Anda di halaman 1dari 247

ALUR PEMERIKSAAN PASIEN

RADIOLOGI
No Dokumen No Revisi Halaman
0 1/1

/RO/SPO/2016

RSUD dr.H.MOH.ANWAR
KABUPATEN SUMENEP

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Direktur :


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Alur Pemeriksaan Pasien yang dimaksud adalah segala
Pengertian sesuatu norma (aturan ) yang harus dilakukan oleh
Pasien dan petugas Radiologi sebelum dilakukan
Pemeriksaan
Tujuan Agar pemeriksaan pasien dan administrasi dapat
terlaksana dengan tertib
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang
pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur Persiapan harus diterangkan sejelas-jelasnya kepada
pasien untuk mendapatkan pelayanan yang baik
sehingga hasil bisa akurat
1) Pasien datang ke Radiologi dengan membawa
rujukan/ permintaan pemeriksaan Radiologi dari
dokter (IRD,IRJA,IRNA,PKM,Dokter Swasta ).
2) Pasien melengkapi persyaratan (Umum, BPJS,
SPM,JAMKESMAS),sebelum pemeriksaan
Radiologi.
3) Pasien memperoleh penjelasan tentang : waktu,
prosedur singkat, organ yang diperiksa dll.
4) Pasien diperiksa
5) Setelah dilakukan pemeriksaan , dokter
Radiologi ,segera menuliskan hasil-hasil semua
dikertas jawaban secara terperinci, untuk
selanjutnya diberikan kesimpulan.
6) Pasien Menunggu hasil
7) Pasien menerima hasil pemeriksaan Radiologi
untuk di teruskan ke dokter yang merujuk.

ALUR PEMERIKSAAN PASIEN RADIOLOGI

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2

/RO/SPO/2016

RSUD
dr.H.MOH.ANWAR
KABUPATEN
SUMENEP
Unit terkait 1. IGD
2. Rawat Jalan.
3. Rawat Inap

2
PROSEDUR PEMERIKSAAN THORAX AP/PA

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Direktur :


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
2 Januari 2016

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi AP adalah suatu pemeriksaan os thorax atau tulang
tulang dada dengan proyeksi sinar x dari anterior ke posterior
Tujuan Untuk mengetahui gambaran paru, trachea, jantung,
diafragma, sinus costophrenicus, tulang-tulang thorax.
Kebijakan Kebijakan Direktur no tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
Pasien duduk tegak atau berdiri atau tidur berbaring.
B. Posisi thorax :
Posisi tegak :
- Berdiri atau duduk menghadap film
- Luruskan mid sagital plane pada mid line film.
- Tempelkan dada pada film.
- Kedua tangan berkacak pinggang dengan telapak
tangan menghadap ke belakang, kemudian siku
kedua tangan di usahakan ke depan.
Posisi berbaring :
- Atur cassette agar thorax atau bagian-bagian thorax
masuk dalam film.

3
PROSEDUR PEMERIKSAAN THORAX AP/PA

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016

Prosedur C. Sentrasi sinar :


Arah sinar tegak lurus film ke mid sagittal plane padgaris
sejajar axillar line.
Jarak tube ke obyek 150 cm.
Letakkan marker R / L pada cassette sesuai posisi yang
di buat : 1 lembar untuk dewasa.
Untuk anak-anak ukuran film di sesuaikan dengan besar
kecilnya tubuh si pasien.
D. Struktur yang terlihat :
Trachea, paru, jantung, diafragma, hilus, sinus phrenicus
costalis, clavicula, costae, vertebra thoaracal.
E. Indikasi :
Kelainan pada :
- Jantung
- Paru
- Trachea dan tulang-tulang thorax lainnya.

Unit terkait 1. IRD


2. Rawat Jalan.
3. Rawat Inap

4
PROSEDUR PEMERIKSAAN THORAX
LATERAL
No Dokumen No Revisi Halaman
0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Direktur :


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
2 Januari 2016

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian - Posisi lateral adalah suatu pemriksaan tulang tulang dada
dengan posisi yang terlihat dari samping dengan proyeksi
sinar X dari anterior ke posterior.
- True lateral tubuh atau tulang dada diputar 90º dari posisi
AP
Tujuan Untuk mengetahui gambaran paru, jantung, trachea,
diafragma, sinus phrenicuscostalis pada posisi lateral.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan
radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien ;
Tegak berdiri atau duduk,tidur.
B. Posisi thorax :
Kedua tangan di angkat diatas kepala.
Dada di usahakan tegak tidak melengkung.
Dagu di extensikan ke atas.
C. Sentrasi sinar :
Arah sinar tegak lurus dengan film.
Titik sentrasi pada axillar line.
Letakkam marker R / L sesuai posisi yang di lakukan.
D. Struktur yang terlihat :
Paru, jantung, trachea, diafragma, sinus
phrenicuscostalis,

5
PROSEDUR PEMERIKSAAN THORAX
LATERAL
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur tulang-tulang thorax.


E. Indikasi :
Adanya kelainan :
- Trauma thorax.
- Pleural effusion.
- Massa di thorax.
- Jantung.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

6
PROSEDUR PEMERIKSAAN THORAX
OBLIQUE
No Dokumen No Revisi Halaman
0 1/1
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Direktur :


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
2 Januari 2016

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi oblique adalah suatu pemeriksaan os thorax atau
tulang tulang dada dimana garis tengah tubuh, tidak tegak
lurus atau tidak sejajar dengan cassette tetapi posisinya
antara AP / PA dan lateral
Tujuan Untuk mengetahui gambaran paru, jantung, trachea,
diafragma, sinus phrenicuscostalis pada posisi oblique.
Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
Kebijakan tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien ;
Tegak berdiri atau duduk.
B. Posisi thorax :
Kedua tangan di angkat diatas kepala.
Dada di usakan tegak tidak melengkung.
Dagu di extensikan ke atas.
Putar badan 45°.
C. Sentrasi sinar :
Arah sinar tegak lurus dengan film.
Titik sentrasi pada axillar line.
Letakkam marker R / L sesuai posisi yang di lakukan.
D. Struktur yang terlihat :
Costae 1 – 12.
E. Indikasi :
Fraktur costae.
Unit terkait 3. IRD
4. Rawat Jalan.
3. Rawat Inap

7
PEMERIKSAAN THORAX DECUBITUS

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Direktur :


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
2 Januari 2016

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian - Posisi lateral adalah suatu pemeriksaan os thorax atau
tulang tulang dada dengan posisi yang terlihat dari
samping.
- True lateral tubuh khususnya dada diputar 90º dari posisi
AP
Tujuan Untuk melihat cairan di hemi thorax.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
Pasien tidur miring sesuai dengan letak cairannya.
B. Posisi thorax :
Di bawah punggung di beri bantalan, supaya cairan yang
paling bawah tidak overlap.
Kedua tangan di taruh di atas kepala.
Kedua kaki di tekuk.
Dagu di extensikan ke atas.
C. Titik sentrasi :
Tegak lurus pada axiller line.
Sinar tegak lurus dengan film.
Letakkan marker R / L sesuai dengan posisi yang di buat.
D. Struktur yang terlihat :
Cor , pulmo dan cairan pleural effusion.
E. Indikasi :
Pleural effusion.

8
PEMERIKSAAN THORAX DECUBITUS

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016

IRD
Rawat Jalan.
Unit terkait
Rawat Inap

9
PEMERIKSAAN THORAX LORDOTIC

No.Dokumen No.Revisi Halaman

/RO/SPO/2016 0 1/1

Tanggal terbit
Ditetapkan oleh Direktur :
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL 2 Januari 2016

Pengertian Adalah suatu pemeriksaan os thorax atau tulang tulang dada


dengan posisi yang lebih specific dari AP, dengan organ
struktur yang di perlukan tidak overlap dengan yang lain.
Tujuan Untuk melihat gambaran apex paru secara jelas, tanpa ada
artefact.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi Pasien :
Pasien duduk atau berdiri tegak.
B. Posisi Thorax :
Pasien di posisi AP.
Kedua tangan berkacak pinggang.
Dagu di tengadahkan.
C. Titik sentrasi :
15°- 25° ke arah jugularis.
Letakkan marker R / L sesuai yang di periksa.
Film : 1 lembar.
D. Struktur yang terlihat :
Seluruh gambaran paru, terutama daerah apex ( atas paru)
E. Indikasi :
Ca apex paru.
Unit terkait IRD
Rawat Jalan.
Rawat Inap

10
PEMERIKSAAN BOF

No.Dokumen No.Revisi Halaman

/RO/SPO/2016 0 2/2

Tanggal terbit Ditetapkan oleh Direktur :

STANDAR
PROSEDUR dr. Fitril Akbar, M.Kes
OPERASIONAL 2 Januari 2016 Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Adalah suatu pemeriksaan BOF atau organ perut dengan
proyeksi sinar x dari anterior ke posterior .
Tujuan Untuk melihat gambaran polos contour kedua ginjal dan
kandung kencing.
Kebijakan Kebijakan Direktur no 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur Persiapan pasien :
Sehari sebelumnya makan bubur, kecap, nasi tim atauroti
panggang.
Malam harinya ± jam 18.ºº WIB minum obat urus-urus
castor oil 30 cc di campur dengan 3 gelas air hangat.
Jam 19.ºº WIB puasa tidak boleh makan, minum
merokok dan jangan banyak bicara.
Jam 07.ºº WIB, pasien bisa datang ke RS sudah dalam
keadaan puasa.
Posisi Pasien :
Sebelum di kerjakan foto, pasien di suruh
kencingterlebih dahulu.
Pasien tidur terlentang di atas meja pemeriksaan dengan
tangan di samping tubuh dan kaki lurus.
Titik sentrasi :
2,5 cm atau dua jari bawah pusar.
Film : 1 lembar.
Struktur yang terlihat :
- Contour kedua ginjal.
- Tulang Lumbosaral.
- Tulang pelvis.
- Kandung kencing.

11
PEMERIKSAAN BOF

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016

Prosedur Indikasi :
- Batu di ginjal.
- Batu ureter.
- Batu buli-buli.
- Retensio urine.
- BPH.
Unit terkait IRD
Rawat Jalan.
Rawat Inap

12
PEMERIKSAAN BOF/LLD

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Direktur :


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Fitril Akbar, M.Kes
2 Januari 2016 Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi LLD adalah suatu proyeksi sinar-x dari anterior ke
posterior yaitu perjalanan sinar-x yang masuk melalui
permukaan anterior kemudian keluar melalui permukaan
posterior dengan posisi pasien miring ke kiri.
Tujuan Untuk melihat gambaran abdominal
Kebijakan Kebijakan Direktur no: . 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur 1. Persiapan pasien :
a. Pasien ganti baju dan melepas barang-barang yang bisa
mengganggu hasil radiografi
2. Posisi Pasien :
Pasien tidur miring ke arah kiri di atas meja
pemeriksaan dengan tangan diangkat ke atas.
a. Tunggu 10-15 menit sebelum dilakukan exspose
Titik sentrasi :
a. 2,5 cm atau dua jari bawah pusar atau setinggi crista
illiaca
b. Letakkan marker L
c. Film : Detektor : 1 lembar
3. Struktur yang terlihat :
a. Contour kedua ginjal.
b. Colon
c. Hepar
d. Lambung
e. Tulang Lumbosaral.
f. Diaphragma
g. Air fluid levels

13
PEMERIKSAAN BOF/LLD

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

14
PROSEDUR PEMERIKSAAN PELVIS

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Direktur :


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Fitril Akbar, M.Kes
2 Januari 2016 Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi AP adalah suatu pemeriksaan os pelvis atau tulang
panggul dengan proyeksi sinar x dari anterior ke posterior
Tujuan Untuk mengetahui gambaran pelvic girdle, sacrum, coccyx,
femoral heads, necks dan greater trochanters.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
Pasien tidur terlentang.
B. Posisi pelvis :
Luruskan mid sagital plane pada tengah meja.
Kedua ibu jari kaki di rapatkan.
C. Sentrasi Sinar :
Arah sinar tegak lurus dengan film.
Sentrasi pada pusat film ( mid point of pelvic ).
Letakkan marker R / L pada cassette sesuai dengan yandi
periksa.
D. Struktur yang terlihat :
Sacrum, ilium, coccyx, pubis, symphysis pubis, ischium,
femoral head, femoral neck, greater trochanter, lesser
trochanter.

15
PROSEDUR PEMERIKSAAN PELVIS

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016

Prosedur
E. Indikasi :
Kelainan pada tulang :
Sacrum, ilium, coccyx, pubis, symphysis pubis, ischium,
femoral head, femoral neck, greater trochanter, lesser
trochanter.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

16
PROSEDUR PEMERIKSAAN PELVIS
LATERAL
No Dokumen No Revisi Halaman
0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR
2 Januari 2016 oleh Direktur :
OPERASIONAL

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian - Posisi lateral adalah suatu pemeriksaan os pelvis atau


tulang
panggul dengan posisi yang terlihat dari samping dan
proyeksi sinar X dari anterior ka posterior.
- True lateral tubuh diputar 90º dari posisi AP.
Tujuan Untuk mengetahui gambaran pelvic girdle, sacrum, coccyx,
femoral heads, necks dan greater trochanters
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
 Pasien tidur miring dengan tangan di buat bantal dan
kedua kaki di tekuk rapat.
B. Posisi pelvis :
 Luruskan coronal plane ke mid line meja.
 Kedua lutut di flexikan.
 Kedua tangan di tarik ke atas.
C. Sentrasi sinar :
Arah sinar tegak lurus ke film.
Sentrasi pada batas iliac crest ( L4).
Letakkan marker R / L sesuai posisi yang di periksa.
D. Struktur yang terlihat :
Vertebra lumbal 4 – 5 dan sacrum serta coccyx.
E. Indikasi :
Fraktur tulang coccycx.

17
PROSEDUR PEMERIKSAAN PELVIS
LATERAL
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

18
PROSEDUR PEMERIKSAAN V. THORACAL
AP

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/1
/RO/SPO/2016

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan,


PROSEDUR DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
OPERASIONAL oleh Direktur :

2 Januari 2016 dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi AP adalah suatu pemeriksaan os V Thoracal atau tulang
tulang punggung dengan proyeksi sinar x dari anterior ke
posterior .
Tujuan Untuk mengetahui gambaran body, intervertebral joint,
pedicles, proccessus tranverse dan spinossus.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur Posisi pasien :
Pasien duduk atau berdiri tegak.
Posisi punggung :
Luruskan mid sagittal plane di tengah film.
Titik sentrasi :
Arah sinar tegak lurus dengan film.
Sentrasi sinar pada Th 7 ( 8-10 cm di bawah jugular
notch ) atau 5 cm di bawah sternal angle.
Letakkan marker R / L sesuai dengan punggung yang
di periksa.
Film: 1 lembar.
Struktur yang terlihat :
Vertebra cervicalis 7 sampai lumbal 1.
Indikasi
Kelainan vertebra Th 1 – 12.
Unit terkait 1 IRD
2Rawat Jalan.
3. Rawat Inap

19
PEMERIKSAAN V. THORACAL LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan,


PROSEDUR DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
OPERASIONAL oleh Direktur :

2 Januari 2016 dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian - Posisi lateral adalah suatu pemeriksaan os V Thoracal atau
tulang tulang punggung dengan posisi yang terlihat dari
samping dengan proyeksi sinar X dari anterior ke posterior.
- True lateral tubuh diputar 90º dari posisi AP.
Tujuan Untuk mengetahui gambaran tulang-tulang thoracal dari sisi
samping / lateral termasuk body, intervertebral joint dan
intervertebral foramina.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur A.Posisi pasien :
Pasien tidur dengan posisi true lateral, kepala di
beri bantal.Kedua kaki di tekuk
B. Posisi punggung :
 Luruskan midcoronal plane ke mid line meja.
 Kedua tangan di taruh ke depan.
 Usahakan tulang belakang sejajar dengan meja.
 Flexikan hip dan lutut, untuk menyetabilkan dengan
kedua lutut di tekuk.
C. Titik sentrasi :
Arah tegak lurus pada T7.
D. Struktur yang terlihat :
- Body tulang thoracal, intervertebral joint space,
intervertebral foramina.
E. Indikasi :
- Pada thoracal 4-12.
- Trauma atau fraktur.

