( Kitab Bersuci )
JENIS-JENIS NAJIS
Najis adalah lawan dari bersuci, dan wajib bagi seorang muslim untuk
membersihkan dirinya ketika terkena najis.
Jenis-jenis najis:
1. Kotoran manusia dan air kencingnya
2. Darah haid
3. Kotoran binatang yang tidak dimakan dagingnya
4. Daging babi
5. Air liur anjing
6. Bangkai, kecuali bangkai hewan laut dan sungai, belalang, lebah, semut, dan lalat
tidaklah najis. Adapun kuku, rambut, atau kulit dari bangkai hewan yang disamak
atau dikeringkan, maka tidak najis.
7. Anggota tubuh yang terpotong dari hewan hidup
8. Air liur binatang buas
9. Air Madzi dan Wadiy, adapun air mani tidaklah najis sebagaimana perkataan
jumhur.
10. Darah masfuh, yaitu darah yang keluar dari leher binatang sembelihan.
Adapun alkohol, muntahan, darah yang keluar dari badan manusia, dan nanah
tidaklah najis.
ISTINJA’
Istinja’ adalah membersihkan sesuatu yang keluar dari dua lubang, yaitu lubang
kemaluan dan lubang dubur, seperti air kencing, air mani, atau tinja. Cara
membersihkannya ialah dengan menggunakan air, batu, dedaunan, atau sesuatu yang
padat, dan kita mengenalnya dengan istilah “cebok”.
SUNNAH KEBERSIHAN
Sunnah kebersihan adalah sunnah yang dilazimi dan dilakukan oleh Rosululloh
ﷺ. Di antaranya adalah :
1. Khitan (sunat)
2. Memotong bulu kemaluan
3. Memotong kuku
4. Mencabut bulu ketiak
5. Memotong kumis
ْ ِ َخ ْمسٌ َأ ْو َخ ْمسٌ ِم َن ْالف: َع ِن النَّبِ ِّي ﷺ قَا َل ََع ْن َأبِي هُ َر ْي َرة
ط َر ِة
ب
ِ ارِ َوقَصُّ ال َّش،ف اِإْل بِ ِط
ُ َونَ ْت،ار ْ َوتَ ْقلِي ُم اَأْل،اال ْستِحْ َدا ُد
ِ َ ظف ُ َْال ِخت
ِ َو،ان
Dari Abu Huroiroh bahwasanya Nabi ﷺbersabda, “Sunnah dari kebersihan ada lima
yaitu : khitan, memotong bulu kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan
memotong kumis.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Tidak boleh membiarkan kuku, bulu ketiak, dan bulu kemaluan lebih dari 40 hari.
Dan diperbolehkan khitan dari usia kecil.
SIWAK
Adapun sunnah kebersihan yang diajarkan Rosululloh ﷺsalah satunya adalah
Siwak, yaitu membersihkan mulut dan gigi dengan menggunakan akar kayu ‘Ud, dan
ini merupakan sunnah yang dilakukan Rosululloh ﷺ.
ُ الس َوا
ك مطهرة للفم مرضاة للرب َّ ِ َأ َّن النَّب ََع ْن َعاِئ َشة
ِ : ي ﷺ قَا َل
Dari Aisyah bahwasanya nabi ﷺbersabda, “Siwak adalah kebersihan mulut dan
keridoan dari Rabb.” (Sunan An-Nasa’i)
JENGGOT
Dan termasuk sunnah Nabi ﷺadalah memelihara jenggot.
َمآ ًء لِيُطَه ََّر ُك ْم بِ ِه ال َّس َمآ ِء ِم َن َعلَ ْي ُك ْم َويُنَ ِّز ُل
“Dan sesungguhnya kami telah turunkan kepada kalian air dari langit untuk bersuci.”
(Al-Anfal : 11)
Jenis air suci dan mensucikan di antaranya adalah :
1. Air sungai 4. Air sumur
2. Air es 5. Air laut
3. Salju 6. Air hujan
Ketika air sudah bercampur dengan sesuatu sehingga berubah warna, bau, dan
rasanya maka air tersebut suci tetapi tidak mensucikan. Seperti air teh, air kuah, air
sirup, dan sebagainya. Jenis air seperti ini tidak boleh dipakai untuk bersuci tetapi tidak
najis.
