Anda di halaman 1dari 53

Nama : Idka Setia Ningrum

NIM : 20140420271
Kelas :F
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Akuntansi

Bab Filsafat, Agama, Etika,


2 dan Hukum

HAKIKAT FILSAFAT
Bila dilihat dari arti katanya, filsafat berasal dari dua kata Yunani: philo dan shopia.
Philo berarti cinta, sedangkan shopia berarti bijaksana. Dengan demikian, philoshopia berarti
cinta terhadap kebijaksanaan (Fuad Faril Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli, 2003).
Karakteristik utama berpikir filsafat adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat mendasar, dan
spekulatif. Sifatnya yang menyeluruh, artinya mempertanyakan hakikat keberadaan dan
kebenaran tentang keberadaan itu sendiri sebagai satu kesatuan secara keseluruhan, bukan
dari perspektif bidang per bidang, atau sepotong-sepotong. Menurut Suriasumantri (2000),
pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi, yaitu: apa yang disebut benar
dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk
(etika), serta apa yang dianggap indah dan apa yang dianggap jelek (estetika). Sifatnya yang
mendasar berarti bahwa filsafat tidak begitu saja percaya bahwa ilmu itu adalah benar.
Sifatnya yang spekulatif karena filsafat selalu ingin mencari jawab bukan saja pada suatu
hal yang sudah diketahui, tetapi juga segala sesuatu yang belum diketahui.
Theo Huijbers (dalam Abdulkadir Muhammad, 2006) menjelaskan filsafat sebagai
kegiatan intelektual yang metodis, sistematis, dan secara reflektif menangkap makna hakiki
keseluruhan yang ada. Selanjutnya Abdulkadir Muhammad menjelaskan filsafat dengan
melihat unsur-unsurnya sebagai berikut:
a. Kegiatan intelektual (pemikiran).
b. Mencari makna yang hakiki (interprestasi).
c. Segala fakta dan gejala (objek).
d. Dengan cara refleksi, metodis, dan sistematis (metode).
e. Untuk kebahagiaan manusia (tujuan).
Berikut ini adalah perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan dilihat dari ketiga aspek:
No. Aspek Filsafat Ilmu
1. Ontologis Segala sesuatu yang bersifat fisik dan Segala sesuatu yang bersifat fisik dan
nonfisik, baik yang dapat direkam yang dapat direkam melalui indra
melalui indra maupun yang tidak
2. Epistemologis Pendekatan yang bersifat reflektif Pendekatan ilmiah, menggunakan dua
atau rasional-deduktif pendekatan; deduktif dan induktif
secara saling melengkapi
3. Aksiologis Sangat abstrak, bermanfaat tetapi Sangat konkret, langsung dapat
tidak langsung bagi umat manusia dimanfaatkan bagi kepentingan umat
manusia

HAKIKAT AGAMA
Berikut ini adalah beberapa pengertian dan definisi tentang agama untuk memperoleh
pemahaman tentang agama:
1. Agus M. Harjana (2005) mengutip pengertian agama dari Ensiklopedia Indonesia
karangan Hassan Shadily. Agama adalah pegangan atau pedoman bagi manusia untuk
mencapai hidup kekal.
2. Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) menjelaskan bahwa agama
adalah satu bentuk ketetapan Ilahi yang mengarahkan mereka yang berakal dengan
pilihan mereka sendiri terhadap ketetapan nilai tersebut kepada kebaikan hidup di
dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.
3. Abdulkadir Muhammad (2006) memberi dua rumusan agama, yaitu: (a) menyangkut
hubungan antara manusia dengan suatu kekuasaan luar yang lain dan lebih dari pada
apa yang dialami manusia, dan (b) apa yang disyariatkan Allah dengan perantara para
nabi-Nya, berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di
dunia dan akhirat.

Dari beberapa definisi di atas, dapat dirinci rumusan agama berdasarkan unsur-unsur
penting sebagai berikut:
1. Hubungan manusia dengan sesuatu yang tak terbatas, yang transendental, yang Ilahi-
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Berisi pedoman tingkah laku (dalam bentuk larangan dan perintah), nilai-nilai, dan
norma-norma yang diwahyukan langsung oleh Ilahi melalui nabi-nabi.
3. Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan hidup kekal di akhirat.

Tatwa, dogma, atau filsafat ketuhanan merumuskan tentang hakikat Allah (Tuhan) yang
dikenal, dialami, diyakini, dan dipercaya serta kehendak-Nya bagi umat manusia dan dunia.
Tujuan tatwa ini adalah untuk meyakinkan umat manusia bahwa ada kekuatan tak terbatas
(Tuhan YME) yang merupakan sumber segala keberadaan (eksistensi), sekaligus yang
mengatur seluruh keberadaan ini. Tujuan semua agama adalah menuntun umat manusia agar
memperoleh kebahagiaan (di dunia) dan kehidupan kekal di akhirat.

HAKIKAT ETIKA
Etika berasal dari kata Yunani ethos (bentuk tunggal) yang berarti: tempat tinggal,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk
jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama
pengertiannya dengan moral. Moral berasal dari kata Latin: mos (bentuk tunggal), atau mores
(bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara
hidup (Kanter, 2001). Berikut ini adalah kutipan beberapa pengertian etika:
1. Ada dua pengertian etika; sebagai praksis dan sebagai refleksi.
2. Etika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan,
atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan hidup yang baik dan yang
buruk.
3. Istilah lain dari etika adalah susila. Susila berarti kebiasaan atau tingkah laku
perbuatan manusia yang baik.
4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1998), etika dirumuskan dalam pengertian sebagai berikut:
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak);
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
5. Menurut Webster’s Collegiate Dictionary yang mengutip empat arti ethic salah
satunya adalah The discipline dealing with what is good and bad and with moral duty
and obligation, etc.
6. Menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005), etika adalah suatu konsepsi tentang
perilaku benar dan salah.
7. Menurut David P. Baron (2005), etika adalah suatu pendekatan sistematis atas
penilaian moral didasarkan atas penalaran, analisis, sintesis, dan reflektif.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa ternyata etika mempunyai banyak arti. Namun
demikian, setidaknya arti etika dapat dilihat dari dua hal berikut:
a. Etika sebagai praktis
b. Etika sebagai ilmu atau tata susila

HAKIKAT NILAI
Nilai barang sama pengertiannya dengan harga barang yang dibayar. Nilai uang (harga)
yang dibayar untuk memperoleh barang tersebut sering disebut sebagai nilai ekonomis.
Sesuatu mempunyai nilai ekonomis karena sesuatu tersebut dapat bermanfaat untuk
memenuhi kebutuhan hidup secara fisik, atau memberi kenikmatan rasa dan fisik, atau untuk
meningkatkan citra/gengsi.
Untuk memahami pengertian nilai secara lebih mendalam, di bawah ini dikutip beberapa
definisi tentang nilai.
1. Doni Koesoema A. (2007) mendefinisikan nilai sebagai kualitas suatu hal yang
menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat
menjadi semacam objek bagi kepentingan tertentu.
2. Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) merumuskan nilai sebagai
standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk mengukur segala sesuatu.
3. Sorokin dalam Capra (2002) mengungkapkan tiga sistem nilai dasar yang melandasi
semua manifestasi suatu kebudayaan, yaitu: nilai indrawi, ideasional, idealistis.
4. Pembahasan sekitar persoalan tatanan nilai secara lebih konseptual diungkapkan oleh
filsuf cemerlang asal Jerman, Max Scheller dalam bukunya yang berjudul Der
Formalisme in der Ethik und die Materiale Wertethik.
a. Ia membantah anggapan Immanuel Kant bahwa hakikat moralitas terdiri atas
kehendak untuk memenuhi kewajiban.
b. Nilai-nilai itu bersifat material (berisi, lawan dari formal) dan apriori.
c. Harus dibedakan dengan tajam antara nilai-nilai itu sendiri (werte, values) dan apa
yang bernilai/realitas bernilai (guter, goods).
d. Cara menangkap nilai bukan dengan pikiran, melainkan dengan suatu perasaan
intensional (tidak dibatasi dengan perasaan fisik atau emosional, melainkan
dengan keterbukaan hati atau budi).
e. Ada empat gugus nilai yang mandiri dan jelas berbeda antara satu dengan lainnya,
yaitu: (1) gugus nilai-nilai sekitar yang enak dan yang tidak enak, (2) gugus nilai-
nilai vital sekitar yang luhur dan yang hina, (3) gugus nilai-nilai rohani, dan (4)
gugus nilai-nilai tertinggi sekitar yang kudus dan yang profane yang dihayati
manusia dalam pengalaman religius.
f. Ada tiga macam nilai rohani, yaitu: (1) nilai estetik, (2) nilai-nilai yang benar dan
yang tidak benar, dan (3) nilai-nilai pengertian kebenaran murni, yaitu bernilainya
pengetahuan karena pengetahuan itu sendiri dan bukan karena ada manfaatnya.
g. Corak kepribadian, baik orang per orang maupun sebuah komunitas, akan
ditentukan oleh nilai-nilai mana yang dominan.

Dari penjelasan tentang nilai tersebut, sebenarnya dapat disimpulkan tiga hal, yaitu:
a. Nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu (benda, orang, hal).
b. Ada bermacam-macam (gugus) nilai selain nilai uang (ekonomis) yang sudah cukup
dikenal.
c. Gugus-gugus nilai itu membentuk semacam hierarki dari yang terendah sampai
dengan yang tertinggi.

HUBUNGAN AGAMA, ETIKA, DAN NILAI


Semua agama melalui kitab sucinya masing-masing mengajarkan tentang tiga hal pokok,
yaitu: (1) hakikat Tuhan (God, Allah, Gusti Allah, Budha, Brahman, Kekuatan tak terbatas,
dan lain-lain), (2) etika, tata susila, dan (3) ritual, tata cara beribadat. Jelas sekali bahwa
antara agama dan etika tidak dapat dipisahkan. Tidak ada agama yang tidak mengajarkan
etika/moralitas. Kualitas keimanan (spiritualitas) seseorang ditentukan bukan saja oleh
kualitas peribadatan (kualitas hubungan manusia dengan Tuhan), tetapi juga oleh kualitas
moral/etika (kualitas hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dan dengan
alam). Dapat dikatakan bahwa nilai ibadah menjadi sia-sia tanpa dilandasi oleh nilai-nilai
moral.

HUKUM, ETIKA, DAN ETIKET


Hukum etika, dan etiket merupakan istilah yang sangat berdekatan dan mempunyai arti
yang hampir sama walaupun terdapat juga perbedaan. Berikut ini adalah persamaan dan
perbedaan ketiga istilah tersebut.
No. Hukum Etika Etiket
1. Persamaan: Sama-sama mengatur perilaku manusia
2. Perbedaan:
A. Sumber hukum: Sumber etika: Sumber Etiket:
Negara, Pemerintah Masyarakat Golongan masyarakat
B. Sifat pengaturan: Sifat pengaturan: Sifat Pengaturan:
Tertulis berupa Undang-undang, Ada yang lisan (berupa adat Lisan
Peraturan Pemerintah, dan kebiasaan) dan ada yang tertulis
sebagainya. (berupa kode etik)
C. Objek yang diatur: Objek yang diatur: Objek yang diatur:
Bersifat lahiriah (misalnya: Bersifat rohaniah, misalnya: Bersifat lahiriah, misalnya:
hukum warisan, hukum agraria, perilaku etis (jujur, tidak menipu, tata cara berpakaian (untuk pesta,
hukum tata negara) dan rohaniah bertanggung jawab) dan perilaku sekolah, pertemuan resmi, berkabung,
(misalnya: hukum pidana) tidak etis (korupsi, mencuri, berzina) dan lain-lain), tata cara menerima
tamu, tata cara berbicara dengan
orang tua, dan sebagainya

PARADIGMA MANUSIA UTUH


Karakter dan Kepribadian
Istilah kepribadian (personality) dan karakter/watak (character) banyak dijumpai dalam
ilmu psikologi. Soedarsono (2002) misalnya, mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas
kejiwaan seseorang yang menampilkan sisi yang didapat dari keturunan (orang tua, leluhur)
dan sisi yang didapat dari pendidikan, pengalaman hidup, serta lingkungannya. Karakter
adalah sisi kepribadian yang didapat dari pengalaman, pendidikan, dan lingkungan sehingga
bisa dikatakan bahwa karakter adalah bagian dari kepribadian.
Walaupun beberapa definisi tentang karakter sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
terlihat berbeda, namun sebenarnya dapat ditarik benang merahnya sebagai berikut:
a. Karakter adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang.
b. Karakter menentukan keberhasilan seseorang (Sentanu menyebutnya sebagai “nasib”).
c. Karakter dapat diubah, dibentuk, dipelajari melalui pendidikan dan pelatihan tiada
henti serta melalui pengalaman hidup.
d. Tingkat keberhasilan seseorang ditentukan oleh tingkat kecocokan karakter yang
dimilikinya dengan tuntutan kenyataan/realita.

Chopra menyebutkan ada 10 karakter sel (10C) yang seharusnya dapat dijadikan sebagai
karakter umat manusia.
1. Ada maksud yang lebih tinggi. Sikap mementingkan diri sendiri (untuk
kehidupan/kesejahteraan sel itu sendiri) bukanlah pilihan.
2. Kesatuan (keutuhan). Menarik diri atau tidak mau berkomunikasi bukanlah pilihan.
3. Kesadaran. Terperangkap dalam kebiasaan kaku bukanlah pilihan.
4. Penerimaan. Berfungsi sendirian bukanlah pilihan.
5. Kreatifitas. Berpegang kepada perilaku lama bukanlah pilihan.
6. Keberadaan. Terlalu aktif atau agresif bukanlah pilihan.
7. Efisiensi. Menumpuk/menimbun makanan, udara, atau air berlebihan bukanlah
pilihan.
8. Pembentukan ikatan. Menjadi sel buangan bukanlah pilihan.
9. Memberi. Hanya menerima bukanlah pilihan.
10. Keabadian. Jurang antar generasi bukanlah pilihan.