20
PEMERIKSAAN V. THORACAL LATERAL
No Dokumen No Revisi Halaman
0 2/2
/RO/SPO/2016

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

21
PEMERIKSAAN V. THORACAL OBLIQUE

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016 dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi oblique adalah suatu pemeriksaan os V Thoracal atau
tulang tulang punggung dimana garis tengah tubuh, tidak
tegak lurus atau tidak sejajar dengan cassette tetapi posisinya
antara AP / PA dan lateral.
Tujuan Untuk mengetahui gambaran tulang-tulang thoracal terutama
zygapophyseal joint.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
Tidur terlentang.
B. Posisi punggung.
Luruskan mid axillary plane ke midline meja.
Putar badan 20° dari film ke arah yang di kehendaki kalau
oblique kanan putar tubuh ke kanan dan sebaliknya.
Tekuk salah satu kaki dan tempatkan di bawah kaki
lainnya.
C. Sentrasi sinar :
Arah sinar tegak lurus ke film.
Titik sinar pada Th 7 ( 8-10 cm di bawah jugular notch ).
Letakkan marker R/L pada posisi sisi yang di periksa.
Film: 1 lembar
D. Struktur yang terlihat :
- Vertebra thoracalis 1 – 12
E. Indikasi :
Kelainan pada Th 1 – 12.

22
PEMERIKSAAN V. THORACAL OBLIQUE
No Dokumen No Revisi Halaman
0 2/2
/RO/SPO/2016

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

23
PEMERIKSAAN VERTEBRA
LUMBOSACRAL AP
No Dokumen No Revisi Halaman
0 1/1
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit
STANDAR
Ditetapkan,
PROSEDUR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
OPERASIONAL oleh Direktur :
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi AP adalah suatu pemeriksaan os V lumbosacral atau
tulang tulang belakang antara tulang punggung dan tulang
ekor dengan proyeksi sinar x dari anterior ke posterior .
Tujuan Untuk melihat gambaran tulang-tulang lumbosacral pada
posisi AP.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan
radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
Pasien tidur terlentang dengan kaki di tekuk, kepala di
beri bantal.
B. Posisi punggung :
Luruskan mid sagital plane ke mid line meja.
Tempatkan kedua lengan di samping tubuh.
C. Sentrasi sinar :
Arah sinar tegak lurus dengan film.
Titik sentrasi ke pusar ( umbilicus ).
Letakkan marker R / L sesuai dengan lumbal yang di
periksa.
D. Struktur yang terlihat :
Vertebra L1-5 dan sacrum.
E. Indikasi :
Kelainan vertebra lumbal dan sacrum.
Unit terkait IRD
Rawat Jalan.
Rawat Inap

24
PEMERIKSAAN VERTEBRA
LUMBOSACRAL LATERAL
No Dokumen No Revisi Halaman
0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur :
OPERASIONAL

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian - Posisi lateral adalah suatu pemeriksaan os Vlumbosacral
atau
tulang tulang belakang dengan posisi yang terlihat dari
samping dengam proyeksi sinar X dari anterior ke
posterior.
- True lateral tubuh diputar 90º dari posisi AP.
Tujuan Untuk mengetahui gambaran intervertebral joint, processus
spinousus, L 5-S1 junction, sacrum.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
 Pasien tidur miring dengan tangan di buat bantal dan
kedua kaki di tekuk rapat.
B. Posisi punggung :
 Luruskan coronal plane ke mid line meja.
 Kedua lutut di flexikan.
 Kedua tangan di tarik ke atas.
C. Sentrasi sinar :
Arah sinar tegak lurus ke film.
Sentrasi pada batas iliac crest ( L4).
Letakkan marker R / L sesuai posisi yang di periksa.
A. Struktur yang terlihat
Vertebra lumbal 1 – 5 dan sacrum serta coccyx.
B. Indikasi :
Kelainan vertebra lumbal, sacrum, coccyx

25
PEMERIKSAAN VERTEBRA
LUMBOSACRAL LATERAL
No Dokumen No Revisi Halaman
0 2/2
/RO/SPO/2016

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

26
PROSEDUR PEMERIKSAAN VERTEBRA
LUMBOSACRAL OBLIQUE
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016 dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi oblique adalah suatu pemeriksaan os V lumbosacral
atau tulang tulang belakang dengan posisi garis tengah tubuh,
tidak tegak lurus atau tidak sejajar dengan cassette tetapi
posisinya antara AP / PA dan lateral.
Tujuan Untuk melihat gambaran foramen, pedicle dari tulang lumbal.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
Tidur terlentang.
B. Posisi pinggang:
Luruskan mid axillary plane ke midline meja.
Putar badan 20° dari film ke arah yang di kehendaki kalau
oblique kanan putar tubuh ke kanan dan sebaliknya.
Tekuk salah satu kaki dan tempatkan di bawah kaki
lainnya.
C. Sentrasi sinar :
Arah sinar tegak lurus ke film.
Titik sinar pada SIAS.
Letakkan marker R/L pada posisi sisi mana yang di
periksa.
D. Struktur yang terlihat :
- Vertebra lumba sacral.

27
PROSEDUR PEMERIKSAAN VERTEBRA
LUMBOSACRAL OBLIQUE
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

E. Indikasi
- Fraktur tulang lumbo sacral.
- Compressi tulang lumbal atau sacrum.
- LBP.
HNP

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

28
PEMERIKSAAN CLAVICULA AP

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016 dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Posisi AP adalah suatu pemeriksaan os clavicula atau tulang
Pengertian pundak mulai dari sendi bahu sampai C1 dengan proyeksi
sinar x dari anterior ke posterior.

Tujuan Untuk mengetahui gambaran khusus clavicula


Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang
pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
A. Posisi pasien :
Prosedur  Pasien berdiri atau tidur .
 Kedua tangan berada di samping tubuh.
B. Posisi clavicula :
Bagian bahu belakang usahakan menempel dengan film
Badan lurus kedepan.
Center clavicula benar-benar di tengah cassette.
C. Titik sentrasi :
Sentrasi pada pertengahan clavicula dengan sudut 10°.
Letakkan marker R / L pada clavicula yang di periksa.
Film: 1 lembar.
D. Struktur yang terlihat :

PEMERIKSAAN CLAVICULA AP

29
No Dokumen No Revisi Halaman
0 2/2
/RO/SPO/2016

Clavicula termasuk juga acromioclavicular


Prosedur dan sternoclavicular joint.
E. Indikasi :
- Trauma clavicula.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

PEMERIKSAAN SCAPULAE AP

30
No Dokumen No Revisi Halaman
0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Posisi AP adalah suatu proyeksi sinar-x dari anterior ke
posterior yaitu perjalanan sinar-x yang masuk melalui
Pengertian
permukaan anterior kemudian keluar melalui permukaan
posterior
Untuk melihat gambaran tulang scapula dan sekitarnya.
Tujuan
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan
radiologi dan diagnotik imajing
1. Posisi Pasien :
a.Semua benda atau logam yang menempel di sekitar
Prosedur
lengan atas, bahu dan dada bagian atas di lepas.
b. Pasien duduk atau tidur atau berdiri, dengan melihat
kondisi pasien.
2. Posisi bahu :
a.Sebaiknya pasien berdiri.
b. Putar badan ke depan sedikit jika perlu tempatkan
bahu nempel dengan cassette.
c.Tempatkan scapula di tengah cassette
3. Titik sentrasi :
a.Tegak lurus 90º ke cassette, sentrasi ke mid scapula.
b. Letakkan marker R / L di cassette, sesuai scapula
c.Film detektor : 1 lembar displit.
4. Struktur yang terlihat :
a. Bagian proximal humerus dan clavicula, scapula,
termasuk caput humerus

31
PEMERIKSAAN SCAPULAE AP

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

32
PROSEDUR PEMERIKSAAN COXAE AP

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Pemeriksaan radiografi coxae adalah pemeriksaan radiografi
untuk melihat anatomi ataupun kelainan-kelainan pada
tulang coxae.
Posisi AP adalah suatu proyeksi sinar-x dari anterior ke
posterior yaitu perjalanan sinar-x yang masuk melalui
permukaan anterior kemudian menembus keluar melalui
permukaan posterior.
Tujuan Untuk mengetahui gambaran anatomi coxae.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan
radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur 1. POSISI PASIEN
a. pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan lengan
berada di samping tubuh

2. POSISI OBJEK
a. pertengahan MSP tubuh pada pertengahan meja
pemeriksaan
b. atur kedua SIAS berjarak sama terhadap meja
pemeriksaan
c. dengan memperhatikan proteksi radiasi terhadap
pasien, maka atur luas kolimasi secukupnya sesuai
dengan objek yang diperiksa
d. pertengahan kaset 2 inches superior dari symphysis
pubis

33
PROSEDUR PEMERIKSAAN COXAE AP

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016

3. Central Point : sekitar 2 inches superior dari symphysis


pubis
STANDAR
PROSEDUR 4. Central Ray : 10 derajat caudad
OPERASIONAL
5. KRITERIA GAMBAR
a. tampak jelas gambaran sacrum dan coccyx
tampak pembatasan luas lapangan penyinaran pada
sisi lateral tubuh.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

34
PROSEDUR PEMERIKSAAN COXAE
LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
oleh Direktur :
STANDAR
PROSEDUR 2 Januari 2016 dr. Fitril Akbar, M.Kes
OPERASIONAL Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian Posisi lateral adalah posisi yang terlihat dari samping. True
lateral akan selalu diputar 90º dari posisi AP.
Tujuan Untuk mengetahui gambaran tulang coxae
Kebijakan Kebijakan Direktur no:
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur 1. POSISI PASIEN
a. Tempatkan pasien dalam keadaan miring atau lateral.
2. POSISI OBJEK
a. posisikan tubuh sehingga 3 inchi(7,5 cm) ke
belakang dari MCP di pusatkan ditengah garis
meja.Hip joint dan knee joint dalam keadaan flexio
untuk kenyamanan pasien
b. Kedua lengan diletakkan diatas kepala
c. Gunakan Grid.
3. Central Point : Selevel SIAS dan 3 inci kebelakang MCP
4. Central Ray : tegak lurus bidang film
5. KRITERIA GAMBAR
a. tampak jelas gambaran tulang coxae
b. tampak pembatasan luas lapangan penyinaran pada
sisi lateral tubuh

35
PROSEDUR PEMERIKSAAN COXAE
LATERAL
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

36
PROSEDUR PEMERIKSAAN FEMUR AP
No Dokumen No Revisi Halaman
0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR 2 Januari 2016 oleh Direktur :
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian Posisi AP adalah suatu pemeriksaan os femur atau tulang


tulang paha mulai dari sendi lutut sampai dengan sendi
panggul dengan proyeksi sinar x dari anterior ke posterior
Tujuan Untuk melihat gambaran tulang femur pada posisi AP.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang
pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien ;
Pasien tidur terlentang.
Femur di letakkan pada tengah meja pemeriksaan.
Kepala di beri bantal.
B. Posisi femur :
Letakkan femur pada tengah film ( bagian proximal
sampai
distal ).
Putar kaki bawah ke dalam 5° untuk posisi true AP.
Pastikan kedua sendi ( knee joint dan caput femur ) ada
pada
tengah film.
C. Titik sentrasi :
Sentrasi pada pertengahan tulang paha.
Letakkan marker R / L sesuai dengan paha yang di
periksa.
Film detector cm : 1 lembar.
D. Struktur yang terlihat :
Bagian tengah dan distal femur termasuk knee joint
-

37
PEMERIKSAAN FEMUR AP

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

E. Indikasi :
- Fraktur tulang femur.
- Fraktur collum femur.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

38
PEMERIKSAAN FEMUR LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016 dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian - Posisi lateral adalah suatu pemeriksaan os femur atau tulang
panggul dengan posisi yang terlihat dari samping yang mana
proyeksi sinar X dari anterior ke posterior.
-True lateral os femur atau tulang panggul diputar 90º dari
posisi
AP
Tujuan Untuk melihat gambaran tulang femur pada posisi lateral.
Kebijakan Kebijakan Direktur no tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien ;
Pasien tidur terlentang.
Femur di letakkan pada tengah meja pemeriksaan.
Kepala di beri bantal.
B. Posisi femur :
Flexikan lutut 45° dan tempatkan tulang femur ditengah
film.
Jauhkan femur yang tidak di periksa kebelakang ( atau ke
depan femur yang di periksa sehingga dalam posisi true
lateral ).Usahakan seluruh tulang femur dan knee joint di
tengah film.
C. Titik sentrasi :
Sentrasi pada pertengahan tulang paha.

39
PEMERIKSAAN FEMUR LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur Letakkan marker R/L sesuai dengan paha yang di


periksa.
Film detector cm : 1 lembar.
D. Struktur yang terlihat :
Bagian tengah dan distal femur termasuk knee joint.
E. Indikasi :
- Fraktur tulang femur.
- Fraktur collum femur.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

40
PEMERIKSAAN GENU AP

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016 dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi AP adalah suatu pemeriksaan os genu atau tulang
sendi lutut dengan proyeksi sinar x dari anterior ke posterior
Tujuan Untuk melihat gambaran persendian antara tulang femur dan
tulang cruris.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang
pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
Pasien tidur terlentang dengan tidak mengubah letak
pelvis.
Kepala di beri bantal.
Kaki / lutut yang tidak diperiksa di jauhkan.
B. Posisi lutut :
Luruskan dari kaki dan femur letakkan lutut pada tengah
cassette.Putar kaki ( betis ) 5° supaya lutut bisa true AP.
Pedis dan ankle di beri sandbag supaya lutut tidak
berubah
posisi.
C. Ttitik sentrasi :
 Sentrasi pada 1 cm bagian distal ke apex patella.
 Letakkan marker R / L sesuai dengan lutut yang di
periksa.
 Film: 1 lembar

41
PEMERIKSAAN GENU AP

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur D. Struktur yang terlihat :


 Femur bagian distal.
 Bagian proximal tibia dan fibula.
 Patella dan knee joint.
E. Indikasi :
- Adanya trauma lutut.
- OA
Unit terkait IRD
Rawat Jalan.
Rawat Inap

42
PEMERIKSAAN GENU LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016 dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian - Posisi lateral adalahsuatu pemeriksaan os genu atau tulang
sendi lutut dengan posisi yang terlihat dari samping.
-True lateral os genu atau tulang sendi lutut diputar 90º dari
posisi AP
Tujuan Untuk melihat gambaran persendian antara tulang femur dan
tulang cruris.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang
pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
 Pasien tidur miring .
 Kepala di beri bantal.
 Atur kaki tidak tumpuk dengan kaki yang tidak di
periksa.
B. Posisi lutut :
Putar badan dan kaki sampai lutut pada posisi true
lateral.
Flexikan lutut 15°-20°.
Center dan tempatkan lutut pada tengah cassette.
C. Titik sentrasi :
Sudut pada 5°-10° ke cranial.
Sentrasi pada bagian distal tengah epicondylus.
.Letakkan marker R / L sesuai dengan lutut yang di
periksa.