WUDHU
Wudhu ialah bersuci untuk anggota badan yaitu wajah, tangan, kepala, kaki
menggunakan air dengan tujuan ibadah seperti sholat, membaca Al-Qur’an, thowaf dll.
Allah berfirman dalam surat al Ma’idah ayat enam :
Fadilah berwudu :
1. Bersuci adalah bagian dari keimanan
Dalam Hadits Malik Al-Asy’ari dalam kitab Sahih Muslim, Rosululloh ﷺ
bersabda :
ْ الطَّهُو ُر َش
ِ ط ُر اِإْل ْي َم
ان
“Bersuci adalah bagian dari Iman.”
2. Berwudhu menghapus dosa-dosa kecil
Dalam Hadis Abu Hurairah rodhiyallahuanhu, dalam kitab Sahih Muslim,
Rosululloh ﷺbersabda :
اBB ي، بلى:الواBBدرجات؟» قB َ Bه الBBع بBBا ويرفBBه الخطايBBأال َأ ُدلُّ ُكم على ما يَ ْمحُو هللا ب
َ B و َك ْث،ارهB
،اجدBBا إلى المسBBَرةُ ال ُخطB ِ Bغ ال ُوضُوء على ال َم َك ُ «ِإ ْسبَا: قال،رسول هللا
فذلِ ُكم الرِّ باطB بعد الصالةBوانتظا ُر الصالة
“Maukah kalian aku tunjukkan sebuah amalan yang mampu menghapus dosa dan
mengangkat derajat? Lantas mereka berkata: tentu wahai Rosulullooh. Rosul
berkata: engkau menyempurnakan wudu dalam keadaan engkau tidak senang,
engkau memperbanyak langkah pergi ke masjid, dan engkau menunggu dari sholat
satu sholat yang lain dan itulah seperti pahala orang yang sedang Ribath.”
4. Wudhu mempermudah jalan ke surga
،ُا بِالَلBBَ «ي:ال لِبِالَ ٍلB َ Bَ ْو َل هللاِ ﷺ قB َأ َّن َر ُس:ُهB َي هللاُ َع ْنBض ِ رةَ – َرB َ Bَع ْن َأبِي هُ َر ْي
ي في َ Bف نَ ْعلَ ْي
َّ َدBَك بَي َْن يB ُ ِمعBإنِّي َسBBَ ف،َح ِّد ْثنِي ِبَأرْ َجى َع َم ٍل َع ِم ْلتَهُ فِي اِإل ْسالَ ِم
َّ ْت َد
ا َع ٍةB ورًا فِي َسBْ Bُت َع َماًل َأرْ َجى ِع ْن ِدي ِم ْن َأنِّي لَ ْم َأتَطَهَّرْ طُه ُ َما َع ِم ْل:ال َ َالجنَّ ِة» ق
َ
. ِّصل َ ب لِي َأ ْن ُأَ ُِور َما ُكت
ِ الطه ُّ ك ُ صلَّي
َ ِْت بِ َذل َ َّار ِإال ٍ َِم ْن لَي ٍْل َأ ْو نَه
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺbersabda kepada Bilal, “Wahai Bilal,
ceritakanlah kepadaku tentang satu amalan yang engkau lakukan di dalam Islam
yang paling engkau harapkan pahalanya, karena aku mendengar suara kedua
sandalmu di surga.” Bilal menjawab, “Tidak ada amal yang aku lakukan yang
paling aku harapkan pahalanya daripada aku bersuci pada waktu malam atau
siang pasti aku melakukan shalat dengan wudhu tersebut sebagaimana yang telah
ditetapkan untukku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Sebagai alamat dan tanda di hari kiama
ين ِم ْن َأثَ ِر ْال ُوضُو ِء َ ُِإ َّن ُأ َّمتِى يَْأت
َ ِون يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة ُغ ًّرا ُم َح َّجل
“Sesungguhnya umatku datang pada hari kiamat dalam keadaan wajah, tangan dan
kakinya bercahaya karena bekas wudhu.” (HR. Muslim riwayat Abu Huroiroh)
Pembatal Wudhu:
1. Keluarnya air kencing dan kotoran dan kentut
2. Keluarnya air mani dan wadzi dan madyi
3. Tidur yang lelap menghilangkan akal dan kesadaran
4. Hilangnya akal atau gila
5. Menyentuh kemaluan secara langsung
Mengusap khuf termasuk salah satu sunnah nabi sallallahu alaihi wasallam yang
dilakukan di Sisi atas khuf sebagai pengganti mencuci kaki di saat Berwudhu dalam
keadaan musim dingin entah muqim ataupun Safar.