Kecerdasan, Karakter, dan Etika


Stephen R. Covey, Ia menyebut tiga jenis kecerdasan dengan tiga golongan etika, yaitu:
(1) psiko etika, (2) sosio etika, dan (3) teo etika.
3 Golongan Etika Karakter Utama
1. Teo Etika 9. Takwa (pasrah diri)
Saling ketergantungan 8. Ikhlas (tulus)
Masalah aku dengan Tuhan 7. Tawakal (tahan uji)
2. Sosio Etika 6. Silaturahmi (tali kasih)
Ketergantungan 5. Amanah (integritas)
Masalah aku dengan orang lain 4. Husnuzan (baik sangka)
3. Psiko Etika 3. Tawaduk (berilmu)
Kemandirian 2. Syukur
Masalah aku dengan aku 1. Sabar

Karakter dan Paradigma Pribadi Utuh


Covey telah mengingatkan bahwa untuk membangun manusia berkarakter, diperlukan
pengembangan kompetesi secara utuh dan seimbang terhadap empat kemampuan manusia,
yaitu: tubuh (PQ), intelektual (IQ), hati (EQ), dan jiwa/roh (SQ). Cloud (2007) sendiri
mengatakan bahwa kunci pembangunan karakter adalah integritas. Tentu pemahaman atas
integritas ini tidak sekedar berarti jujur atau punya prinsip moral, tetapi terkandung juga
pengertian: utuh dan tidak terbagi, menyatu, berkontribusi kukuh, serta mempunyai
konsistensi.

Karakter dan Proses Transformasi Kesadaran Spiritual


Sebenarnya yang lebih penting adalah langkah konkret berikutnya, yaitu bagaimana cara
melakukan proses transformasi diri untuk mencapai atau bergerak menuju idealisme karakter
tersebut. Masalahnya, sampai sekarang belum banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mampu mengkaji ranah spiritual melalui pendekatan rasional/ilmiah. Ilmu psikologi mencoba
memasuki ranah kejiwaan, namun dalam perkembangannya ilmu ini cenderung membatasi
kajiannya hanya pada lapisan pikiran (mental/emosional) dan tidak ada upaya untuk masuk
lebih dalam ke ranah roh (kesadaran spiritual/transendental).
Meskipun terlambat, akhir-akhir ini sudah mulai banyak pakar dari berbagai latar
keilmuan bahkan banyak yang bergelar Ph.D. mulai berani dan tertarik untuk menyelami
ranah spiritual ini dari pendekatan yang lebih rasional. Mereka hanya menulis ulang dengan
kemasan baru dalam arti ulasannya dengan pendekatan yang lebih rasional dari berbagai
buku/literatur kuno yang telah ada sejak zaman dahulu yang ditulis oleh para nabi, praktisi
keagamaan, dan praktisi spiritual di negara-negara Timur, seperti India, Cina, dan negara-
negara Arab. Dengan cara ini justru masyarakat Barat makin banyak yang mulai berminat
untuk menyelami dan menjalani praktik-praktik spiritual.

Pikiran, Meditasi, dan Gelombang Otak


Olah pikir (brainware management) adalah suatu konsep dan keterampilan untuk
mengatur gelombang otak manusia yang paling sesuai dengan aktivitasnya sehingga bisa
mencapai hasil optimal. Berikut ini adalah empat kategori gelombang otak.
Nama Ciri-ciri
Beta (14-100 Hz) Kognitif, analisis, logika, otak kiri, konsentrasi, prasangka, pikiran sadar, aktif, cemas,
was-was, khawatir, stres, fight or fight, disease, cortisol, norepinephrine
Alpha (8-13,5 Hz) Khusyuk, relaksasi, meditatif, focus-alertness, superlearning, akses nurani bawah sadar,
ikhlas, nyaman, tenang, santai, istirahat, puas, segar, bahagia, endorphine, serotonin
Theta (4-7,9 Hz) Sangat khusyuk, deep-meditation, problem solving, mimpi, intuisi, nurani bawah sadar,
ikhlas, kreatif, integratif, hening, imajinatif, catecholamines, AVP
Delta (0,1-3,9 Hz) Tidur lelap, non physical state, nurani bawah sadar kolektif, tidak ada pikiran dan
perasaan, cellular regeneration, HGH

Ketika pikiran berada dalam keadaan sadar (aktif), berarti pikiran sedang berada dalam
gelombang beta. Kunci untuk membangun karakter adalah melatih pikiran untuk memasuki
gelombang alpha. Latihan meditasi, yoga, zikir, retret, dan sejenisnya sangat efektif untuk
memasuki gelombang alpha ini. Meditasi (termasuk zikir dan sejenisnya) sebenarnya adalah
upaya untuk mendiamkan suara percakapan dalam pikiran dan menemukan ruang yang
tenang. Dengan ketenangan, pikiran akan memasuki gelombang alpha.

Model Pembangunan Manusia Utuh


Berdasarkan berbagai konsep/pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dibuat
dua model tentang hakikat keberadaan manusia.
Gambar 2.1
Model Hakikat Manusia Tidak Utuh
(Paradigma Materialisme)

KAYA/TIDAK KARAKTER
BAHAGIA NEGATIF

MAKANAN PQ SEHAT
ENAK OLAHRAGA (FISIK)

IPTEK IQ TINGGI EGO TINGGI

SOMBONG,
EQ RENDAH GELISAH, BENCI

EQ DAN SQ TIDAK
DIKEMBANGKAN
TIDAK PERCAYA
SQ RENDAH TUHAN

Manusia lebih berorientasi mengejar kekayaan materi, kesenangan indriawi, dan


kekuasaan sehingga kurang sekali atau bahkan lupa untuk mengembangkan kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual. Dengan kata lain, manusia dalam kehidupan mereka
sehari-hari telah bertindak secara tidak etis.

Gambar 2.2
Model Hakikat Manusia Utuh
(Paradigma Manusia Utuh)

KARAKTER POSITIF
KEBAHAGIAAN (SIFAT SEL)

MAKANAN ENAK PQ SEHAT


OLAH RAGA FISIK

PSIKO ETIKA
IPTEK IQ TINGGI Berilmu, Sabar,
Syukur

SOSIO ETIKA
MEDITASI, ZIKIR, EQ TINGGI Silaturahmi, Baik
RETRET Sangka, Amanah

TEO ETIKA
SQ TINGGI Takwa, Ikhlas,
Tawakal
AGAMA

Untuk mengatasi hal ini, perlu dikembangkan paradigma hakikat manusia seutuhnya
dengan mengembangkan sikap dan perilaku hidup etis dalam arti luas, yaitu dengan
mengadakan dan menyeimbangkan kualitas kesehatan fisik, pengetahuan (psiko etika),
kematangan emosional dan kerukunan sosial (sosio etika), dan kesadaran spiritual (teo etika).
Nama : Idka Setia Ningrum
NIM : 20140420271
Kelas :F
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Akuntansi

Bab
3 Teori-teori Etika

ETIKA ABSOLUT VERSUS ETIKA RELATIF


Sampai saat ini masih terjadi perdebatan dan perbedaan pandangan di antara para
etikawan tentang apakah etika bersifat absolut atau relatif. Para penganut paham etika absolut
dengan berbagai argumentasi yang masuk akal meyakini bahwa ada prinsip-prinsip etika yang
bersifat mutlak, berlaku universal kapan pun dan di mana pun. Sementra itu, para penganut
etika relatif dengan berbagai argumentasi yang juga tampak masuk akal membantah hal ini.
Mereka justru mengatakan bahwa tidak ada prinsip atau nilai moral yang berlaku umum.
Prinsip atau nilai moral yang ada dalam masyarakat berbeda-beda untuk masyarakat yang
berbeda dan untuk situasi yang berbeda pula.
Tokoh berpengaruh pendukung paham etika absolut antara lain Immanuel Kant dan
James Rachels. Ia mengatakan bahwa ada pokok teoretis yang umum di mana ada aturan-
aturan moral tertentu yang dianut secara bersama-sama oleh semua masyarakat karena aturan-
aturan itu penting untuk kelestarian masyarakat.

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL


Perilaku moral adalah perilaku yang mengikuti kode moral kelompok masyarakat
tertentu. Moral dalam hal ini berarti adat kebiasaan atau tradisi. Perilaku tidak bermoral
berarti perilaku yang gagal mematuhi harapan kelompok sosial tersebut. Perilaku di luar
kesadaran moral adalah perilaku yang menyimpang dari harapan kelompok sosial yang lebih
disebabkan oleh ketidakmampuan yang bersangkutan dalam memahami harapan kelompok
sosial. Kebanyakan perilaku anak balita dapat digolongkan ke dalam perilaku di luar
kesadaran moral (unmoral behavior). Perkembangan moral (moral development) bergantung
pada perkembangan intelektual seseorang.
Tabel 3.1
Tahap-tahap Perkembangan Moral Anak Menurut Kohiberg

Tingkat (Level) Sublevel Ciri Menonjol


Tingkat I 1. Orientasi pada hukuman Mematuhi peraturan untuk menghindari
(Preconventional) hukuman
Usia < 10 tahun 2. Orientasi pada hadiah Menyesuaikan diri untuk memperoleh
hadiah/pujian
Tingkat II 3. Orientasi anak baik Menyesuaikan diri untuk menghindari
(Conventional) celaan orang lain
Usia 10-13 tahun 4. Orientasi otoritas Mematuhi hukum dan peraturan sosial
untuk menghindari kecaman dari otoritas
dan perasaan bersalah karena tidak
melakukan kewajiban
Tingkat III 5. Orientasi kontrak sosial Tindakan yang dilaksanakan atas dasar
(Postconventional) prinsip yang disepakati bersama
Usia > 13 tahun masyarakat demi kehormatan diri
6. Orientasi prinsip etika Tindakan yang didasarkan atas prinsip
etika yang diyakini diri sendiri untuk
menghindari penghukuman diri

BEBERAPA TEORI ETIKA


Teori merupakan tulang punggung suatu ilmu. Ilmu pada dasarnya adalah kumpulan
pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam (dan sosial) yang
memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut
berdasarkan penjelasan yang ada, sedangkan teori adalah pengetahuan ilmiah yang mencakup
penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Fungsi teori dan
ilmu pengetahuan adalah untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol. Etika sebagai
disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaan, nilai-nilai, dan
norma-norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik. Sebagai ilmu, etika belum
semapan ilmu fisika atau ilmu ekonomi. Berikut ini diuraikan secara garis besar beberapa
teori yang berpengaruh.

Egoisme
Rachel (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme yaitu:
egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan
bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (selfish). Altruisme
adalah suatu tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang lain
dengan mengorbankan kepentingan dirinya. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh
kepentingan diri sendiri (self-interst). Jadi yang membedakan tindakan berkutat diri (egoisme
psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya
terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau
merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu
merugikan kepentingan orang lain.
Banyak sekali pandangan mengenai paham atau teori egoisme etis . Paham/teori egoisme
etis ini menimbulkan banyak dukungan sekaligus kritikan. Alasan yang mendukung teori
egoisme etis, antara lain:
a. Argumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri sendiri.
b. Pandangan tentang kepentingan diri adalah pandangan yang paling sesuai dengan
moralitas sehat.

Alasan yang menentang teori egoisme etis antara lain:


a. Egoisme etis tidak mampu memecahkan konflik-konflik kepentingan.
b. Egoisme etis bersifat sewenang-wenang.

Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang
berarti bermanfaat. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada
siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan
individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak
(kepentingan bersama, kepentingan masyarakat). Dari uraian sebelumnya, paham
utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut:
(1) Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan,
atau hasilnya).
(2) Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting
adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
(3) Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.

Beberapa kritik yang dilontarkan terhadap paham ini antara lain:


(1) Sebagaimana paham egoisme, utilitarianisme juga hanya menekankan tujuan/manfaat
pada pencapaian kebahagiaan duniawi dan mengabaikan aspek rohani (spiritual).
(2) Utilitarianisme mengorbankan prinsip keadilan dan hak individu/minoritas demi
keuntungan sebagian besar orang (mayoritas).
Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Kedua teori
egoisme dan utilitarianisme sama-sama menilai baik buruknya suatu tindakan dari akibat,
konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut. Bila akibat dari suatu tindakan memberikan
manfaat entah untuk individu (egoisme) atau untuk banyak orang/kelompok masyarakat
(utilitarianisme), maka tindakan itu dikatakan etis. Sebaliknya, jika akibat suatu tindakan
merugikan individu atau sebagian besar kelompok masyarakat, maka tindakan tersebut
dikatakan tidak etis. Teori yang menilai suatu tindakan berdasarkan hasil, konsekuensi, atau
tujuan dari tindakan tersebut disebut teori teleologi.
Untuk memahami lebih lanjut tentang paham deontologi ini, sebaiknya dipahami terlebih
dahulu dua konsep penting yang dikemukakan oleh Kant, yaitu konsep imperative hypothesis
dan imperative categories. Imperative hypothesis adalah perintah-perintah (ought) yang
bersifat khusus yang harus diikuti jika seseorang mempunyai keinginan yang relevan.
Imperative categories adalah kewajiban moral yang mewajibkan kita begitu saja tanpa syarat
apa pun. Dengan dasar pemikiran yang sama, dapat dijelaskan bahwa beberapa tindakan
seperti membunuh, mencuri, dan beberapa jenis tindakan lainnya dapat dikategorikan sebagai
imperative categories, atau keharusan/kewajiban moral yang bersifat universal dan mutlak.

