‫ رض‬- ‫ابن عمر‬
‫ رواه الترمذي‬- ‫ ظهر بيت هللا‬B‫ وفوق‬, ‫ ومعاطن اإلبل‬, ‫ والحمام‬, ‫ وقارعة الطريق‬, ‫ والمقبرة‬, ‫والمجزرة‬
Bahwasanya nabi sallallahu alaihi wasallam melarang sholat di tujuh tempat, di tempat
Pembuangan sampah, dan tempat penyembelihan, dan di kuburan, dan di pertengahan
jalan, dan kamar mandi, dan kendang unta, dan di atas kabah.

Gerakan-gerakan dalam sholat :


Adapun gerakan gerakan dalam sholat sesuai sunnah rosul sallallahu alaihi wasallam
yaitu:
1. Takbiratul Ihrom
Iyalah gerakan pertama dalam sholat dengan mengangkat kedua tangan setinggi
pundak seraya melekatkan kalimat Takbir “Alloh akbar”
2. Meletakkan kedua tangan di atas dada, tangan kiri menempel dada dan berada di
bawah tangan kanan
3. Membaca doa istiftah dengan lirih
Adapun doanya sebagai berikut
‫وب األبيض‬BB‫ا ينقى الث‬BB‫ كم‬B‫اي‬BB‫ اللهم نقِّ ْني من خطاي‬،‫رب‬BB‫رق والمغ‬BB‫اللهم باعد بيني وبين خطاياي كما باعدت بين المش‬
B‫ بالثلج والماء والبرد‬B‫ اللهم اغسلني من خطاياي‬،‫من الدنس‬
4. Membaca surat al Fatihah
Adapun ketika sholat subuh maka bacaan surat al Fatihah disuarakan
Dan ketika sholat Dzuhur maka bacaan tidak disuarakan
Ketika sholat asar maka bacaan tidak disuarakan
Ketika sholat Maghrib Maka bacaan disuarakan
Ketika sholat Isya maka bacaan disuarakan
5. Melafadzkan “Amin” ketika Imam selesai membaca surat al Fatihah
6. Membaca surat setelah alfatihah, boleh membaca surat yang Panjang ataupun
surat yang pendek
7. Melakukan Takbir Ruku’ dengan lafadz “Allohuakbar” dan mengangkat kedua
tangan
8. Melakukan Ruku’
Ketika Ruku’, meletakkan tangan tepat pada lutut, dan tidak boleh meletakkan di
paha atau bawah lutut dan mata memandang ke tempat Sujud. Tidak boleh terlalu
bungkuk dan tidak boleh terlalu menjulang ke atas.
Adapun bacaan Ruku iyalah
‫سبحان ربي العظيم‬
dan
‫ اللهم اغفر لي‬B‫سبحانك اللهم ربنا وبحمدك‬
9. I’tidal dan mengangkat kedua tangan dengan mengucap kan lafadz
‫سمع هللا لمن حمده‬
Dan makmum menjawab
‫ربنا ولك الحمد‬
10.Mengucap lafadz Takbir sebelum sujud
11.Bersujud
Rosulullooh sallallahu alaihi wasallam mengajarkan kita bersujut dengan tata cara
meletakkan kedua tangan kita dan meletakkan Dahi kita beserta hidung dan
meletakkan kedua lutut kita dan meletakkan kedua ujung kaki kita dengan
menempel ke tanah.
Sesuai dengan sabda Rosulullooh sallallahu alaihi wasallam dalam Hadis
Abdullah Ibnu Abbas dalam kitab Sahih Bukhori dan kitab Sahih Muslim
َ‫دَمين وال نَ ْكفِت‬B َ‫راف الق‬B ْ ،‫ وأشار بِيَده على أ ْنفِه واليَدَين والرُّ كبَتَين‬،‫الج ْبهَة‬
َ B‫وأط‬ َ ‫أ ِمرْ ت أن أ ْسجُد على َس ْب َعة أ َعظُم على‬
B‫الثِّياب وال َّشعر‬
Aku diperintahkan untuk bersujut dengan tujuh tempat yaitu Dahi, lantas
Rosulullooh menunjuk dengan tangannya ke arah hidung, dan kedua tangan dan
kedua lutut dan ujung kedua kaki dan dan aku dilarang untuk melipat pakaian dan
rambut.
rosulullooh melarang kita bersujut dalam keadaan menempelkan lengan dengan
badan seperti sujudnya seekor anjing, maka ketika kita bersujut harus
membentangkan antara lengan dengan badan kita supaya tidak menempel.
Dan tidak diperbolehkan ketika bersujut dengan menempelkan antara pantat dan
kaki.
Adapun bacaan ketika bersujut adalah:
‫سبحانه ربي األعلى‬
dan
‫ اللهم اغفر لي‬B‫سبحانك اللهم ربنا وبحمدك‬