Dalam hadis mughiroh bin Syubah, Rasul saw pernah memakai terompa dan
mengusapkannya,
َد ْعهُ َما فَِإنِّي َأ ْد َخ ْلتُهُ َما:ال
َ َ فَق،ْت َأل ْن ِز َع ُخفَّ ْي ِه
ُ فََأ ْه َوي،صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي َسفَ ٍر
َ ت َم َع النَّبِ ِّي ُ ُك ْن:ع َْن ْال ُم ِغي َر ِة قَا َل
فَ َم َس َح َعلَ ْي ِه َما.طَا ِه َرتَي ِْن
Dari al-Mughirah, dia berkata: Aku pernah bersama Nabi saw dalam suatu perjalanan,
lalu aku merunduk untuk melepas khuffnya, namun beliau bersabda: Biarkan saja,
karena aku mengenakannya dalam keadaan suci. Maka beliau mengusapnya.
Dan khuf terbuat dari kulit dan harus menutupi ujung kaki sampai kedua mata
kaki. Dan bagi muqim maka mempunyai waktu mengusap selama satu hari satu malam.
Adapun untuk yang bersafar, mempunyai waktu untuk mengusap selama tiga hari tiga
malam, seoerti yang diriwayatkan hadis Sofwan dalam sunan nasai:
ِإاَّل ِم ْن, ِإ َذا ُكنَّا َس ْفرًا َأ ْن اَل نَ ْن ِز َع ِخفَافَنَا ثَاَل ثَةَ َأي ٍَّام َولَيَالِيَه َُّنB { َكانَ َرسُو ُل هَّللَا ِ ( يَْأ ُم ُرنَا:ال َ َص ْف َوانَ ْب ِن َعسَّا ٍل ( ق َ َوع َْن
} مBٍ ْ َونَو, َوبَوْ ٍل,َجنَابَ ٍة َولَ ِك ْن ِم ْن غَاِئ ٍط
Dari Shafwan bin ‘Assaal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah menyuruh ketika kami tengah bersafar, untuk tidak melepas
sepatu kami selama tiga hari tiga malam lantaran buang air besar, kencing, tidur, selain
junub.”
Syarat memakai terompa adalah:
1. Memakai dalam keadaan suci atau berwudhu
2. Terompa terbuat dari kulit
3. Terompa menutupi hingga mata kaki
4. Muqim mempunyai batas waktu satu hari satu malam
5. Musafir mempunyai waktu tiga hari tiga malam
Pembatal-pembatal khuf:
1. Junub
2. Habisnya masa dan waktu usap
3. Melepas khuf
Mandi besar
Mandi besar adalah mandi yang bernilai ibadah dan dilakukan seseorang setelah
menemui sebab beberapa hal, antara lain:
1. Keluar air mani disengaja atau tidak disengaja dalam keadaan sadar atau tidur.
2. Hubungan badan.
3. Haid dan nifas.
4. Kafir masuk agama Islam
5. Solat Jumat
Oleh karena itu, Allah berfirman dalam surat almaidah ayat 6:
وإن كنتم جنبا فاطهروا
Jika engkau junub, maka bersucilah
Dalam Hadis Aisyah rodhiyallahu anha kitab Sahih Bukhori dan sahih muslim
ْدBَ َحتَّى ِإ َذا ظَ َّن َأنَّهُ ق،ُ َع َرهB ِد ِه َشBَ ثُ َّم يُخَ لِّ ُل بِي، َلB ثُ َّم ا ْغت ََس،الَ ِةBلص ُ َأ ُوBض
َّ ِو َءهُ لBض َّ َوت ََو، ِهB َغ َس َل يَ َد ْي،ِإ َذا ا ْغتَ َس َل ِمنَ ال َجنَابَ ِة
ثُ َّم َغ َس َل َساِئ َر َج َس ِد ِه،تٍ ث َمرَّا َ َاض َعلَ ْي ِه ال َما َء ثَال َ َ َأف،ُ بَ َش َرتَهBَأرْ َوى
Dahulu kala, nabi sallallahu alaihi wasallam jika mandi besar dari junub, membahsuh
kedua tangannya lalu berwudu seperti wudhu dalam sholat lantas menggosok gosokkan
kepala dengan kedua tangannya hingga beliau mengira sudah mengenai ujung pangkal
rambut lantas beliau menyiram kepalanya dengan air sebanyak tiga kali lantas mencuci
kedua kakinya.
Tayammum
Pembatal Tayammum:
1. Semua yang membatalkan wudhu juga membatalkan Tayammum
2. Jika mendapati air maka batal tayammum
Kitab Sholat
Solat Lima Waktu
Solat adalah salah satu ibadah dalam rukun Islam yang terdiri dari sholat lima
waktu, yaitu Subuh, Dzuhur, Asar, Maghrib dan Isya yang wajib bagi setiap orang yang
aqil, balig muslim.
Dalam Hadis Abdullah Ibnu Umar, rasulullah alaihis solatu wasallam bersabda:
وحج البيت، وإيتاء الزكاة، الصالةB وإقام، هللاB وأن محمدا رسول، شهادة أن ال إله إال هللا: بني اإلسالم على خمس
وصوم رمضان،
Islam dibangun dengan lima pilar: Syahadat bahwasanya tiada Tuhan kecuali Allah, dan
Muhammad utusan Allah, dan mendirikan sholat, dan menunaikan zakat, dan Haji, dan
berpuasa Ramadhan.
Dari Hadis tersebut, kita memahami bahwasanya solat wajib merupakan salah
satu rukun Islam. Yang terdiri dari solat subuh yang terdiri dari dua rokaat ketika terbit
Fajar subuh, dan sholat Dzuhur sebanyak empat rokaat yang dilakukan di pertengahan
siang hari, dan sholat ashar yang terdiri dari empat rokaat yang dilakukan ketika sore
hari, dan sholat Maghrib yang terdiri dari tiga rokaat ketika matahari tenggelam, dan
sholat Isya yang terdiri dari empat rokaat yang dilakukan ketika malam hari.
Dalam hadis jabir di riwayat sohih muslim, Rasulullah bersabda,
وبين الشرك والكفر ترك الصالة بين الرجل
Sesungguhnya pembeda seseorang antara syirik dan kufur ialah meninggalkan solat
Syarat sahnya sholat :
1. Masuk pada waktu sholat
2. Bersuci sebelum melaksanakan sholat dengan cara berwudu atau Tayammum
ketika tidak mendapat di air
3. Kebersihan badan dan pakaian dan tempat dari najiz
4. Menutup aurat
Adapun aurat laki laki dalam sholat iyalah dari Pundak sampai lutut, sedangkan
aurat laki laki di luar sholat adalah dari Pusar hingga lutut.
