Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 20140420271
Kelas :F
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Akuntansi
HAKIKAT FILSAFAT
Bila dilihat dari arti katanya, filsafat berasal dari dua kata Yunani: philo dan shopia.
Philo berarti cinta, sedangkan shopia berarti bijaksana. Dengan demikian, philoshopia berarti
cinta terhadap kebijaksanaan (Fuad Faril Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli, 2003).
Karakteristik utama berpikir filsafat adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat mendasar, dan
spekulatif. Sifatnya yang menyeluruh, artinya mempertanyakan hakikat keberadaan dan
kebenaran tentang keberadaan itu sendiri sebagai satu kesatuan secara keseluruhan, bukan
dari perspektif bidang per bidang, atau sepotong-sepotong. Menurut Suriasumantri (2000),
pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi, yaitu: apa yang disebut benar
dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk
(etika), serta apa yang dianggap indah dan apa yang dianggap jelek (estetika). Sifatnya yang
mendasar berarti bahwa filsafat tidak begitu saja percaya bahwa ilmu itu adalah benar.
Sifatnya yang spekulatif karena filsafat selalu ingin mencari jawab bukan saja pada suatu
hal yang sudah diketahui, tetapi juga segala sesuatu yang belum diketahui.
Theo Huijbers (dalam Abdulkadir Muhammad, 2006) menjelaskan filsafat sebagai
kegiatan intelektual yang metodis, sistematis, dan secara reflektif menangkap makna hakiki
keseluruhan yang ada. Selanjutnya Abdulkadir Muhammad menjelaskan filsafat dengan
melihat unsur-unsurnya sebagai berikut:
a. Kegiatan intelektual (pemikiran).
b. Mencari makna yang hakiki (interprestasi).
c. Segala fakta dan gejala (objek).
d. Dengan cara refleksi, metodis, dan sistematis (metode).
e. Untuk kebahagiaan manusia (tujuan).
Berikut ini adalah perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan dilihat dari ketiga aspek:
No. Aspek Filsafat Ilmu
1. Ontologis Segala sesuatu yang bersifat fisik dan Segala sesuatu yang bersifat fisik dan
nonfisik, baik yang dapat direkam yang dapat direkam melalui indra
melalui indra maupun yang tidak
2. Epistemologis Pendekatan yang bersifat reflektif Pendekatan ilmiah, menggunakan dua
atau rasional-deduktif pendekatan; deduktif dan induktif
secara saling melengkapi
3. Aksiologis Sangat abstrak, bermanfaat tetapi Sangat konkret, langsung dapat
tidak langsung bagi umat manusia dimanfaatkan bagi kepentingan umat
manusia
HAKIKAT AGAMA
Berikut ini adalah beberapa pengertian dan definisi tentang agama untuk memperoleh
pemahaman tentang agama:
1. Agus M. Harjana (2005) mengutip pengertian agama dari Ensiklopedia Indonesia
karangan Hassan Shadily. Agama adalah pegangan atau pedoman bagi manusia untuk
mencapai hidup kekal.
2. Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) menjelaskan bahwa agama
adalah satu bentuk ketetapan Ilahi yang mengarahkan mereka yang berakal dengan
pilihan mereka sendiri terhadap ketetapan nilai tersebut kepada kebaikan hidup di
dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.
3. Abdulkadir Muhammad (2006) memberi dua rumusan agama, yaitu: (a) menyangkut
hubungan antara manusia dengan suatu kekuasaan luar yang lain dan lebih dari pada
apa yang dialami manusia, dan (b) apa yang disyariatkan Allah dengan perantara para
nabi-Nya, berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di
dunia dan akhirat.
Dari beberapa definisi di atas, dapat dirinci rumusan agama berdasarkan unsur-unsur
penting sebagai berikut:
1. Hubungan manusia dengan sesuatu yang tak terbatas, yang transendental, yang Ilahi-
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Berisi pedoman tingkah laku (dalam bentuk larangan dan perintah), nilai-nilai, dan
norma-norma yang diwahyukan langsung oleh Ilahi melalui nabi-nabi.
3. Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan hidup kekal di akhirat.
Tatwa, dogma, atau filsafat ketuhanan merumuskan tentang hakikat Allah (Tuhan) yang
dikenal, dialami, diyakini, dan dipercaya serta kehendak-Nya bagi umat manusia dan dunia.
Tujuan tatwa ini adalah untuk meyakinkan umat manusia bahwa ada kekuatan tak terbatas
(Tuhan YME) yang merupakan sumber segala keberadaan (eksistensi), sekaligus yang
mengatur seluruh keberadaan ini. Tujuan semua agama adalah menuntun umat manusia agar
memperoleh kebahagiaan (di dunia) dan kehidupan kekal di akhirat.
HAKIKAT ETIKA
Etika berasal dari kata Yunani ethos (bentuk tunggal) yang berarti: tempat tinggal,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk
jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama
pengertiannya dengan moral. Moral berasal dari kata Latin: mos (bentuk tunggal), atau mores
(bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara
hidup (Kanter, 2001). Berikut ini adalah kutipan beberapa pengertian etika:
1. Ada dua pengertian etika; sebagai praksis dan sebagai refleksi.
2. Etika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan,
atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan hidup yang baik dan yang
buruk.
3. Istilah lain dari etika adalah susila. Susila berarti kebiasaan atau tingkah laku
perbuatan manusia yang baik.
4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1998), etika dirumuskan dalam pengertian sebagai berikut:
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak);
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
5. Menurut Webster’s Collegiate Dictionary yang mengutip empat arti ethic salah
satunya adalah The discipline dealing with what is good and bad and with moral duty
and obligation, etc.
6. Menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005), etika adalah suatu konsepsi tentang
perilaku benar dan salah.