Teori Hak
Menurut teori hak, suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau
tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM). Namun sebagaimana dikatakan
oleh Bertens (2000), teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi (teori kewajiban)
karena hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Hak asasi manusia didasarkan atas
beberapa sumber otoritas, yaitu: hak hukum (legal right), hak moral atau kemanusiaan (moral,
human right), dan hak kontraktual (contractual right). Hak legal adalah hak yang didasarkan
atas sistem atau yuridiksi hukum suatu negara, di mana sumber hukum tertinggi suatu negara
adalah Undang-Undang Dasar negara yang bersangkutan. Hak moral dihubungkan dengan
pribadi manusia secara individu, atau dalam beberapa kasus dihubungkan dengan kelompok—
bukan dengan masyarakat dalam arti luas. Hak kontraktual mengikat individu-individu yang
membuat kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing
pihak.
Indonesia juga telah mempunyai Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia yang diatur
dalam UU Nomor 39 Tahun 1999. Hak-hak warga negara yang diatur dalam UU ini, antara
lain:
a. Hak untuk hidup
b. Hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan
c. Hak untuk memperoleh keadilan
d. Hak untuk kebebasan pribadi
e. Hak atas rasa aman
f. Hak atas kesejahteraan
g. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan
h. Hak wanita
i. Hak anak

Teori Keutamaan (Virtue Theory)


Teori keutamaan tidak menyatakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana yang
tidak etis. Bila ini ditanyakan pada penganut paham egoisme, maka jawabannya adalah: suatu
tindakan disebut etis bila mampu memenuhi kepentingan individu (self-interest) dan suatu
tindakan disebut tidak etis bila tidak mampu memenuhi kepentingan individu yang
bersangkutan. Teori ini tidak lagi memepertanyakan suatu tidakan, tetapi berangkat dari
pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh seseorang agar bisa
disebut sebagai manusia utama, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia
hina. Sebenarnya, teori keutamaan bukan merupakan teori yang berdiri sendiri dan terpisah
dari teori etika tindakan (deontologi, teleologi) karena sifat keutamaan bersumber dari
tindakan yang berulang-ulang.

Teori Etika Teonom


Sebenarnya setiap agama mempunyai filsafat etika yang hampir sama. Salah satunya
adalah teori etika teonom yang dilandasi oleh filsafat Kristen. Teori ini mengatakan bahwa
karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan
kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika sepadan dengan kehendak
Allah, dan perilaku manusia dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan-aturan/perintah
Allah sebagaimana telah dituangkan dalam kitab suci. Ada empat persamaan fundamental
filsafat etika semua agama, yaitu:
a. Semua agama mengakui bahwa umat manusia memiliki tujuan tertingggi selain tujuan
hidup di dunia.
b. Semua agama mengakui adanya Tuhan dan semua agama mengakui adanya kekuatan
tak terbatas yang mengatur alam raya ini.
c. Etika bukan saja diperlukan untuk mengatur perilaku hidup manusia di dunia, tetapi
juga sebagai salah satu syarat mutlak untuk mencapai tujuan akhir (tujuan tertinggi)
umat manusia.
d. Semua agama mempunyai ajaran moral (etika) yang bersumber dari kitab suci masing-
masing.

Terlepas dari apakah manusia mengakui atau tidak mengakui adanya Tuhan, setiap
manusia telah diberikan Tuhan potensi kecerdasan tak terbatas (kecerdasan hati nurani,
intuisi, kecerdasan spiritual, atau apa pun sebutan lainnya) yang melampaui kecerdasan
rasional. Tujuan tertinggi umat manusia hanya dapat dicapai bila potensi kecerdasan tak
terbatas ini dimanfaatkan.

ETIKA ABAD KE-20


Arti Kata “Baik” Menurut George Edward Moore
Kata baik adalah kunci dari moralitas, namun Moore merasa heran tidak satu pun
etikawan yang berbicara kata baik tersebut, seakan-akan hal itu sudah jelas dengan sendirinya.
Ada yang menafsirkan kata baik sebagai nikmat (kaum hedonis), memenuhi keinginan
individu (etika egoisme, etika psikologis), memenuhi kepentingan orang banyak (etika
utilitarianisme), memenuhi kehendak Allah (etika teonom), dan bahkan ada yang mengatakan
kata baik tidak mempunyai arti. Suatu kata tidak dapat didefinisikan jika kata tersebut tidak
lagi terdiri atas bagian-bagian sehingga tidak dapat dianalisis. Berdasarkan penjelasan ini,
menurut Moore kata baik tidak dapat didefinisikan. Baik adalah baik, titik. Setiap usaha
untuk mendefinisikannya akan selalu menimbulkan kerancuan.

Tatanan Nilai Max Scheller


Scheller sebenarnya membantah anggapan teori imperative category Immanuel Kant
yang mengatakan bahwa hakikat moralitas terdiri atas kehendak untuk memenuhi kewajiban
karena kewajiban itu sendiri. Manusia wajib memenuhi sesuatu untuk mencapai sesuatu yang
baik, dan yang baik itu adalah nilai. Jadi, inti dari tindakan moral adalah tujuan merealisasi
nilai-nilai dan bukan asal memenuhi kewajiban saja. Nilai-nilai bersifat material dan apriori.
Material di sini bukan dalam arti ada kaitan dengan materi, tetapi sebagai lawan dari kata
formal. Menurut Schaller, ada empat gugus nilai yang masing-masing mandiri dan berbeda
antara satu dengan yang lain, yaitu: (1) nilai-nilai sekitar enak atau tidak enak, (2) nilai-nilai
vital, (3) nilai-nilai rohani murni, dan (4) nilai-nilai sekitar roh kudus.

Etika Situasi Joseph Fletcher


Joseph Fletcher termasuk tokoh yang menentang adanya prinsip-prinsip etika yang
bersifat mutlak. Ia berpendapat bahwa setiap kewajiban moral selalu bergantung pada situasi
konkret. Sesuatu ketika berada dalam situasi tertentu bisa jadi baik dan tepat, tetapi ketika
berada dalam situasi yang lain bisa jadi jelek dan salah.

Pandangan Penuh Kasih Iris Murdoch


Iris Murdoch mengamati bahwa teori-teori etika pasca-Kant yang memusatkan
perhatiannya kepada kehendak bebas tidak mengenai sasaran. Menurut Murdoch, yang khas
dari teori-teori etika paasca-Kant adalah bahwa nilai-nilai moral dibuang dari dunia nyata.
Teori Murdoch menyatakan bahwa bukan kemampuan otonom yang menciptakan nilai,
melainkan kemampuan untuk melihat dengan penuh kasih dan adil. Hanya pandangan yang
adil dan penuh kasih yang menghasilkan pengertian yang betul-betul benar.

Pengelolaan Kelakuan Byrrhus Frederic Skinner


Skinner mengatakan bahwa pendekatan filsafat tradisional dan ilmu manusia tidak
memadai sehingga yang diperlukan bukanlah ilmu etika, tetapi sebuah teknologi kelakuan. Ia
mengacu pada ilmu kelakuan sederhana yang dikembangkan oleh Pavlov. Ide dasar Skinner
adalah menemukan teknologi/cara untuk mengubah perilaku. Apabila kita dapat merekayasa
kondisi-kondisi kehidupan seseorang, maka kita dapat merekayasa kelakuannya.

Prinsip Tanggung Jawab Hans Jonas


Etika tradisional hanya memperhatikan akibat tindakan manusia dalam lingkungan dekat
dan sesat. Etika macam ini tidak dapat lagi menghadapi ancaman global kehidupan manusia
dan semua kehidupan di dunia ini. Oleh karena itu, Jonas menekankan pentingnya dirancang
etika baru yang berfokus pada tanggung jawab. Intinya adalah kewajiban manusia untuk
bertanggung jawab atas ketuhanan kondisi-kondisi kehidupan umat manusia di masa depan.
Kegagalan Etika Pencerahan Alasdair Maclntyre
Maclntyre mengatakan bahwa etika pencerahan telah gagal karena pencerahan atas nama
rasionalitas justru telah membuang apa yang menjadi dasar rasionalitas setiap ajaran moral,
yaitu pandangan teleologis tentang manusia. Yang dimaksud oleh Maclntyre adalah
pandangan dari Aristoteles sampai dengan pandangan Thomas Aquinas bahwa manusia
sebenarnya mempunyai tujuan hakiki (telos) dan bahwa manusia hidup untuk mencapai tujuan
itu.

TEORI ETIKA DAN PARADIGMA HAKIKAT MANUSIA


Tabel 3.1
Teori Etika dan Hubungannya dengan Paradigma Hakikat Manusia dan Kecerdasan

Paradigma
Hakikat
No. Teori Penalaran
Kriteria Etis Tujuan Hidup Manusia dan
Teori
Kecerdasan
1 Egoisme Tujuan dari Memenuhi kepentingan Kenikmatan duniawi Hakikat tidak
tindakan pribadi secara individu utuh
(PQ, IQ)
2 Utilitarianisme Tujuan dari Memberi manfaat/ Kesejahteraan duniawi Hakikat tidak
tindakan kegunaan bagi banyak masyarakat utuh
orang (PQ, IQ, EQ)
3 Deontologi-Kant Tindakan itu Kewajiban mutlak Demi kewajiban itu Hakikat tidak
sendiri setiap orang sendiri utuh
(IQ, EQ)
4 Teori Hak Tingkat Aturan tentang hak Demi martabat Hakikat tidak
kepatuhan asasi manusia (HAM) kemanusiaan utuh
terhadap HAM (IQ)
5 Teori Keutamaan Disposisi karakter Karakter positif-negatif Kebahagiaan duniawi Hakikat tidak
individu dan mental (psikologis) utuh
(IQ, EQ)
6 Teori Teonom Disposisi karakter Karakter mulia dan Kebahagiaan rohani Hakikat utuh
dan tingkat mematuhi kitab suci (surgawi, akhirat, (PQ, IQ, EQ,
keimanan agama masing-masing moksa, nirmala), SQ)
individu dan mental, dan duniawi
masyarakat

Tantangan ke Depan Etika sebagai Ilmu


Ilmu etika ke depan hendaknya didasarkan atas paradigma manusia utuh, yaitu suatu pola
pikir yang mengutamakan integritas dan keseimbangan pada:
a. Pertumbuhan PQ, IQ, EQ, dan SQ.
b. Kepentingan individu, kepentingan masyarakat, dan kepentingan Tuhan.
c. Keseimbangan tujuan lahiriah (duniawi) dengan tujuan rohaniah (spiritual).
Dari uraian mengenai cara membangun manusia utuh yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa sebenarnya semua teori etika yang pada awal kemunculannya bagaikan
potongan-potongan terpisah dan berdiri sendiri, ternyata dapat dipadukan karena sifatnya
yang saling melengkapi. Inti dari hakikat manusia utuh adalah keseimbangan, yang bisa
diringkas sebagai berikut:
a. Keseimbangan antara hak (teori hak) dan kewajiban (teori deontologi).
b. Keseimbangan tujuan duniawi (teori teleologi) dan rohani (teori teonom).
c. Keseimbangan antara kepentingan individu (teori egoisme) dan kepentingan
masyarakat (teori utilitarianisme).
d. Gabungan ketiga butir di atas akan menentukan karakter seseorang (teori keutamaan).
e. Hidup adalah suatu proses evolusi kesadaran.
Nama : Idka Setia Ningrum
NIM : 20140420271
Kelas :F
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Akuntansi

Bab
4 Hakikat Ekonomi
dan Bisnis
HAKIKAT EKONOMI
Ekonomi berasal dari kata Yunani oikonomia yang berarti pengelolaan rumah (Capra,
2002). Yang dimaksud dengan pengelolaan rumah adalah cara rumah tangga memperoleh dan
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup (fisik) anggota rumah
tangganya. Dari sini berkembang disiplin ilmu ekonomi yang dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi.
Ilmu ekonomi berkembang berdasarkan asumsi dasar yang masih dipegang hingga saat
ini, yaitu adanya kebutuhan (needs) manusia yang tidak terbatas dihadapkan pada sumber
daya yang terbatas (scarce resources) sehingga menimbulkan persoalan bagaimana
mengekploitasi sumber daya yang terbatas tersebut secara efektif dan efisien guna memenuhi
kebutuhan manusia yang tak terbatas.

ETIKA DAN SISTEM EKONOMI


Ada dua paham sistem ekonomi yang berkembang, yaitu ekonomi kapitalis dan ekonomi
komunis. Inti dari paham ekonomi kapitalis adalah adanya kebebasan individu untuk
memiliki, mengumpulkan, dan mengusahakan kekayaan secara individu. Sistem kapitalis
sering disebut juga sistem ekonomi liberal. Ada dua ciri pokok dari sistem ekonomi kapitalis,
yaitu: liberalisme kepemilikan dan dukungan ekonomi pasar bebas. Menurut paham ini,
kebebasan individu akan memicu motivasi setiap orang untuk melakukan kegiatan bisnis dan
ekonomi dalam rangka memakmurkan dirinya masing-masing.
Sebaliknya paham ekonomi komunis yang memperoleh inspirasi dari pemikiran Karl
Marx justru sangat menentang sistem kapitalis ini. Menurut sistem ekonomi komunis, setiap
individu dilarang menguasai modal dan alat-alat produksi. Alat-alat produksi dan modal harus
dikuasai oleh masyarakat (melalui negara) sehingga tidak ada lagi eksploitasi oleh
sekelompok kecil majikan terhadap masyarakat mayoritas (kaum buruh). Karena perhatian
utama sistem komunis adalah kemakmuran masyarakat secara keseluruhan dan bukan
kemakmuran orang per orang, maka sering kali sistem komunis ini—dengan beberapa
variasinya—disebut sebagai sistem sosialis. Walaupun sistem kapitalis dan sistem komunis
sangat bertentangan, namun sebenarnya ada persamaan yang sangat esensial, yaitu keduanya
hanya ditujukan untuk mengejar kemakmuran/kenikmatan duniawi dengan hanya
mengandalkan kemampuan pikiran rasional dan melupakan tujuan tertinggi umat manusia
(kebahagiaan di akhirat).