12.Takbir untuk duduk diantara dua Sujud dengan lafad Allahuakbar


13.Duduk antara dua Sujud
Duduk dengan cara iftirosy’
Iftirosy adalah duduk dengan cara menduduki kaki kiri dan menegakkan kaki
kanan
Apa yang dibaca ketika duduk diantara dua Sujud adalah :
‫ واهدني وارزقني‬B‫اللهم اغفر لي وارحمني واجبرني‬
14.Takbir untuk Sujud dengan lafadz AllahAkbar
15.Melakukan sujud seperti sujud sebelumnya
16.Takbir untuk berdiri rokaat kedua
Disunnahkan sebelum berdiri untuk duduk sesaat seperti yang dilakukan oleh
rosul sallallahu alaihi wasallam.
17.Melakukan gerakan pada rokaat kedua sama dengan rokaat pertama
18.Tasyahud awal
Tasyahud awal dilakukan dalam sholat ketika masuk pada rokaat kedua
Tata cara duduk tasyahud awal yaitu duduk dengan cara seperti duduk diantara
dua Sujud dan berisyarat dengan jari telunjuk kanan.
Lafadz yang dibaca ketika tasyahud awal adalah:
‫التحيات هلل والصلوات والطيبات السالم على النبي ورحمة هللا وبركاته‬
‫السالم علينا وعلى عباد هللا الصالحين‬
‫اشهد أن ال اله اال هللا وأشهد أن محمدا عبده ورسوله‬
‫اللهم صلي على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد‬
‫د‬BB‫ك حمي‬BB‫المين إن‬BB‫راهيم في الع‬BB‫راهيم وعلى ال إب‬BB‫اركت على إب‬BB‫ا ب‬BB‫اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كم‬
‫مجيد‬
19.Takbir berdiri untuk melakukan rokaat ketiga
20.Melakukan gerakan pada rokaat ketiga seperti dengan rokaat sebelum
sebelumnya.
21.Tasyahud akhir
Tasyahud akhir dilakukan dalam shalat ketika akan salam dan di akhir rokaat
Tata cara duduk tasyahud akhir yaitu duduk dengan cara menghamparkan kaki
kiri dan menempelkan pantat kepada tanah serta menegakkan kaki kanan dan
menunjuk telunjuk kanan.
Lafadz yang dibaca ketika tasyahud akhir sama dengan lafaz tasyahud awal
‫التحيات هلل والصلوات والطيبات السالم على النبي ورحمة هللا وبركاته‬
‫السالم علينا وعلى عباد هللا الصالحين‬
‫اشهد أن ال اله اال هللا وأشهد أن محمدا عبده ورسوله‬
‫اللهم صلي على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد‬
‫د‬BB‫ك حمي‬BB‫المين إن‬BB‫راهيم في الع‬BB‫راهيم وعلى ال إب‬BB‫اركت على إب‬BB‫ا ب‬BB‫اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كم‬
‫مجيد‬
Di dalam tasyahud akhir, terdapat satu sunnah doa yang dibaca rosul sallallahu
alaihi wasallam sebelum mengakhiri dengan salam. Doa tersebut ialah:
‫ ومن فتنة المسيح ال َّدجال‬،‫ ومن فتنة المحيا والممات‬،‫ ومن عذاب النار‬،‫اللهم إني أعوذ بك من عذاب القبر‬
dan juga terdapat satu sunnah rasul Sallallahu alaihi wasallam yang beliau baca
sebelum salam yaitu:
َ‫ك َأ ْنت‬ َ ‫ا ْغفِر لي م ْغ‬BBَ‫ ف‬، َ‫نوب ِإالَّ َأ ْنت‬
َ ‫ َو‬، َ‫ ِدك‬B‫فِرةً ِمن ِع ْن‬
َ َّ‫ ِإن‬،‫ني‬BB‫ارح ْم‬ َ ‫ ُّذ‬B ‫ َوال يَ ْغفِر ال‬،‫ا كثِيرًا‬BB‫ي ظُ ْل ًم‬B ‫ت نَ ْف ِس‬
ُ ‫اللَّه َّم ِإنِّي ظَلَ ْم‬
‫ْالغَفور ال َّر ِحيم‬
22.Salam
Tata cara salam ialah dengan menolehkan wajah ke Sisi kanan disertai dengan
lafad “assalamualaikum warahmatullah” dan menolehkan wajah ke Sisi kiri
disertai dengan lafad “assalamualaikum warahmatullah”
23.Semua dilakukan dengan tumakninah (tidak tergesa-gesa).