7. Menurut David P. Baron (2005), etika adalah suatu pendekatan sistematis atas
penilaian moral didasarkan atas penalaran, analisis, sintesis, dan reflektif.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa ternyata etika mempunyai banyak arti. Namun
demikian, setidaknya arti etika dapat dilihat dari dua hal berikut:
a. Etika sebagai praktis
b. Etika sebagai ilmu atau tata susila
HAKIKAT NILAI
Nilai barang sama pengertiannya dengan harga barang yang dibayar. Nilai uang (harga)
yang dibayar untuk memperoleh barang tersebut sering disebut sebagai nilai ekonomis.
Sesuatu mempunyai nilai ekonomis karena sesuatu tersebut dapat bermanfaat untuk
memenuhi kebutuhan hidup secara fisik, atau memberi kenikmatan rasa dan fisik, atau untuk
meningkatkan citra/gengsi.
Untuk memahami pengertian nilai secara lebih mendalam, di bawah ini dikutip beberapa
definisi tentang nilai.
1. Doni Koesoema A. (2007) mendefinisikan nilai sebagai kualitas suatu hal yang
menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat
menjadi semacam objek bagi kepentingan tertentu.
2. Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) merumuskan nilai sebagai
standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk mengukur segala sesuatu.
3. Sorokin dalam Capra (2002) mengungkapkan tiga sistem nilai dasar yang melandasi
semua manifestasi suatu kebudayaan, yaitu: nilai indrawi, ideasional, idealistis.
4. Pembahasan sekitar persoalan tatanan nilai secara lebih konseptual diungkapkan oleh
filsuf cemerlang asal Jerman, Max Scheller dalam bukunya yang berjudul Der
Formalisme in der Ethik und die Materiale Wertethik.
a. Ia membantah anggapan Immanuel Kant bahwa hakikat moralitas terdiri atas
kehendak untuk memenuhi kewajiban.
b. Nilai-nilai itu bersifat material (berisi, lawan dari formal) dan apriori.
c. Harus dibedakan dengan tajam antara nilai-nilai itu sendiri (werte, values) dan apa
yang bernilai/realitas bernilai (guter, goods).
d. Cara menangkap nilai bukan dengan pikiran, melainkan dengan suatu perasaan
intensional (tidak dibatasi dengan perasaan fisik atau emosional, melainkan
dengan keterbukaan hati atau budi).
e. Ada empat gugus nilai yang mandiri dan jelas berbeda antara satu dengan lainnya,
yaitu: (1) gugus nilai-nilai sekitar yang enak dan yang tidak enak, (2) gugus nilai-
nilai vital sekitar yang luhur dan yang hina, (3) gugus nilai-nilai rohani, dan (4)
gugus nilai-nilai tertinggi sekitar yang kudus dan yang profane yang dihayati
manusia dalam pengalaman religius.
f. Ada tiga macam nilai rohani, yaitu: (1) nilai estetik, (2) nilai-nilai yang benar dan
yang tidak benar, dan (3) nilai-nilai pengertian kebenaran murni, yaitu bernilainya
pengetahuan karena pengetahuan itu sendiri dan bukan karena ada manfaatnya.
g. Corak kepribadian, baik orang per orang maupun sebuah komunitas, akan
ditentukan oleh nilai-nilai mana yang dominan.
Dari penjelasan tentang nilai tersebut, sebenarnya dapat disimpulkan tiga hal, yaitu:
a. Nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu (benda, orang, hal).
b. Ada bermacam-macam (gugus) nilai selain nilai uang (ekonomis) yang sudah cukup
dikenal.
c. Gugus-gugus nilai itu membentuk semacam hierarki dari yang terendah sampai
dengan yang tertinggi.
Chopra menyebutkan ada 10 karakter sel (10C) yang seharusnya dapat dijadikan sebagai
karakter umat manusia.
1. Ada maksud yang lebih tinggi. Sikap mementingkan diri sendiri (untuk
kehidupan/kesejahteraan sel itu sendiri) bukanlah pilihan.
2. Kesatuan (keutuhan). Menarik diri atau tidak mau berkomunikasi bukanlah pilihan.
3. Kesadaran. Terperangkap dalam kebiasaan kaku bukanlah pilihan.
4. Penerimaan. Berfungsi sendirian bukanlah pilihan.
5. Kreatifitas. Berpegang kepada perilaku lama bukanlah pilihan.
6. Keberadaan. Terlalu aktif atau agresif bukanlah pilihan.
7. Efisiensi. Menumpuk/menimbun makanan, udara, atau air berlebihan bukanlah
pilihan.
8. Pembentukan ikatan. Menjadi sel buangan bukanlah pilihan.
9. Memberi. Hanya menerima bukanlah pilihan.
10. Keabadian. Jurang antar generasi bukanlah pilihan.
Ketika pikiran berada dalam keadaan sadar (aktif), berarti pikiran sedang berada dalam
gelombang beta. Kunci untuk membangun karakter adalah melatih pikiran untuk memasuki
gelombang alpha. Latihan meditasi, yoga, zikir, retret, dan sejenisnya sangat efektif untuk
memasuki gelombang alpha ini. Meditasi (termasuk zikir dan sejenisnya) sebenarnya adalah
upaya untuk mendiamkan suara percakapan dalam pikiran dan menemukan ruang yang
tenang. Dengan ketenangan, pikiran akan memasuki gelombang alpha.