43
PEMERIKSAAN GENU LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016
Prosedur D. Struktur yang terlihat :
Bagian distal femur.
Bagian proximal tibia dan fibula.
Patella dan tibiofemoral joint.
Patellofemoral joint.
E. Indikasi :
- Adanya kelainan / fraktur pada lutut.
- Adanya fraktur pada patella.
- OA.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

PEMERIKSAAN GENU SKY LINE

44
No Dokumen No Revisi Halaman
0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Adalah suatu pemeriksaan os genu atau tulang lutut dengan
satu titik. Yang menjabarkan bagian tubuh yang di butuhkan
keluar dari struktur anatomi tubuh.
Tujuan Untuk melihat gambaran seluruh bentuk patella.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang
pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
 Pasien tidur terlentang / tengkurap dengan kaki di
flexikan 45°.
 Kepala di beri bantal.
B. Posisi lutut :
 Tempatkan bagian bawah lutut sampai distal femur
sejajar dengan pinggir meja pemeriksaan.
 Tempatkan lutut dan kaki bersama-sama dimana lutut
di putar dan pasien benar-benar relax.
 Tempatkan cassette dibawah kaki ± 30 cm di bawah
lutut, tegak lurus dengan x ray.
C. Titik sentrasi :
 Sudut ke caudal 30° dari horizontal.
 Sentrasi pada pertengahan patellae.
D. Struktur yang terlihat :
Gambaran patella pada posisi axial.
Intercondylar sulcus.
Patellafemoral joint.

PEMERIKSAAN GENU SKY LINE

45
No Dokumen No Revisi Halaman
0 2/2
/RO/SPO/2016

E. Indikasi :
- Fraktur os patella.

Unit terkait 5. IRD


6. Rawat Jalan.
3. Rawat Inap

46
PEMERIKSAAN CRURIS AP

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


Standar Prosedur
DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
Operasional 2 Januari 2016 Direktur :

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi AP adalah suatu pemeriksaan os cruris atau tulang tulang
kaki mulai dari lutut sampai pergelangan kaki dengan proyeksi
sinar x dari anterior ke posterior
Tujuan Untuk melihat gambaran os tibia, os fibula dan kedua sendi
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang
pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
Pasien duduk atau berbaring.
Bila berbaring kepala di beri bantal.
Kaki di extensikan.
B. Posisi kaki :
Letakkan daerah panggul, lutut dan kaki dalam posisi
AP, posisi benar-benar anatomi.
Tempatkan sandbag pada kaki supaya tidak berubah
posisi.
Letakkan kaki dan kedua sendi ( lutut dan ankle joint )
ditengah-tengah film.
C. Titik sentrasi :
Tegak lurus 90° pada pertengahan kaki.
Letakkan marker R / L pada kaki yang diperiksa.
D. Struktur yang terlihat :
 Tibia dan fibula.
 Kedua persendian knee dan ankle joint.
E. Indikasi :
- Trauma pada kaki.

47
PEMERIKSAAN CRURIS AP

No Dokumen No Revisi Halaman


01 2/2
/RO/SPO/2016

Unit terkait 1. IRD


2. Rawat Jalan.
3. Rawat Inap

48
PEMERIKSAAN CRURIS LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur :
PROSEDUR 2 Januari 2016
OPERASIONAL dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian - Posisi lateral adalah suatu pemeriksan os cruris atau tulang
tulang kaki mulai dari lutut sampai pergelangan kaki dengan
posisi yang terlihat dari samping.
-True lateral os cruris atau tulang tulang kaki atau betis
diputar
90º dari posisi AP
Tujuan Untuk melihat gambaran os tibia, os fibula dan kedua sendi
Kebijakan Kebijakan Direktur no:
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
 Pasien tidur miring dengan kepala diberi kepala.
 Bagian pedis diberi sandbag untuk mencegah
terjadinya kaki berubah.
B. Posisi kaki :
Flexikan lutut 45°.
Kaki bebar-benar pada posisi lateral.
Pastikan kedua persendian ( knee dan ankle joint ) dan
kaki
( tibia dan fibula ) dalam tengah-tengah film.
C. Titik sentrasi :
Tegak lurus 90° pada tengah kaki.
Letakkan marker R / L sesuai dengan kaki yang di
periksa.

49
PEMERIKSAAN CRURIS LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016
Prosedur D. Struktur yang terlihat :
Tibia dan fibula.
Knee dan ankle joint.
E. Indikasi :
- Trauma pada kaki

Unit Terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

50
PEMERIKSAAN ANKLE AP

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi AP adalah suatu pemeriksaan os ankle atau tulang
pergelangan kaki dengan proyeksi sinar x dari anterior ke
posterior.
Tujuan Untuk melihat gambaran pada tulang persendian kaki pada
posisi AP.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi Pasien :
Pasien duduk atau tidur terlentang.
Kaki yang tidak di foto di flexikan / di jauhkan dari
cassette.Lutut dari persendian kaki yang di foto di beri
sandbag.
B. Posisi Kaki :
Letakkan persendian kaki dalam posisi AP di tengah-
tengah
cassette.Kedua maleolus sejajar dengan cassette.
Pedis tegak lurus dengan cassette dengan cara dorsal pedis
di beri sandbag.
C. Titik sentrasi:
Tegak lurus / 90°.
Letakkan R/L pada cassette sesuai dengan persendian
kaki yang di foto.
Sentrasi pada pertengahan kedua maleolus.

51
PEMERIKSAAN ANKLE AP

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016
Prosedur .D. Struktur yang terlihat :
Gambaran bagian depan dari persendian kaki.
Bagian distal tibia dan fibula.
Bagian proximal dari thalus.
E. Indikasi :
- Trauma pada persendian kaki.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

52
PEMERIKSAAN ANKLE LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur :
OPERASIONAL 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian - Posisi lateral adalah suatu pemeriksan os ankle atau tulang
pergelangan kaki dengan posisi yang terlihat dari samping.
-True lateral os ankle atau tulang pergelangan kaki diputar 90º
dari posisi AP
Tujuan Untuk melihat gambaran pada tulang persendian kaki pada
posisi lateral.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
Pasien duduk atau tidur terlentang.
Kaki yang tidak di foto di flexikan / di jauhkan dari
cassette.
Lutut dari persendian kaki yang di foto di beri sandbag.
B. Posisi kaki :
Letakkan persendian kaki dalam posisi true lateral di
tengah-
tengah cassette.Maleolus sebelah lateral menempel dengan
cassette.
C. Titik sentrasi:
Tegak lurus / 90°.
Letakkan R / L pada cassette sesuai dengan persendian
kaki. yang di foto.
Sentrasi pada bagian medial maleolus.

53
PEMERIKSAAN ANKLE LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016

D. Struktur yang terlihat :


Gambaran lateral bagian distal tibia dan fibula.
Ankle joint.
Thalus dan calcaneus.
E. Indikasi :
- Trauma pada persendian kaki.
- Dislokasi
IRD
Rawat Jalan.
Unit terkait
Rawat Inap

54
PEMERIKSAAN PEDIS AP

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit
STANDAR
Ditetapkan,
PROSEDUR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
OPERASIONAL
2 Januari 2016 Direktur :

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Posisi AP adalah suatu pemeriksan os pedis atau tulang tulang
Pengertian kaki mulai dari pergelangan kaki sampai dengan jari kaki
dengan proyeksi sinar x dari anterior ke posterior.
Untuk melihat gambaran kaki pada posisi AP.
Tujuan
Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan
Kebijakan radiologi dan diagnotik imajing
A. Posisi Pasien :
 Pasien duduk atau tidur terlentang.
Prosedur
 Kaki yang tidak difoto di jauhkan dari cassette.
 Flexikan kaki yang di foto sehingga telapak kaki nempel
dengan cassette.
B. Posisi kaki :
 Bagian vertikal / pedis menempel pada cassette.
C. Titik sentrasi :
 Tegak lurus cassette 90º.
 Sentrasi didaerah antara cuboidea dengan naviculare
( metatarsal 3).
 Letakkan marker R/L diatas cassette sesuai kaki yang di
foto

55
PEMERIKSAAN PEDIS AP

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016

D. Struktur yang terlihat :


Prosedur - Phalanx, metatarsal, cuneiform, cuboid, navicular.
E. Indikasi :
- Trauma pada kaki

IRD
Rawat Jalan.
Unit terkait
Rawat Inap

56
PEMERIKSAAN PEDIS LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian - Posisi lateral adalah suatu pemeriksaan os pedis atau tulang
tulang kaki mulai dari pergelangan kaki sampai jari kaki
terlihat dari samping.
-True lateral os pedis atau tulang tulang kaki diputar 90º dari
posisi AP
Tujuan Untuk melihat gambaran kaki pada posisi lateral.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi Pasien :
Medio lateral :
Pasien tidur miring pada salah satu sisi.
Kaki yang tidak di foto di flexikan menjauhi cassette.
Patela tegak lurus garis horizontal.
Latero medial :
Pasien tidur miring pada salah satu sisi.
Kaki yang difoto di flexikan.
Ganjal genu dengan sandbag.
B. Posisi kaki :
Medio lateral :
Pedis dari posisi AP diputar ke lateral sehingga
bagian lateral menempel pada cassette.
Posisikan pedis sehingga plantar tegak lurus
film.harus true lateral.

57
PEMERIKSAAN PEDIS LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016

Prosedur Lateral medial :


Pedis dari posisi AP di putar ke medial sehingga
bagian menempel cassette.Posisikan pedis
sehingga plantar tegak lurus film.
True lateral.

C. Titik sentrasi :
Tegak lurus film 90°.
Letakkan marker R/L pada cassette sesuai kaki yang
difoto.
Sentrasi pada :
- Posisi medio lateral pada pertengahan pedis.
- Posisi latero medial pada head metatarsal 5.
D. Struktur yang terlihat :
- Pedis true lateral, navicular, calcaneus, kuneiform,
talus,
maleolus, metatarsal, phalanx, ankle joint, tibia dan
fibula bagian distal.
E. Indikasi :
- Trauma pada kaki

IRD
Rawat Jalan.
Unit terkait
Rawat Inap

58
PEMERIKSAAN PEDIS OBLIQUE

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016 dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Posisi oblique adalah suatu pemeriksaan os pedis atau tulang


Pengertian
tulang kaki yang mana posisinya diputar 45* dari posisi AP.

Tujuan Untuk melihat gambaran kaki pada posisi oblique.


Kebijakan Direktur no: tentang
Kebijakan pelayanan radiologi dan diagnotik imajing

A. Posisi Pasien :
Prosedur
Pasien duduk atau tidur terlentang.
Kaki yang tidak di foto di jauhkan dari obyek.
Flexikan kaki yang akan di foto sehingga pedis
menempel pada cassette.
B. Posisi kaki :
Medial oblique :
Dari posisi Ap rotasikan kaki ke arah medial
sehingga kaki membentuk sudut ±30º dengan
cassette .
Lateral oblique:
Dari posisi AP rotasikan kaki ke arah lateral
Sehingga pedis membentuk sudut ± 30° dengan
cassette.
C. Titik sentrasi :
Tegak lurus film / 90°
Letakkan marker R / L dicassette sesuai dengan kaki
yang di foto.

59
PEMERIKSAAN PEDIS OBLIQUE

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016

Sentrasi antara cuboidea dan naviculare.


D. Struktur yang terlihat :
Prosedur
- Phalanx, metatarsal, cuboid, cuneiform ke-3,
naviculare,
bagian distal calcaneus.
E. Indikasi :
- Trauma pada kaki

IRD
Unit terkait
Rawat Jalan.
Rawat Inap

60
PEMERIKSAAN CALCANEUS AXIAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur :
OPERASIONAL 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Adalah suatu pemeriksaan os calcaneus atau tulang tungkai
dengan cara memutar tubuh khususnya tungkai kaki dari
anatomi
Tujuan Untuk melihat gambaran calcaneus seutuhnya.
Kebijakan Direktur no: tentang
Kebijakan pelayanan radiologi dan diagnotik imajing

Prosedur A. Posisi pasien :


Pasien tidur atau duduk di atas meja pemeriksaan.
Kaki yang tidak di periksa di jauhkan.
B. Posisi kaki :
Tempatkan ankle joint ke tengah film.
Tarik bagian bawah telapak kaki sampai plantar kaki
mendekati dan tegak lurus dengan film.
C. Titik sentrasi :
Sentrasi ke metatarsal 3.
Sentrasi dengan sudut 40° ke cranial.
Letakkan marker R / L sesuai dengan calcaneus yang di
periksa.
Film detector cm : 1 lembar.
D. Struktur yang terlihat :
Os calcaneus.
E. Indikasi :
- Fraktur pada calcaneus.

61
PEMERIKSAAN CALCANEUS AXIAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

62
PEMERIKSAAN CALCANEUS LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR 2 Januari 2016
OPERASIONAL dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian - Posisi lateral adalah suatu pemeriksaan os calcaneus atau
tulang
tungkai dengan posisi yang terlihat dari samping.
-True lateral os calcaneus atau tulang tungkai diputar 90º
dari
posisi AP
Tujuan Untuk melihat gambaran calcaneus seutuhnya.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang
pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
Pasien tidur atau duduk di atas meja pemeriksaan.
Kaki yang tidak di periksa di jauhkan di tempatkan di
belakang.Flexikan lutut 45°.
B. Posisi kaki :
Tempatkan ankle joint pada tengah film, dengan
sepanjang
kaki yang di periksa ( calcaneus ) sejajar dengan film.
Tempatkan lutut dan kaki bagian bawah yang diinginkan
untuk menempatkan permukaan plantar supaya tegak
lurus
dengan film.
Posisikan ankle dan kaki pada posisi true lateral
yang mana menempatkam malleolus bagian lateral ±
15°-
20° ke belakang menuju bagian medial malleolus

63
PEMERIKSAAN CALCANEUS LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016

Prosedur C. Titik sentrasi :


Tegak lurus dengan film.
Sentrasi pada 2 cm dari bagian inferior ke medial
malleolus.
Letakkan marker R / L sesuai dengan calcaneus yang
di periksa.
Film: 1 lembar
D. Struktur yang terlihat :
- Calcaneus, talus dan talocalcaneal joint.
E. Indikasi :
- Fraktur pada calcaneus.
Unit Terkait IRD
Rawat Jalan.
Rawat Inap

64
PEMERIKSAAN MANUS AP

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/1
/RO/SPO/2016

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR
OPERASIONAL 2 Januari 2016 dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Adalah suatu pemeriksaan os manus atau tulang-tulang tangan
Pengertian mulai dari pergelangan tangan sampai jari – jari dengan proyeksi
sinar x dari anterior ke posterior.
Tujuan Untuk mengetahui gambaran semua tulang tangan pada posisi AP
Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
Kebijakan
diagnotik imajing
A. Posisi pasien
 Pasien duduk disamping meja pemeriksaaan dengan
tangan yang sakit diatas meja.
 Pasien dibuat serilex mungkin, supaya tidak terjadi rotasi.
B. Posisi tangan
 Siku ditekuk 90º dengan tangan dan lengan tangan diatas
meja.
 Sesuai dengan klinis yang fraktur ditengah cassette.
Prosedur  Pergelangan sejajar dengan manus.
 Palmar manus menempel pada bagian atas cassette.
Antara digiti dibuat renggang.
C. Titik sentrasi :
 Tegak lurus 90º ke arah metacarpal III.
 Letakkan marker R atau L sesuai tangan yang di periksa
pada cassette.
 Film : deetector = 1 lembar di split.