Berzikir setelah solat

Sunnah setelah solat ialah berdzikir, sesuai dengan sunnah Rasulullah salallahu
alaihi wasallam dalam Hadis Abu Hurairah rodhiyallahu An dalam kitab dan kitab
Sahih Muslim.
‫ال‬BB‫ وق‬،‫عون‬BB‫ فتلك تس ٌع وتس‬،‫ وكبَّر هللا ثالثًا وثالثين‬،‫ وح ِمد هللا ثالثًا وثالثين‬،‫دبر ك ِّل صالة ثالثًا وثالثين‬
َ ‫َمن سبَّح هللا‬
‫انت‬BB‫ ُغفِرت خطاياه وإن ك‬- ‫ له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير‬،‫ ال إله إال هللا وحده ال شريك له‬:‫تمام المائة‬
‫مثل َزبَد البحر‬
Barang siapa yang ber tasbih (Subhanalloh) di setiap penghujung solat sebanyak tiga
puluh tiga kali,dan ber tahmid (Alhamdulillah) tiga puluh tiga kali, dan ber takbir
(Allohuakbar) tiga puluh tiga kali, dan itu semua sebanyak Sembilan puluh Sembilan
kali, dan menggenapkan dengan mengucap Laa Ilaha Illallah wahdahu Laa Syariika
Lah, Lahul Mulku wa Lahul Hamdu wa Huwa ‘Ala Kulli Syai’in Qodir, maka diampuni
baginya dosa-dosanya meski bagikan air buih di lautan

Adapun dzikir yang dibaca adalah


)3x( َ‫َأ ْستَ ْغفِ ُر هللا‬
‫ار ْكتَ يَا َذا ْال َجالَ ِل َو ْاِإل ْك َر ِام‬ َ َ‫ تَب‬،‫ َو ِم ْنكَ ال َّسالَ ُم‬،‫اَللَّهُ َّم َأ ْنتَ ال َّسالَ ُم‬
‫ َوالَ ُم ْع ِط َي‬، َ‫ا َأ ْعطَيْت‬BB‫انِ َع لِ َم‬BB‫ اَللَّهُ َّم الَ َم‬،ُ‫ك َولَهُ ْال َح ْم ُد َوه َُو َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِد ْير‬ ُ ‫ لَهُ ْال ُم ْل‬،ُ‫الَ ِإلَـهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَه‬
‫ َوالَ يَ ْنفَ ُع َذا ْال َج ِّد ِم ْنكَ ْال َج ُّد‬، َ‫لِ َما َمنَعْت‬
َّ‫ الَ ِإلَـهَ ِإال‬،ِ‫ َّوةَ ِإالَّ بِاهلل‬Bُ‫وْ َل َوالَ ق‬BB‫ الَ َح‬.ُ‫ ِد ْير‬Bَ‫ ْي ٍء ق‬B‫لِّ َش‬B‫ك َولَهُ ْال َح ْم ُد َوه َُو َعلَى ُك‬ ُ ‫ لَهُ ْال ُم ْل‬،ُ‫الَ ِإلَـهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَه‬
‫ن‬Bَ ْ‫ص ْينَ لَهُ ال ِّد ْينَ َولَوْ َك ِرهَ ْال َكافِرُو‬
ِ ِ‫ الَ ِإلَـهَ ِإالَّ هللاُ ُم ْخل‬، ُ‫ لَهُ النِّ ْع َمةُ َولَهُ ْالفَضْ ُل َولَهُ الثَّنَا ُء ْال َح َسن‬،ُ‫ َوالَ نَ ْعبُ ُد ِإالَّ ِإيَّاه‬،ُ‫هللا‬
)× 33( ِ‫ُس ْب َحانَ هللا‬
)× 33( ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل‬
)× 33( ‫هللَا ُ َأ ْكبَ ُر‬
‫ر‬Bُ ‫ك َولَهُ ْال َح ْم ُد َوه َُو َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِد ْي‬
ُ ‫ لَهُ ْال ُم ْل‬،ُ‫الَ ِإلَـهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَه‬