KAYA/TIDAK KARAKTER
BAHAGIA NEGATIF
MAKANAN PQ SEHAT
ENAK OLAHRAGA (FISIK)
SOMBONG,
EQ RENDAH GELISAH, BENCI
EQ DAN SQ TIDAK
DIKEMBANGKAN
TIDAK PERCAYA
SQ RENDAH TUHAN
Gambar 2.2
Model Hakikat Manusia Utuh
(Paradigma Manusia Utuh)
KARAKTER POSITIF
KEBAHAGIAAN (SIFAT SEL)
PSIKO ETIKA
IPTEK IQ TINGGI Berilmu, Sabar,
Syukur
SOSIO ETIKA
MEDITASI, ZIKIR, EQ TINGGI Silaturahmi, Baik
RETRET Sangka, Amanah
TEO ETIKA
SQ TINGGI Takwa, Ikhlas,
Tawakal
AGAMA
Untuk mengatasi hal ini, perlu dikembangkan paradigma hakikat manusia seutuhnya
dengan mengembangkan sikap dan perilaku hidup etis dalam arti luas, yaitu dengan
mengadakan dan menyeimbangkan kualitas kesehatan fisik, pengetahuan (psiko etika),
kematangan emosional dan kerukunan sosial (sosio etika), dan kesadaran spiritual (teo etika).
Nama : Idka Setia Ningrum
NIM : 20140420271
Kelas :F
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Akuntansi
Bab
3 Teori-teori Etika
Egoisme
Rachel (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme yaitu:
egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan
bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (selfish). Altruisme
adalah suatu tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang lain
dengan mengorbankan kepentingan dirinya. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh
kepentingan diri sendiri (self-interst). Jadi yang membedakan tindakan berkutat diri (egoisme
psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya
terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau
merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu
merugikan kepentingan orang lain.
Banyak sekali pandangan mengenai paham atau teori egoisme etis . Paham/teori egoisme
etis ini menimbulkan banyak dukungan sekaligus kritikan. Alasan yang mendukung teori
egoisme etis, antara lain:
a. Argumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri sendiri.
b. Pandangan tentang kepentingan diri adalah pandangan yang paling sesuai dengan
moralitas sehat.
Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang
berarti bermanfaat. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada
siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan
individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak
(kepentingan bersama, kepentingan masyarakat). Dari uraian sebelumnya, paham
utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut:
(1) Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan,
atau hasilnya).
(2) Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting
adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
(3) Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
Teori Hak
Menurut teori hak, suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau
tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM). Namun sebagaimana dikatakan
oleh Bertens (2000), teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi (teori kewajiban)
karena hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Hak asasi manusia didasarkan atas
beberapa sumber otoritas, yaitu: hak hukum (legal right), hak moral atau kemanusiaan (moral,
human right), dan hak kontraktual (contractual right). Hak legal adalah hak yang didasarkan
atas sistem atau yuridiksi hukum suatu negara, di mana sumber hukum tertinggi suatu negara
adalah Undang-Undang Dasar negara yang bersangkutan. Hak moral dihubungkan dengan
pribadi manusia secara individu, atau dalam beberapa kasus dihubungkan dengan kelompok—
bukan dengan masyarakat dalam arti luas. Hak kontraktual mengikat individu-individu yang
membuat kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing
pihak.
Indonesia juga telah mempunyai Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia yang diatur
dalam UU Nomor 39 Tahun 1999. Hak-hak warga negara yang diatur dalam UU ini, antara
lain:
a. Hak untuk hidup
b. Hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan
c. Hak untuk memperoleh keadilan
d. Hak untuk kebebasan pribadi
e. Hak atas rasa aman
f. Hak atas kesejahteraan
g. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan
h. Hak wanita
i. Hak anak
Terlepas dari apakah manusia mengakui atau tidak mengakui adanya Tuhan, setiap
manusia telah diberikan Tuhan potensi kecerdasan tak terbatas (kecerdasan hati nurani,
intuisi, kecerdasan spiritual, atau apa pun sebutan lainnya) yang melampaui kecerdasan
rasional. Tujuan tertinggi umat manusia hanya dapat dicapai bila potensi kecerdasan tak
terbatas ini dimanfaatkan.
Paradigma
Hakikat
No. Teori Penalaran
Kriteria Etis Tujuan Hidup Manusia dan
Teori
Kecerdasan
1 Egoisme Tujuan dari Memenuhi kepentingan Kenikmatan duniawi Hakikat tidak
tindakan pribadi secara individu utuh
(PQ, IQ)
2 Utilitarianisme Tujuan dari Memberi manfaat/ Kesejahteraan duniawi Hakikat tidak
tindakan kegunaan bagi banyak masyarakat utuh
orang (PQ, IQ, EQ)
3 Deontologi-Kant Tindakan itu Kewajiban mutlak Demi kewajiban itu Hakikat tidak
sendiri setiap orang sendiri utuh
(IQ, EQ)
4 Teori Hak Tingkat Aturan tentang hak Demi martabat Hakikat tidak
kepatuhan asasi manusia (HAM) kemanusiaan utuh
terhadap HAM (IQ)
5 Teori Keutamaan Disposisi karakter Karakter positif-negatif Kebahagiaan duniawi Hakikat tidak
individu dan mental (psikologis) utuh
(IQ, EQ)
6 Teori Teonom Disposisi karakter Karakter mulia dan Kebahagiaan rohani Hakikat utuh
dan tingkat mematuhi kitab suci (surgawi, akhirat, (PQ, IQ, EQ,
keimanan agama masing-masing moksa, nirmala), SQ)
individu dan mental, dan duniawi
masyarakat
Bab
4 Hakikat Ekonomi
dan Bisnis
HAKIKAT EKONOMI
Ekonomi berasal dari kata Yunani oikonomia yang berarti pengelolaan rumah (Capra,
2002). Yang dimaksud dengan pengelolaan rumah adalah cara rumah tangga memperoleh dan
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup (fisik) anggota rumah
tangganya. Dari sini berkembang disiplin ilmu ekonomi yang dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi.