65
PEMERIKSAAN MANUS AP

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016

Prosedur D. Struktur yang terlihat :


- Phalanx 1-5 - Metacarpal
- Os Ulna - Os Radius
- Os Carpalia - dan semua persendian tangan.
E. Indikasi :
- Adanya trauma pada tangan.
- Corpus alienum
Unit terkait IRD
Rawat Jalan.
Rawat Inap

66
PEMERIKSAAN MANUS LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur :
PROSEDUR
OPERASIONAL 2 Januari 2016 dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian - Posisi lateral adalah suatu pemeriksaan os manus atau tulang
tulang tangan mulai dari pergelangan tangan atau jari-jari
yang terlihat dari samping.
- True lateral akan selalu diputar 90º dari posisi AP.
Tujuan Untuk mengetahui semua tulang tangan pada posisi lateral.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
 Penderita duduk di samping meja pemeriksan
dengan tangan yang sakit di atas meja.
 Pasien di buat serilex mungkin.
B. Posisi tangan :
 Siku di tekuk 90º dengan tangan dan lengan tangan di
atas meja.
 Putar tangan dan pergelangan tangan ke posisi lateral
dengan ibu jari diatas.
 Atur jari-jari tangan paralel dengan cassette supaya
tidak overlap dan dalam keadaaan benar-benar posisi
lateral.

67
PEMERIKSAAN MANUS LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016

Prosedur C. Titik sentrasi :


 Tegak lurus 90º ke arah metacarpal I.
 Letakkan marker R atau L ke cassette sesuai tangan
yang di periksa.
 Film = 1 lembar.
D. Struktur yang terlihat.
Phalanx 1-5, metacarpal joint, metacarpal 2 dan 5 carpal,
yang tidak overlap hanya ibu jari terlihat dengan jelas.
E. Indikasi :
- Adanya trauma tangan

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

68
PEMERIKSAAN MANUS OBLIQUE

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur :
PROSEDUR 2 Januari 2016
OPERASIONAL dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi oblique adalah garis tengah tubuh, tidak tegak lurus atau
tidak sejajar dengan cassette tetapi yang mana posisi tangan
setengan miring dan telapak tangan menghadap caset/film.
Tujuan Untuk mengetahui semua tulang tangan pada posisi oblique.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan
radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi Penderita :
 Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan tangan
yang sakit diatas meja.
 Pasien dibuat serilex mungkin, supaya tidak terjadi rotasi.
B. Posisi tangan :
 Siku di tekuk 90º dengan tangan dan lengan diatas meja.
 Putar tangan dan pergelangan tangan ke lateral 45º.
 Atur jari-jari tangan sejajar dengan cassette.
C. Titik sentrasi :
Tegak lurus 90º ke metacarpal III
 Letakkan marker R atau L ke cassette sesuai tangan yang di
periksa.
 Film 24 x 30 = 1 lember

69
PEMERIKSAAN MANUS OBLIQUE

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 01 2/2

Prosedur D. Struktur yang terlihat :


Phalanx 1-5, metacarpal, carpal dan semua persendian
tangan dalam posisi oblique.
E . Indikasi :
- Trauma pada tangan.
- Corpus alienum.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

70
PEMERIKSAAN WRIST AP

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan,


PROSEDUR DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
OPERASIONAL 2 Januari 2016 Direktur :

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Adalah suatu pemeriksaan os Wrist atau persendian pergelangan
tangan dengan proyeksi sinar x dari anterior ke posterior .
Tujuan Adalah suatu pemeriksaan os Wrist atau persendian pergelangan
tangan dengan proyeksi sinar x dari anterior ke posterior .
Kebijakan Kebijakan Direktur no
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
 Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan
tangan yang sakit diatas meja.
 Pasien di buat serilex mungkin, supaya tidak terjadi
rotasi.
 Turunkan pundak sampai sejajar sengan meja
pemeriksan.
B. Posisi tangan :
 Siku dan persendian sejajar dengan cassette.
C. Titik sentrasi :
 90º kedaerah tengah carpal.
 Letakkan marker R/L ke cassette sesuai persendian
tangan yang di periksa.
 Film : detector = 1 lembar di split.
D. Struktur yang terlihat :
Mid dan proximal metacarpal, carpal, bagian distal dari
radius dan ulna.
E. Indikasi :
- Trauma pada persendian tangan.
- Dislosi prsendian tangan

71
PEMERIKSAAN WRIST AP

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2 /2

Unit terkait

72
PEMERIKSAAN WRIST LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan,


PROSEDUR DIREKTUR RSUD Ditetapkan
OPERASIONAL oleh Direktur :
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian 1. Posisi lateral adalah suatu pemeriksaan os wrist atau


persendian pergelangan tanganposisi yang terlihat dari
samping.
2. Pemeriksaan true lateral adalah
pemeriksaan os wrist atau pergelangan tangan yang mana os
wrist atau pergelangan tangan diputar 90º dari posisi AP
Tujuan Untuk mengetahui gambaran tulang persendian tangan pada
posisi lateral.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi Pasien :
1. Pasien duduk di samping meja pemeriksan.
2. Tangan yang akan di periksa diletakkan diatas cassette.
B. Posisi tangan :
1. Siku di flexikan 90° dan persendian tangan dan tangan
diatas cassette dengan ibu jari di atas pada posisi true
lateral.
2. Bahu, siku dan persendian tangan dalam garis horizontal.
. Titik sentrasi :
 Tegak lurus 90º dengan cassette, sentrasi pada mid wrist
joint.
 Letakkan marker R atau L ke persendian yang di periksa
diatas cassette.
 Film : 18x24 : 1 lembar di split.

73
PEMERIKSAAN WRIST LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 01 2/2

D. Struktur yang terlihat :


Bagian proximal metacarpal, carpal, bagian distal radius
dan ulna dan wrist joint
E. Indikasi :

- Trauma pada persendian tangan.


- Dislokasi pada persendian tangan.
Unit terkait IRD
Rawat Jalan.
Rawat Inap

74
PEMERIKSAAN ANTEBRACHII AP

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Adalah suatu pemeriksaan os Antebrachii atau tulang – tulang
tangan mulai dari pergelangan tangan sampai siku dengan
proyeksi sinar x dari anterior ke posterior.
Tujuan Untuk mengetahui gambaran lengan bawah pada posisi antero
posterior.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi Pasien :
 Penderita duduk di samping meja dengan tangan dan
lengan tangan full extended.
B. Posisi Tangan :
 Posisikan pergelangan tangan, lengan dan siku dalam
posisi AP.
 Turunkan bahu untuk menempatkan lengan bawah
dalam posisi sejajar.
C. Titik Sentrasi :
 Tegak lurus dengan cassette, sentrasi ke bagian
tengah lengan bawah.
 Letakkan marker R/L diatas cassette sesuai lengan
yang di periksa.
 Film : detector : 1 lembar displit.
D. Struktur yang terlihat :
Radius dan ulna, bagian proximal carpal, siku dan distal
dari humerus.

75
PEMERIKSAAN ANTEBRACHII AP

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

E. Indikasi :
- Trauma pada lengan bawah.
- Suspect fraktur lengan bawah

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

76
PEMERIKSAAN ANTEBRACHII LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur :
OPERASIONAL 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian 1. Posisi lateral adalah suatu pemeriksaan os antebarichii
mulai dari pergelangan tangan sampai siku yang terlihat
dari samping.
2. True lateral os antebrachii atau pergelangan tangan
diputar 90º dari posisi AP.
Tujuan Untuk mengetahui gambaran lengan bawah pada posisi lateral.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang
pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi Pasien :
Pasien duduk disamping meja dengan tangan diatas
meja.
B. Posisi Tangan :
 Bahu diturunkan untuk menempatkan lengan atas agar
sejajar dengan lengan bawah.
 Putar tangan dan pergelangan tangan dalam posisi
true lateral (ibu jari berada diatas).
C. Titik sentrasi :
 Tegak lurus 90º dengan cassette, sentrasi ke bagian
tengah lengan bawah.
 Letakkan marker R/L diatas cassette sesuai lengan
mana yang di periksa.
 Film: 1 lembar

77
PEMERIKSAAN ANTEBRACHII LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur D. Struktur yang terlihat :


Seluruh os radius dan os ulna, bagian proximal dari
carpal,
siku dan bagian distal dari lengan atas.
E. Indikasi :
- Trauma pada lengan bawah.
- Suspect fraktur lengan bawah.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

78
PEMERIKSAAN CUBITI AP/ELBOW/AP

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi AP adalah suatu pemeriksaan os cubiti atau persendian
siku dengan proyeksi sinar x dari anterior ke posterior.
Tujuan Untuk melihat gambaran siku pada posisi AP
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi Pasien :
Penderita duduk di samping meja pemeriksaan dengan
siku diletakkan diatas meja.
B. Posisi Siku :
1. Siku di extensikan, tangan di buka dan lengan bawah
dan lengan atas di buka juga.
2. Siku di buka dan di letakkan di tengah cassette.
3. Usahakan siku pada posisi stabil.
C. Titik sentrasi :
1. Tegak lurus dengan cassette, sentrasi ke tengah
persendian siku.
2. Letakkan marker R / L ke cassette sesuai siku mana
yang diperiksa.
3. Film: 1 lembar
D. Struktur yang terlihat :
Bagian distal lengan atas, persendian siku, bagian
proximal radius dan ulna.

79
PEMERIKSAAN CUBITI AP/ELBOW/AP

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 01 2/2

Prosedur
E. Indikasi :
- Trauma pada siku.
- Dislokasi
- Suspect fraktur siku.
- Suspect fraktur supracondyler.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

80
PEMERIKSAAN CUBITI LAT./ELBOW LAT.

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur :
OPERASIONAL 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
- Posisi lateral adalah suatu pemeriksaan os cubiti atau sendi
siku yang terlihat dari samping.
Pengertian
- True lateral os cubiti atau sendi siku diputar 90º dari posisi
AP.
Untuk melihat gambaran siku pada posisi lateral.
Tujuan
Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
Kebijakan dan diagnotik imajing
A. Posisi Pasien :
 Penderita duduk di samping meja dengan siku di
Prosedur
flexikan 90º.
B. Posisi Siku :
 Lengan bawah dan lengan atas lurus dan siku berada di
tengah cassette.
 Turunkan bahu juga lengan atas dan lengan bawah
dalam garis lurus.
 Putar tangan dan pergelangan tangan dalam posisi
benar-benar lateral (ibu jari ada diatas).
 Tempatkan tangan dan pergelangan tangan dibawah,
untuk meninggikan tangan dan bagian distal lengan
bawah sedikit yang di inginkan untuk mencapai siku
benar-benar lateral

81
PEMERIKSAAN CUBITI LAT./ELBOW LAT.
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 01 2/2

C. Titik sentrasi :
Tegak lurus dengan cassette, sentrasi ditengah siku.
Prosedur
Letakkan marker R / L ke cassette sesuai siku yang di
periksa.
Film : detector : 1 lembar di split.
D. Struktur yang terlihat :
 Gambaran bagian distal lengan atas dan proximal
lengan bawah lateral.
 Olecranon process.
Epicondyles.
E. Indikasi :
- Trauma pada siku.
- Dislokasi
- Suspect fraktur siku.
- Suspect fraktur supracondyler

IRD
Unit terkait
Rawat Jalan.
Rawat Inap

82
PEMERIKSAAN HUMERUS AP

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR 2 Januari 2016 oleh Direktur :
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Posisi AP adalah suatu pemeriksaan os humerus atau tulang
tulang tangan mulai dari siku sampai sendi bahu dengan
Pengertian
proyeksi sinar x dari anterior ke posterior

Untuk melihat gambaran lengan atas dalam posisi AP


Tujuan
Kebijakan Direktur no: tentang
Kebijakan pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
A. Posisi Pasien :
Penderita duduk di samping meja pemeriksaan dengan
Prosedur
tangan lengan atas di letakkan diatas meja.
B. Posisi Lengan atas :
Bila memungkinkan lebih bagus pasien berdiri.
Letakkan cassette kemudian bahu dan siku sama tidak ada
jarak dengan cassette.Putar badan sedikit miring untuk
membawa supaya bagian proximal lengan atas bisa
nempel dengan cassette.
C. Titik sentrasi :
Tegak lurus dengan cassette, sentrasi ditengah lengan atas.
Letakkan marker R / L dicassette sesuai lengan atas yang
di
periksa.
Film : 1 lembar.

83
PEMERIKSAAN HUMERUS AP

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

D. Struktur yang terlihat :


Seluruh lengan atas.
Prosedur
E. Indikasi :
- Trauma pada lengan atas.
- Dislokasi.

IRD
Unit terkait
Rawat Jalan.
Rawat Inap

84
PEMERIKSAAN HUMERUS
LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR 2 Januari 2016
OPERASIONAL dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian - Posisi lateral adalah suatu pemeriksaan os humerus atau
tulang- tulang tangan mulai dari siku sampai sendi bahu
dengan posisi yang terlihat dari samping.
-True lateral os humerus atau lengan tangan diputar 90º
dari posisiAP
Tujuan Untuk melihat gambaran lengan atas pada posisi lateral.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan
radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi Pasien :
Pasien duduk atau tidur atau berdiri , dengan melihat
kondisi pasien.
B. Posisi lengan atas :
Bila memungkinkan pasien lebih bagus brdiri.
Letakkan cassette, yang mana bahu dan siku nempel
cassette.
Putar badan ke samping sampai membawa bagian
proximal humerus nempel dengan cassette.
C. Titik sentrasi :
Tegak lurus dengan cassette, sentrasi bagian tengah
humerus.
Letakkan R / L di cassette sesuai lengan atas yang di
periksa.
D. Struktur yang terlihat :
Seluruh lengan atas.

85
PEMERIKSAAN HUMERUS
LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

. Indikasi :
- Trauma pada lengan atas.
- Dislokasi.