Dan aurat perempuan di dalam sholat ataupun di luar sholat adalah ujung kepala
hingga ujung kaki
5. Hadap kiblat
6. Menentukan niat sholat yang dilakukan
7. Berdiri ketika mampu
8. Melafalkan bacaan dengan Bahasa Arab
Tempat tempat yang dilarang untuk sholat:
Dalam satu Hadis Ibnu Umar rodhiyallahu and who dalam kitab Sunan Tirmidzi,
rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:
, ةBB المزبل: واطنBBبع مBBلى في سBB أن يص- BلمBBه وسBBلى هللا عليBB ص- بيBB نهى الن- : الBBق-اBB هللا عنهمBيB رض- ابن عمر
رواه الترمذي- ظهر بيت هللاB وفوق, ومعاطن اإلبل, والحمام, وقارعة الطريق, والمقبرة, والمجزرة
Bahwasanya nabi sallallahu alaihi wasallam melarang sholat di tujuh tempat, di tempat
Pembuangan sampah, dan tempat penyembelihan, dan di kuburan, dan di pertengahan
jalan, dan kamar mandi, dan kendang unta, dan di atas kabah.
Sunnah setelah solat ialah berdzikir, sesuai dengan sunnah Rasulullah salallahu
alaihi wasallam dalam Hadis Abu Hurairah rodhiyallahu An dalam kitab dan kitab
Sahih Muslim.
الBB وق،عونBB فتلك تس ٌع وتس، وكبَّر هللا ثالثًا وثالثين، وح ِمد هللا ثالثًا وثالثين،دبر ك ِّل صالة ثالثًا وثالثين
َ َمن سبَّح هللا
انتBB ُغفِرت خطاياه وإن ك- له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير، ال إله إال هللا وحده ال شريك له:تمام المائة
مثل َزبَد البحر
Barang siapa yang ber tasbih (Subhanalloh) di setiap penghujung solat sebanyak tiga
puluh tiga kali,dan ber tahmid (Alhamdulillah) tiga puluh tiga kali, dan ber takbir
(Allohuakbar) tiga puluh tiga kali, dan itu semua sebanyak Sembilan puluh Sembilan
kali, dan menggenapkan dengan mengucap Laa Ilaha Illallah wahdahu Laa Syariika
Lah, Lahul Mulku wa Lahul Hamdu wa Huwa ‘Ala Kulli Syai’in Qodir, maka diampuni
baginya dosa-dosanya meski bagikan air buih di lautan
Waktu sholat
Para ulama sepakat bahwa shalat lima waktu memiliki batasan waktu yang harus
ditunaikan pada waktu tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
َت َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِكتَابًا َموْ قُوتًا
ْ صاَل ةَ َكان
َّ ِإ َّن ال
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman.” (QS. An Nisa’: 103).
Mengenai waktu-waktu shalat disebutkan dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr
berikut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َّ فَ َّرBَص
ُ ْمسBالش ْ ت ْال َع
ْ ا لَ ْم تBB ِر َمBص ْ ِر ْال َعBض
Bُ ُر َو َو ْقBص ُ ْا لَ ْم يَحBBل َكطُولِ ِه َمB ِ Bت ال َّش ْمسُ َو َكانَ ِظلُّ ال َّر ُج ُّ ت
ِ َالظه ِْر ِإ َذا زَ ال ُ َو ْق
ِ Bُْح ِم ْن طُل
وعB ِ صالَ ِة الصُّ ب َ ت ُ ف اللَّي ِْل اَألوْ َس ِط َو َو ْقِ ْصالَ ِة ْال ِع َشا ِء ِإلَى نِص َ ت ُ ق َو َو ْق
ُ َب ال َّشف ِ صالَ ِة ْال َم ْغ ِر
ِ ب َما لَ ْم يَ ِغ َ ت ُ َو َو ْق
ْ صالَ ِة فَِإنَّهَا ت
ٍ ََطلُ ُع بَ ْينَ قَرْ ن َْى َش ْيط
ان َّ ت ال َّش ْمسُ فََأ ْم ِس ْك َع ِن ال ْ ْالفَجْ ِر َما لَ ْم ت
ِ َطلُ ِع ال َّش ْمسُ فَِإ َذا طَلَ َع
“Waktu Zhuhur dimulai saat matahari tergelincir ke barat (waktu zawal) hingga
bayangan seseorang sama dengan tingginya dan selama belum masuk waktu ‘Ashar.