Ilmu ekonomi berkembang berdasarkan asumsi dasar yang masih dipegang hingga saat
ini, yaitu adanya kebutuhan (needs) manusia yang tidak terbatas dihadapkan pada sumber
daya yang terbatas (scarce resources) sehingga menimbulkan persoalan bagaimana
mengekploitasi sumber daya yang terbatas tersebut secara efektif dan efisien guna memenuhi
kebutuhan manusia yang tak terbatas.
Fokus
Kriteria Etis
Individu Perusahaan Masyarakat
Egoisme (pendekatan Kepentingan diri (self- Kepentingan perusahaan Efisiensi ekonomi
berpusat pada kepentingan interest) (company interest)
diri)
Benevolence (pendekatan Kepentingan Bersama Kepentingan tim (team Tanggung jawab sosial
berpusat pada kepentingan (friendship) interest) (social responsibility)
orang lain)
Principles (pendekatan Moralitas pribadi (personal Prosedur dan peraturan Kode etik dan hukum
berpusat pada prinsip morality) perusahaan
integritas)
Dimensi Etis
Konsep bisnis bila dilihat dari dimensi ekonomi yaitu aktivitas produktif dengan tujuan
mencari keuntungan—sudah sangat jelas dan dipahami oleh hampir semua pihak. Namun bila
dilihat dari dimensi etis, bisnis masih menimbulkan diskusi yang diwarnai oleh pro dan
kontra. Persoalan pro dan kontra dari dimensi etika ini dapat dimaklumi karena belum semua
pihak mempunyai pemahaman yang sama tentang pengertian etika dan ukuran yang tepat
untuk menilai etis tidaknya suatu tindakan bisnis.
Berikut ini adalah pembahasan bisnis dari dimensi etis. Pertama, kegiatan bisnis adalah
kegiatan produktif, artinya kegiatan menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa
untuk kebutuhan seluruh umat manusia. Kedua, bila dilihat dari pihak yang memperoleh
manfaat dari keuntungan suatu kegiatan bisnis (masalah keadilan dalam distribusi
keuntungan) dan tindakan bisnis dalam merealisasikan keuntungan itu, isu etika muncul untuk
memberikan penilaian atau dampak negatif yang ditimbulkan bagi masyarakat dan lingkungan
alam (merugikan orang lain atau menimbulkan kerusakan lingkungan).
Dimensi Hukum
Hukum dan etika sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat erat karena keduanya
mengatur perilaku manusia. Hukum dibuat oleh negara atau beberapa negara melalui suatu
mekanisme formal yang sesuai dengan konstitusi/aturan internasional dan mengikat seluruh
warga suatu negara atau lebih dari satu negara bila hukum/peraturan itu diratifikasi oleh lebih
dari satu negara. Pelanggaran terhadap hukum akan dikenai sanksi hukum.
Dimensi Sosial
Sebagai suatu sistem, artinya di dalam organisasi perusahaan terdapat berbagai elemen,
unsur, orang, dan jaringan yang saling terhubung (interconnected), saling berinteraksi
(interacted), saling bergantung (interdepended), dan saling berkepentingan. Sebagai sistem
terbuka, artinya keberadaan perusahaan ditentukan bukan saja oleh elemen-elemen yang ada
di dalam perusahaan atau yang sering disebut faktor internal, seperti: sumber daya manusia
(tenaga kerja, manajer, eksekutif) dan sumber daya non-manusia (uang, peralatan,
bangunan, dan sebagainya), tetapi juga oleh faktor-faktor di luar perusahaan atau yang sering
disebut faktor eksternal, yang juga terdiri atas dua elemen, yaitu: faktor manusia dan non-
manusia.
Dimensi Spiritual
Kegiatan bisnis dalam pandangan Barat tidak pernah dikaitkan dengan agama. Padahal
kalau ditelusuri dalam ajaran agama-agama besar, ada ketentuan yang sangat jelas tentang
kegiatan bisnis ini. Dalam agama Islam dijumpai suatu ajaran bahwa menjalankan kegiatan
bisnis ini merupakan bagian dari ibadah, asalkan kegiatan bisnis (ekonomi) diatur berdasarkan
wahyu yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul (Dawan Rahardjo, 1990).
Selanjutnya Dawan Rahardjo mengatakan bahwa ada tiga doktrin dalam Islam, yaitu: ibadah,
akhirat, dan amal saleh.
Kegiatan bisnis yang spiritual tumbuh berdasarkan paradigma sebagai berikut:
• Pengelola dan pemangku kepentingan (stakeholders) menyadari bahwa kegiatan bisnis
adalah bagian dari ibadah (God devotion).
• Tujuan bisnis adalah untuk memajukan kesejahteraan semua pemangku kepentingan
atau masyarakat (prosperous society).
• Dalam menjalankan aktivitas bisnis, pengelola mampu menjamin kelestarian alam
(planet conservation).
Gambar 4.1
Kegiatan Bisnis Spiritual
Bisnis
(Profit)
Tingkat
Teori Etika Paradigma Pengelolaan Sasaran Perusahaan
Kesadaran
Kesadaran • Teori Egoisme • Paradigma Kepemilikan Memperoleh kekayaan dan
Hewani • Teori Hak (Proprietorship Paradigm) keuntungan optimal bagi pengelola
yang sekaligus merangkap sebagai
pemilik perusahaan
Berangkat dari konsep 3P yang dikemukakan oleh Elkington, konsep CSR sebenarnya
ingin memadukan tiga fungsi perusahaan secara seimbang, yaitu:
a. Fungsi ekonomis
b. Fungsi sosial
c. Fungsi alamiah
Tingkat/Lingkup Keterlibatan dalam CSR
Gambar 4.3
Hubungan Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Tingkat Keterlibatan CSR
Manusiawi Utilitarianisme
Bab
6 Prinsip dan Kode Etik
Dalam Bisnis
PENGERTIAN PROFESI
Untuk memahami berbagai pengertian profesi, profesional, dan profesionalisme, dibawah
ini dikutip beberapa definisi dari berbagai sumber.