Etika dan Sistem Ekonomi Komunis


Tujuan sistem ekonomi komunis adalah untuk memeratakan kemakmuran masyarakat
dan menghilangkan eksploitasi oleh manusia (majikan, pemilik modal) terhadap manusia
lainnya (kaum buruh). Tujuan pemerataan kemakmuran tidak tercapai; yang terjadi adalah
pemerataan kemiskinan. Terjadi kesenjangan kekayaan yang sangat mencolok antara oknum
pejabat sangat kaya, sementara rakyatnya tetap dililit kemiskinan. Mengapa sistem ekonomi
komunis mengalami kegagalan walaupun sebenarnya tujuannya sangat mulia? Jawaban atas
hal ini dapat diberikan sebagai berikut:
a. Sistem ekonomi komunis didasarkan atas hakikat manusia tidak utuh.
b. Dalam sistem ekonomi komunis, alat-alat produksi dan kekayaan individu tidak
diakui.
c. Produktivitas tenaga kerja sangat rendah karena rakyat yang bekerja untuk negara
tidak termotivasi untuk bekerja lebih giat.
d. Keadaan perekonomian negara-negara Blok Komunis semakin memburuk karena
terjadi pemborosan kekayaan negara, terutama untuk memproduksi senjata yang
dipaksakan dalam rangka perang dingin menghadapi negara-negara Blok Barat.

Etika dan Sistem Ekonomi Kapitalis


Dalam sistem ekonomi kapitalis, tujuan manusia direndahkan hanya untuk mengejar
kemakmuran ekonomi (fisik) semata dan mengabaikan kekuatan Tuhan. Sistem ekonomi ini
juga melupakan tujuan tertinggi hakikat sebagai manusia, yaitu kebahagiaan di akhirat. Sistem
ekonomi kapitalis yang berkembang di negara-negara Barat telah melahirkan perusahaan-
perusahaan multinasional dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kekayaan mereka sudah semakin besar, bahkan sudah melewati pendapatan negara-
negara yang sedang berkembang.
b. Kekuasaan para pemiliknya telah melewati batas-batas wilayah suatu negara.

Etika dan Sistem Ekonomi Pancasila


Sistem ekonomi pancasila mencoba memadukan hal-hal positif yang ada pada kedua
sistem ekonomi ekstrem—komunis dan kapitalis. Ciri keadilan dan kebersamaan pada sistem
ekonomi Pancasila diambil dari sistem komunis; ciri hak dan kebebasan individu diambil dari
sistem kapitalis; ditambah dengan ciri ketiga yang tidak ada pada kedua sistem tersebut, yaitu
kepercayaan kepada Tuhan YME dengan memberikan kebebasan rakyatnya memeluk agama
sesuai dengan keyakinan masing-masing. Secara teoretis, sistem ekonomi Pancasila
merupakan fondasi yang paling baik dan paling sesuai untuk membangun hakikat manusia
seutuhnya.

Etika dan Sistem Ekonomi


Etika pada intinya mempelajari perilaku/tindakan seseorang dan kelompok atau lembaga
yang dianggap baik atau tidak baik. Sistem ekonomi adalah seperangkat umur (manusia,
lembaga, wilayah, sumber daya) yang terkoordinasi untuk mendukung peningkatan produksi
(barang dan jasa) serta pendapatan untuk menciptakan kemakmuran masyarakat.
Kesimpulannya adalah bahwa sistem ekonomi apa pun dapat saja memunculkan banyak
persoalan yang bersifat tidak etis. Etis tidaknya suatu tindakan lebih disebabkan tingkat
kesadaran individual para perilaku dalam aktivitas ekonomi (oknum birokrasi, pejabat negara,
pemimpin perusahaan), bukan pada sistem ekonomi yang dipilih oleh suatu negara. Di sini
yang berperan adalah tingkat kesadaran dalam memaknai hakikat dirinya—hakikat manusia
sebagai manusia utuh atau manusia tidak utuh.

PENGERTIAN DAN PERANAN BISNIS


Aktivitas bisnis bukan saja kegiatan dalam rangka menghasilkan barang dan jasa, tetapi
juga termasuk kegiatan mendistribusikan barang dan jasa tersebut ke pihak-pihak yang
memerlukan serta aktivitas lain yang mendukung kegiatan produksi dan distribusi tersebut.
Dua pandangan tentang bisnis sebagaimana diungkapkan oleh Sonny Keraf (1998), yaitu
pandangan praktis-realistis dan pandangan idealis. Pandangan praktis-realistis melihat
tujuan bisnis adalah untuk mencari keuntungan (profit) bagi pelaku bisnis, sedangkan
aktivitas memproduksi dan mendistribusikan barang merupakan sarana/alat untuk
merealisasikan keuntungan tersebut. Pandangan idealis adalah suatu pandangan di mana
tujuan bisnis yang terutama adalah menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan keuntungan yang diperoleh merupakan
konsekuensi logis dari kegiatan bisnis tersebut. Inti dari pandangan idealis adalah bahwa
tujuan pokok dari bisnis adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan
keuntungannya hanyalah akibat dari kegiatan bisnis.
Tabel 4.1
Komponen-komponen Budaya Etis

Fokus
Kriteria Etis
Individu Perusahaan Masyarakat
Egoisme (pendekatan Kepentingan diri (self- Kepentingan perusahaan Efisiensi ekonomi
berpusat pada kepentingan interest) (company interest)
diri)
Benevolence (pendekatan Kepentingan Bersama Kepentingan tim (team Tanggung jawab sosial
berpusat pada kepentingan (friendship) interest) (social responsibility)
orang lain)
Principles (pendekatan Moralitas pribadi (personal Prosedur dan peraturan Kode etik dan hukum
berpusat pada prinsip morality) perusahaan
integritas)

LIMA DIMENSI BISNIS


Dimensi Ekonomi
Bisnis paling mudah dipahami bila dilihat dari dimensi ekonomi. Dari sudut pandang ini,
bisnis adalah kegiatan produktif dengan tujuan memperoleh keuntungan. Bisnis merupakan
tulang punggung kegiatan ekonomi; tanpa bisnis tidak ada kegiatan ekonomi. Harta adalah
sumber daya ekonomis yang masih mempunyai manfaat untuk menciptakan penjualan pada
periode mendatang.

Dimensi Etis
Konsep bisnis bila dilihat dari dimensi ekonomi yaitu aktivitas produktif dengan tujuan
mencari keuntungan—sudah sangat jelas dan dipahami oleh hampir semua pihak. Namun bila
dilihat dari dimensi etis, bisnis masih menimbulkan diskusi yang diwarnai oleh pro dan
kontra. Persoalan pro dan kontra dari dimensi etika ini dapat dimaklumi karena belum semua
pihak mempunyai pemahaman yang sama tentang pengertian etika dan ukuran yang tepat
untuk menilai etis tidaknya suatu tindakan bisnis.
Berikut ini adalah pembahasan bisnis dari dimensi etis. Pertama, kegiatan bisnis adalah
kegiatan produktif, artinya kegiatan menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa
untuk kebutuhan seluruh umat manusia. Kedua, bila dilihat dari pihak yang memperoleh
manfaat dari keuntungan suatu kegiatan bisnis (masalah keadilan dalam distribusi
keuntungan) dan tindakan bisnis dalam merealisasikan keuntungan itu, isu etika muncul untuk
memberikan penilaian atau dampak negatif yang ditimbulkan bagi masyarakat dan lingkungan
alam (merugikan orang lain atau menimbulkan kerusakan lingkungan).

Dimensi Hukum
Hukum dan etika sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat erat karena keduanya
mengatur perilaku manusia. Hukum dibuat oleh negara atau beberapa negara melalui suatu
mekanisme formal yang sesuai dengan konstitusi/aturan internasional dan mengikat seluruh
warga suatu negara atau lebih dari satu negara bila hukum/peraturan itu diratifikasi oleh lebih
dari satu negara. Pelanggaran terhadap hukum akan dikenai sanksi hukum.

Dimensi Sosial
Sebagai suatu sistem, artinya di dalam organisasi perusahaan terdapat berbagai elemen,
unsur, orang, dan jaringan yang saling terhubung (interconnected), saling berinteraksi
(interacted), saling bergantung (interdepended), dan saling berkepentingan. Sebagai sistem
terbuka, artinya keberadaan perusahaan ditentukan bukan saja oleh elemen-elemen yang ada
di dalam perusahaan atau yang sering disebut faktor internal, seperti: sumber daya manusia
(tenaga kerja, manajer, eksekutif) dan sumber daya non-manusia (uang, peralatan,
bangunan, dan sebagainya), tetapi juga oleh faktor-faktor di luar perusahaan atau yang sering
disebut faktor eksternal, yang juga terdiri atas dua elemen, yaitu: faktor manusia dan non-
manusia.

Dimensi Spiritual
Kegiatan bisnis dalam pandangan Barat tidak pernah dikaitkan dengan agama. Padahal
kalau ditelusuri dalam ajaran agama-agama besar, ada ketentuan yang sangat jelas tentang
kegiatan bisnis ini. Dalam agama Islam dijumpai suatu ajaran bahwa menjalankan kegiatan
bisnis ini merupakan bagian dari ibadah, asalkan kegiatan bisnis (ekonomi) diatur berdasarkan
wahyu yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul (Dawan Rahardjo, 1990).
Selanjutnya Dawan Rahardjo mengatakan bahwa ada tiga doktrin dalam Islam, yaitu: ibadah,
akhirat, dan amal saleh.
Kegiatan bisnis yang spiritual tumbuh berdasarkan paradigma sebagai berikut:
• Pengelola dan pemangku kepentingan (stakeholders) menyadari bahwa kegiatan bisnis
adalah bagian dari ibadah (God devotion).
• Tujuan bisnis adalah untuk memajukan kesejahteraan semua pemangku kepentingan
atau masyarakat (prosperous society).
• Dalam menjalankan aktivitas bisnis, pengelola mampu menjamin kelestarian alam
(planet conservation).

Gambar 4.1
Kegiatan Bisnis Spiritual

Ibadah (God Devotion)

Bisnis
(Profit)

Alam Lestari Masyarakat Sejahtera


(Planet Conservation) (Prosperous Society)

PENDEKATAN PEMANGKU KEPENTINGAN


(STAKEHOLDER)
Tanggung Jawab Manajemen dan Teori Pemangku Kepentingan
Dari sudut pandang pengelola perusahaan (manajemen), dijumpai beberapa paradigma
berkaitan dengan peran dan tanggung jawab manajemen dalam mengelola perusahaan. Dalam
dunia akuntansi wujud peran dan tanggung jawab manajemen ini tercermin dalam beberapa
teori yang berkaitan dengan pemangku kepentingan. Pada umumnya, dulu perusahaan
didirikan oleh pemilik yang sekaligus merangkap sebagai pengelola perusahaan tidak ada
perusahaan antara pengelola (manajemen) dengan pemilik perusahaan. Tujuan pengelolaan
perusahaan jelas adalah untuk meningkatkan laba dan kekayaan pemilik.
Paradigma yang sangat berbeda dijumpai dalam teori dana dan teori komando. Dalam
teori dana, manajemen dalam mengelola suatu lembaga/organisasi lebih berorientasi kepada
restriksi legal atas pengguanaan dana yang dipercayakan kepadanya. Pemangku kepentingan
(stakeholders) adalah semua pihak (orang atau lembaga) yang mempengaruhi keberadaan
perusahaan dan/atau dipengaruhi oleh tindakan perusahaan. Selanjutnya Lawrence, Weber,
dan Post membagi pemangku kepentingan ke dalam dua golongan, yaitu pemangku
kepentingan pasar (market stakeholders) dan pemangku kepentingan nonpasar (nonmarket
stakeholders).

Hubungan Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Paradigma Pengelolaan


Perusahaan
Tabel 4.2
Hubungan Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan
Paradigma Pengelolaan Perusahaan

Tingkat
Teori Etika Paradigma Pengelolaan Sasaran Perusahaan
Kesadaran
Kesadaran • Teori Egoisme • Paradigma Kepemilikan Memperoleh kekayaan dan
Hewani • Teori Hak (Proprietorship Paradigm) keuntungan optimal bagi pengelola
yang sekaligus merangkap sebagai
pemilik perusahaan

• Paradigma Pemegang Pengelola (manajemen) sudah


Saham (Stockholders terpisah dari para pemegang saham
Paradigm) selaku pemilik perusahaan.