Waktu Ashar masih terus ada selama matahari belum menguning. Waktu shalat
Maghrib adalah selama cahaya merah (saat matahari tenggelam) belum hilang. Waktu
shalat ‘Isya’ ialah hingga pertengahan malam. Waktu shalat Shubuh adalah mulai terbit
fajar (shodiq) selama matahari belum terbit. Jika matahari terbit, maka tahanlah diri dari
shalat karena ketika itu matahari terbit antara dua tanduk setan. ” (HR. Muslim no. 612)
Waktu Sholat Dzuhur
Awal waktu shalat Zhuhur adalah waktu zawal, yaitu saat matahari bergeser ke
barat. Waktu zawal ini adalah saat matahari condong dari pertengahan langit ke arah
barat. Ketika seseorang memulai takbir sebelum zawal lalu nampak zawal setelah ia
bertakbir untuk shalat atau di pertengahannya, maka shalatnya tidaklah sah.
Sedangkan waktu akhir shalat Zhuhur adalah saat panjang bayangan yang
bertambah sama dengan panjang benda (selain panjang bayangan saat zawal). Akhirnya
waktu Zhuhur, inilah dimulainya waktu shalat ‘Ashar. Inilah pendapat jumhur (ulama)
yang diselisihi Imam Abu Hanifah, di mana beliau berpendapat bahwa akhir waktu
shalat Zhuhur adalah saat tinggi bayangan sama dengan dua kali tingginya selain tinggi
bayangan saat zawal.
Disunnahkan mengerjakan shalat Zhuhur di awal waktu. Dalam hadits Jabir bin
Samuroh, ia berkata,
ُت ال َّش ْمس ُّ ُصلِّى
َ الظ ْه َر ِإ َذا َد َح
ِ ض َ ي-صلى هللا عليه وسلم- َكانَ النَّبِ ُّى
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat Zhuhur ketika matahari telah
tergelincir ke barat (waktu zawal).” (HR. Muslim no. 618).
Disunnahkan mengakhirkan shalat Zhuhur ketika cuaca begitu panas. Hal ini
berdasarkan hadits Anas bin Malik,
َّ َوِإ َذا ا ْشتَ َّد ْال َحرُّ َأ ْب َر َد بِال، صالَ ِة
صالَ ِة َّ – ِإ َذا ا ْشتَ َّد ْالبَرْ ُد بَ َّك َر بِالBَكانَ النَّبِ ُّى – صلى هللا عليه وسلم
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya jika keadaan sangat dingin beliau
menyegerakan shalat dan jika keadaan sangat panas/terik beliau mengakhirkan shalat”
(HR. Bukhari no. 906).
Dalam hadits lainnya disebutkan,
Awal waktu shalat ‘Ashar adalah ketika panjang bayangan sama dengan panjang
bendanya. Dalam hadits ketika Jibril mengimami Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
shalat pada hari pertama pada saat panjang bayangan sama dengan panjang benda.
Sedangkan esoknya, pada saat panjang bayangan sama dengan dua kali panjang benda.
Lalu dikatakan di akhir hadits bahwa batasan waktu shalat adalah antara dua waktu
tersebut.
Sedangkan dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr disebutkan “Waktu Ashar masih terus ada
selama matahari belum menguning”,
Shalat yang dilakukan menjelang matahari tenggelam, itulah shalatnya orang
munafik. Dalam hadits Anas disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ًان قَا َم فَنَقَ َرهَا َأرْ بَعًا الَ يَ ْذ ُك ُر هَّللا َ فِيهَا ِإالَّ قَلِيال
ِ ََت بَ ْينَ قَرْ ن َِى ال َّش ْيط ِ ِصالَةُ ْال ُمنَاف
َ ق يَجْ لِسُ يَرْ قُبُ ال َّش ْم
ْ س َحتَّى ِإ َذا َكان َ تِ ْل
َ ك
“Itulah shalat orang munafik. Ia duduk menanti matahari di antara dua tanduk setan
lalu ia berdiri dan melaksanakan shalat empat raka’at dengan cepat. Tidaklah ia
mengingat Allah kecuali sedikit.”(HR. Muslim no. 622).