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan sebagai berikut:
“Profesi: bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran,
dan sebagainya) tertentu.”
“Profesional: (a) bersangkutan dengan profesi; (b) memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya; (c) mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan
amatir).”
“Profesionalisme: merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.”
2. Menurut Sonny Keraf (1998):
“Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan
keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral)
yang mendalam. Dengan demikian, orang yang profesional adalah orang yang menekuni
pekerjaannya dengan purna-waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan
keahlian dan keterampilan yang tinggi serta punya komitmen pribadi yang mendalam atas
pekerjaannya itu.”
Secara lebih rinci, pengertian profesi dalam konteks ini ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:
a. Profesi adalah suatu pekerjaan mulia.
b. Untuk menekuni profesi ini diperlukan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan tinggi.
c. Pengetahuan, keahlian, dan keterampilan diperoleh melalui pendidikan formal, pelatihan,
dan praktik/pengalaman langsung.
d. Memerlukan komitmen moral (kode etik) yang ketat.
e. Profesi ini berdampak luas bagi kepentingan masyarakat umum.
f. Profesi ini mampu memberikan penghasilan/nafkah bagi penyandang profesi untuk hidup
layak.
g. Ada organisasi profesi sebagai wadah untuk bertukar pikiran, mengembangkan program
pelatihan dan pendidikan berkelanjutan, serta menyempurnakan, menegakkan, dan
mengawasi pelaksanaan kode etik di antara anggota profesi tersebut.
h. Ada izin dari pemerintah untuk menekuni profesi ini.
Keanekaragaman Hayati
Terjadinya pencemaran lingkungan, perusakan hutan, dan pemanasan global, secara pasti
telah menyebabkan berkurangnya populasi jenis-jenis (species) kehidupan tertentu. Bahkan
tidak mustahil jenis-jenis kehidupan tertentu telah punah dari muka bumi, seperti punahnya
dinosaurus pada zaman dahulu.
Tabel 6.1
Topik-topik yang Dijumpai dalam Kode Etik Perusahaan
No. Topik
1. Prinsip-prinsip Etika: kejujuran, keadilan, rasa kasih (compassion), integritas, prediktabilitas, responsibilitas
2. Penghormatan terhadap hak dan kewajiban setiap pemangku kepentingan (stakeholders)
3. Visi, misi, dan kebijakan pokok yang terkait dengan hal di atas
4. Kerangka proses keputusan etis
5. Kapan perlu nasihat dan kepada siapa meminta nasihat
6. Topik-topik khusus untuk temuan di atas 5% yang berhubungan dengan karyawan, pemasok, dan kode usaha
patungan (joint venture codes):
• Penyuapan
• Konflik kepentingan
• Keamanan informasi
• Penerimaan hadiah
• Diskriminasi/peluang yang sama
• Pemberian hadiah
• Proteksi lingkungan
• Pelecehan seksual
• Antitrust
• Keamanan tempat kerja
• Kegiatan politik
• Hubungan kemasyarakatan
• Kerahasiaan informasi pribadi
• Hak asasi manusia
• Privasi karyawan
• Program proteksi dan whistleblowing
• Penyalahgunaan substansi (substance abuse)
• Nepotisme
• Tenaga anak
Kode Etik Pemasaran
Efektivitas fungsi pemasaran akan terlihat dari pencapaian target penjualan serta loyalitas
dan kepuasan pelanggan terhadap produk dan layanan perusahaan. Perilaku dan kualitas
hubungan para eksekutif dan karyawan pada fungsi pemasaran dengan para pelanggan dan
calon pelanggan menjadi sangat krusial karena menentukan citra perusahaan dan produknya
di mata publik, serta menentukan tingkat loyalitas dan kepuasan para pelanggan.
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuanagan mempunyai suatu tanggung jawab untuk:
1) Kompetisi: Memelihara tingkat kompetisi profesional yang layak dengan mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan mereka.
2) Kerahasiaan: Menahan diri untuk membeberkan informasi rahasia yang diperoleh dari menjalankan tugas sesuai
kewenangannya, kecuali diwajibkan secara hukum untuk membeberkannya.
3) Integritas: Menghindari konflik kepentingan sesungguhnya atau yang tampak dan memberitahu para pihak terkait
dalam hal terjadi konflik kepentingan.
4) Objektivitas: Mengomunikasikan informasi secara adil.
5) Resolusi atas Konflik Etis: Bila suatu kebijakan tidak mampu memecahkan konflik etis, maka praktisi harus
mempertimbangkan langkah-langkah berikut ini:
• Diskusikan masalah dengan atasan langsung, kecuali ada indikasi atasan langsung terlibat.
• Mengklarifikasi isu etis yang relevan melalui diskusi rahasia dengan penasihat yang tepat.
• Bila konflik etis masih muncul setelah bersusah payah mendapatkan pandangan internal dari pejabat pada
berbagai tindakan, tidak ada jalan lain yang lebih baik selain mengundurkan diri dari organisasi dan
memberikan nota memorandum kepada perwakilan organisasi yang tepat.
Integritas
Pertama, utuh dan tidak terbagi menyiratkan bahwa seorang profesional memerlukan
kesatuan dan keseimbangan antara pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan
perilaku etis (attitude). Kedua, menyatu menyiratkan bahwa seorang profesional secara serius
dan purna-waktu dalam menekuni profesinya, sekaligus juga menyenangi pekerjaannya.