,Kemudian membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas


Kemudian membaca ayat Kursi

ِ ْ‫ا فِي اَأْلر‬BB‫ت َو َم‬


‫ َدهُ ِإاَّل‬B‫فَ ُع ِع ْن‬B‫ض َم ْن َذا الَّ ِذي يَ ْش‬ ِ ‫اوا‬ َّ ‫ا فِي‬B‫هُ َم‬Bَ‫وْ ٌم ل‬BBَ‫هَّللا ُ اَل ِإلَهَ ِإاَّل ه َُو ْال َح ُّي ْالقَيُّو ُم اَل تَْأ ُخ ُذهُ ِسنَةٌ َواَل ن‬
َ ‫ َم‬B‫الس‬
‫ض َواَل‬ َ ْ‫ت َواَأْلر‬ َّ ُ‫يُّه‬B‫ َع ُكرْ ِس‬B‫ا َء َو ِس‬B‫ا َش‬BB‫بِِإ ْذنِ ِه يَ ْعلَ ُم َما بَ ْينَ َأ ْي ِدي ِه ْم َو َما خَ ْلفَهُ ْم َواَل يُ ِحيطُونَ بِ َش ْي ٍء ِم ْن ِع ْلمِ ِه ِإاَّل بِ َم‬
ِ ‫ َما َوا‬B‫الس‬
‫يَُئو ُدهُ ِح ْفظُهُ َما َوهُ َو ْال َعلِ ُّي ْال َع ِظي ُم‬

Amalan yang perlu diperhatikan dalam sholat:


Di dalam sholat terdapat beberapa perbuatan dan amalan yang perlu kita ketahui dan
kita lakukan sesuai dengan sunnah rosul sallallahu alaihi, antara lain:
1. Menjadikan Batasan solat dengan sutrah
Sutrah adalah pembatas yang dipakai ketika solat sehingga tidak diperbolehkan
siapa pun untuk melewati depannya ketika ada sutrah
Dalam Hadis Abu said alkhudri dalam kitab Sahih Bukhari dan kitab Sahih
Muslim disebutkan bahwasanya Rasulullah sallallahu alay salam bersabda:
،ُ‫ فَِإ ْن َأبَى فَ ْليُقَاتِ ْله‬،‫ع فِي نَحْ ِر ِه‬Bْ َ‫ فَ ْليَ ْدف‬،‫د أح ٌد َأ ْن يَجْ تَا َز بَ ْينَ يَ َد ْي ِه‬Bَ ‫ فََأ َرا‬،‫اس‬
ِ َّ‫صلَّى َأ َح ُد ُك ْم ِإلَى َش ْي ٍء يَ ْستُ ُرهُ ِمنَ الن‬
َ ‫ِإ َذا‬
‫فَِإنَّ َما هُ َو َش ْيطَان‬
Jika salah satu diantara kalian sholat dan menghadap kepada sesuatu yang
membatasi dirinya lantas seseorang melewati diantara kedua tangannya maka
tahanlah jika dia menolak maka perangilah sesungguhnya dia setan.
Ukuran sutrah yang dipakai dalam sholat minimal adalah setinggi Pelana kuda.
Dan diletakkan di depan tempat bersujut, sehingga siapa pun tidak diperbolehkan
untuk lewat di antara keduanya.
Sutrah Imam adalah sutra ma’mum. Sehingga ketika Iman memasang sutra, maka
ma’mum tidak tidak perlu memasang sutra di depannya.
2. Selama sholat, mata memandang tempat Sujud
3. Meluruskan punggung ketiga ruku dan tidak boleh mengangkat kepala atau
menundukkan kepala dan meletakkan kedua Telapak tangan di lutut dengan
membentangkan jari jemari dan tidak boleh menempelkan dan melekatkan lengan
dengan ketiak.
4. Menjatuhkan kedua tangan terlebih dahulu lalu diikuti dengan kedua lutut ketika
Bersujud.
5. Memastikan Dahi, hidung, kedua tangan dan kedua ujung kaki menempel pada
tanah
6. Menghamparkan kedua tangan sehingga terlihat ketiak tanpa menempelkannya
dengan badan ketika Sujud.
7. Meletakkan tangan sejajar dengan kedua telinga dan sejajar dengan kedua lutut
ketika Sujud.
8. Tidak boleh menempelkan Sikut pada tanah seperti duduknya anjing
9. Menegakkan kedua Telapak kaki ketika Sujud.
10.Diperbolehkan duduk iq’a. Duduk iq’a adalah duduk dengan cara menegakkan
kedua kaki sebagai tumpuan. Dan ini adalah sunnah
11.Diperbolehkan memperlama duduk diantar dua sujud
12.Duduk sejenak setelah sujud dan sebelum berdiri
13.Duduk isftirosy pada tasyahud pertama dan duduk tawarruk pada tasyahud kedua
Adapun solat yang hanya dua rakaat saja, sunnah nya dengan duduk iftirasy
14.Menatapkan mata kearah jari telunjuk ketika tasyahhud awal dan akhir