Disunnahkan shalat ‘Ashar dilakukan segera mungkin di awal waktu. Hal ini
berdasarkan hadits Anas,
ٌُصلِّى ْال َعصْ َر َوال َّش ْمسُ ُمرْ تَفِ َعةٌ َحيَّة
َ َكانَ َرسُو ُل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – ي
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melaksanakan sholat ‘ashar ketika
matahari masih tinggi, tidak berubah sinar dan panasnya.” (HR. Bukhari no. 550 dan
Muslim no. 621).
Hal di atas lebih ditekankan lagi ketika cuaca mendung agar tidak terjadi
kesamaran dalam pengerjaan shalat ‘Ashar tersebut. Jika tidak malah dikerjakan di luar
waktu atau dilakukan saat matahari telah menguning. Dari Abul Malih, ia mengatakan,
ْ الَ ِة ْال َعBص
َّ ِِإ َّن النَّبBَ ِر فBص
َ Bَلم – قBBه وسBلى هللا عليBBى – ص
ال « َم ْنB َ ُِكنَّا َم َع ب َُر ْي َدةَ فِى غ َْز َو ٍة فِى يَوْ ٍم ِذى َغي ٍْم فَقَا َل بَ ِّكرُوا ب
ُصالَةَ ْال َعصْ ِر فَقَ ْد َحبِطَ َع َملُه َ ك َ تَ َر
“Kami pernah bersama Buraidah pada saat perang di hari yang mendung. Kemudian
ia berkata, “Segerakanlah shalat ‘Ashar karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa yang meninggalkan shalat ‘Ashar maka terhapuslah
amalnya”. (HR. Bukhari no. 553).
Waktu shalat maghrib adalah dimulai saat matahari tenggelam. Lamanya sekadar
adzan, berwudhu, menutup aurat, iqomah dan mengerjakan shalat 5 raka’at.” Yang
dimaksud shalat 5 raka’at adalah shalat Maghrib 3 raka’at ditambah shalat sunnah ba’da
Maghrib 2 raka’at.
Yang pasti awal waktu shalat Maghrib adalah saat matahari tenggelam dengan
sempurna sebagaimana disebutkan dalam hadits Jibril ‘alaihis salam . Sedangkan
mengenai akhir waktu shalat Maghrib hingga cahaya merah saat matahari tenggelam
menghilang. Dalilnya adalah hadits ‘Abdullah bin ‘Amr,
ُ َب ال َّشف
ق ِ صالَ ِة ْال َم ْغ ِر
ِ ب َما لَ ْم يَ ِغ ُ َو َو ْق
َ ت
“Waktu shalat Maghrib adalah selama cahaya merah (saat matahari tenggelam) belum
hilang.” (HR. Muslim no. 612).
Disunnahkan untuk menyegerakan melakukan shalat Maghrib di awal waktu. Hal
ini berdasarkan hadits dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu,
َ ِب ِإلَى َأ ْن تَ ْشتَب
ك النُّجُو ُم َ ْال َم ْغ ِرBَُؤخرُوا ْ ِالَ تَ َزا ُل ُأ َّمتِى بِ َخي ٍْر – َأوْ قَا َل َعلَى ْالف
ِّ ط َر ِة – َما لَ ْم ي
“Umatku akan senantiasa dalam kebaikan (atau fithroh) selama mereka tidak
mengakhirkan waktu sholat maghrib hingga munculnya bintang (di langit)” (HR. Abu
Daud no. 418).