IRD
Unit terkait
Rawat Jalan.
Rawat Inap

86
PEMERIKSAAN SHOULDER
EXOROTASI

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR 2 Januari 2016 oleh Direktur :
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Posisi AP adalah suatu pemeriksaan os shoulder atau sendi


bahu denga proyeksi sinar X dari anterior ke posterior
Pengertian
Untuk melihat gambaran tulang clavicula, scapula dan
humerus bagian atas.
Tujuan

Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi


Kebijakan dan diagnotik imajing
A. Posisi Pasien :
Pasien duduk atau tidur atau berdiri, dengan melihat
Prosedur
kondisi pasien.
B. Posisi bahu :
Sebaiknya pasien berdiri.Putar badan ke depan sedikit
Jika perlu tempatkan bahu nempel dengan
cassette.Tempatkan coracoid process di tengah
cassetteUsahakan lenga menjauhi badan, kemudian
putar lengan keluar ( telapak tangan dalam pronasi )
sampai bagian distal epicondyles humerus tegak lurus
dengan film.
C. Titik sentrasi :
Tegak lurus 90º ke cassette, sentrasi ke coracoid process.
Letakkan marker R / L di cassette, sesuai bahu yang di
periksa.
D. Struktur yang terlihat :
Bagian proximal humerus lateral dan 2/3 clavicula
lateral, bagian atas scapula, termasuk caput humerus

87
PEMERIKSAAN SHOULDER
EXOROTASI
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

E. Indikasi :
- Trauma bahu.
Prosedur
- Dislokasi humerus
.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

88
PEMERIKSAAN SHOULDER
ENDOROTASI
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 ½

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur :
PROSEDUR 2 Januari 2016
OPERASIONAL dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Posisi AP adalah suatu pemeriksaan os shoulder atau sendi
Pengertian bahu dengan proyeksi sinar X dari anterior ke posyerior
Untuk melihat gambaran clavicula, scapula dan humerus bagian
Tujuan atas.

Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan


Kebijakan diagnotik imajing

Prosedur A. Posisi pasien :


 Kalau bisa berdiri atau tidur ( berdiri biasanya lebih
enak bagi pasien dalam kondisi lemah ).
 Putar badan sedikit ke depan untuk dapat menempatkan
shoulder menempel dengan cassette.
B. Posisi shoulder :
 Pastikan coracoid process pada tengah cassette.
 Usahakan lengan menjauhi badan, kemudian putar
lengan keluar ( telapak tangan dalam supinasi ) sampai
bagian distal epicondyles humerus tegak lurus dengan
film.
C. Titik sentrasi :

89
PEMERIKSAAN SHOULDER
ENDOROTASI
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur  Sentrasi tegak lurus dengan film.


 Sentrasi pada coracoid process.
 Letakkan marker R / L sesuai dengan shoulder yang
di periksa.
D. Struktur yang terlihat ;
 Gambaran frontal bagian proximal humerus dan
bagian lateral 2/3 clavicula.
 Scapula atas, termasuk sekitar caput humerus ke
glenoid.
E. Indikasi :
- Trauma pada bahu

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

90
PEMERIKSAAN SKULL AP

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 1/ 2

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur :
PROSEDUR 2 Januari 2016
OPERASIONAL dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi AP adalah suatu pemeriksaan os skull atau tulang tulang
kepala dengan proyeksi sinar x dari anterior ke posterior
Tujuan Untuk mengetahui gambaran tulang tengkorak pada posisi AP.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
 Semua benda atau logam yang menempel di kepala di
lepas.
 Pasien tengkurap atau duduk.
 Os frontal menempel cassette.
B. Posisi kepala :
 Letakkan hidung pasien dan kepala bagian atas pada
puncak cassette.
 Center orbitomeatal line ( OML ) tegak lurus dengan
cassette.
 Pastikan seluruh kepala masuk pada cassette.

91
PEMERIKSAAN SKULL AP

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/ 2

Prosedur C. Titik sentrasi :


 Tegak lurus pada cassette.
 Sentrasi pada glabella.
 Letakkan marker R / L sesuai dengan bagian yang
di periksa.
 Film 24 x 30 cm : 1 lembar.
D. Struktur yang terlihat :
 Tulang frontal, crista galli, internal auditory canals,
frontal dan ethmoid sinuses.
 Petrous ridges, greater dan lesses dari sayap
sphenoid, dorsum sellae.
E. Indikasi :
- Adanya fraktur pada tulang kepala.
- Perdarahan pada kepala.
- Commotio cerebri.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

92
PEMERIKSAAN SKULL LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR 2 Januari 2016
OPERASIONAL dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian - Posisi lateral adalah suatu pemeriksan os skull atau tulang


tulang kepala dengan posisi yang terlihat dari samping
dengan
proyeksi sinar X dari anterior ke posterior.
-True lateral os skull atau tulang tulang kepala diputar 90º
dari posisi AP
Tujuan Untuk melihat gambaran tulang tengkorak pada posisi
lateral.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan
radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
 Semua benda atau logam yang menempel di kepala
di lepas.
 Pasien tengkurap atau duduk atau terlentang.
 Seandainya dengan posisi tengkurap kepala pasien
tidak bisa di manipulasi, maka hati-hati dengan
tulang leher.
B. Posisi kepala :
Posisikan kepala pada true lateral.
Center midsagittal plane sejajar dengan cassette.
Tempatkan interpupillary line tegak lurus dengan
cassette.
Usahakan seluruh bagian kepala masuk ke film.

93
PEMERIKSAAN SKULL LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur C. Titik sentrasi :


Sentrasi pada 5 cm bagian superior EAM.
Sinar tegak lurus dengan cassette.
Letakkan marker sesuai dengan posisi yang di buat.
Film: 1 lembar.
D. Struktur yang terlihat :
Sella turcica, Bagian anterior dan posterior clinoids,
dorsum sellae, dan bagian terbesar dan terkecil
sphenoid.
E. Indikasi :
- Commotio cerebri.
- Fraktur pada tulang tengkorak.
- Perdarahan.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

94
PEMERIKSAAN WATER’S

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur :
PROSEDUR 2 Januari 2016
OPERASIONAL dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi PA adalah suatu pemeriksaan os water's atau tulang
kepala bagian muka khususnya daera sinus dengan proyeksi
sinar x dari posterior ke anterior .
Tujuan Mengetahui gambaran semua sinus paranasalis.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur Posisi pasien :
Semua logam yang melekat di daerah kepala dilepas.
Di usahakan sedapat mungkin posisi tegak terutama
pada
kasus sinusitis.
Posisi kepala PA :
Tengadahkan kepala sehingga mento meatal line tegak
lurus dengan film.
Tempelkan dagu pada film.
Buka mulut selebar-lebarnya.
Titik sentrasi :
 Arah horizontal tegak lurus ke tengah film.
 Film 18x24 cm : 1 lembar.
Struktur yang terlihat :
- Sinus paranasalis, os orbita, os maxilla, os
zygomatic,
osnasal septum.
Indikasi :
- Kelainan sinus paranasalis.
 Kelainan / fraktur pada tulang-tulang seperti
misalnya orbita, maxilla, zygomatic, septum nasi

95
PEMERIKSAAN WATER’S

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2
Unit terkait IRD
Rawat Jalan.
Rawat Inap

96
PEMERIKSAAN EISLER / MANDIBULA

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½
Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur :
PROSEDUR 2 Januari 2016
OPERASIONAL dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Adalah suatu pemeriksaan os mandibula atau tulang tulang
dagu dan sepanjang organ struktur yang di perlukan dengan
cara memutar kepala atau merubah kepala dari anatomi.
Tujuan Mengetahui gambaran os mandibula.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur Posisi pasien :
Pasien duduk atau berbaring.
Lepas semua benda logam yang melekat didaerah kepala.
Posisi kepala :
 Atur kepala pada posisi lateral di mana sisi yang dekat
dengan film yang di periksa.
 Jika mungkin mulut dalam keadaan tertutup.
 Luruskan mid puppillary line tegak lurus dengan film.
 Extensikan dagu sehingga mandibula tidak overlap
dengan vertebra cervical.
Titik sentrasi :
Arah sinar 25° ke cranial pada pertengahan ramus
mandibula.
Letakkan marker R / L pada cassette sesuai dengan
mandibula yang di periksa.
Film: 1 lembar.
Struktur yang terlihat :
Os mandibula

97
PEMERIKSAAN EISLER / MANDIBULA
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait
IRD
Rawat Jalan.
Rawat Inap

98
PEMERIKSAAN TOWNE

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½
Ditetapkan,
STANDAR Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur :
OPERASIONAL 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Adalah suatu pemeriksaan os Towne atau sebagian organ
kepala sepanjang organ struktur yang di perlukan atau organ
sebagian, dengan cara memutar tubuh atau merubah tubuh
dari anatomi, atau merubah sudut sentrasi.
Tujuan Mengetahui gambaran dorsum sellae dan clinoids posterior
proyeksi didalam foramen magnum, symmetrical petrous
ridges dan gambaran superior dari mastoid.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan
radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur Posisi pasien :
Pasien duduk atau berbaring.
Posisikan kepala bagian belakang pada skull unit atau
permukaan meja pemeriksaan.
Posisi kepala :
Tekan/tundukkan , sehingga orbito meatal line (OML)
tegak lurus dengan film.
Luruskan mid sagital plane tegak lurus pada garis
tengah
meja pemeriksaan.
Titik sentrasi :
Arah sinar 30° ke arah caudal dari OML.
Titik sentrasi pada mid sagital plane 2,5 inchi (6 cm)
glabella.
Letakkan marker R/L pada cassette sesuai dengan
posisi
kepala.
Film : 1 lembar.

99
PEMERIKSAAN TOWNE

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur Struktur yang terlihat :


Os occipital, petrous pyramid
Foramen magnum dengan dorsum sellae dan clinoids
posterior didalam bayangan foramen magnum.
Indikasi :
- Kelainan pada tulang occipital.
- Kelainan pada dorsum sellae , clinoid posterior
dan foramen magnum.
Unit terkait IRD
Rawat Jalan.
Rawat Inap

100
PEMERIKSAAN BASIS CRANII

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Ditetapkan,
STANDAR Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur :
OPERASIONAL 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Tangensial adalah suatu pemeriksaan yang menggambarkan
kurva atau permukaan organ yang di perlukan dalam satu
titik. Satu struktur tubuh yang di perlukan keluar dari struktur
anatomi tubuh.
Tujuan Mengetahui gambaran :
Foramen ovale dan spinosum.
Tertumpuknya gambaran symphysis dengan frontalis.
Condylus mandibula pada posisi anterior dari petrous
pyramids.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur Posisi pasien :
 Pasien dalam posisi duduk, jika tidak bisa dengan
posisi berbaring.
 Posisikan pasien dalam keadaan rileks.
Posisi kepala :
 Posisikan dagu dan leher hyperextending sehingga
infraorbita meatal line (IOML) sejajar dengan film.
 Vertex kepala menempel pada film.
 Luruskan midsagitatal plane tegak lurus pada garis
tengah meja pemeriksaan, hindari kemiringan dan
pergerakan.

101
PEMERIKSAAN BASIS CRANII

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur Titik sentrasi :


Arah sinar 90°, garis tengah infra orbitomeatal.
 Titik sentrasi pertengahan sudut mandibula inferior
2,5-3 inc ( 6-8 cm ) menembus vertex kepala.
 Letakkan marker R / L pada cassette sesuai dengan
posisi kepala.
Struktur yang terlihat :
Foramen ovale dan spinosum, mastoid processor,
mandibula, petrous ridges, sinus sphenoid dan
ethmoid,
foramen magnum, occipital bone.
Indikasi :
- Fracture ramus mandibula.
- Kelainan pada foramen magnum.
Unit terkait IRD
Rawat Jalan.
Rawat Inap

102
PEMERIKSAAN SCHULLER / MASTOID

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

STANDAR Ditetapkan,
PROSEDUR Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
OPERASIONAL Direktur :
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Adalah suatu pemeriksaan sebagian organ kepala khususnya
daerah mastoid dengan cara memutar kepala atau merubah
kepala dari anatomi.
Tujuan Untuk mengetahui gambaran mastoid air cell.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur Posisi pasien :
Pasien tidur tengkurap dengan posisi salah satu tangan
disamping kepala untuk menyangga fixasi kepala, tangan
satunya lurus disamping badan.
B. Posisi kepala :
True lateral (infra orbita meatal line tegak lurus film, OML
sejajar dengan film.
Mastoid yang di periksa di letakkan dengan film dengan
daun telinga di flexikan.
C. Titik sentrasi :
2,5 cm keatas dan 2,5 cm posterior dari MAE dengan tube
di sudutkan 25° ke caudal.
Film 18x24 cm : 1 lembar.
Posisinya di buat kanan dn kiri sebagai perbandingan.

103
PEMERIKSAAN SCHULLER / MASTOID

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

D. Struktur yang terlihat :


- Mastoid air cell.
E. Indikasi :
- Kelainan pada mastoid air cell.
Unit terkait IRD
Rawat Jalan.
Rawat Inap

104
PEMERIKSAAN TMJ

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

STANDAR Ditetapkan,
PROSEDUR Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
OPERASIONAL Direktur :
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Adalah suatu pemeriksaan os TMJ atau tulang tulang kepala
atau sepanjang organ struktur yang di perlukan dengan cara
memutar kepala atau merubah kepala dari anatomi.
Tujuan Untuk melihat sendi antara os temporal dengan os mandibula.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur Posisi pasien :
Pasien tidur tengkurap dengan posisi salah satu tangan
disamping kepala untuk menyangga fixasi kepala, tangan
satunya lurus disamping badan.
Posisi kepala :
True lateral.
TMJ yang di periksa dekat dengan film.
Di buat dengan mulut tertutup ( close mouth ) dan mulut
terbuka ( open mouth ).
Titik sentrasi :
 2,5 cm ke atas dan 2,5 cm ke belakang dari MAE
dengan tube di sudutkan 25° ke caudal.
 Foto TMJ di buat kanan dan kiri.
Struktur yang terlihat :
Temporal mandibular joint.

105
PEMERIKSAAN TMJ

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Indikasi :
- Kelainan pada temporal mandibular joint
- Dislokasi.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

106
PROSEDUR PEMERIKSAAN NASAL

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½
STANDAR Ditetapkan,
PROSEDUR Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
OPERASIONAL Direktur :
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian - Posisi lateral adalah suatu pemeriksaan os nasale atau hidung
yang terlihat dari samping dengan proyeksi sinar X dari
anterior ke posterior
- True lateral nasale atau hidung diputar 90º dari posisi AP.
Tujuan Untuk melihat tulang hidung dengan kondisi soft tissue pada
posisi lateral.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
Tidur tengkurap atau berbaring atau duduk.
Posisi seperti skull lateral.
B. Posisi kepala :
Posisikan kepala pada true lateral.
Center midsagittal plane sejajar dengan cassette.
Tempatkan interpupillary line tegak lurus dengan cassette
C. Titik sentrasi :
Tegak lurus dengan film.
Sentrasi pada 1,25 cm bagian inferior dan posterior nasal.
Letakkan marker R / L sesuai dengan posisi yang di buat.
Film: 1 lembar.
D. Struktur yang terlihat :
Tulang nasal dan Soft tissue struktur nasal
E. Indikasi :
Fraktur tulang hidung.