Waktu sholat

Para ulama sepakat bahwa shalat lima waktu memiliki batasan waktu yang harus
ditunaikan pada waktu tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
‫َت َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِكتَابًا َموْ قُوتًا‬
ْ ‫صاَل ةَ َكان‬
َّ ‫ِإ َّن ال‬
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman.” (QS.  An Nisa’: 103).
Mengenai waktu-waktu shalat disebutkan dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr
berikut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َّ ‫فَ َّر‬B‫َص‬
ُ‫ ْمس‬B‫الش‬ ْ ‫ت ْال َع‬
ْ ‫ا لَ ْم ت‬BB‫ ِر َم‬B‫ص‬ ْ ‫ ِر ْال َع‬B‫ض‬
Bُ ‫ ُر َو َو ْق‬B‫ص‬ ُ ْ‫ا لَ ْم يَح‬BB‫ل َكطُولِ ِه َم‬B ِ B‫ت ال َّش ْمسُ َو َكانَ ِظلُّ ال َّر ُج‬ ُّ ‫ت‬
ِ َ‫الظه ِْر ِإ َذا زَ ال‬ ُ ‫َو ْق‬
ِ Bُ‫ْح ِم ْن طُل‬
‫وع‬B ِ ‫صالَ ِة الصُّ ب‬ َ ‫ت‬ ُ ‫ف اللَّي ِْل اَألوْ َس ِط َو َو ْق‬ِ ْ‫صالَ ِة ْال ِع َشا ِء ِإلَى نِص‬ َ ‫ت‬ ُ ‫ق َو َو ْق‬
ُ َ‫ب ال َّشف‬ ِ ‫صالَ ِة ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫ب َما لَ ْم يَ ِغ‬ َ ‫ت‬ ُ ‫َو َو ْق‬
ْ ‫صالَ ِة فَِإنَّهَا ت‬
ٍ َ‫َطلُ ُع بَ ْينَ قَرْ ن َْى َش ْيط‬
‫ان‬ َّ ‫ت ال َّش ْمسُ فََأ ْم ِس ْك َع ِن ال‬ ْ ‫ْالفَجْ ِر َما لَ ْم ت‬
ِ ‫َطلُ ِع ال َّش ْمسُ فَِإ َذا طَلَ َع‬
“Waktu Zhuhur dimulai saat matahari tergelincir ke barat (waktu zawal) hingga
bayangan seseorang sama dengan tingginya dan selama belum masuk waktu ‘Ashar.
Waktu Ashar masih terus ada selama matahari belum menguning. Waktu shalat
Maghrib adalah selama cahaya merah (saat matahari tenggelam) belum hilang. Waktu
shalat ‘Isya’ ialah hingga pertengahan malam. Waktu shalat Shubuh adalah mulai terbit
fajar (shodiq) selama matahari belum terbit. Jika matahari terbit, maka tahanlah diri dari
shalat karena ketika itu matahari terbit antara dua tanduk setan. ” (HR. Muslim no. 612)
Waktu Sholat Dzuhur

Awal waktu shalat Zhuhur  adalah waktu zawal, yaitu saat matahari bergeser ke
barat. Waktu zawal ini adalah saat matahari condong dari pertengahan langit ke arah
barat. Ketika seseorang memulai takbir sebelum zawal lalu nampak zawal setelah ia
bertakbir untuk shalat atau di pertengahannya, maka shalatnya tidaklah sah.
Sedangkan waktu akhir shalat Zhuhur adalah saat panjang bayangan yang
bertambah sama dengan panjang benda (selain panjang bayangan saat zawal). Akhirnya
waktu Zhuhur, inilah dimulainya waktu shalat ‘Ashar. Inilah pendapat jumhur (ulama)
yang diselisihi Imam Abu Hanifah, di mana beliau berpendapat bahwa akhir waktu
shalat Zhuhur adalah saat tinggi bayangan sama dengan dua kali tingginya selain tinggi
bayangan saat zawal.
Disunnahkan mengerjakan shalat Zhuhur di awal waktu. Dalam hadits Jabir bin
Samuroh, ia berkata,
ُ‫ت ال َّش ْمس‬ ُّ ‫ُصلِّى‬
َ ‫الظ ْه َر ِإ َذا َد َح‬
ِ ‫ض‬ َ ‫ ي‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َكانَ النَّبِ ُّى‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat Zhuhur ketika matahari telah
tergelincir ke barat (waktu zawal).” (HR. Muslim no. 618).
Disunnahkan mengakhirkan shalat Zhuhur ketika cuaca begitu panas. Hal ini
berdasarkan hadits Anas bin Malik,
َّ ‫ َوِإ َذا ا ْشتَ َّد ْال َحرُّ َأ ْب َر َد بِال‬، ‫صالَ ِة‬
‫صالَ ِة‬ َّ ‫ – ِإ َذا ا ْشتَ َّد ْالبَرْ ُد بَ َّك َر بِال‬B‫َكانَ النَّبِ ُّى – صلى هللا عليه وسلم‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya jika keadaan sangat dingin beliau
menyegerakan shalat dan jika keadaan sangat panas/terik beliau mengakhirkan shalat”
(HR. Bukhari no. 906).
Dalam hadits lainnya disebutkan,