Juga diperbolehkan solat sunnah dua rakaat sebelum shalat Maghrib. Dari ‘Abdullah bin
Mughoffal Al Muzaniy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َةBَ َك َرا ِهي.» ا َءB ِة « لِ َم ْن َشBَ َد الثَّالِثBال ِع ْن ِ صلُّوا قَ ْب َل ْال َم ْغ ِر
َ َ ثُ َّم ق.» ب َر ْك َعتَ ْي ِن َ « ثُ َّم قَا َل.» ب َر ْك َعتَي ِْنِ صلُّوا قَب َْل ْال َم ْغ ِر
َ «
ًَأ ْن يَتَّ ِخ َذهَا النَّاسُ ُسنَّة
“Kerjakanlah shalat sebelum Maghrib 2 raka’at.” Kemudian beliau bersabda lagi,
“Kerjakanlah shalat sebelum Maghrib 2 raka’at.” Kemudian beliau bersabda sampai
yang ketiga dengan ucapan yang sama, lalu beliau ucapkan, “Bagi siapa yang mau”.
Hal ini beliau katakan karena tidak disukai jika hal tersebut dirutinkan. (HR. Abu Daud
no. 1281).
Awal waktu shalat Shubuh adalah saat terbit fajar kedua (fajar shodiq). Akhir
waktunya adalah sampai isfaar.
Awal waktu shalat Fajar (shubuh) adalah mulai dari terbit fajar shadiq. Sebagaimana
disebutkan dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr berikut,
وع ْالفَجْ ِر
ِ ُْح ِم ْن طُل
ِ صالَ ِة الصُّ ب ُ َو َو ْق
َ ت
“Waktu shalat Shubuh adalah mulai terbit fajar (shodiq).” (HR. Muslim no. 612).
Fajar sendiri ada dua macam yaitu fajar shodiq dan fajar kadzib. Pancaran cahaya
yang menjulang seperti ekor serigala dan setelah itu masih terlihat gelap, ini yang
disebut fajar kadzib (fajar pertama). Sedangkan cahaya yang mendatar horizontal di
ufuk, ini yang disebut fajar shodiq (fajar kedua).
Shalat Shubuh ini disunnahkan dilakukan di awal waktu. Di antara dalilnya
adalah perkataan ‘Aisyah,
ثُ َّم يَ ْنقَلِ ْبنَ ِإلَى، ُوط ِه َّن ٍ اB ِر ُمتَلَفِّ َعBْالَةَ ْالفَجBص
ِ رBت بِ ُم َ – ت يَ ْشهَ ْدنَ َم َع َرسُو ِل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم ِ ُك َّن نِ َسا ُء ْال ُمْؤ ِمنَا
ِ َْرفُه َُّن َأ َح ٌد ِمنَ ْال َغل
س ِ الَ يَع، َصالَة
َّ ضينَ الِ بُيُوتِ ِه َّن ِحينَ يَ ْق
“Para wanita mukminah dahulu pernah menghadiri shalat Shubuh berjama’ah di
belakang Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dengan mengerudungi kepala
dengan kain. Kemudian mereka kembali ke rumah masing-masing ketika shalat telah
selesai. Mereka tidak dikenali seorang pun karena keadaan masih gelap (pagi buta).”
(HR. Bukhari no. 578).
Dan dalil anas bin malik,
َّ ثُ َّم قُ ْمنَا ِإلَى-صلى هللا عليه وسلم- ِ َم َع َرسُو ِل هَّللاBال تَ َسحَّرْ نَا
.الَ ِةB الص َ َت – رضى هللا عنه – ق ٍ ِس ع َْن َز ْي ِد ْب ِن ثَاب ٍ َع َْن َأن
ُ قُ ْل
ًت َك ْم َكانَ قَ ْد ُر َما بَ ْينَهُ َما قَا َل َخ ْم ِسينَ آيَة
Dari Anas, dari Zaid bin Tsabit –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata, “Kami pernah bersahur
bersama Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- kemudian kami berdiri untuk
menegakkan shalat.” Aku (Anas) bertanya pada Zaid, “Berapa lama waktu antara
makan sahur dan waktu shalat akan ditegakkan?” Zaid menjawab, “Sekitar (membaca)
50 ayat.” (HR. Muslim no. 1097). Jarak waktu antara selesai makan sahur dan
masuknya waktu pelaksanaan shalat adalah sekitar membaca 50 ayat Qur’an, waktu
seperti ini seperti lama waktu berwudhu. Ini menunjukkan bahwa shalat tersebut
dilakukan di awal waktu Shubuh.