Sasaran perusahaan adalah


memperoleh kekayaan dan
keuntungan optimal bagi para
pemegang saham
Kesadaran • Teori Utilitarianisme Paradigma Ekuitas (Equity Sasaran pengelolaan perusahaan
Manusiawi • Teori Keadilan Paradigm) untuk meningkatkan kekayaan dan
(Fairness Theory) keuntungan para investor (pemegang
• Teori Kewajiban saham dan kreditur)
(Deontologi) Paradigma Perusahaan Sasaran pengelolaan perusahaan
• Teori Keutamaan (Enterprise Paradigm) adalah untuk kesejahteraan seluruh
masyarakat (semua pemangku
kepentingan/stakeholders)
Kesadaran • Teori Teonom Paradigma Perusahaan Tujuan pengelolaan perusahaan
Transendental Tercerahkan (Enlightened adalah sebagai bagian dari ibadah
Company) kepada Tuhan melalui pengabdain
tulus untuk kemakmuran bersama
dan menjaga kelestarian alam

Analisis Pemangku Kepentingan (Stakeholder Analysis)


Sebagai suatu sistem terbuka, perusahaan saling berinteraksi dengan semua pihak terkait
(stakeholders) sehingga keberadaan perusahaan bersifat saling mempengaruhi dengan semua
pemangku kepentingan tersebut. Oleh sebab itu perlunya menyadari pentingnya melakukan
proses pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan dan analisis pemangku kepentingan.
Hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan
pendekatan pemangku kepentingan, antara lain:
a. Lakukan identifikasi semua pemangku kepentingan, baik yang nyata maupun yang
masih bersifat potensial.
b. Cari tahu kepentingan (interest) dan kekuasaan (power) setiap golongan pemangku
kepentingan.
c. Cari tahu apakah ada koalisi kepentingan dan kekuasaan antar golongan pemangku
kepentingan tersebut.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE


SOCIAL RESPONSIBILITY—CSR)
Pengertian CSR
Definisi CSR yang dikutip dari buku Membedah Konsep dan Aplikasi CSR karangan
Yusuf Wibisono (2007) dan buku Corporate Social Responsibility dari A.B. Susanto (2007)
salah satunya adalah:
a. The World Business Council for Sustainable Development mendifinisikan CSR
sebagai “Komitmen bisnis untuk secara terus menerus berperilaku etis dan
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi serta meningkatkan kualitas hidup
karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal, serta masyarakat luas pada umumnya.”
b. A.B. Susanto mendifinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan baik ke dalam
maupun ke luar perusahaan. Tanggung jawab ke dalam diarahkan kepada pemegang
saham dan karyawan dalam wujud profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan,
sedangkan tanggung jawab ke luar dikaitkan dengan peran perusahaan sebagai
pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan
kompetensi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi generasi mendatang.

Berangkat dari konsep 3P yang dikemukakan oleh Elkington, konsep CSR sebenarnya
ingin memadukan tiga fungsi perusahaan secara seimbang, yaitu:
a. Fungsi ekonomis
b. Fungsi sosial
c. Fungsi alamiah
Tingkat/Lingkup Keterlibatan dalam CSR
Gambar 4.3
Hubungan Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Tingkat Keterlibatan CSR

Tingkat Kesadaran Teori Etika Tingkat


Keterlibatan CSR

Khewani Egoisme Rendah

Manusiawi Utilitarianisme

Transendental Teonom Tinggi

Pro dan Kontra terhadap CSR


Alasan-alasan yang menentang CSR ini antara lain:
a. Perusahaan adalah lembaga ekonomi yang tujuan pokoknya mencari keuntungan,
bukan merupakan lembaga sosial.
b. Perhatian manajemen perusahaan akan terpecah dan akan membingungkan mereka
bila perusahaan dibebani banyak tujuan.
c. Biaya kegiatan sosial akan meningkatakan biaya produk yang akan ditambahkan pada
harga produk sehingga pada gilirannya akan merugikan masyarakat/konsumen itu
sendiri.
d. Tidak semua perusahaan mempunyai tenaga yang terampil dalam menjalankan
kegiatan sosial.

Sementara itu, alasan-alasan yang mendukung CSR ini adalah:


a. Kesadaran yang meningkat dan masyarakat yang makin kritis terhadap dampak negatif
dari tindakan perusahaan yang merusak alam serta merugikan masyarakat sekitarnya.
b. Sumber daya alam yang makin terbatas.
c. Menciptakan lingkungan sosial yang lebih baik.
d. Perimbangan yang lebih adil dalam memikul tanggung jawab dan kekuasaan dalam
memikul beban sosial dan lingkungan antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat.
e. Bisnis sebenarnya mempunyai sumber daya yang berguna.
f. Menciptakan keuntungan jangka panjang.
Nama : Idka Setia Ningrum
NIM : 20140420271
Kelas :F
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Akuntansi

Bab
6 Prinsip dan Kode Etik
Dalam Bisnis
PENGERTIAN PROFESI
Untuk memahami berbagai pengertian profesi, profesional, dan profesionalisme, dibawah
ini dikutip beberapa definisi dari berbagai sumber.
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan sebagai berikut:
“Profesi: bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran,
dan sebagainya) tertentu.”
“Profesional: (a) bersangkutan dengan profesi; (b) memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya; (c) mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan
amatir).”
“Profesionalisme: merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.”
2. Menurut Sonny Keraf (1998):
“Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan
keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral)
yang mendalam. Dengan demikian, orang yang profesional adalah orang yang menekuni
pekerjaannya dengan purna-waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan
keahlian dan keterampilan yang tinggi serta punya komitmen pribadi yang mendalam atas
pekerjaannya itu.”

Secara lebih rinci, pengertian profesi dalam konteks ini ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:
a. Profesi adalah suatu pekerjaan mulia.
b. Untuk menekuni profesi ini diperlukan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan tinggi.
c. Pengetahuan, keahlian, dan keterampilan diperoleh melalui pendidikan formal, pelatihan,
dan praktik/pengalaman langsung.
d. Memerlukan komitmen moral (kode etik) yang ketat.
e. Profesi ini berdampak luas bagi kepentingan masyarakat umum.
f. Profesi ini mampu memberikan penghasilan/nafkah bagi penyandang profesi untuk hidup
layak.
g. Ada organisasi profesi sebagai wadah untuk bertukar pikiran, mengembangkan program
pelatihan dan pendidikan berkelanjutan, serta menyempurnakan, menegakkan, dan
mengawasi pelaksanaan kode etik di antara anggota profesi tersebut.
h. Ada izin dari pemerintah untuk menekuni profesi ini.

BISNIS SEBAGAI PROFESI


Bisnis dapat diartikan sebagai suatu lembaga atau wadah di mana di dalamnya berkumpul
banyak orang dari berbagai latar belakang pendidikan dan keahlian untuk bekerjasama dalam
menjalankan aktivitas produktif dalam rangka memberikan manfaat ekonomi
(pendapatan/keuntungan) bagi semua pelaku bisnis yang berkepentingan (stakeholder).
Aktivitas bisnis di samping memberikan dampak positif bagi masyarakat berupa penciptaan
lapangan kerja dan sumber penghasilan bagi banyak pemangku kepentingan (stakeholder),
juga dapat membawa dampak negatif. Dampak negatif tersebut, antara lain: meluasnya
pencemaran lingkungan, meningkatnya penyalahgunaan wewenang, korupsi, dan kejahatan
kerah putih yang dilakukan oleh para eksekutif yang dapat membawa kebangkrutan
perusahaan. Oleh karena itu, makin banyak orang sependapat bahwa bisnis adalah suatu
profesi dan hampir semua jabatan/fungsi/pekerjaan yang ada di dalam organisasi bisnis
sebenarnya merupakan profesi dan tidak lagi dipandang hanya sebatas “pekerjaan”.
Yang membedakan pekerjaan biasa dengan profesi adalah pada “dampak” dari pekerjaan
biasa dan profesi tersebut pada masyarakat. Pekerjaan biasa mempunyai dampak terbatas pada
masyarakat, sedangkan profesi berdampak luas pada masyarakat. Oleh karena profesi
mempunyai kualifikasi ilmu dan keterampilan yang tinggi serta komitmen moral yang sangat
ketat. Bisnis dianggap sebagai profesi karena telah sesuai dengan definisi dan ciri-ciri suatu
profesi, yaitu:
a. Profesi adalah pekerjaan dan di dalam bisnis terdapat banyak jenis pekerjaan.
b. Sebagian besar jenis pekerjaan di dalam perusahaan—terutama yang dilaksanakan oleh
jajaran manajemen—menuntut pengetahuan dan keterampilan tinggi, baik melalui
pendidikan formal maupun melalui berbagai jenis pelatihan dan pengalaman.
c. Profesi menuntut penerapan kaidah moral/etika yang sangat ketat.
d. Tuntutan kaidah moral yang tinggi menjadi keharusan dalam bisnis kerena pengalaman
membuktikan bahwa perilaku para perilaku bisnis menentukan kinerja perusahaan yang
akan berpengaruh besar bagi kehidupan ekonomi masyarakat dan negara baik secara
positif maupun secara negatif.

PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS


Di bawah ini dikutip beberapa contoh prinsip-prinsip etika dari beberapa sumber.
1. Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Caux Round Table (dalam Alois A. Nugroho, 2001)
adalah:
a. Tanggung jawab bisnis: dari shareholders ke stakeholders.
b. Dampak ekonomis dan sosial dari bisnis: menuju inovasi, keadilan dan komunitas
dunia.
c. Perilaku bisnis: dari hukum yang tersurat ke semangat saling percaya.
d. Sikap menghormati aturan.
e. Dukungan bagi perdagangan multilateral.
f. Sikap hormat bagi lingkungan alam.
g. Menghindari operasi-operasi yang tidak etis.
2. Prinsip etika bisnis menurut Sonny Keraf (1998).
Setidaknya ada lima prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan titik tolak pedoman perilaku
dalam menjalankan praktik bisnis, yaitu:
a. Prinsip Otonomi
b. Prinsip Kejujuran
c. Prinsip Keadilan
d. Prinsip Saling Menguntungkan
e. Prinsip Integritas Moral
3. Prinsip etika bisnis menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005).
Prinsip etis merupakan tuntutan bagi perilaku moral. Contoh prinsip etika antara lain:
kejujuran (honesty), pegang janji (keeping promises), membantu orang lain (helping
others), dan menghormati hak-hak orang lain (the rights of other). Sementara itu,
berbohong, mencuri, menipu, membahayakan/merugikan orang lain adalah contoh
penyimpang dari prinsip perilaku etis.
4. Weiss (2006) mengemukakan empat prinsip etika, yaitu: martabat/hak (rights), kewajiban
(duty), kewajaran (fairness), dan keadilan (justice). Weiss juga tidak memberikan uraian
lebih lanjut tentang prinsip-prinsip etika bisnis yang diungkapkannya.

ETIKA LINGKUNGAN HIDUP


Isu Lingkungan Hidup
Persoalan lingkungan hidup—yaitu hubungan dan keterlibatan antara manusia dengan
alam dan pengaruh tindakan manusia terhadap kerusakan lingkungan—baru mulai disadari
pada paruh kedua abad ke-20. Sebagaimana dikatakan oleh Bertens (2001), pertumbuhan
ekonomi global saat ini telah memunculkan enam persoalan lingkungan hidup, yaitu:
akumulasi bahan beracun, efek rumah kaca, perusakan lapisan ozon, hujan asam, deforestari
dan penggurunan, serta kematian bentuk-bentuk kehidupan. Keenam isu lingkungan hidup ini
dibahas secara lebih rinci dalam bahasan berikut.

Akumulasi Bahan Beracun


Sudah bukan rahasia lagi bahwa pabrik-pabrik yang berdiri selama ini umumnya
membuang limbahnya ke dalam saluran-saluran yang pada akhirnya mengalir ke sungai-
sungai dan laut. Bukan saja air sungai dan laut yang mulai tercemar. Udara di sekitar kita—
terutama di kota-kota besar—juga telah tercemar oleh asap hitam yang mengandung gas
beracun yang keluar dari knalpot berbagai merek dan jenis kendaraan bermotor. Banyaknya
penggunaan berbagai jenis pupuk kimia non-organik dengan takaran tak terkendali untuk
meningkatkan produksi pertanian telah terbukti mulai mencemari hasil produksi pertanian,
khususnya berbagai jenis bahan pangan. Belum lagi, saat ini makin banyak dijumpai kasus di
mana produk hasil pertanian dan hasil olahan industri rakyat seperti tahu, tempe, bakso,
diawetkan dengan formalin. Minuman dan makanan pun ada yang dicampur dengan zat
pewarna yang berbahaya untuk kesehatan. Penemuan teknologi nuklir untuk pembuatan
berbagai jenis senjata jelas merupakan ancaman besar bagi keberadaan bumi beserta seluruh
isinya.
Efek Rumah Kaca (Greenhouse Effect)
Gas polutan penyebab pemanasan global sebagian besar berasal dari pembakaran bahan
bakar fosil (minyak bumi dan batubara), yang saat ini masih menjadi sumber energi terbesar
di dunia untuk industri, transportasi, dan keperluan rumah tangga. Gas metana berasal dari
pembakaran sampah kota dan chloro-fluoro-carbon (CFC) yang banyak digunakan untuk
penyejuk ruangan (AC), kulkas, industri pabrik, dan sebagian gas pendorong pada aerosol.
Selain itu, pemanasan global juga dapat menimbulkan berbagai bencana, seperti kekeringan,
banjir, badai, dan topan akibat iklim yang tidak menentu, mengganggu pola hidup flora dan
fauna, mengacaukan pola tanam petani dan pola penangkapan ikan nelayan di laut, merubah
habitat hama dan penyakit dan sebagainya,

Perusakan Lapisan Ozon


Kegunaan lapisan ozon (O3) bagi bumi dan suluruh isinya adalah untuk melindungi
semua kehidupan di bumi dan sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh sinar matahari. Bahaya
radiasi sinar ultraviolet ini, antara lain bisa menyebabkan kanker kulit, penurunan sistem
kekebalan tubuh, katarak, serta kerusakan bentuk-bentuk (spesies) kehidupan di laut dan di
daratan. Ada laporan bahwa bukan saja telah terjadi penipisan ozon, tetapi juga telah terjadi
perobekan sehingga menimbulkan lubang pada bagian tertentu dari lapisan ozon tersebut.
Penyebab paling umum dari kerusakan lapisan ozon ini adalah gas polutan yang disebut
chloro-fluoro-carbon (CFC).