Ketiga, kokoh dan konsisten menyiratkan pribadi yang berprinsip, percaya diri, tidak mudah
goyah, dan tidak mudah terpengaruh orang lain.
Whistleblowing
Dimaksudkan dengan whistleblowing dalam konteks etika, sebagaimana diungkapkan
oleh Sonny Keraf (1998) adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang
karyawan untuk membocorkan kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan atau
atasannya kepada pihak lain. Khusus dalam kode etik Akuntan Manajemen (Institute of
Management Accountans), ditemukan topik “Resolusi Konflik Etis”. Dalam topik ini,
sebenarnya diatur tata cara atau prosedur pelaporan bila seorang akuntan manajemen
menghadapi dilema etis atau pelanggaran etis yang dilakukan oleh karyawan lain, atau oleh
atasan yang bersangkutan. Hal ini sebenarnya mengatur tindakan yang berhubungan dengan
whistleblowing, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Kompetensi
Kompetensi berarti kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan suatu pekerjaan atau
profesinya. Orang yang kompeten berarti orang yang dapat menjalankan pekerjaannya dengan
kualitas hasil yang baik.
Bab
7 Kode Etik Profesi
Akuntan Indonesia
PROFESI AKUNTAN
Akuntan yang bekerja pada departemen atau bagian akuntansi sering disebut juga sebagai
akuntan manajemen. Tugas pokok akuntan manajemen di dalam organisasi, antara lain:
melakukan proses pencatatan transaksi keuangan, memelihara catatan atas semua transaksi
perusahaan, serta membuat laporan akuntansi secara periodik untuk disampaikan kepada
manajemen organisasi. Dalam setiap organisasi (perusahaan), dapat dibedakan dua jenis
laporan akuntansi, yaitu: (1) laporan akuntansi keuangan, atau lebih sering disingkat laporan
keuangan (financial statements) saja, dan (2) laporan akuntansi manajemen. Akuntan publik
fungsi pokoknya adalah melakukan pemeriksaan umum atas laporan keuangan perusahaan
sebelum diterbitkan sebagai alat pertanggungjawaban manajemen. Fungsi pokok akuntan
publik adalah melakukan pemeriksaan umum atas laporan keuangan perusahaan dan
memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan setelah melakukan prosedur audit.
Selain bekerja sebagai akuntan manajemen dan akuntan publik, para akuntan juga dapat
bekerja sebagai auditor internal. Namun harus disadari bahwa profesi auditor internal bisa
juga diisi oleh orang dengan latar belakang pendidikan non-akuntansi. Lingkup tugas
departemen audit internal bisa sangat luas, yaitu meliputi berbagai jenis audit, antara lain:
audit keuangan (financial audit), audit manajemen/operasional (management/operational
audit), audit ketaatan (compliance audit), investigasi khusus (special investigation), audit
sistem informasi, dan sebagainya. Tujuan penugasan audit keuangan adalah untuk menilai
kewajaran dari laporan keuangan perusahaan, apakah telah disusun sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum. Tujuan dari management audit adalah untuk melakukan
penilaian atas kinerja organisasi, apakah kinerja organisasi tersebut telah mencapai tingkat
efisiensi, efektivitas, dan keekonomian yang diharapkan. Suatu kinerja disebut efektif bila
tujuan (goal) yang ditetapkan oleh suatu unit organisasi telah tercapai, tanpa memperhatikan
aspek biaya. Suatu kinerja disebut efisien bila untuk memperoleh output tertentu, dikorbankan
(dikonsumsi) input yang minimal. Suatu kinerja disebut ekonomis bila dengan input tertentu,
dihasilkan output yang maksimal. Tujuan dari audit ketaatan adalah untuk menilai apakah
kegiatan operasi perusahaan telah mengikuti berbagai peraturan, kebijakan, dan prosedur yang
telah ditetapkan.
Gambar 7.1
Skema Karier Seorang Akuntan
Akuntan
Akuntan Akuntan
BUMN/BUMD BPKP
Akuntan
Publik
Akuntan
BPK
Pekerjaan para akuntan baik yang bekerja di sektor swasta maupun sektor pemerintah,
entah selaku akuntan manajemen, akuntan publik, atau auditor internal dapat disebut suatu
profesi karena: (1) memerlukan pengetahuan akuntansi dan/atau disiplin ilmu lain yang
relevan melalui pendidikan formal (knowledge); (2) memerlukan keterampilan dalam
mengolah data dan menyajikan laporan khususnya dengan memanfaatkan teknologi komputer
dan sistem informasi (skill); serta (3) harus mempunyai sikap dan perilaku etis (attitude).
Pada saat itu, hanya ada sebelas akuntan di Indonesia. Anggaran dasar IAI baru disahkan
oleh Menteri Kehakiman RI pada tanggal 11 Februari 1959 dan baru dimuat dalam Berita
Negara RI Nomor 24 Tanggal 24 Maret 1959. Walaupun demikian, para anggota sepakat
bahwa tanggal pendirian IAI tetap tanggal 23 Desember 1957. Ikatan Akuntansi Indonesia
juga berbenah diri, antara lain sepakat untuk berganti nama baru menjadi Institut Akuntan
Indonesia, namun dengan tetap mempertahankan singkatan yang dipakai, yaitu IAI. Bila saat
didirikan jumlah akuntan hanya sebelas akuntan, maka pada akhir bulan Desember 2008
nomor register akuntan di Departemen Keuangan telah sampai D-46.094, walaupun tidak
semuanya terdaftar sebagai anggota IAI.
