Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM 3

SHOCK DAN SYNCOPE

MATA KULIAH KEGAWATDARURATAN DALAM

PELAYANAN KESEHATAN GIGI

Dosen Pembimbing : Sariyem, S.Si. T, M.Kes

Disusun Oleh :

Awanda Ayu Suryani Yuniesya

P1337425220033

Kelompok 4 / Kelas A

JURUSAN KESEHATAN GIGI

PRODI SARJANA TERAPAN TERAPI GIGI

POLTEKES KEMENKES SEMARANG

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

Praktikum merupakan bagian dari proses pembelajaran dengan metode siswa


melakukan percobaan mengenai sesuatu yang dipelajari. Metode pembelajaran  dengan
praktikum memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan metode pembelajaran yang
lain. Dengan dilakukan kegiatan praktikum dapat meningkatkan partisispasi siswa baik
secara individu maupun kelompok, meningkatkan pengetahuan serta keterampilan siswa.
Dengan dilakukan metode pembeljaran dengan praktikum siswa belajar untuk berfikir
melalui prinsip-prinsip yang diterapkan dalam kegiatan praktikum. (Djamarah,2009)

Praktikum Shock dan syncope pada mata kuliah Kegawatdaruratan dalam Pelayanan
Kesehatan Gigi oleh mahasiswa tingkat 2 semester 4 jurusan Terapi Gigi. Pada praktikum
ini mempelajari tentang pengertian shock dan syncope, perbedaan , proses terjadinya
shock dan syncope.

Rangkaian kegiatan praktikum diawali dengan mencari bahan materi dan video di
internet terkait topik materi praktek. Kemudian mahasiswa membuat power point dan
mempersentasikan hasil kerja dari kelompok serta melakukan diskusi dan tanya jawab
dengan dosen pembimbing. Rangkaian kegiatan terakhir yaitu mahasiswa diberikan tugas
untuk menyusun laporan dari power point yang dibuat dan diskusi yang telah dilkaukan
dengan dosen pembimbing.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Shock dan Syncope


o Shock adalah suatu keadaan gawat darurat dimana terjadi penurunan perfusi ke
seluruh organ tubuh. Penurunan perfusi ke seluruh organ tubuh ini dapat
menyebabkan jaringan dan sel-sel tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen hingga
organ tersebut tidak dapat berfungsi dengan semestinya.
o Syncope adalah Suatu keadaan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba dan sementara,
dengan atau tanpa disertai gejala-gejala prodromal, dan selanjutnya dalam beberapa
detik sampai beberapa menit kembali sadar ke tingkat mental sebelum kejadian.
Keadaan bingung dapat timbul untuk suatu periode yang singkat, terutama bila faktor
penyebab masih ada.
B. Perbedaan Shock dan Syncope

SHOK SINKOP

PENGERTIAN suatu keadaan gawat darurat dimana Suatu keadaan kehilangan


terjadi penurunan perfusi ke seluruh kesadaran dan kekuatan
organ tubuh. Penurunan perfusi ke postural tubuh yang tiba-tiba
seluruh organ tubuh ini dapat dan bersifat sementara
menyebabkan jaringan dan sel-sel karena otak kekurangan
tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen serta terjadi
oksigen hingga organ tersebut tidak pemulihan spontan biasanya
dapat berfungsi dengan semestinya. hanya beberapa detik atau
menit saja.

JENIS - Shock Hipovolemik 1. Sinkop neurokardiogenik


- Shock Kardiogenik (vasovagal)