Hujan Asam (Acid Rain)


Hujan asam ternyata sangat berbahaya bagi kehidupan di bumi. Bila ini terus
berlangsung, maka hujan asam dapat merusak hutan, mencemari air danau, dan bahkan
merusak gedung-gedung.

Deforestasi dan Penggurunan


Akibat negatif dari penyempitan dan perusakan hutan antara lain: tejadi erosi dan banjir
yang meluas; berkurangnya fungsi hutan untuk menyerap gas polutan; musnah/berkurangnya
spesis flora dan fauna tertentu; meluasnya penggurunan daratan; menurunnya kualitas
kesuburan tanah; berkurangnya cadangan air tanah; serta terjadi perubahan pola cuaca. Akibat
lanjutan dari proses penggundulan dan perusakan hutan ini adalah berkurangnya kapasitas
produksi hasil pertanian karena perubahan pola cuaca, berkurangnya kesuburan tanah, dan
mempercepat proses pemanasan global.

Keanekaragaman Hayati
Terjadinya pencemaran lingkungan, perusakan hutan, dan pemanasan global, secara pasti
telah menyebabkan berkurangnya populasi jenis-jenis (species) kehidupan tertentu. Bahkan
tidak mustahil jenis-jenis kehidupan tertentu telah punah dari muka bumi, seperti punahnya
dinosaurus pada zaman dahulu.

PARADIGMA ETIKA LINGKUNGAN


Ada beberapa paradigma (cara pandang/pola pikir) yang berkembang dalam memahami
etika dalam kaitannya dengan isu lingkungan hidup.
1. Etika kepentingan generasi mendatang, yang memandang bahwa suatu keputusan dan
tindakan hendaknya jangan hanya memikirkan kepentingan umat manusia pada generasi
saat ini saja, tetapi juga kepentingan umat manusia pada generasi-generasi mendatang.
2. Etika lingkungan biosentris, yang memandang perilaku etis bukan saja dari sudut pandang
manusia, tetapi juga dari sudut pandang nonmanusia (flora, fauna, dan benda benda bumi
non-organisme) sebagai satu kesatuan sistem lingkungan (ecosystem).
3. Etika ekosistem (ecosystem) menganggap Sang Pencipta (Tuhan) dan seluruh ciptaannya
(bumi dan seluruh isinya, sistem surya, sistem galaksi, dan alam jagat raya) dianggap
sebagai moral patients.

KODE ETIK DI TEMPAT KERJA


Kode Etik Sumber Daya Manusia (Human Resource)
Karyawan merupakan salah satu kelompok pemangku kepentingan utama (main
stakeholder) dalam perusahaan. Tanpa karyawan, tidak mungkin perusahaan mampu
merealisasikan tujuannya. Departemen yang bertanggung jawab atas SDM di suatu
perusahaan adalah Departemen SDM. Dilihat dari sejarah perkembangannya, A.M. Lilik
Agung mencatat setidaknya ada empat peran yang melekat pada Departemen SDM, yaitu:
1. Peran Administratif
2. Peran Kontribusi
3. Peran Agen Perubahan
4. Peran Mitra Strategis
Sasaran dari pengelolaan SDM adalah agar perusahaan mampu memiliki karyawan yang
tepat dilihat dari kuantitas (jumlah) dan kualitas yang dibutuhkan. Sekarang ini makin banyak
perusahaan yang menyadari pentingnya aspek sikap dan perilaku ini sehingga makin banyak
perusahaan yang mengembangkan kode etik untuk dijadikan acuan perilaku bagi seluruh
karyawannya. Oleh karena itu, berdasarkan studi oleh Weaver, Trevino, dan Cochran,
diperlukan paket program implementasi dengan memperhatikan sedikitnya enam dimensi
program etik agar suatu kode etik dapat dipatuhi. Enam dimensi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kode etik formal
2. Komite etika
3. Sistem komunikasi etika
4. Pejabat etika (ethics officers, ombuds persons)
5. Program pelatihan etika
6. Proses penetapan disiplin

Tabel 6.1
Topik-topik yang Dijumpai dalam Kode Etik Perusahaan

No. Topik
1. Prinsip-prinsip Etika: kejujuran, keadilan, rasa kasih (compassion), integritas, prediktabilitas, responsibilitas
2. Penghormatan terhadap hak dan kewajiban setiap pemangku kepentingan (stakeholders)
3. Visi, misi, dan kebijakan pokok yang terkait dengan hal di atas
4. Kerangka proses keputusan etis
5. Kapan perlu nasihat dan kepada siapa meminta nasihat
6. Topik-topik khusus untuk temuan di atas 5% yang berhubungan dengan karyawan, pemasok, dan kode usaha
patungan (joint venture codes):
• Penyuapan
• Konflik kepentingan
• Keamanan informasi
• Penerimaan hadiah
• Diskriminasi/peluang yang sama
• Pemberian hadiah
• Proteksi lingkungan
• Pelecehan seksual
• Antitrust
• Keamanan tempat kerja
• Kegiatan politik
• Hubungan kemasyarakatan
• Kerahasiaan informasi pribadi
• Hak asasi manusia
• Privasi karyawan
• Program proteksi dan whistleblowing
• Penyalahgunaan substansi (substance abuse)
• Nepotisme
• Tenaga anak
Kode Etik Pemasaran
Efektivitas fungsi pemasaran akan terlihat dari pencapaian target penjualan serta loyalitas
dan kepuasan pelanggan terhadap produk dan layanan perusahaan. Perilaku dan kualitas
hubungan para eksekutif dan karyawan pada fungsi pemasaran dengan para pelanggan dan
calon pelanggan menjadi sangat krusial karena menentukan citra perusahaan dan produknya
di mata publik, serta menentukan tingkat loyalitas dan kepuasan para pelanggan.

Kode Etik Akuntansi


Tabel 6.3
Ringkasan Kode Etik
Institude of Management Accountans

Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuanagan mempunyai suatu tanggung jawab untuk:
1) Kompetisi: Memelihara tingkat kompetisi profesional yang layak dengan mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan mereka.
2) Kerahasiaan: Menahan diri untuk membeberkan informasi rahasia yang diperoleh dari menjalankan tugas sesuai
kewenangannya, kecuali diwajibkan secara hukum untuk membeberkannya.
3) Integritas: Menghindari konflik kepentingan sesungguhnya atau yang tampak dan memberitahu para pihak terkait
dalam hal terjadi konflik kepentingan.
4) Objektivitas: Mengomunikasikan informasi secara adil.
5) Resolusi atas Konflik Etis: Bila suatu kebijakan tidak mampu memecahkan konflik etis, maka praktisi harus
mempertimbangkan langkah-langkah berikut ini:
• Diskusikan masalah dengan atasan langsung, kecuali ada indikasi atasan langsung terlibat.
• Mengklarifikasi isu etis yang relevan melalui diskusi rahasia dengan penasihat yang tepat.
• Bila konflik etis masih muncul setelah bersusah payah mendapatkan pandangan internal dari pejabat pada
berbagai tindakan, tidak ada jalan lain yang lebih baik selain mengundurkan diri dari organisasi dan
memberikan nota memorandum kepada perwakilan organisasi yang tepat.

Kode Etik Keuangan


Akhir-akhir ini makin banyak dan makin sering terdengar berita tentang isu/skandal
pelanggaran etika dibidang keuangan yang dilakukan dan melibatkan oknum pejabat terkait di
bidang keuangan. Pelanggaran etika yang sudah sering terdengar, antara lain: insider trading,
transaksi saham ilegal, proyeksi laporan keuangan yang direkayasa untuk memperoleh kredit
bank, rekayasa laporan keuangan untuk tujuan pembayaran pajak atau untuk mendongkrak
harga saham, dan sebagainya.

Kode Etik Teknologi Informasi


Bersamaan dengan manfaat nyata bagi kehidupan umat manusia, kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi ini juga telah memunculkan berbagai isu etika yang makin serius,
terutama di kalangan mereka yang berprofesi di bidang teknologi informasi dan komunikasi
tersebut. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka makin disadari pentingnya membangun
dan menanamkan sikap dan perilaku etis di kalangan profesi di bidang teknologi informasi.

Kode Etik Fungsi Lainnya


Komunikasi yang tidak efektif antar orang di dalam satu bagian, atau komunikasi yang
tidak kondusif antar bagian di dalam satu perusahaan bisa menimbulkan suasana dan budaya
perusahaan yang tidak kondusif. Hal ini akan menimbulkan stres bagi karyawan yang pada
akhirnya merugikan perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, semua karyawan pada
semua fungsi di suatu perusahaan harus selalu bersikap profesional, yaitu: menguasai bidang
ilmu dan keterampilan teknis pada bidangnya, serta harus mempunyai sikap dan perilaku etis.

PERBANDINGAN KODE ETIK


Tabel 6.6
Topik-topik Kode Etik dalam Perbandingan

American Marketing Institute of Management Association for Association for Computing


Association (AMA) Accountants Investment Management Machine (ACM)
and Research (AIMR)
Tanggung jawab Kompetensi Kompetensi Tanggung jawab dan
komitmen
Kejujuran dan Kewajiban Integritas Integritas, Martabat Jujur dan dapat dipercaya
(dignity)
Hak dan Kewajiban Kerahasiaan, Objektivitas Kerahasiaan, Objektivitas, Kerahasiaan, Menghormati
Independensi hak kekayaan intelektual
Hubungan organisasi Resolusi atas konflik etis Kehati-hatian; Adil dan tidak diskriminatif;
Larangan menggunakan menghormati privasi orang
informasi nonpublik lain

Integritas
Pertama, utuh dan tidak terbagi menyiratkan bahwa seorang profesional memerlukan
kesatuan dan keseimbangan antara pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan
perilaku etis (attitude). Kedua, menyatu menyiratkan bahwa seorang profesional secara serius
dan purna-waktu dalam menekuni profesinya, sekaligus juga menyenangi pekerjaannya.
Ketiga, kokoh dan konsisten menyiratkan pribadi yang berprinsip, percaya diri, tidak mudah
goyah, dan tidak mudah terpengaruh orang lain.

Whistleblowing
Dimaksudkan dengan whistleblowing dalam konteks etika, sebagaimana diungkapkan
oleh Sonny Keraf (1998) adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang
karyawan untuk membocorkan kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan atau
atasannya kepada pihak lain. Khusus dalam kode etik Akuntan Manajemen (Institute of
Management Accountans), ditemukan topik “Resolusi Konflik Etis”. Dalam topik ini,
sebenarnya diatur tata cara atau prosedur pelaporan bila seorang akuntan manajemen
menghadapi dilema etis atau pelanggaran etis yang dilakukan oleh karyawan lain, atau oleh
atasan yang bersangkutan. Hal ini sebenarnya mengatur tindakan yang berhubungan dengan
whistleblowing, baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Kompetensi
Kompetensi berarti kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan suatu pekerjaan atau
profesinya. Orang yang kompeten berarti orang yang dapat menjalankan pekerjaannya dengan
kualitas hasil yang baik.

Objektivitas dan Independensi


Objektif berarti: sesuai tujuan, sesuai sasaran, tidak berat sebelah, selalu didasarkan atas
fakta atau bukti yang mendukung. Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta
tidak di bawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan dan
tindakan.
Nama : Idka Setia Ningrum
NIM : 20140420271
Kelas :F
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Akuntansi

Bab
7 Kode Etik Profesi
Akuntan Indonesia
PROFESI AKUNTAN
Akuntan yang bekerja pada departemen atau bagian akuntansi sering disebut juga sebagai
akuntan manajemen. Tugas pokok akuntan manajemen di dalam organisasi, antara lain:
melakukan proses pencatatan transaksi keuangan, memelihara catatan atas semua transaksi
perusahaan, serta membuat laporan akuntansi secara periodik untuk disampaikan kepada
manajemen organisasi. Dalam setiap organisasi (perusahaan), dapat dibedakan dua jenis
laporan akuntansi, yaitu: (1) laporan akuntansi keuangan, atau lebih sering disingkat laporan
keuangan (financial statements) saja, dan (2) laporan akuntansi manajemen. Akuntan publik
fungsi pokoknya adalah melakukan pemeriksaan umum atas laporan keuangan perusahaan
sebelum diterbitkan sebagai alat pertanggungjawaban manajemen. Fungsi pokok akuntan
publik adalah melakukan pemeriksaan umum atas laporan keuangan perusahaan dan
memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan setelah melakukan prosedur audit.
Selain bekerja sebagai akuntan manajemen dan akuntan publik, para akuntan juga dapat
bekerja sebagai auditor internal. Namun harus disadari bahwa profesi auditor internal bisa
juga diisi oleh orang dengan latar belakang pendidikan non-akuntansi. Lingkup tugas
departemen audit internal bisa sangat luas, yaitu meliputi berbagai jenis audit, antara lain:
audit keuangan (financial audit), audit manajemen/operasional (management/operational
audit), audit ketaatan (compliance audit), investigasi khusus (special investigation), audit
sistem informasi, dan sebagainya. Tujuan penugasan audit keuangan adalah untuk menilai
kewajaran dari laporan keuangan perusahaan, apakah telah disusun sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum. Tujuan dari management audit adalah untuk melakukan
penilaian atas kinerja organisasi, apakah kinerja organisasi tersebut telah mencapai tingkat
efisiensi, efektivitas, dan keekonomian yang diharapkan. Suatu kinerja disebut efektif bila
tujuan (goal) yang ditetapkan oleh suatu unit organisasi telah tercapai, tanpa memperhatikan
aspek biaya. Suatu kinerja disebut efisien bila untuk memperoleh output tertentu, dikorbankan
(dikonsumsi) input yang minimal. Suatu kinerja disebut ekonomis bila dengan input tertentu,
dihasilkan output yang maksimal. Tujuan dari audit ketaatan adalah untuk menilai apakah
kegiatan operasi perusahaan telah mengikuti berbagai peraturan, kebijakan, dan prosedur yang
telah ditetapkan.
Gambar 7.1
Skema Karier Seorang Akuntan

Akuntan

Sektor Swasta Sektor Publik

Akuntan Akuntan Akuntan Akuntan


Manajemen Internal Pemerintah Inspektorat

Akuntan Akuntan
BUMN/BUMD BPKP
Akuntan
Publik
Akuntan
BPK

Pekerjaan para akuntan baik yang bekerja di sektor swasta maupun sektor pemerintah,
entah selaku akuntan manajemen, akuntan publik, atau auditor internal dapat disebut suatu
profesi karena: (1) memerlukan pengetahuan akuntansi dan/atau disiplin ilmu lain yang
relevan melalui pendidikan formal (knowledge); (2) memerlukan keterampilan dalam
mengolah data dan menyajikan laporan khususnya dengan memanfaatkan teknologi komputer
dan sistem informasi (skill); serta (3) harus mempunyai sikap dan perilaku etis (attitude).