ِ ‫ فَِإ َّن ِش َّدةَ ْال َحرِّ ِم ْن فَي‬،‫صالَ ِة‬


‫ْح َجهَنَّ َم‬ َّ ‫ِإ َذا ا ْشتَ َّد ْال َحرُّ فََأب ِْر ُدوْ ا َع ِن ال‬
“Apabila cuaca sangat panas, akhirkanlah shalat zhuhur sampai waktu dingin karena
panas yang sangat merupakan hawa panas neraka jahannam.” (HR. Bukhari no. 536
dan Muslim no. 615). Batasan mendinginkan (mengakhirkan) berbeda-beda sesuai
keadaan selama tidak terlalu panjang hingga mendekati waktu akhir shalat.

Waktu Sholat Ashar

Awal waktu shalat ‘Ashar adalah ketika panjang bayangan sama dengan panjang
bendanya. Dalam hadits ketika Jibril mengimami Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
shalat pada hari pertama pada saat panjang bayangan sama dengan panjang benda.
Sedangkan esoknya, pada saat panjang bayangan sama dengan dua kali panjang benda.
Lalu dikatakan di akhir hadits bahwa batasan waktu shalat adalah antara dua waktu
tersebut.
Sedangkan dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr disebutkan “Waktu Ashar masih terus ada
selama matahari belum menguning”,
Shalat yang dilakukan menjelang matahari tenggelam, itulah shalatnya orang
munafik. Dalam hadits Anas disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ً‫ان قَا َم فَنَقَ َرهَا َأرْ بَعًا الَ يَ ْذ ُك ُر هَّللا َ فِيهَا ِإالَّ قَلِيال‬
ِ َ‫َت بَ ْينَ قَرْ ن َِى ال َّش ْيط‬ ِ ِ‫صالَةُ ْال ُمنَاف‬
َ ‫ق يَجْ لِسُ يَرْ قُبُ ال َّش ْم‬
ْ ‫س َحتَّى ِإ َذا َكان‬ َ ‫تِ ْل‬
َ ‫ك‬
“Itulah shalat orang munafik. Ia duduk menanti matahari di antara dua tanduk setan
lalu ia berdiri dan melaksanakan shalat empat raka’at dengan cepat. Tidaklah ia
mengingat Allah kecuali sedikit.”(HR. Muslim no. 622).
Disunnahkan shalat ‘Ashar dilakukan segera mungkin di awal waktu. Hal ini
berdasarkan hadits Anas,
ٌ‫ُصلِّى ْال َعصْ َر َوال َّش ْمسُ ُمرْ تَفِ َعةٌ َحيَّة‬
َ ‫َكانَ َرسُو ُل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – ي‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melaksanakan sholat ‘ashar ketika
matahari masih tinggi, tidak berubah sinar dan panasnya.” (HR. Bukhari no. 550 dan
Muslim no. 621).
Hal di atas lebih ditekankan lagi ketika cuaca mendung agar tidak terjadi
kesamaran dalam pengerjaan shalat ‘Ashar tersebut. Jika tidak malah dikerjakan di luar
waktu atau dilakukan saat matahari telah menguning. Dari Abul Malih, ia mengatakan,
ْ ‫الَ ِة ْال َع‬B‫ص‬
َّ ِ‫ِإ َّن النَّب‬Bَ‫ ِر ف‬B‫ص‬
َ Bَ‫لم – ق‬BB‫ه وس‬B‫لى هللا علي‬BB‫ى – ص‬
‫ال « َم ْن‬B َ ِ‫ُكنَّا َم َع ب َُر ْي َدةَ فِى غ َْز َو ٍة فِى يَوْ ٍم ِذى َغي ٍْم فَقَا َل بَ ِّكرُوا ب‬
ُ‫صالَةَ ْال َعصْ ِر فَقَ ْد َحبِطَ َع َملُه‬ َ ‫ك‬ َ ‫تَ َر‬
“Kami pernah bersama Buraidah pada saat perang di hari yang mendung. Kemudian
ia berkata, “Segerakanlah shalat ‘Ashar karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa yang meninggalkan shalat ‘Ashar maka terhapuslah
amalnya”. (HR. Bukhari no. 553).