107
PROSEDUR PEMERIKSAAN NASAL
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

108
PEMERIKSAAN V. CERVICAL AP

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

STANDAR Ditetapkan,
PROSEDUR Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
OPERASIONAL oleh Direktur :
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi AP adalah suatu pemeriksan os cervical atau tulang
tulang leher dengan proyeksi sinar x dari anterior ke posterior
Tujuan Untuk mengetahui gambaran vertebra cervical 1-7.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
Supine atau tegak.
B. Posisi leher :
Mengikuti posisi pasien ( anatomi ).
Kepala di extensikan.
C. Titik sentrasi :
Luruskan midsagittal plane pada garis tengah meja.
Arah sinar 15° ke cranial melewati tepi bawah pada
cartigo
tyroid ke tengah film.
Letakkan R / L pda daerah cervical mana yang di periksa.
Film: 1 lembar.
C. Struktur yang terlihat
Vertebra cervicalis 1 – 7.
E. Indikasi :
- Trauma pada leher.
- Nyeri / kaku leher .
- CRS.

109
PEMERIKSAAN V. CERVICAL AP
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

110
PEMERIKSAAN V. CERVICAL LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur :
PROSEDUR
2 Januari 2016
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian - Posisi lateral adalah suatu pemeriksaan os cervical dengan
posisi yang terlihat dari samping dengan proyeksi sinar X
dari anterior ke posterior
- True lateral os cervical atau tulang tulang leher diputar 90º
dari posisi AP
Tujuan Untuk mengetahui vert. Cervicalis 1 sampai 7 termasuk di
dalamnya bodi vertebre, intervertebra joint space, articular
pillers, spinosus processus dan cyaapophyseal joint.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
Duduk atau berdiri pada posisi lateral.
B. Posisi leher :
Mengikuti posisi tubuh ( anatomi ).
Dagu / kepala di extensikan.
Kedua tangan dibelakang sambil agak di tarik supaya
bahu
bisa turun supaya tidak menutupi cervical 7.
C. Titik sentrasi :
Luruskan mid coronal plane pada garis tengah meja atau
cassette.Arah sinar tegak lurus ke film melalui C4-5 (
batas tepi atas
Letakkan marker R / L pada posisi yang di buat.
Film detector cm : 1 lembar.
D. Struktur yang terlihat :
Vertebra cervicalis 1 – 7.

111
PEMERIKSAAN V. CERVICAL LATERAL

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

E. Indikasi :
- Trauma pada leher.
- Nyeri / kaku leher.
- CRS.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

112
PEMERIKSAAN V. CERVICAL OBLIQUE

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½
Ditetapkan,
STANDAR Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
PROSEDUR Direktur :
OPERASIONAL 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Posisi oblique adalah suatu pemeriksaaan os cervical atau
tulang tulang leher dengan posisi tubuh setengan miring
atau posisinya antara AP/PA dan lateral
Tujuan Untuk melihat gambaran foramen intra vertebra.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur A. Posisi pasien :
Kalau bisa posisi tegak ( duduk atau berdiri ). Kalau
Memang terpaksa karena kondisi pasien yang tidak
memungkinkan bisa tidur.
B. Posisi leher :
Mengikuti posisi tubuh di mana mid sagital plane 45°
dengan cassette
Extensikan dagu secukupnya sehingga ramus mandibula
tidak overlap dengan vert. Cervicalis.
Rotasikan mulai dari kaki sampai kepala mengikuti
posisi
tubuh.
C. Sentrasi sinar :
Bila posisi Anterior oblique 15° ke caudal C4 ( batas atas
dari certilago thyroid ).
Bila posisi posterior oblique 15° ke cranial pada C4.
Letakkan marker R / L sesuai posisi yang di buat.

113
P PEMERIKSAAN V. CERVICAL OBLIQUE

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

D. Struktur yang terlihat :


Vertebra cervicalis 1 – 7 dengan foramen intra
vertebranya.
E. Indikasi :
Kelainan pada foramen intravertebranya, body,
intervetbra discus space.

Unit terkait
IRD
Rawat Jalan.
Rawat Inap

114
PROSEDUR PEMERIKSAAN OESOPHAGUS

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR
2 Januari 2016
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian Suatu pemeriksaan pada daerah fungsi telan saluran


oesophagus dengan menggunakan contras media.
Tujuan Untuk mengetahui kelainan pada saluran oesophagus baik
fungsional maupun pathologis..
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur A. Persiapan pasien : Pasien tanpa persiapan
B. Persiapan alat :
 Barium sulfat 3 : 1, air hangat secukupnya
 Cangkir, sendok
 Kapas yang dibulatkan kecil-kecil ± 4 mm (bila
dengan klinis corpus alienum)
C. Tehnik pemeriksaan :
1. Bila memungkinkan pasien diperiksa dalam
keadaan berdiri.
2. Buat plain foto cervical lateral
Batas atas : cartilago cricoidea
Batas bawah : orifiium cardia (Th XI).
3. Pasien diminta meminum barium untuk melihat
fungsi telan dan struktur oesopagus
4. Pasien diminta menelan kapsul barium / bola
kapas yang dicelup barium sulfat untuk melihat
tempat obstruktif / corpus alienum.
5. Pasien diminta menelan barium sulfat lebih
encer dan diikuti dengan di expose jalannya barium
dengan berbagai proyeksi.

115
PROSEDUR PEMERIKSAAN OESOPHAGUS

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur 6. Pasien diminta untuk mengejan dan inspirasi


dalam, sangat penting untuk memperlihatkan adanya
varises.
7. Posisi trendelenburg bisa dilakukan bila
dicurigai adanya hiatal hernia.
8. Pemeriksaan rutin diambil gambar AP, lateral,
RAO, LAO.
D. Indikasi :
- Dicurigai adanya corpus
alienum, disphagia.
- Obstruktif pada oesophagus,
hiatal hernia.
- Akhalasia (penyempitan
oesophagus), Cirrhosis hepatis.
E. Kontra indikasi :
- Obstruksi usus
- Perforasi
Unit terkait IRD
Rawat Jalan.
Rawat Inap

116
PROSEDUR PEMERIKSAAN UGI

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR
2 Januari 2016
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian Suatu pemeriksaan pencernaan atas di mulai dengan


oesophagus, lambung, duodenum dan bulbus duodeni dengan
menggunakan contras media.
Tujuan Utuk melihat segala macam kelainan baik fungsional maupun
patologis serta proses keganasan pada saluran pencernaan
atas.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang
pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur A. Persiapan pasien :
1. Orang dewasa.
 Sehari sebelumnya makan makanan halus yang
mudah di cerna.
 6-8 jam sebelum pemeriksaan pasien puasa makan,
minum atau merokok.
2. Anak atau bayi.
 Biasanya bayi di beri minum 4 jam sekali, selanjutnya
di puasakan.
Waktu pemeriksaan di harapkan bayi sudah cukup
haus untuk minum.
B. Persiapan alat :
 Kontras media (+) : Barium 1 ons di larutkan dalam air
dengan perbandingan 1:2.
 Spuit 2,5 cc.
 E Z gas.
 Cangkir 250 – 300 cc.
 Air matang secukupnya.
 Sendok.
 Buscopan 1 ml/mg.
 Untuk bayi di pasang nasogastric atau botol dot yang
bersih.

117
PROSEDUR PEMERIKSAAN UGI

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur C. Tehnik pemeriksaan :


1. Sebelum pemeriksaan, pasien diberitahu terlebih
dahulu tindakan apa yang akan kita lakukan nantinya.
2. Posisikan pasien dalam posisi berdiri atau posisi anti
trendenberg 70° pada meja pemeriksaan.
3. Mula-mula pasien difluoroscopy tanpa barium untuk
melihat persiapan pasien cukup baik / tidak, yaitu
dengan melihat retensi cairan dan sisa makanan pada
lambung.
4. Pasien disuntik buscopan melalui intra vena dengan
tujuan mengurangi / memperlambat gerakan
peristaltik lambung.
5. Pasien disuruh mengulum E-Z gas terlebih dahulu,
baru pasien disuruh menelan dengan minum barium 1
cangkir.
6. Pasien tidak boleh gelegekan / sendawa / ruktus.
Kemudian jalannya barium diamati dengan
difluoroscopy, barium turun melalui sepanjang
curvatura minor hingga antrum, dalam keadaan normal
curvatura minor tampak smooth dibawah cardia.

D. Terdeteksi secara dini kelainan yang terjadi meliputi :


- Dyspepsia (pencernaan tidak baik).
- Screening
- Penurunan berat badan.
- Perforasi
- Massa dilapangan abdomen.
- Obstruksi partial.
- Perdarahan gastrointestinal.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

118
PEMERIKSAAN PROSEDUR COLON IN
LOOP / BARIUM ENEMA
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/201 0 ½

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR
2 Januari 2016
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian Suatu pemeriksaan pada saluran usus besar mulai dari


rectum,.sigmoid,colon decendens,colon tranversum,colon
ascendens dan caecum dengan menggunakan ciontras media.
Tujuan Untuk mengevaluasi mucosa, polip, massa dan keradangan
serta kelainan pada usus besar ..
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur A. Persiapan pasien :
 Sehari sebelumnya pasien makan-makanan
yang halus.
 Jam 18.00 WIB minum obat urus-urus
dicampur dengan 1-3 gelas air hangat.
 Jam 19.00 WIB puasa tidak boleh makan,
minum maupun merokok.
 Bila pasien dari luar, pasien dilavement oleh
petugas radiologi terlebih dahulu.
 Bila pasien dari ruangan yang melakukan
lavement perawat dari ruangan.
B. Persiapan alat :
Barium 1 ons, air hangat ± 1500 cc.
 Jelly , Disposiblle colon set, cangkir, sendok,
klem.
 Catheter, spuit 50 cc ( untuk bayi ), standar infus.
C. Tehnik pemeriksaan :
1. Buat plain foto BOF.
2. Pasien tidur miring ke kiri untuk memasukkan catheter
/ disposible colon ke anus dengan bantuan vaselin.

119
PROSEDUR PEMERIKSAAN COLON IN
LOOP / BARIUM ENEMA
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur 3. Balon di kembangkan dengan maksud biar catheter


tidak lepas.
Masukkan kontras barium dengan membuka klem
catheter, setelah kontras memenuhi sampai colon
transversum catheter langsung di klem
4. Pada kasus colitis, ulcus colon perlu ditambahkan
double kontras ( udara ) dengan di pompa.
5. Pada kasus mega colon atau hirschprung’s disease,
invaginasi / intussusception tidak perlu double kontras
( single kontras ).
6. Pengambilan foto :
 pasien supine utuk melihat rectum, sigmoid
region , kadang-kadang dibuat foto lateral/obliq.
 Obliq kiri untuk melihat akumulasi kontras
pada flexura lienalis Pasien prone, kontras mengalir
kuat karena berakumulasi di colon transversum.
 Obliq kanan untuk melihat flexura hepatica
Pasien supine diambil seluruh colon sampai dengan
caecum
 Bila perlu pasien di posisi prone
 Bila pemeriksaan dirasa sudah cukup, maka
pasien disuruh buang air besar guna mengosongkan
daerah colon yang terisi kontras.
 Kemudian diambil foto post evakuasi posisi
supine
 D. Indikasi :
- Gangguan pola buang air besar
- Invaginasi
- Kecurigaan obstruksi colon.
- Melena
- Kecurigaan massa daerah colon.
- Nyeri daerah colon
E . Kontra indikasi :
- Toxic mega colon
- Post biopsi colon
- Persiapan colon kurang baik
- Perforasi usus
Unit terkait IRD

120
Rawat Jalan.
Rawat Inap

PROSEDUR PEMERIKSAAN
APPENDICOGRAPHY

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR
2 Januari 2016
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian Suatu pemeriksaan Radiologii pada daerah appendix (usus


buntu) yang diakibatkan : keradangan, pembuntuan, infeksi
dengan menggunakan bahan kontras.
Tujuan Mengetahui adanya appendixitis pada pasien.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur A. Persiapan pasien :
 Sehari sebelumnya , pasien makan-makanan yang
halus (bubur, nasi tim, roti, kecap).
 Malam sebelum pemeriksaan pasien puasa, tidak boleh
makan (boleh minum air putih).
 Pasien diberikan minum barium yang telah dilarutkan
dalam air.
 Dewasa : barium 1 ons + 1 (satu) gelas air,
diberikan 9 jam sebelum pemeriksaan.
 Anak : barium ½ - ¾ ons + 1 (satu) gelas
air, diberikan 3 – 4 jam sebelum pemeriksaan.
B. Persiapan alat :
Tidak ada persiapan alat yang utama, pasien datang ke
unit radiologi bisa langsung dikerjakan.
C. Tehnik pemeriksaan :
1. Pasien tidur pada meja pemeriksaan dengan posisi
supine,
pasien di fluoroscopy pada daerah appendix untuk
melihat apakah kontras (barium) sudah terisi.
2. Bila kontras belum mencapai pada daerah appendix

121
bisa tunggu beberapa menit/jam sampai kontras masuk
ke appendix.

PROSEDUR PEMERIKSAAN
APPENDICOGRAPHY

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur 3. Bila kontras sudah mengumpul sekitar daerah appendix


bisa kita menentukan posisi foto yang akan diambil :
- posisi AP, lateral dan oblique (film 18 x 24 atau 24 x
30 cm dengan film split).
D. Indikasi :
- Appendixitis akut
E. Kontra Indikasi :
- Perforasi
Unit terkait IRD
Rawat Jalan.
Rawat Inap

122
PROSEDUR PEMERIKSAAN HSG

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 1/3

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur :
PROSEDUR 2 Januari 2016
OPERASIONAL dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Suatu pemeriksaan Radiologi pada daerah rahim (uterus, sal
telur, indung telur ) beserta salurannya dengan kontras media .
Tujuan Mengetahui kelainan system reproduksi (pembuahan) pada
wanita.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur A. Persiapan pasien :
 Bisa dilakukan 6 – 10 hari dihitung setelah menstruasi
bersih.
 3 – 4 hari sebelum pemeriksaan pasien tidak boleh
berhubungan dengan suami.
 Membawa pembalut 2 (dua) buah.
B. Persiapan alat :
 Kontras media hystero 20 cc.
 Salphingography instrument 1 set.
 Sonde uterus, 2 (dua) buah speculum.
 2 (dua) buah portio tang, canule, conus.
 Handschoen, doek, mangkok, kassa steril.
 Spuit 20 cc, savlon, jarum 18/21 cc.
 Lampu penerangan, bengkok.
C. Tehnik pemeriksaan :
1. Pasien diberi obat penenang (bila perlu).
2. Buli-buli dikosongkan terlebih dahulu (pasien diminta
buang air kecil).
3. Daerah os pubis dibersihkan dahulu dengan kassa yang
telah diberi savlon.
4. Pasang spekulum bagian bawah kemudian bagian atas.