Faktor kunci citra profesi akuntan—yaitu keberadaan dan perkembangan profesi akuntan
itu sendiri—ditentukan oleh tingkat kepercayaan masyarakat pemakai jasa akuntan,
sedangkan tingkat kepercayaan masyarakat ditentukan oleh tingkat kualitas jasa dan tingkat
ketaatan serta kesadaran para akuntan dalam mematuhi kode etik profesi akuntansi. Struktur
Kode Etik IAI terdiri atas empat bagian yang disusun berdasarkan struktur/jenjang
(hierarchy), yaitu: (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3) Interprestasi Aturan Etika, dan (4)
Tanya jawab Etika.
PENGURUS
INTERPRESTASI IAI-KAP
ATURAN ETIKA
DEWAN
TANYA JAWAB SPAP
Gambar 7.4
Proses Penalaran Prinsip Etika
Hasil kerja profesi akuntan untuk kepentingan Oleh karena itu setiap
publik anggota dituntut untuk
(Prinsip 2) mengembangkan rasa
tanggung jawab
(Prinsip 1)
Bab
8 Kode Etik Profesi Akuntan
Menuju Era Global
TANTANGAN PROFESI AKUNTAN GLOBAL
Dua persoalaan di bidang audit dan akuntansi yang belum sepenuhnya dapat mendukung
kearah kesatuan ekonomi global yaitu:
1. Setiap negara masih mempunyai prinsip akuntansi dan standar audit sendiri-sendiri, yang
terkadang berbeda antara negara satu dengan negara lainnya.
2. Profesi akuntan di dunia belum sepenuhnya serius dalam mengembangkan standar
perilaku etis profesi akuntansi.
Pada abad ke-20, dapat dikatakan ada tiga aliran akuntansi dan audit yang dominan diterapkan
oleh perusahaan atau organisasi, yaitu:
a. Sistem Anglo-Saxon yang dimotori oleh AS,
b. Sistem Kontinental yang berlaku di Belanda, Jerman, dan beberapa Negara Eropa lainnya,
c. Sistem yang berlaku di Inggris dan Negara-negara persemakmuran.
Pihak-pihak, badan, atau lembaga yang selama ini berkaitan langsung dengan profesi
akuntansi, antara lain:
a. Pemerintah dan Lembaga Legeslatif melalui produk peraturan dan perundang-undangan
b. Badan pengatur/otoritas pasar modal (Bapepam LK, BEI, SEC, NYSE, dan lain-lain)
c. Organisasi profesi akuntan di masing-masing negara (IAI, IAPI, AICPA, AAA, CICA,
IMA, dan lain-lain)
d. Badan atau Organisasi mandiri Internasional (IFAC dan IASB)
e. Para pemakai/pengguna laporan keuangan dan sebagainya.
KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI AS
Sebagaimana dikatakan oleh Duska dan Duska (2005), sedikitnya ada enam manfaat dari kode
etik profesi, yaitu:
1. Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rakan sejawat (peer
pressure)
2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah dari pada
mengandalkan kepribadian manuasiawi atau keputusan yang selalu bersifat ad hoc.
3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang abu-abu
(ambiguous situations).
4. Kode etik tidak saja dapat menuntun perilaku karyawan (employees), namun dapat juga
mengawasi kekuasaan otokrasi atasan (employers)
5. Kode etik dapat merinci tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri
6. Kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak mau
mengawasi perilaku dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan bertindak mengawasinya.
Tabel 8.1
Ringkasan Prinsip-prinsip dan aturan etika AICPA
Prinsip-prinsip
1. Tanggung Jawab: Dalam menjalankan tanggung jawab sebagai seorang profesional, anggota harus menjalankan
pertimbangan moral dan profesional secara snsitif (Artikel 1).
2. Kepentingan Publik: Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak sedemikian rupa demi melayani
kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme (Artikel II).
3. Integritas: Untuk memelihara dan memperluas keyakinan publik, anggota harus melaksanakan semua tanggung
jawab profesinal dengan ras integritas tertinggi (Artikel III)
4. Objektivitas dan Independensi: Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan
dalam menunaikan tanggung jawab profesional. Seorang anggota dalam praktik publik seharusnya menjaga
independensi dalam fakta dan penampilan saat memberikan jasa auditing dan atestasi lainnya (Artikel IV).
5. Kehati-hatian (due care): Seorang anggota harus selalu mengikuti standar-standar etika dan teknis profesi terdorong
untuk secara terus menerus mengembangkan kompetensi dan kualita jasa, dan menunaikan tanggung jawab
profesional sampai tingkat tertinggi kemampuan anggota yang bersangkutan (Artikel V).
6. Ruang Iingkup dan Sifat Jasa: Seorang anggota dalam praktik publik harus mengikuti prinsip-prinsip kode
Perilaku Profesional dalam menetapkan ruang lingkup an sifat jasa yang diberikan (Artikel VI).
Aturan Etika AICPA
101 Independensi 302 FEE Kontigen
102 Integritas & Objektivitas 501 Tindakan mendiskreditkan
201 Standar umum 502 Advertensi dan solisitasi
202 kesesuaian dengan standar 503 komisi dan Fee rujukan
203 prinsip akuntansi 505 bentuk dan nama organisasi
301 informsi klien rahasia
KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI BEBERAPA NEGARA
DILUAR AS
Tabel 8.2
Ringkasan Kode Etik Profesi Akuntan Kanada
Pendahuluan Meliputi filosofi yang melandasi aturan yang mengikat tanggung jawab seorang
Chartered Accountant.
Karakter seorang profesional Delapan unsur, termasuk subordinasi kepentingan pribadi atas kepentingan publik
Prinsip-prinsip yang mengatur • Berasal dari kepercayaan publik atas kewajaran laporan keuangan dan nasihat
perilaku anggota dan mahasiswa yang kompenten atas berbagai masalah bisnis.