ORGANISASI INSTITUT AKUNTAN INDONESIA (IAI)


Organisasi Institut Akuntan Indonesia (dulu bernama Ikatan Akuntan Indonesia)—
disingkat IAI—lahir 12 tahun setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tanggal 23 Desember
1957 (T.M. Tuanakotta, 2007). Pada awal berdirinya, susunan pengurusnya terdiri atas:
Ketua : Prof. Soemardjo
Panitera : Drs. Go Tie Siem
Bendahara : Drs. Basuki T. Siddharta
Komisaris : Drs. Tan Tong Joe dan Drs. Hendra Darmawan

Pada saat itu, hanya ada sebelas akuntan di Indonesia. Anggaran dasar IAI baru disahkan
oleh Menteri Kehakiman RI pada tanggal 11 Februari 1959 dan baru dimuat dalam Berita
Negara RI Nomor 24 Tanggal 24 Maret 1959. Walaupun demikian, para anggota sepakat
bahwa tanggal pendirian IAI tetap tanggal 23 Desember 1957. Ikatan Akuntansi Indonesia
juga berbenah diri, antara lain sepakat untuk berganti nama baru menjadi Institut Akuntan
Indonesia, namun dengan tetap mempertahankan singkatan yang dipakai, yaitu IAI. Bila saat
didirikan jumlah akuntan hanya sebelas akuntan, maka pada akhir bulan Desember 2008
nomor register akuntan di Departemen Keuangan telah sampai D-46.094, walaupun tidak
semuanya terdaftar sebagai anggota IAI.

PROFESI AKUNTAN DALAM SOROTAN


Profesi akuntan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari praktik bisnis dan
penyelenggaran administrasi pemerintahan, mau tidak mau, berada dalam tekanan berat
konflik kepentingan sehingga banyak profesi akuntan juga terseret ke dalam praktik-praktik
yang tidak etis. Praktik tidak etis profesi akuntan ini bahkan juga dilakukan oleh sepuluh KAP
papan atas. Sorotan terhadap profesi akuntan tidak saja terjadi di Indonesia, tetapi juga di AS
baik terhadap akuntan manajemen maupun akuntan publik. Sorotan terhadap citra profesi
bahkan juga menimpa KAP peringkat dunia, yang dikenal dengan sebutan “the big five”.
Namun sorotan paling tajam diberikan kepada KAP Arthur Anderson karena pelanggaran
etika dan pelanggaran tindak pidana berupa pemusnahan dokumen kertas kerja dalam
kaitannya dengan audit yang dilakukannya pada Enron.

STRUKTUR ETIKA INSTITUT AKUNTAN INDONESIA


Tujuan profesi akuntansi adalah untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi dan mencapai tingkat kinerja tertinggi dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada empat kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi, yaitu:
a. Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
b. Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelsa dapat diidentifikasikan oleh
pemakai jasa akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
c. Kualitas Jasa. Keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan
dengan standar kinerja tertinggi.
d. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika
profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

Faktor kunci citra profesi akuntan—yaitu keberadaan dan perkembangan profesi akuntan
itu sendiri—ditentukan oleh tingkat kepercayaan masyarakat pemakai jasa akuntan,
sedangkan tingkat kepercayaan masyarakat ditentukan oleh tingkat kualitas jasa dan tingkat
ketaatan serta kesadaran para akuntan dalam mematuhi kode etik profesi akuntansi. Struktur
Kode Etik IAI terdiri atas empat bagian yang disusun berdasarkan struktur/jenjang
(hierarchy), yaitu: (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3) Interprestasi Aturan Etika, dan (4)
Tanya jawab Etika.

Prinsip Etika IAI


Saat ini, kode etik IAI yang disahkan pada kongres IAI VIII tahun 1998 terdiri atas delapan
prinsip-prinsip yaitu:
1. Tanggung jawab profesi
2. Kepentingan publik
3. Integritas
4. Objektivitas
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku profesional
8. Standar teknis
Gambar 7.3
Rerangka Kode Etik IAI dan IAPI

Tanggung jawab profesi IAI-PUSAT


Kepentingan publik PRINSIP ETIKA
Integritas
Objektivitas
Kompetensi dan Kehati-
hatian Profesional
Kerahasiaan ATURAN ETIKA IAI KAP
Perilaku profesional
Standar teknis
RAPAT
ANGGOTA
IAI-KAP

100 200 300 400 500


Independens, Standar Tanggung Tanggung Tanggung
Integritas, Umum dan jawab jawab jawab dan
dan Prinsip kepada kepada praktik lain
Objektivitas Akuntansi klien rekan

PENGURUS
INTERPRESTASI IAI-KAP
ATURAN ETIKA

DEWAN
TANYA JAWAB SPAP

Gambar 7.4
Proses Penalaran Prinsip Etika

Hasil kerja profesi akuntan untuk kepentingan Oleh karena itu setiap
publik anggota dituntut untuk
(Prinsip 2) mengembangkan rasa
tanggung jawab
(Prinsip 1)

Kompetensi mencakup tiga ranah: Tanggung jawab diwujudkan


• Pengetahuan (knowledge)- Prinsip 5 dalam bentuk upaya
• Keterampilan teknis (skill)- Prinsip 8 peningkatan kompetensi
• Sikap-perilaku etis (attitude): secara berkelanjutan
➢ Prinsip 3 – Integritas (Prinsip 5)
➢ Prinsip 4 – objektivitas
➢ Prinsip 6 – kerahasiaan
➢ Prinsip 7 – Perilaku Profesional
Kepentingan Publik (Prinsip ke-2)
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Prinsip ke-2: Kepentingan Publik menyiratkan hal-hal sebagai berikut:
a. Masyarakat/publik membutuhkan dan mengandalkan informasi (laporan keuangan,
laporan audit) yang dihasilkan oleh profesi akuntan untuk mengambil berbagai jenis
keputusan bisnis, ekonomis, dan politis.
b. Efektivitas keputusan publik ini bergantung pada kualitas informasi yang disampaikan
oleh profesi akuntan.
c. Profesi akuntan akan tetap berada pada posisi penting bila setiap akuntan selalu dapat
memelihara kepercayaan publik.
d. Penghormatan kepada kepercayaan publik ini hanya dapat dilakukan bila setiap akuntan
dapat menunjukkan komitmen dan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme
yang tinggi.

Tanggung Jawab Profesi (Prinsip ke-1)


Dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
Prinsip ke-1: Tanggung Jawab Profesi dipelukan sebagai konsekuensi logis dari keharusan
profesi akuntan untuk menjaga kepercayaan publik. Prinsip ini menyiratkan arti bahwa:
a. Publik menuntut tanggung jawab profesi akuntan untuk selalu menjaga kualitas
informasi yang disampaikan.
b. Dalam menjalankan profesinya, setiap akuntan akan sering dihadapkan pada berbagai
bentuk benturan kepentingan (conflict of interest), misalnya:
➢ Kepentingan pribadi versus kepetingan publik
➢ Kepentingan atasan (untuk akuntan manajemen/akuntan pemerintah) versus
kepentingan publik
➢ Kepentingan klien pemberi tugas (untuk akuntan pemeriksa/auditor independen)
dengan kepentingan publik. Untuk itu, akuntan harus selalu lebih mengedepankan
kepentingan yang lebih besar (kepentingan publik).
c. Mengedepankan kepentingan publik hanya dapat dilakukan bila akuntan selalu
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukan.

Kompetensi (Prinsip ke-3 sampai dengan prinsip ke-8)


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.
Pengertian kompetensi mencakup tiga ranah, yaitu: kognitif (pengetahuan/knowledge),
afeksi (sikap dan perilaku—attitude—meliputi: etika, kecerdasan emosional, dan spiritual),
dan psikomotorik (keterampilan teknis/fisik). IAI telah menetapkan enam prinsip etika yang
berhubungan dengan keharusan memiliki kompetensi tinggi ini, yaitu:
1. Kompetensi pada ranah kognitif: Prinsip Kelima—Kompetensi dan Kehati-hatian
Profesional
2. Kompetensi pada ranah afeksi:
a. Prinsip Ketiga—Integritas
b. Prinsip Keempat—Objektivitas
c. Prinsip Keenam—Kerahasiaan
d. Prinsip Ketujuh—Perilaku Profesional
3. Kompetensi pada ranah psikomotorik: Prinsip Kedelapan—Standar Teknis

Aturan Etika IAPI


Aturan Etika IAPI disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut (IAI, 20000.1-
20000.6)
100 Independensi, Integritas, dan Objektivitas
101 Independensi
102 Integritas dan Objektivitas
200 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
201 Standar umum
202 Kepatuhan terhadap standar
203 Prinsip-prinsip akuntansi
300 Tanggung jawab kepada klien
301 Informasi klien yang rahasia
302 Fee Profesional
400 Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
401 Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
402 Komunikasi antar rekan seprofesi
403 Perikatan Atestasi
500 Tanggung jawab dan praktik lainnya
501 Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan
502 Iklan, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya
503 Komisi dan fee referal
504 Bentuk organisasi dan KAP

PENGAWASAN DAN PERIZINAN KAP


Fungsi utama organisasi profesi IAI adalah semacam “self regulatory body”, yaitu
sebagai wadah untuk mengatur, membina, dan mengawasi kualitas kinerja dan perilaku
anggotanya agar selalu dapat menjaga citra profesinya di mata publik. IAI-KAP atau IAPI
sebagai sub-organisasi di bawah IAI memegang peranan penting bagi kehidupan bisnis dan
perekonomian. Sementara itu, badan atau lembaga yang berkepentingan langsung untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan atas kinerja profesi akuntan, antara lain:
a. Menteri Keuangan Republik Indonesia
b. Quality Review oleh Direktur Jenderal Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan
Republik Indonesia
c. Institut Akuntan Indonesia (IAI) dan Kompartemen-kompartemen IAI yang terkait
d. Dewan kehormatan IAPI
e. Dewan review mutu IAPI
f. Bapepam LK
Nama : Idka Setia Ningrum
NIM : 20140420271
Kelas :F
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Akuntansi

Bab
8 Kode Etik Profesi Akuntan
Menuju Era Global
TANTANGAN PROFESI AKUNTAN GLOBAL
Dua persoalaan di bidang audit dan akuntansi yang belum sepenuhnya dapat mendukung
kearah kesatuan ekonomi global yaitu:
1. Setiap negara masih mempunyai prinsip akuntansi dan standar audit sendiri-sendiri, yang
terkadang berbeda antara negara satu dengan negara lainnya.
2. Profesi akuntan di dunia belum sepenuhnya serius dalam mengembangkan standar
perilaku etis profesi akuntansi.

Pada abad ke-20, dapat dikatakan ada tiga aliran akuntansi dan audit yang dominan diterapkan
oleh perusahaan atau organisasi, yaitu:
a. Sistem Anglo-Saxon yang dimotori oleh AS,
b. Sistem Kontinental yang berlaku di Belanda, Jerman, dan beberapa Negara Eropa lainnya,
c. Sistem yang berlaku di Inggris dan Negara-negara persemakmuran.

Pihak-pihak, badan, atau lembaga yang selama ini berkaitan langsung dengan profesi
akuntansi, antara lain:
a. Pemerintah dan Lembaga Legeslatif melalui produk peraturan dan perundang-undangan
b. Badan pengatur/otoritas pasar modal (Bapepam LK, BEI, SEC, NYSE, dan lain-lain)
c. Organisasi profesi akuntan di masing-masing negara (IAI, IAPI, AICPA, AAA, CICA,
IMA, dan lain-lain)
d. Badan atau Organisasi mandiri Internasional (IFAC dan IASB)
e. Para pemakai/pengguna laporan keuangan dan sebagainya.
KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI AS
Sebagaimana dikatakan oleh Duska dan Duska (2005), sedikitnya ada enam manfaat dari kode
etik profesi, yaitu:
1. Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rakan sejawat (peer
pressure)
2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah dari pada
mengandalkan kepribadian manuasiawi atau keputusan yang selalu bersifat ad hoc.
3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang abu-abu
(ambiguous situations).
4. Kode etik tidak saja dapat menuntun perilaku karyawan (employees), namun dapat juga
mengawasi kekuasaan otokrasi atasan (employers)
5. Kode etik dapat merinci tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri
6. Kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak mau
mengawasi perilaku dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan bertindak mengawasinya.