Waktu Shalat Maghrib

Waktu shalat maghrib adalah dimulai saat matahari tenggelam. Lamanya sekadar
adzan, berwudhu, menutup aurat, iqomah dan mengerjakan shalat 5 raka’at.” Yang
dimaksud shalat 5 raka’at adalah shalat Maghrib 3 raka’at ditambah shalat sunnah ba’da
Maghrib 2 raka’at.
Yang pasti awal waktu shalat Maghrib adalah saat matahari tenggelam dengan
sempurna sebagaimana disebutkan dalam hadits Jibril ‘alaihis salam . Sedangkan
mengenai akhir waktu shalat Maghrib hingga cahaya merah saat matahari tenggelam
menghilang. Dalilnya adalah hadits ‘Abdullah bin ‘Amr,
ُ َ‫ب ال َّشف‬
‫ق‬ ِ ‫صالَ ِة ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫ب َما لَ ْم يَ ِغ‬ ُ ‫َو َو ْق‬
َ ‫ت‬
“Waktu shalat Maghrib adalah selama cahaya merah (saat matahari tenggelam) belum
hilang.” (HR. Muslim no. 612).
Disunnahkan untuk menyegerakan melakukan shalat Maghrib di awal waktu. Hal
ini berdasarkan hadits dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu,
َ ِ‫ب ِإلَى َأ ْن تَ ْشتَب‬
‫ك النُّجُو ُم‬ َ ‫ ْال َم ْغ ِر‬B‫َُؤخرُوا‬ ْ ِ‫الَ تَ َزا ُل ُأ َّمتِى بِ َخي ٍْر – َأوْ قَا َل َعلَى ْالف‬
ِّ ‫ط َر ِة – َما لَ ْم ي‬
“Umatku akan senantiasa dalam kebaikan (atau fithroh) selama mereka tidak
mengakhirkan waktu sholat maghrib hingga munculnya bintang (di langit)” (HR. Abu
Daud no. 418).
Juga diperbolehkan solat sunnah dua rakaat sebelum shalat Maghrib. Dari ‘Abdullah bin
Mughoffal Al Muzaniy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ‫ة‬Bَ‫ َك َرا ِهي‬.» ‫ا َء‬B‫ ِة « لِ َم ْن َش‬Bَ‫ َد الثَّالِث‬B‫ال ِع ْن‬ ِ ‫صلُّوا قَ ْب َل ْال َم ْغ ِر‬
َ َ‫ ثُ َّم ق‬.» ‫ب َر ْك َعتَ ْي ِن‬ َ « ‫ ثُ َّم قَا َل‬.» ‫ب َر ْك َعتَي ِْن‬ِ ‫صلُّوا قَب َْل ْال َم ْغ ِر‬
َ «
ً‫َأ ْن يَتَّ ِخ َذهَا النَّاسُ ُسنَّة‬
“Kerjakanlah shalat sebelum Maghrib 2 raka’at.” Kemudian beliau bersabda lagi,
“Kerjakanlah shalat sebelum Maghrib 2 raka’at.” Kemudian beliau bersabda sampai
yang ketiga dengan ucapan yang sama, lalu beliau ucapkan, “Bagi siapa yang mau”.
Hal ini beliau katakan karena tidak disukai jika hal tersebut dirutinkan. (HR. Abu Daud
no. 1281).

Waktu Shalat Isya


 
Awal waktu shalat Isya’ sebagaimana disepakati oleh para ulama adalah mulai
dari hilangnya syafaq. Dalil yang menunjukkan awal waktu shalat ‘Isya’ sebagaimana
diterangkan dalam hadits shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Jibril,
‫ق‬ َ ‫صلَّى بِ َى ْال ِع َشا َء ِحينَ غ‬
ُ َ‫َاب ال َّشف‬ َ ‫َو‬
“Lalu beliau melaksanakan shalat Isya bersamaku ketika cahaya merah saat matahari
tenggelam hilang.”
Yang dimaksud syafaq adalah cahaya merah di ufuk barat saat matahari tenggelam. 
Adapun waktu akhir shalat Isya’, adalah sampai sepertiga malam. Ini disebut kan
dalam hadits,
ِ ُ‫صلَّى بِ َى ْال ِع َشا َء ِإلَى ثُل‬
‫ث اللَّي ِْل‬ َ ‫َو‬
“Lalu beliau shalat Isya’ hingga sepertiga malam.”
Dan boleh mengakhirkan shalat isya dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam mengakhirkan shalat Isya
sampai tengah malam. Kemudian beliau menghadap kami setelah shalat, lalu bersabda,
َ ‫صلَّى النَّاسُ َو َرقَدُوا َولَ ْم تَزَ الُوا فِى‬
B‫صالَ ٍة ُم ْن ُذ ا ْنتَظَرْ تُ ُموهَا‬ َ
“Orang-orang shalat dan tidur, sedangkan kalian terus menerus di dalam shalat sejak
kalian menunggu shalat tersebut.” (HR. Bukhari, no. 661)