• Memelihara reputasi, baik profesi maupun kemampuannya untuk melayani
kepentingan publik.
• Menjalankan integritas, kehati-hatian, kompetensi profesional yang cukup,
dan mematuhi berbagai peraturan.
• Tidak ada pengaruh, kepentingan, atau hubungan yang dapat mencederai
penilaian profesional atu objektivitas, atau kesan demikian dari pengamat
yang berakal sehat.
• Kewajiban untuk merahasiakan dan tidak mmanfaatkan informasi uang
berkaitan dengan urusan klien.
• Pengembangan praktik berdasarkan keunggulan profesional, bukan atas dasar
promosi pribadi.
• Menunjukkan rasa hormat dan pertimbangan dalam berhungan dengan rekan
sejawat.
• Memperhatikan kewajiban fidusa dan kewajiban profesional yang diperlukan
Prinsip-prinsip yang mengatur • Menciptakan, memelihara, serta mempertahankan kebijakan dan prosedur
tanggung jawab firma yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
• Kegagalan dalam mematuhi peraturan akan memicu sanksi untuk firma secara
keseluruhan atau untuk partner yang mengetahui dan bertanggung jawab.
Karakter pribadi dan kode etik • Mengikuti prinsip-prinsip dan aturan etika, perilaku terhormat melampaui
larangan-larangan tertulis.
Penerapan aturan etika • Untuk semua anggota yang berpraktik sebagai akuntan publik, dan/atau
dimana publik dan/atau asosiasi mengandalkan individu berdasarkan
keanggotaanya di ICAO.
• Kepada bukan anggota yang diawasi oleh atau bersekutu dengan anggota
• Di dalam yuridiksi di luar Ontario, anggota harus menghormati peraturan
lokal, tetapi tidak menjelekkan ICAO.
Interpretasi aturan etika • Aturan etika harus diinterpretasikan sejalan dengan persoalan yang
dikemukakan pada pendahuluan.
Aturan Etika
• Umum
• Standar-standar yang memengaruhi kepentingan publik
• Hubungan dengan anggota atau firma sejawat dan perikatan dengan non-anggota dalam akuntansi publik
• Organisasi dan perilaku seseorang praktisi profesional
• Aturan yang berlaku bagi firma
SARBANES-OXLEY ACT
Badan skandal keuangan yang mempertontonkan pelanggaran etika secara nyata yang
dilakukkan oleh para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan publik multinasional yang
berkantor pusat di AS yang juga melibatkan profesi akuntan publik ternama, sempat
mengguncang saham dan dunia perekonomian AS.
Tabel 8.2
Ringkasan Sarbanes-Oxley Act 2002 dan Dampaknya
1. Sabarnes Oxley Act 2002 ditujukan untuk memberikan kejelasan dan kepastian tentang beberapa isu yang sering
diperdepatkan.
2. Sabarnes Oxley Act memerlukan interprestasi melalui proses aturan SEC dan Public Company Accounting Oversight
Board.
Kerangka dasar Kode Etik IFAC sebagaimana dilukiskan pada Gambar 8.1 dan Gambar 8.2
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Melayani kepentingan publik.
2. Melayani kepentingan publik dari arti luas.
3. Profesionalisme,kinerja dan kepentingan publik.
4. Kredibilitas, profesionalisme , kualitas jangka tinggi, kerahasiaan.
5. Integritas, obyektif, integritas, objektifitas, kompetensi profesional dan kehati-hatian,
kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis.
6. Sikap indenpenden.
Gambar 8.1
Struktur Kode Etik IFAC
objektif
memenuhi harapan profesionalisme
kinerja, kepentingan publik
kebutuhan dasar:
kredibilitas, profesionalisme, jasa kualitas
tertinggi, kerahasiaan
Prinsip-prinsip fundamental:
Integritas, Objektifitas, Kompentensi profesional,
dan Kehati-hatian, perilaku profesional ,dan
standar teknis
Gambar 8.2
Kerangka Dasar Kode Etik IFAC
PENILAIAN
Independensi
Independensi dalam pikiran adalah suatu keadaan pikiran yang memungkinkan
pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat mengompromikan
penilaian profesional, memungkinkan seorang individu bertindak berdasarkan integritas, serta
menerapkan objektivitas dan skeptisme profesional. Independensi dalam penampilan adalah
penghindaran fakta dan kondisi yang sedemikian signifikan sehingga pihak ketiga yang
paham dan berfikir rasional—dengan memiliki pengetahuan akan semua informasi yang
relevan, termasuk pencegahan yang diterapkan—akan tetap dapat menarik kesimpulan bahwa
skeptisme profesional, objektivitas, dan integritas anggota firma, atau tim penjaminan
(assurance team) telah dikompromikan.
Pengamanan di temapt kerja untuk akuntan bisnis, antara lain, namun tidak terbatas pada:
• Penerapan struktur pengawasan korporasi (corporate oversight or oversight structure).
• Pedoman kode etik perilaku organisasi.
• Pedoman perekrutan yang menekankan pentingnya merekrut tenaga dengan kompetensi
tinggi.
• Pengendalian internal yang kuat.
• Proses pendisiplinan yang memadai.
• Kepemimpinan yang berbasis etika.
• Kebijakan dan prosedur pelaksanaan dan pemantauan kinerja karyawan.
• Komunikasi tepat waktu tentang berbagai kebijakan dan prosedur termasuk perubahannya
ke seluruh karyawan disertai pelatihan dan pendidikan yang memadai tentang kebijakan
dan prosedur yang ada (IFAC, 300.16).