Tabel 8.1
Ringkasan Prinsip-prinsip dan aturan etika AICPA

Prinsip-prinsip
1. Tanggung Jawab: Dalam menjalankan tanggung jawab sebagai seorang profesional, anggota harus menjalankan
pertimbangan moral dan profesional secara snsitif (Artikel 1).
2. Kepentingan Publik: Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak sedemikian rupa demi melayani
kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme (Artikel II).
3. Integritas: Untuk memelihara dan memperluas keyakinan publik, anggota harus melaksanakan semua tanggung
jawab profesinal dengan ras integritas tertinggi (Artikel III)
4. Objektivitas dan Independensi: Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan
dalam menunaikan tanggung jawab profesional. Seorang anggota dalam praktik publik seharusnya menjaga
independensi dalam fakta dan penampilan saat memberikan jasa auditing dan atestasi lainnya (Artikel IV).
5. Kehati-hatian (due care): Seorang anggota harus selalu mengikuti standar-standar etika dan teknis profesi terdorong
untuk secara terus menerus mengembangkan kompetensi dan kualita jasa, dan menunaikan tanggung jawab
profesional sampai tingkat tertinggi kemampuan anggota yang bersangkutan (Artikel V).
6. Ruang Iingkup dan Sifat Jasa: Seorang anggota dalam praktik publik harus mengikuti prinsip-prinsip kode
Perilaku Profesional dalam menetapkan ruang lingkup an sifat jasa yang diberikan (Artikel VI).
Aturan Etika AICPA
101 Independensi 302 FEE Kontigen
102 Integritas & Objektivitas 501 Tindakan mendiskreditkan
201 Standar umum 502 Advertensi dan solisitasi
202 kesesuaian dengan standar 503 komisi dan Fee rujukan
203 prinsip akuntansi 505 bentuk dan nama organisasi
301 informsi klien rahasia
KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI BEBERAPA NEGARA
DILUAR AS
Tabel 8.2
Ringkasan Kode Etik Profesi Akuntan Kanada

Pendahuluan Meliputi filosofi yang melandasi aturan yang mengikat tanggung jawab seorang
Chartered Accountant.
Karakter seorang profesional Delapan unsur, termasuk subordinasi kepentingan pribadi atas kepentingan publik
Prinsip-prinsip yang mengatur • Berasal dari kepercayaan publik atas kewajaran laporan keuangan dan nasihat
perilaku anggota dan mahasiswa yang kompenten atas berbagai masalah bisnis.
• Memelihara reputasi, baik profesi maupun kemampuannya untuk melayani
kepentingan publik.
• Menjalankan integritas, kehati-hatian, kompetensi profesional yang cukup,
dan mematuhi berbagai peraturan.
• Tidak ada pengaruh, kepentingan, atau hubungan yang dapat mencederai
penilaian profesional atu objektivitas, atau kesan demikian dari pengamat
yang berakal sehat.
• Kewajiban untuk merahasiakan dan tidak mmanfaatkan informasi uang
berkaitan dengan urusan klien.
• Pengembangan praktik berdasarkan keunggulan profesional, bukan atas dasar
promosi pribadi.
• Menunjukkan rasa hormat dan pertimbangan dalam berhungan dengan rekan
sejawat.
• Memperhatikan kewajiban fidusa dan kewajiban profesional yang diperlukan
Prinsip-prinsip yang mengatur • Menciptakan, memelihara, serta mempertahankan kebijakan dan prosedur
tanggung jawab firma yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
• Kegagalan dalam mematuhi peraturan akan memicu sanksi untuk firma secara
keseluruhan atau untuk partner yang mengetahui dan bertanggung jawab.
Karakter pribadi dan kode etik • Mengikuti prinsip-prinsip dan aturan etika, perilaku terhormat melampaui
larangan-larangan tertulis.
Penerapan aturan etika • Untuk semua anggota yang berpraktik sebagai akuntan publik, dan/atau
dimana publik dan/atau asosiasi mengandalkan individu berdasarkan
keanggotaanya di ICAO.
• Kepada bukan anggota yang diawasi oleh atau bersekutu dengan anggota
• Di dalam yuridiksi di luar Ontario, anggota harus menghormati peraturan
lokal, tetapi tidak menjelekkan ICAO.
Interpretasi aturan etika • Aturan etika harus diinterpretasikan sejalan dengan persoalan yang
dikemukakan pada pendahuluan.
Aturan Etika
• Umum
• Standar-standar yang memengaruhi kepentingan publik
• Hubungan dengan anggota atau firma sejawat dan perikatan dengan non-anggota dalam akuntansi publik
• Organisasi dan perilaku seseorang praktisi profesional
• Aturan yang berlaku bagi firma

SARBANES-OXLEY ACT
Badan skandal keuangan yang mempertontonkan pelanggaran etika secara nyata yang
dilakukkan oleh para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan publik multinasional yang
berkantor pusat di AS yang juga melibatkan profesi akuntan publik ternama, sempat
mengguncang saham dan dunia perekonomian AS.
Tabel 8.2
Ringkasan Sarbanes-Oxley Act 2002 dan Dampaknya

1. Sabarnes Oxley Act 2002 ditujukan untuk memberikan kejelasan dan kepastian tentang beberapa isu yang sering
diperdepatkan.
2. Sabarnes Oxley Act memerlukan interprestasi melalui proses aturan SEC dan Public Company Accounting Oversight
Board.

DAMPAK SABARNES OXLEY ACT 2002


1. TERHADAP MANAJEMEN
1.1 Mengharuskan adanya setifikasi CEO/CFO atas laporan berkala yang disampaikan ke SEC.
1.2 Laporan Internal Control
1.3 Pengungkapan baru yang diharuskan
1.4 Reformasi Corporate Governance
1.5 Meningkatkan tinjauan atas penyampaian (fillings) oleh SEC.

2. TERHADAP KOMITE AUDIT


2.1 Interaksi dengan auditor
2.2 Independensi dan keahlian komite audit
2.3 Keluhan dan saran
2.4 Persetujuan terdahulu

3. TERHADAP AKUNTAN PUBLIK


3.1 Membentuk Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB)
3.2 Melarang jasa nonaudit
3.3 Perputaran partner
3.4 Laporan kepada komite audit
3.5 Penugasan auditor
3.6 Studi tentang kewajiban perputaran kantor akuntan publik

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN : INTERNATIONAL


FEDERATION OF ACCOUNTANT S (IFAC)
Struktur dan Kerangka Dasar Kode Etik IFAC
Untuk lebih memahami kode etik yang diterapkan oleh IFAC ini, maka Brooks (2007)
memberikan pendekatan cara memahami filosofi Kode Etik IFAC sebagai berikut:
1. Memahami Struktur Kode etik.
2. Memahami Kerangka Dasar Kode etik untuk melakukan penilaian yang bijak.
3. Proses menjamin indenpendensi pikiran dan indenpendensi penampilan.
4. Pengamanan untuk mengurangi resiko situasi konflik kepentingan.

Kerangka dasar Kode Etik IFAC sebagaimana dilukiskan pada Gambar 8.1 dan Gambar 8.2
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Melayani kepentingan publik.
2. Melayani kepentingan publik dari arti luas.
3. Profesionalisme,kinerja dan kepentingan publik.
4. Kredibilitas, profesionalisme , kualitas jangka tinggi, kerahasiaan.
5. Integritas, obyektif, integritas, objektifitas, kompetensi profesional dan kehati-hatian,
kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis.
6. Sikap indenpenden.
Gambar 8.1
Struktur Kode Etik IFAC

kewajiban kepada masyarakat


pelayan kepentingan publik

objektif
memenuhi harapan profesionalisme
kinerja, kepentingan publik

kebutuhan dasar:
kredibilitas, profesionalisme, jasa kualitas
tertinggi, kerahasiaan

Prinsip-prinsip fundamental:
Integritas, Objektifitas, Kompentensi profesional,
dan Kehati-hatian, perilaku profesional ,dan
standar teknis

Gambar 8.2
Kerangka Dasar Kode Etik IFAC

1.MELINDUNGI KEPENTINGAN PUBLIK


2.JASA PROFESIONAL KEPADA KLIEN

PENILAIAN

INTEGRITAS OBJEKTIVITAS SKEPTIME


PROFESIONAL

INDEPENDENSI PIKIRAN DAN PENAMPILAN

Pengamanan untuk mengurangi risiko situasi konflik kepentingan:


1. Pengamanan melalui profesi, legislasi, dan regulasi.
2. Pengamanan di dalam klien.
3. Pengamanan yang menyangkut sistem dan prosedur di dalam firma.
Prinsip-prinsip Fundamental Etika
Prinsip-prinsip Fundamental Etika terdiri atas:
a. Integritas (integrity)
b. Objektivitas (objectivity)
c. Kompetensi profesional kehati-hatian.
d. Kerahasiaan (confidentiality)
e. Perilaku profesional (professional behavior)

Independensi
Independensi dalam pikiran adalah suatu keadaan pikiran yang memungkinkan
pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat mengompromikan
penilaian profesional, memungkinkan seorang individu bertindak berdasarkan integritas, serta
menerapkan objektivitas dan skeptisme profesional. Independensi dalam penampilan adalah
penghindaran fakta dan kondisi yang sedemikian signifikan sehingga pihak ketiga yang
paham dan berfikir rasional—dengan memiliki pengetahuan akan semua informasi yang
relevan, termasuk pencegahan yang diterapkan—akan tetap dapat menarik kesimpulan bahwa
skeptisme profesional, objektivitas, dan integritas anggota firma, atau tim penjaminan
(assurance team) telah dikompromikan.

Ancaman terhadap Independensi


Seperti telah diungkapkan sebelumnya, ancaman terhadap independensi dapat berbentuk:
a. Kepentingan diri (self-interest)
b. Review diri (self-review)
c. Advokasi (advocacy)
d. Kekerabatan (familiarity)
e. Intimidasi (intimidation)

Ancaman Independensi Akuntan Publik


Contoh langsung ancaman kepentingan diri untuk akuntan publik, antara lain, namun tidak
terbatas pada:
• Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien, atau kepentingan keuangan bersama pada
suatu perusahaan klien.
• Ketergantungan yang tidak wajar pada total fee dari suatu klien.
• Memiliki hubungan bisnis yang sangat erat dengan klien.
• Kekhawatiran berlebihan bila kehilangan suatu klien.
• Potensi akan dipekerjakan oleh suatu klien.
• Fee kontinjensi sehubungan dengan perikatan penjaminan (assurance engagement).
• Ada penjamin dari/atau kepada klien penjaminan, atau kepada/dari direktur atau pejabat
dari klien (IFAC, 200.4).

Pengamanan terhadap Ancaman


Ada dua kategori pokok pengamanan terhadap Ancaman Independensi, yaitu:
a. Pengamanan melalui profesi, legislasi, atau regulasi.
b. Pengamanan lingkungan kerja (IFAC, 100.11).

Pengamanan di temapt kerja untuk akuntan bisnis, antara lain, namun tidak terbatas pada:
• Penerapan struktur pengawasan korporasi (corporate oversight or oversight structure).
• Pedoman kode etik perilaku organisasi.
• Pedoman perekrutan yang menekankan pentingnya merekrut tenaga dengan kompetensi
tinggi.
• Pengendalian internal yang kuat.
• Proses pendisiplinan yang memadai.
• Kepemimpinan yang berbasis etika.
• Kebijakan dan prosedur pelaksanaan dan pemantauan kinerja karyawan.
• Komunikasi tepat waktu tentang berbagai kebijakan dan prosedur termasuk perubahannya
ke seluruh karyawan disertai pelatihan dan pendidikan yang memadai tentang kebijakan
dan prosedur yang ada (IFAC, 300.16).

Bagian B: Kode Etik Akuntan Publik


Daftar isi dan kode Bagian B adalah:
200 Pendahuluan
210 Penunjukan Profesional dan Penerimaan Klien
220 Konflik Kepentingan
230 Pendapat Kedua (Second Opinion)
240 Fee dan Jenis Imbalan Lainnya
250 Pemasaran Jasa Profesional
260 Hadiah dan Keramahtamahan
270 Penyimpanan Aset Klien (Custody of Client Assets)
280 Objektivitas Semua Jasa
290 Independensi Perikatan Penjaminan (Assurance Engagement)

Bagian C: Kode Etik Akuntan Bisnis


Daftar isi dan kode Bagian C ini adalah:
300 Pendahuluan
310 Potensi Konflik
320 Penyusunan dan Pelaporan Informasi
330 Bertindak dengan Keahlian yang Memadai

PROFESI AKUNTAN INDONESIA DAN IFAC


Saat ini profesi akuntan di Indonesia, baik akuntan publik maupun akuntan manajemen,
mengikuti standar kompetensi yang berlaku di AS. Namun dengan kecenderungan terjadinya
penyatuan sistem perekonomian dunia, mau tidak mau seluruh profesi akuntan di dunia juga
harus mendukung ke arah penyatuan sistem ekonomi global tersebut. Kabar terakhir pengurus
IAI bertekad untuk sesegera mungkin agar profesi akuntan Indonesia mengadopsi standar
teknis dan perilaku yang dikeluarkan oleh International Federation of Accountants (IFAC).

Anda mungkin juga menyukai