Waktu Shalat Shubuh (Shalat Fajar)

Awal waktu shalat Shubuh adalah saat terbit fajar kedua (fajar shodiq). Akhir
waktunya adalah sampai isfaar.
Awal waktu shalat Fajar (shubuh) adalah mulai dari terbit fajar shadiq. Sebagaimana
disebutkan dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr berikut,
‫وع ْالفَجْ ِر‬
ِ ُ‫ْح ِم ْن طُل‬
ِ ‫صالَ ِة الصُّ ب‬ ُ ‫َو َو ْق‬
َ ‫ت‬
“Waktu shalat Shubuh adalah mulai terbit fajar (shodiq).” (HR. Muslim no. 612).
Fajar sendiri ada dua macam yaitu fajar shodiq dan fajar kadzib. Pancaran cahaya
yang menjulang seperti ekor serigala dan setelah itu masih terlihat gelap, ini yang
disebut fajar kadzib (fajar pertama). Sedangkan cahaya yang mendatar horizontal di
ufuk, ini yang disebut fajar shodiq (fajar kedua).
Shalat Shubuh ini disunnahkan dilakukan di awal waktu. Di antara dalilnya
adalah perkataan ‘Aisyah,
‫ ثُ َّم يَ ْنقَلِ ْبنَ ِإلَى‬، ‫ُوط ِه َّن‬ ٍ ‫ا‬B‫ ِر ُمتَلَفِّ َع‬Bْ‫الَةَ ْالفَج‬B‫ص‬
ِ ‫ ر‬B‫ت بِ ُم‬ َ – ‫ت يَ ْشهَ ْدنَ َم َع َرسُو ِل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫ُك َّن نِ َسا ُء ْال ُمْؤ ِمنَا‬
ِ َ‫ْرفُه َُّن َأ َح ٌد ِمنَ ْال َغل‬
‫س‬ ِ ‫ الَ يَع‬، َ‫صالَة‬
َّ ‫ضينَ ال‬ِ ‫بُيُوتِ ِه َّن ِحينَ يَ ْق‬
“Para wanita mukminah dahulu pernah menghadiri shalat Shubuh berjama’ah di
belakang Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dengan mengerudungi kepala
dengan kain.  Kemudian mereka kembali ke rumah masing-masing ketika shalat telah
selesai. Mereka tidak dikenali seorang pun karena keadaan masih gelap (pagi buta).”
(HR. Bukhari no. 578).
Dan dalil anas bin malik,
َّ ‫ ثُ َّم قُ ْمنَا ِإلَى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ َم َع َرسُو ِل هَّللا‬B‫ال تَ َسحَّرْ نَا‬
.‫الَ ِة‬B ‫الص‬ َ َ‫ت – رضى هللا عنه – ق‬ ٍ ِ‫س ع َْن َز ْي ِد ْب ِن ثَاب‬ ٍ َ‫ع َْن َأن‬
ُ ‫قُ ْل‬
ً‫ت َك ْم َكانَ قَ ْد ُر َما بَ ْينَهُ َما قَا َل َخ ْم ِسينَ آيَة‬
Dari Anas, dari Zaid bin Tsabit –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata, “Kami pernah bersahur
bersama Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- kemudian kami berdiri untuk
menegakkan shalat.” Aku (Anas) bertanya pada Zaid, “Berapa lama waktu antara
makan sahur dan waktu shalat akan ditegakkan?” Zaid menjawab, “Sekitar (membaca)
50 ayat.” (HR. Muslim no. 1097). Jarak waktu antara selesai makan sahur dan
masuknya waktu pelaksanaan shalat adalah sekitar membaca 50 ayat Qur’an, waktu
seperti ini seperti lama waktu berwudhu. Ini menunjukkan bahwa shalat tersebut
dilakukan di awal waktu Shubuh.

Anda mungkin juga menyukai