- Shock Distributif (shock 2. Sinkop situasional

sepsis, shock anafilaktik, 3. Sinkop ortostatik

shock neuorogenik) 4. Sinkop kardiak

TANDA/GEJALA - Wajah, bibir dan kuku jari - Lemah


tangan dan kaki tampak - Pusing
pucat kebiruan. - Wajah pucat
- Kulit pucat, lembab dan
dingin. - Kulit dingin
- Oligouria atau anuria - Denyut nadi cepat
(produksi urine menurun). - Lemah
- Pusing dan mual. - Respirasi cepat
- Tekanan darah rendah. - Kesadaran hilang
- Status mental berubah - Penglihatan kabur
(gelisah) - Hilang kesadaran
- Diaforesis (keringat dingin). - Diaforesis (keringat
- Denyut nadi cepat. dingin)
- Pernafasan cepat, dangkal,
dan tidak teratur.
- Lemah.
- Nadi cepat dan lemah.
- Pupil mata melebar.
PATOFISIOLOGI 1. fase kompensasi : Patofisiologi dari sinkop
tubuh masih mampu menjaga terdiri dari tiga tipe:
fungsi normalnya. Tanda dan
1. Penurunan output jantung
gejalanya (kulit pucat, nadi
sekunder pada penyakit
meningkat ringan, TD
jantung intrinsic atau
normal, gelisah, CRT>2
terjadi penurunan klinis
detik.
volume darah yang
2. Fase dekompensasi :
signifikan.
Tubuh tidak mampu lagi
2. Penurunan resistensi
menjaga fungsi normalnya.
pembuluh darah perifer
Tubuh mengutamakan aliran
dan atau venous return.
darah ke OJP (otak, jantung,
3. Penyakit serebrovaskular
paru) dengan mengurangi
klinis signifikan yang
aliran darah ekstremitas.
mengarahkan pada
Tanda dan gejalanya (rasa
penurunan perfusi
haus hebat, nadi meningkat ,
serebral.
hipotensi, kulit dingin dan
pucat, CRT>2 detik,
kesadaran mulai menurun.
3. Fase irreversible : kerusakan
organ yang terjadi telah
menetap dan tidak dapat
diperbaiki
PENATALAKSANAAN 1. Baringkan penderita secara 1. Posisikan pasien dengan
perlahan. posisi trendelenberg atau
2. Jangan menggerakkan atau baringkan pasien di
memindahkan penderita jika lantai.
tidak diperlukan. 2. Tinggikan kaki melebihi
3. Kendurkan atau buka tinggi jantung
pakaian yang ketat. 3. Jangan mendorong
4. Periksa denyut nadi dan pasien ke arah depan
jantung, jika penderita tidak karenaakan menutup
bernafas atau tidak ada jalan nafas.
denyut nadi, lakukan 4. Longgarkan pakaian
resusitasi jantung-paru yang mengikat dan
(CPR). hilangkan barang yang
5. Berikan penderita selimut dapat mengganggu
untuk menghangatkan dan pernapasan.
menenangkannya. 5. Semprotkan air dingin ke
6. Jangan beri penderita wajah pasien.
minum/makan. 6. Memberikan aroma
7. Segera berikan epinephrine menyengat kepada
dalam bentuk autoinjector Pasien misalnya minyak
jika shock disebabkan oleh kayu putih.
alergi dan jika penderita 7. Jangan tinggalkan pasien
ditemukan membawa yang pingsan sendirian.
suntikan ini. 8. Jika pasien tidak pulih
8. Tutupi dan sumbat area yang secara cepat sesudah
berdarah dengan handuk atau menghirup bau, kita
kain jika penderita tidak boleh menganggap
mengalami perdarahan. sebagai suatu sinkop
9. Jika penderita mengalami sederhana tetapi dengan
muntah atau mengeluarkan komplikasi di dalam
darah dari mulut, ubah sistem sirkulasi dan
posisinya menjadi pernafasan. Pada kasus
menyamping untuk ini harus segera mulai
menghindari tersedak. melakukan prosedur
10. Jika sudah ditangani petugas resusitasi.
medis penderita akan 9. Jika pasien segera sadar
dilakukan tindakan maka diistirahatkan
penanganan gawatdarurat : beberapa saat dan
pemberan cairan infus berikan minuman hangat
(resusutasi cairan), dan manis saat sudah
pemberian oksigen, sadar.
pembukaan jalan nafas,
pemberian obat-obatan untuk
mengembalikan tekanan
darah dan mengatur detak
jantung seperti
norepinephrine.)

C. Proses Terjadinya Shock dan Syncope


o Proses terjadinya shock yaitu saat pasien dalam keadaan perfusi oksigen ke jaringan
menjadi tidak adekuat, kemudian kehilangan sel darah pada pasien dengan
perdarahan mengakibatkan berkurangnya transport oksigen ke jaringan tubuh.
Hasilnya sel tubuh menjadi terganggu dan mulailah terjadi perubahan besar dalam
jaringan tubuh.
Syok dibagi dalam tiga tahap, yaitu kompensatori, progresif dan irreversible.
a) Fase kompensatori.
Pada fase kompensatori, tekanan darah pasien masih dalam batas
normal. Vasokonstriksi, peningkatan frekuensi jantung, peningkatan
kontraktilitas jantung, semua berpengaruh dalam mempertahankan curah
jantung yang adekuat. Hal ini diakibatkan oleh stimulasi sistem saraf
simpatik dan pelepasan katekolamin (epinefrin dan nonepinefrin). Pasien
dalam tahap syok ini sering disebut dalam respon “flight or flight dan
memulihkan serta mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
b) Fase progresif.
Pada fase progresif, mekanisme yang mengatur tekanan darah tidak
mampu untuk terus mengkompensasi dan tekanan arteri rerata (MAP) turun
di bawah batas normal dengan tekanan darah sistolik rata-rata kuran dari 80
mmHg sampai 90 mmHg.
c) Fase irreversible.
Tahap syok ireversible (refraktori) menunjukkan titik sepanjang
kontinum syok dimana kerusakan organ sudah cukup parah sehingga pasien
tidak berespon terhadap pengobatan dan tidak mampu bertahan meski
mendapatkan pengobatan, tekanan darah tetap rendah. Dapat mengakibatkan
gagal ginjal dan hepar komplit serta diiringi dengan pelepasan toksik jaringan
nekrotik sehingga menciptakan jaringan asidosis metabolik hebat. Simpanan
ATP hampir semua menipis dan mekanisme untuk pentimpanan pasokan
energi baru telah mengalami kerusakan. Kegagalan organ multipel dapat
terjadi sebagai progresi sepanjang kontinum syok adan kematian mengancam.

o Proses terjadinya syncope yaitu saat pasien mengalami penurunan oksigen pada
bagian-bagian otak yang merupakan bagian kesadaran. Terdapat penurunan aliran
darah, penggunaan oksigen dan serebral. Adrenaline menstimulasi tubuh, termasuk
membuat jantung berdenyut lebih cepat dan pembuluh-pembuluh darah menyempit.
Setelah itu, tubuh akan terasa kehilangan tenaga lalu tak sadarkan diri.

D. Macam Shock (Tanda dan Gejala)


a. Shock Hipovolemik
Shock ini disebabkan oleh hilangnya cairan darah dalam jumlah banyak,
misalnya akibat diare, perdarahan pada kecelakaan, atau muntah darah.
Gejalanya : diare, muntah, perdarahan, rasa cemas, dan kebingungan.
b. Shock Kardiogenik
Shock yang disebabkan oleh gangguan pada jantung, seperti serangan jantung
atau gagal jantung.
Gejala : nyeri atau rasa berat pada dada, nyeri menjalar pada bahu dan tangan, mual,
dan muntah.
c. Shock Sepsis
Shock ini disebabkan oleh infeksi yang masuk ke aliran darah (sepsis) dan
memicu peradangan atau inflamasi.
Gejala : demam, menggigil, kebingungan, dan rasa cemas.
d. Shock Anafilaktik
Shock yang disebabkan oleh alergi akibat gigitan serangga, obat-obatan, atau
makanan dan minuman.
Gejala : bengkak pada lidah/bibir, sulit menelan, hidung berair dan bersin-bersin, dan
kesemutan.
e. Shock Neurogenik
Shock yang disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf. Kondisi ini biasanya
terjadi karena cedera saraf tulang belakang akibat kecelakaan saat berkendara atau
beraktivitas.
Gejala : kelemahan tubuh, tatapan kosong, dan suhu tubuh menurun (hipotermia).
E. Shock Anafilaktik
Shock yang terjadi karena adanya reaksi anafilaktik, yaitu reaksi antigen-antibody
yang antigennya dapat berasal dari obat, makanan atau bisa binatang. Anafilaksis adalah
reaksi sistemis yang sangat cepat terhadap seluruh organ tubuh, yang berlangsung bersama-
sama. Reaksi ini berlangsung cepat sekali yang merupakan keadaan gawat darurat yang
timbul beberapa menit setelah kontak dengan antigen, dan kematian dapat terjadi karena
sumbatan jalan nafas serta kolaps kardiovaskuler.
F. Gejala dan Tanda Klinis Shock Anafilatik (gambar/skema)
a) Muncul ruam seperti biduran, yang terasa gatal
b) Kesulitan bernapas, sesak napas, atau napas berbungi “ngik” (mengi)
c) Denyut nadi lebih cepat namun terasa lemah
d) Tekanan darah yang turun drastis, bisa menyebabkan lemas, pusing, dan terasa ingin
pingsan
e) Kram atau nyeri perut
f) Mual, muntah, atau diare
g) Sensasi kesemutan di kulit kepala, mulut, tangan, dan kaki
h) Tampak bingung, gelisah, atau sampai kesadaran menurun
i) Jantung berdebar-debar
j) Kesulitan menelan
k) Pembengkakan di kelopak mata, bibir, lidah, dan tenggorokan

Type shock Anafilatik Type Shock Anafilatik


Tes darah -/--- Suhu kulit Dingin
Tes nadi -/--- Warna kulit N/pucat
Denyut nadi +/++ Diuresis -
Isi nadi N/kecil EKG Normal
Vasokontriksi + Tes vena sentral N/rendah
perifer
Foto paru Normal
Keterangan:

N : normal - : turun

+ : meningkat --- : sangat turun

++ : sangat meningkat

G. Penanganan Shock Anafilatik


1) Posisikan pasien dengan posisi trendelenberg atau baringkan pasien di lantai.
2) Posisi kaki pasien lebih tinggi dari kepala agar aliran darah ballik ke vena dan
menaikkan tekanan darah
3) Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:
a) Airway (membuka jalan napas). Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak ada
sumbatan sama sekali.
b) Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak ada
tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Pada
syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat mengakibatkan terjadinya
obstruksi jalan napas total atau parsial. Penderita yang mengalami sumbatan
jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan
bantuan napas dan oksigen. Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus
segera ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi,
atau trakeotomi.
c) Circulation support, bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a. karotis, atau a.
femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.
4) Beri epinephrine suntik dan antihistamin, yang berfungsi untuk meredakan alergi
H. Penanganan Paisen Syncope
1) Posisikan pasien dengan posisi trendelenberg atau baringkan pasien di lantai.
2) Tinggikan kaki melebihi tinggi jantung
3) Jangan mendorong pasien ke arah depan karenaakan menutup jalan nafas.
4) Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang dapat mengganggu
pemafasan.
5) Semprotkan air dingin ke wajah pasien.
6) Memberikan aroma menyengat kepada Pasien misalnya minyak kayu putih.
7) Jangan tinggalkan pasien yang pingsan sendirian.
8) Jika pasien tidak pulih secara cepat sesudah menghirup bau, kita tidak boleh
menganggap sebagai suatu sinkop sederhana tetapi dengan komplikasi di dalam
sistem sirkulasi dan pernafasan. Pada kasus ini harus segera nulai melakukan
prosedur resusitasi.
9) Jika pasien segera sadar maka diistirahatkan beberapa saat dan berikan minuman
hangat dan manis saat sudah sadar.
BAB III
PENUTUP

Dalam sebuah praktikum jika direncanakan terlebih dahulu, maka tujuan dari
praktikum tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Jadi melalui zoom praktikum
bisa berjalan dengan baik selama pandemi ini. Materi yang dijelaskan oleh penyaji
tentang dalam shock dan syncope dan emergency. Dijelaskan mengenai pengertian,
perbedaan keduanya, proses terjadinya kemudian cara penangani shock dan syncope.

Anda mungkin juga menyukai