123
RSI SITI HAJAR
SIDOARJO
PROSEDUR PEMERIKSAAN HSG

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/3

Prosedur 5. Intravaginal dibersihkan dengan kassa yang telah diberi


savlon dengan menggunakan korentang.
6. Bagian intravaginal tersebut kemudian dikeringkan
dengan kassa kering.
7. Mulut rahim diklem dengan korentang disisi kanan dan
kiri.
8. Ujung alat salphingography (canule) dimasukkan dalam
mulut rahim sesuai dengan ukuran dan besarnya, serta
korentang dikunci pada bagian alat salphingography.
9. Bila mulut rahim buntu bisa dilakukan dengan sonde
uterus.
10. Kontras dimasukkan secara perlahan-lahan kedalam
uterus, sambil mengamati reaksi pasien terhadap bahan
kontras.
11. Proses jalannya kontras diikuti dengan monitor
fluoroscopy.
12. Posisi foto yang diambil, posisi AP (film 18x24 cm)
Untuk melihat kontras masuk ke uterus.
13. Posisi oblique kanan dan kiri sampai menunjukkan
kontras keluar dari uterus.
14. Posisi lateral, untuk melihat dan menggelontor tuba dan
ampulla dengan kontras agar lumennya terbuka.
15. Setelah pemeriksaan dianggap selesai semua peralatan
dilepas dan diambil, baringkan pasien pada posisi sampai
¼-1/2 jam tergantung keluhan atau kondisi pasien.
16. Reaksi pasien :
- Sakit abdomen, pasien keluar keringat dingin →
ponstan IM/IV.
- Alergi → avil, oradexon 1 amp.
17. Pasien disarankan memakai pembalut untuk
mencegah keluarnya kontras dari uterus.

124
RSI SITI HAJAR
SIDOARJO
PROSEDUR PEMERIKSAAN HSG

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 3/3

Prosedur D. Indikasi :
1. Mencari kelainan uterus.
- Myoma yang menonjol ke dalam rongga uterus.
- Besar dan bentuk uterus.
- Sifat selaput lendir.
2. Mencari kelainan pada tuba uterus dan ampulla.
- Infeksi dalam tuba .
- Tuba atau ampulla buntu atau tidak.
- Lebar tuba.
3. Infertilitas / fertilitas primer atau sekunder.

E. Kontra indikasi :
- Kehamilan,
- Habis dikuret,
- Perdarahan vagina,
 - Vagina discharge (tanda infeksi / keputihan ).
Unit terkait IRD
Rawat Jalan.
 Rawat Inap.

125
PROSEDUR PEMERIKSAAN IVP

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR
2 Januari 2016 oleh Direktur :
OPERASIONAL

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian Suatu pemeriksaan Radiologi pada daerah traktus urinarius


atau ginjal dengan menggunakan media kontras melalui vena.
Tujuan - Melihat fungsi kedua ginjal
- Adanya batu kedua ginjal
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur  Pelaksana
Skin test dan injeksi kontras oleh dokter / perawat
Radiografi oleh radiografer
 Persiapan pasien :
 Sehari sebelum dilakukan pemeriksaan makan bubur
kecap, (pagi, sore dan malam)
 Jam 20.00 WIB makan terakhir
 Jam 22.00 minum obat urus-urus diikuti dengan
minum air putih
 makan, merokok dan mengurangi bicara sampai esok
hari.
 Jam 07.30 WIB pasien datang ke radiologi, masih
dalam keadaan puasa.
 Check hasil laboratorium : BUN (mg/dl), Serum
creatinin maksimal Serum creatinine 1,3
 Persiapan alat :
 Kontras media non ionik.
 Spuit 20 cc, jarum 21, wing needle 21.
 Alcohol swab, sarung tangan hipafix
 Obat anti histamin, anti alergi.spuit 3 cc
 Infus set, cairan ringer lactate / Pz, tensi.bengkok

126
PROSEDUR PEMERIKSAAN IVP

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur  Tehnik pemeriksaan :


1. Lakukan skin test / I.V test.
Buat foto plain abdomen.
2. Bila plain baik, bersih, kontras di injeksikan per I.V 2
ml per kg berat badan dengan pelan-pelan.
4. Ambil gambar :
 5’ posisi pasien berbaring
 15’ posisi pasien trendelenburg untuk melihat
ginjal ureter, sistem drainage IV
 30’ posisi pasien anti trendelenburg supaya kontras
segera turun ke buli-buli (Bila buli-buli sudah
penuh serta terlihat gambaran kontras normal,
langsung post mictie dan pemeriksaan dianggap
selesai.
5. Untuk pasien indikasi khusus : BPH, CaCx,
Hematuria, sebelum dilakukan post mictie , dibuat foto
oblique cavum pelvis R & L terlebih dahulu (Film
30x40 cm).
6. Bila 30’ belum juga penuh maka menunggu sampai
60’, 120’ bisa juga sampai 8 jam baru pemeriksaan
dianggap selesai.
7. Bila serum creatinine lebih 2 mg/dl (2-3 mg/dl)
dilakukan double doss (± 50 cc).
8. Bila serum creatinine lebih 3 mg/dl maka dilakukan
IVP infusion.
 Terdeteksi kelainan secara dini, meliputi :
- Nephritis - Retensio urine
- Hydronephrosis - BSK, ISK
- Hematuri - Pyelonephritis, dll.
E. Kontra indikasi :
- Reaksi gatal-gatal, muntah - shock
- Bronchospasme / laryngospasme.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

127
PROSEDUR PEMERIKSAAN CYSTOGRAPHY

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR
2 Januari 2016
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian Pemeriksaan radiologi pada daerah buli-buli dengan


menggunakan kontras media melalui folley catheter yang
sudah terpasang.
Tujuan Mengetahui kelainan buli-buli.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur A. Persiapan pasien :
 Sehari sebelumnya makan makanan yang halus yang
mudah dicerna (bubur, nasi tim).
 Sebelum pemeriksaan pasien dilavement.

B. Persiapan alat :
 Kontras media, 1 : 6 dicampur dengan water for
injection ± 150-200 cc.
 Spuit 50 cc, jarum 21, 18.
 Handschoen, klem, folley catheter.
 Mangkok, doek steril.
 Alkohol, plester.
C. Tehnik pemeriksaan :
1. Buli-buli harus dikosongkan sebelum dilakukan
pemeriksaan.
2. Tidurkan pasien posisi supine, buat plain foto buli-buli
(film 24x30).
3. Pasang folley catheter tanpa balon pada pasien ( untuk
pasien rawat inap folley catheter sudah terpasang di
ruangan).
4. Kontras media dimasukkan secara pelan-pelan sampai
buli-buli terisi penuh sambil di fluoroscopy.

128
PROSEDUR PEMERIKSAAN CYSTOGRAPHY

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur 5. Buat foto dengan posisi AP, oblique kanan,


oblique kiri (film 24x30).
6. Pemeriksaan dapat diteruskan dengan voiding
cystogram, yaitu membuat foto buli-buli
(urethra saat pasien kencing untuk melihat
adanya desakan prostat pada urethra.
D. Indikasi :
- Rupture vesica urinaria. - Diverticula.
- Infeksi /tumor. - Hematuria.
- Fistula.
E. Kontra indikasi :
- Infeksi akut pada vesica urinaria.
- Pasien peka terhadap bahan kontras.
- Adanya lesi pada pasien yang menghalangi jalannya
kontras.
Unit terkait IRD
Rawat Jalan.
Rawat Inap

129
PROSEDUR PEMERIKSAAN BIPOLAR
URETHRO CYSTOGRAPHY
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 ½

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR
2 Januari 2016
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian Suatu pemeriksaan pada daerah vesica urinaria dengan


memasukkan kontras 2 arah, atas (buli-buli) dan bawah
melalui urethra (penis).
Tujuan Mengetahui kelainan cystografi dan urethrografi
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur A. Persiapan pasien :
 Sehari sebelumnya makan-makanan yang halus, yang
mudah dicerna.
 Pagi hari sebelum dilakukan pemeriksaan pasien di
lavement.
B. Persiapan alat :
 Kontras media dicampur dengan water for injection 1 :
3 , ± 150 cc.
 Handschoen, doek, mangkok, kassa steril.
 Spuit 50 cc, blass spuit.
 Alkohol.
C. Tehnik pemeriksaan :
1. Buat plain foto buli-buli dalam posisi oblique kanan.
2. Kateter di klem.
3. Kontras dimasukkan pelan-pelan (seperti
urethrography) sampai mengisi buli-buli.
4. Untuk selanjutnya kontras dimasukkan melalui kateter
cystotomy sampai mengisi buli-buli, kemudian
diambil gambar pada saat pasien mengejan dan urine
keluar melalui urethra.
D. Indikasi :
- Melihat adanya obstruksi.
- Striktur : penyempitan urethra.

130
PROSEDUR PEMERIKSAAN BIPOLAR
URETHRO CYSTOGRAPHY
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

131
PROSEDUR PEMERIKSAAN
FISTULOGRAPHY

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR
2 Januari 2016
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Pemeriksaan radiologi dengan kontras untuk melihat kedalaman
lubang dan pengaruhnya pada organ tubuh.
Tujuan Mengetahui letak lubang (fistel)
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur A. Persiapan pasien :
 Pasien tanpa persiapan
B. Persiapan alat :
 Kontras media dicampur dengan water for injection (1 :
2).
 Abbocath, spuit 10 cc,
 Savlon , betadine.
 Mangkok, kassa, doek, handschoen steril
C. Tehnik pemeriksaan :
a. Bersihkan daerah/lubang yang akan diperiksa dengan
savlon/ betadine (buat pasien dalam keadaan rilex).
b. Buat plain foto obyek yang akan diperiksa, posisi AP
c. Kontras dimasukkan pelan-pelan sambil di fluoroscopy.
d. Ikuti alur masuknya kontras sampai pada ujung fistel.
e. Buat gambar dalam posisi AP, obliq, lateral.
D. Indikasi :
- Sejauh mana letak kedalam dari fistel.
E. Kontra indikasi :
- Reaksi alergi pada pasien

132
PROSEDUR PEMERIKSAAN
FISTULOGRAPHY

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

133
PEMERIKSAAN FOTO GIGI PERIAPICAL

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 1/1

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR
2 Januari 2016
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Pemeriksaan Foto Gigi Periapical yang dimaksud adalah Salah
satu pemeriksaan Radiologi untuk mendapatkan gambaran gigi
secara keseluruhan dari berbagai sudut .

Tujuan  Untuk melihat struktur gigi atas dan bawah


 Untuk melihat kelainan- kelainan anatomi gigi,maupun
penyakit pada gigi.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur 1) Pasien duduk dikursi menghadap kecermin X-ray tube
dengan punggung tegak
2) Memberi penjelasan kepada pasien tentang proses
pemeriksaan.
3) Film Gigi ditempelkan ke gigi yg hendak diFoto.
4) Atur posisi X-ray tube lurus ke posisi gigi pasien

IRD
Rawat Jalan.
Unit terkait
Rawat Inap

134
PEMERIKSAAN FOTO PANORAMIC

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 1/1

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR
2 Januari 2016
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Pemeriksaan Foto Panoramic yang dimaksud adalah Salah satu
pemeriksaan Radiologi untuk mendapatkan gambaran gigi
secara keseluruhan dari berbagai sudut .

Tujuan  Untuk melihat struktur gigi atas dan bawah


 Untuk melihat kelainan- kelainan anatomi gigi,maupun
penyakit pada gigi.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur 1. Pasien duduk dikursi / berdiri menghadap kecermin
( duduk diantara X-ray tube dan tempat kaset.) dengan
punggung tegak
2. Memberi penjelasan kepada pasien tentang proses
pemeriksaan.
3. Masukkan kaset ke tempat kaset di Panoramic.
4. Atur posisi kepala pasien sehingga garis alatragus lima
derajad dari sumbu horizontal.
5. Atur MSP (garis tengah ) tegak lurus masukkan
biteblok antara gigi seri dan rahang
6. Suruh pasien letakkan dagu pada tempat dagu
7. Hidupkan tombol Reset sebelum melakukan Expose

IRD
Unit terkait
Rawat Jalan.
Rawat Inap

135
PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG)
ABDOMEN ATAS
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 ½

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR
2 Januari 2016
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Merupakan suatu pemeriksaan Radiologi yang tidak infasif
dengan menggunakan gelombang elektromagnetik
Tujuan Untuk mengetahui adanya kelainan organ di Abdomen bagian
atas
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur A. Persiapan Penderita :
 6 Jam sebelum pemeriksaan, puasa tidak boleh
makan / minum dan merokok
 Bila pasien tidak kuat, boleh minum air putih
dicampur dengan gula ± 1 gelas
B. Teknik Pemeriksaan :
1. Penderita tidur terlentang / supine atau sesuai dengan
organ yang akan diperiksa
2. Organ yang diperiksa untuk USG Abdomen atas adalah
hepar, gallbladder, lien , pancreas dan ren dextra dan
sinistra.
3. Area yang akan dilakukan pemeriksaan harus terbebas
dari pakaian atau logam , area yang tidak diperiksa
ditutup dengan selimut
4. Area yang akan diperiksa diberi jelly untuk penghantar
gelombang elektromagnetik
5. Gunakan tranducer convex 3,5 MHz
6. Posisi transducer menysuaikan organ yang diperiksa
(sagital, transeval, oblique)
7. Posisikan tranducer pada organ yang diperiksa berikan
instruksi pada pasien (tahan nafas) lalu tekan freeze

PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG)

136
ABDOMEN ATAS
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

8. Tekan tombol coment untuk memberikan nama pada


organ yang diperiksa
9. Jika memerlukan pengukuran tekan measure posisikan
kursor tekan SET, selanjutnya posisikan kursor pada
batas akhir tekan SET untuk pengukuran satu kali,
untuk pengukuran lebih dari satu tekan NEXT
10. Tekan BODY MARK untuk memberikan gambar lokasi
organ yang diperiksa
11. Bila gambaran dan informasi sudah selesai tekan
PRINT untuk mencetak hasil
12. Beritahu pasien jika pemeriksaan selesai

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

137
PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG)
ABDOMEN BAWAH

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR
2 Januari 2016 oleh Direktur :
OPERASIONAL

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Merupakan suatu pemeriksaan Radiologi yang tidak infasif
dengan menggunakan gelombang elektromagnetik
Tujuan Untuk mengetahui adanya kelainan organ di Abdomen bagian
bawah
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur A .Persiapan Penderita :
 6 Jam sebelum pemeriksaan, puasa tidak boleh
makan / minum dan merokok
 Bila pasien tidak kuat, boleh minum air putih
dicampur dengan gula ± 1 gelas
B.Teknik Pemeriksaan :
1. Penderita tidur terlentang / supine atau sesuai dengan
organ yang akan diperiksa
2. Organ yang diperiksa untuk USG Abdomen bawah
adalah Wanita : fossailliaca,uterus, adnexa dan buli
Laki-laki : fossailliaca, prostate dan buli
3. Area yang akan dilakukan pemeriksaan harus terbebas
dari pakaian atau logam , area yang tidak diperiksa
ditutup dengan selimut
4. Area yang akan diperiksa diberi jelly untuk penghantar
gelombang elektromagnetik
5. Gunakan tranducer convex 3,5 MHz
6. Posisi transducer menysuaikan organ yang diperiksa
(sagital, transeval, oblique)

138
PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG)
ABDOMEN BAWAH

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

7. Posisikan tranducer pada organ yang diperiksa berikan


instruksi pada pasien (tahan nafas) lalu tekan freeze
8. Tekan tombol coment untuk memberikan nama pada
organ yang diperiksa
9. Jika memerlukan pengukuran tekan measure posisikan
kursor tekan SET, selanjutnya posisikan kursor pada
batas akhir tekan SET untuk pengukuran satu kali,
untuk pengukuran lebih dari satu tekan NEXT
10. Tekan BODY MARK untuk memberikan gambar lokasi
organ yang diperiksa
11. Bila gambaran dan informasi sudah selesai tekan
PRINT untuk mencetak hasil
12. Beritahu pasien jika pemeriksaan selesai

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG)


KANDUNGAN

139
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 ½

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR
2 Januari 2016
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Merupakan suatu pemeriksaan Radiologi yang tidak infasif
dengan menggunakan gelombang elektromagnetik
Tujuan Untuk mengetahui adanya kelainan organ di Abdomen bagian
dikandungan
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur A. Persiapan Penderita :
 6 Jam sebelum pemeriksaan, puasa tidak boleh
makan / minum dan merokok
 Bila pasien tidak kuat, boleh minum air putih
dicampur dengan gula ± 1 gelas
B. Teknik Pemeriksaan :
1. Penderita tidur terlentang / supine atau sesuai
dengan organ yang akan diperiksa
2. Organ yang diperiksa untuk USG kandungan adalah
uterus, adnexa dan buli
3. Area yang akan dilakukan pemeriksaan harus
terbebas dari pakaian atau logam , area yang tidak
diperiksa ditutup dengan selimut
4. Area yang akan diperiksa diberi jelly untuk
penghantar gelombang elektromagnetik
5. Gunakan tranducer convex 3,5MHz atau taranducer
linier sesuai kebutuhan
6. Posisi transducer menysuaikan organ yang diperiksa
(sagital, transeval, oblique)
7. Posisikan tranducer pada organ yang diperiksa
berikan instruksi pada pasien (tahan nafas) lalu
tekan freeze
8.

PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG)

140
KANDUNGAN
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur 9. Tekan tombol coment untuk memberikan nama pada


organ yang diperiksa
10. Gunakan tranducer convex 3,5MHz atau taranducer
linier
11. Jika memerlukan pengukuran tekan measure
posisikan kursor tekan SET, selanjutnya posisikan
kursor pada batas akhir tekan SET untuk
pengukuran satu kali, untuk pengukuran lebih dari
satu tekan NEXT
12. Tekan BODY MARK untuk memberikan gambar
lokasi organ yang diperiksa
13. Bila gambaran dan informasi sudah selesai tekan
PRINT untuk mencetak hasil
14. Beritahu pasien jika pemeriksaan selesai

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

141
PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG)
TIROID
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 1/1
Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR
2 Januari 2016
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian Merupakan suatu pemeriksaan Radiologi yang tidak infasif


dengan menggunakan gelombang elektromagnetik
Tujuan Untuk mengetahui adanya kelainan dibagian Tiroid
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur indikasi :
1. Pembesaran tiroid, untuk menentukan pembesaran tersebut
suatu massa tumor/keradangan.
2. Menetukan tumor solid/kistik atau ganas
3. Kelainan konginetal
Pemeriksaan :
1. Penderita terlentang, dibawah tengkuk diletakkan bantal
untuk mendapatkan posisi hiperektensi.
2. Transduser diletakkan diatas tiroid
3. Sebaiknya digunakan transduser 7,5 MHZ dibuat potongan
melintang dan membujur sesuai dengan aksis tiroid.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

142
PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG)
PAYUDARA
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR
2 Januari 2016 oleh Direktur :
OPERASIONAL

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Suatu pemerikasaan yang menggunakan gelombang suara pada
daerah payudara.

Tujuan
Untuk memastikan ada/tidak massa pada payudara dan bila ada
tumor, ditentukan solid atau kistik, jinak atau ganas

Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang


pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur
1. Penderita terlentang
2. Payudara diberi jelli untuk pengantar
3. Dengan transduser 7,5 MHZ seluruh kwadran diperiksa
pada penampang membujur atau melintang..

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

143
PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG)
GINEKOLOGI
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR
2 Januari 2016 oleh Direktur :
OPERASIONAL

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Suatu pemerikasaan yang menggunakan gelombang suara pada
daerah Genetalia.
Tujuan
Untuk menentukan keadaan organ genetalia bagian interna
(agnesias, hipogenesis atau normal) dan menentukan adanya
kelainan pada organ genetalia interna (tumor uterus, cystoma
ovarii dan lain-lain).
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur
1. Prosedur Medik :
1.1 Tidak perlu puasa
1.2 Kandung kencing harus penuh, penderita minum 
500cc
2. Prosedur Pemeriksaan :
2.1 Penderita terlentang
2.2 Perut bagian bawah atau pelvis diberi jelli dan diperiksa
dengan transduser pada berbagai penampang, melintang/
membujur/oblik

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

144
PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG)
PLEURA
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 ½

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR
2 Januari 2016
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Suatu pemerikasaan yang menggunakan gelombang suara pada
daerah pleura

Tujuan
Untuk menentukan :
1. Ada tidak ada cairan di covum pleura.
2. Covum pleura tersebut jernih atau pus (nanah)
3. Apakah sudah terjadi penebalan pleura (schwarte)
4. Tanda untuk tempat pungsi cairan pleura
5. Ada tidak ada tumor yang melekat pada dinding Thorax
(yang terletak pada foto polos dada)

Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan


diagnotik imajing
Prosedur
1. Untuk memeriksa ada/tidak ada cairan dirongga pleura,
maka posisi penderita adalah duduk tegak dengan kedua
lenggan diangkat, tangan diletakkan di atas kepala.
Transduser diletakkan diantara sela iga, ditentukan letak
cairan yang terbanyak.
2. Untuk menentukkan suatu tumor pada dinding dada,
posisi tidur penderita bisa miring atau terlentang.

PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG)

145
PLEURA
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait IRD


Rawat Jalan
Rawat Inap

146
PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA TANPA
KONTRAS

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR
2 Januari 2016 oleh Direktur :
OPERASIONAL

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Tata cara pemeriksaan kepala dengan menggunakan sinar x dan
bantuan komputer yang akan menghasilkan gambaran digital
irisan axial / coronal
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pemeriksaan ct scan kepala tanpa kontras
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur Prosedur :
1. Persiapan pasien
 Tidak ada persiapan khusus, benda-benda logam harus
dilepas
 Pasien anak-anak dan pasien yang tidak cooperative
diperlukan anesthesi
2. Indikasi
 Trauma capitis
 Cerebro vascular disease
 Cerebral atrophy
 Hydrocephalus bukan mencari tumor
3. Tehnik pemeriksaan
 Posisikan pasien diatas meja pemeriksaan dengan
kepala lebih dahulu ( head first )
 Letakkan kepala pada head holder, pasang fiksasi
 Masukan meja ke dalam gantry dengan menekan tombol
masuk
 CP pada dagu

PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA TANPA

147
KONTRAS
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur  Tekan clear sampai indicator nol


 Masukakan data pasein pada computer dengan huruf
besar.
 Pilih jenis pemeriksaan, pilih anatomi selection
 Klik confirm, klik start 2x untuk scanogram Ap dan
latreal
 Atur helical blog, jangan ada organ yang terpotong
 Klik confirm, klik start 2x
 Tunggu scan selesai , klik stop rotate.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

148
PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA DENGAN
KONTRAS

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR
2 Januari 2016 oleh Direktur :
OPERASIONAL

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Tata cara pemeriksaan kepala dengan menggunakan sinar x dan
bantuan komputer yang akan menghasilkan gambaran digital
irisan axial / coronal dengan menggunakan kontras media.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pemeriksaan ct scan kepala dengan kontras
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur Prosedur :
 Persiapan pasien
1. Hasil faal ginjal.
2. Puasa minimal 4 jam.
3. Benda-benda logam harus dilepas.
4. Isi inform consent.
5. Pasien anak-anak dan pasien yang tidak cooperative
diperlukan anesthesi
 Persiapan alat
- Kontras 50 ml - Alkohol swab
- Spuit 20 cc (2 buah) - Hipafix
- Spuit 1 cc - Kalmetason
- Spuit 3 cc - Nedle no 20
- Venflon
 Indikasi
 Tumor otak . Chepalgia

149
PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA DENGAN
KONTRAS

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur  Tehnik pemeriksaan


 Lakukan test alergi dahulu dengan menyuntikkan pad
kulit pasien + 1 cc kontras, tunggu + 15 menit jika tidak
ada reaksi alergi lanjutkan pemeriksaan.
 Pasang venflon pada pasien
 Lakukan scan kepala pre kontras (non kontras).
 Klik scan lanjutan, posisi meja boleh keluar tetapi tidak
boleh dinaik-turun kan.
 Atur posisi start dan post di computer sama dengan
posisi saat melakukan pre kontras, klik enter.
 Klik confirm, lalu OK.
 Lakukan injeksi pada pasien dengan cara manual
sampai kontras habis.
 Lakukan scan.
 Setelah scan selesai klik stop rotate.

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

150
PEMERIKSAAN CT SCAN ORBITA

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR
2 Januari 2016 oleh Direktur :
OPERASIONAL

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Suatu tindakan teknik pemeriksaan radiography yang
menggambarkan irisan penampang lintang pada daerah kepala
terutama daerah mata/orbita yang dalam rekontruksi gambarnya
menggunakan komputer.
Tujuan
Untuk mencari kelainan/menilai daerah orbita

Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan


diagnotik imajing
Prosedur 1. Prosedur Medik
Pada CT Scan otak, tidak memerlukan persiapan khusus,
kecuali pasien diminta puasa apabila pemeriksan akan
menggunakan bahan kontras yodium intravena,
maksudnya untuk mencegah terjadinya aspirasi apabila
timbul muntah.

2. Prosedur Pemeriksaan :
Potongan axial 3-5mm dari inferior sampai dinding
superior cavum orbita, sudut sejajar dengan N.opticus,
tanpa dan dengan kontras, setelah itu dibuat potongan
coronal 3-5mm mencakup seluruh covum orbita F.O.V.
kecil (160-200).

PEMERIKSAAN CT SCAN ORBITA

151
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

152
PEMERIKSAAN CT SCAN TELINGA/OS
PETROSUM

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR
2 Januari 2016 oleh Direktur :
OPERASIONAL

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Suatu tindakan teknik pemeriksaan radiography yang
menggambarkan irisan penampang lintang pada daerah kepala
terutama daerah telinga/os petrosum yang dalam rekontruksi
gambarnya menggunakan komputer..
Tujuan Untuk mencari kelainan/menilai daerah telinga
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur
1.Prosedur Medik
Pada CT Scan otak, tidak memerlukan persiapan khusus,
kecuali pasien diminta puasa apabila pemeriksan akan
menggunakan bahan kontras yodium intravena,
maksudnya untuk mencegah terjadinya aspirasi apabila
timbul muntah.
2.Prosedur teknik
Kasus non tumor : potongan axial dan coronal 2mm
sejajar dengan axis os petrosum mencakup seluruh
tulang os. Petrosum, tampa kontras, kondisi tulang (WW
dan WL yang tinggi).
Kasus tumor/infeksi (abses) : potongan axial 2-5 mm
mencakup seluruh os. Petrosum tanpa/dengan
kontras, kondisi tulang dan soft tissue. Potongan coronal
2-5mm sebagai tambahan, dalam kondisi tulang dan soft
tissue. Mencakup semua os. Petrosum dan proses
abnormalnya.

153
PEMERIKSAAN CT SCAN TELINGA/OS
PETROSUM

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

154
PEMERIKSAAN CT SCAN
PARANASALIS/SINUS

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR
2 Januari 2016 oleh Direktur :
OPERASIONAL

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1
005
Pengertian Suatu tindakan teknik pemeriksaan radiography yang
menggambarkan irisan penampang lintang terutama daerah
sinus yang dalam rekontruksi gambarnya menggunakan
komputer.
Tujuan Untuk mencari kelainan/menilai daerah sinus paranasalis
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur 1. Prosedur Medik
Pada CT Scan otak, tidak memerlukan persiapan
khusus, kecuali pasien diminta puasa apabila
pemeriksan akan menggunakan bahan kontras yodium
intravena, maksudnya untuk mencegah terjadinya
aspirasi apabila timbul muntah.
2.Prosedur teknik
High resolusi
Potongan coronal 2 mm di ½ bagian depan dan 4 mm
½ bagian posterior
Mulai dari os.nasale sampai rongga nasopharynx.
Potongan axial dari dasar sinus maxillaris sampai
sinus frontalis 3-5 mm
Tanpa kontras.
Kondisi soft tissue (WW diatas 2000, WL di atas 200)
FOV 200-250 mm.

155
PEMERIKSAAN CT SCAN
PARANASALIS/SINUS

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

PEMERIKSAAN CT SCAN THYROID

156
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD ditetapkan
PROSEDUR
2 Januari 2016 oleh Direktur :
OPERASIONAL

dr. Fitril Akbar, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1
005
Pengertian Suatu tindakan teknik pemeriksaan radiography yang
menggambarkan irisan penampang lintang terutama daerah
thiroid yang dalam rekontruksi gambarnya menggunakan
komputer
Tujuan Untuk mencari kelainan/menilai daerah thyroid

Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi


dan diagnotik imajing
Prosedur 1.Prosedur Medik
Pada CT Scan otak, tidak memerlukan persiapan
khusus, kecuali pasien diminta puasa apabila
pemeriksan akan menggunakan bahan kontras yodium
intravena, maksudnya untuk mencegah terjadinya
aspirasi apabila timbul muntah.

2.Prosedur teknik
Potongan axial 3-5mm dari bagian atas kelenjar
thyroid sampai bagian bawah.
Biasanya mulai setinggi C5-6 sampai thoracic inlet.
Tanpa atau dengan kontras.
Delayed scan FOV 160-200mm

157
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

158
PEMERIKSAAN CT SCAN THORAX
DENGAN KONTRAS

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
Standar Prosedur 2 Januari 2016 Direktur :
Operasional
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Tata cara pemeriksaan thorax dengan menggunakan sinar x
dan bantuan komputer yang akan menghasilkan gambaran
digital irisan axial, sagital dan coronal dengan menggunakan
kontras media.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
melaksanakan pemeriksaan ct scan thorax dengan kontras
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur :
 Persiapan pasien
1. Hasil faal ginjal.
2. Puasa minimal 4 jam.
3. Minum kontras yang dicampur dengan air putih, 1 jam
sebelum pemeriksaan minum 250 ml, menjelang
pemeriksaan 200 ml.
4. Benda-benda logam harus dilepas.
5. Isi inform consent.

 Indikasi
 Tumor thorax
 Abses paru
 Persiapan alat
- Ct scan sudah di warm up

159
PEMERIKSAAN CT SCAN THORAX
DENGAN KONTRAS

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/3

- Syring 100 cc=cubing


- Kontras 100 ml - Alkohol swab
- Hipafix - Spuit 1 cc
- Kalmetason - Nedle no 20
- Spuit 3 cc - Cateter no 18
- Venflon no 20
 Tehnik pemeriksaan
 Lakukan test alergi dahulu dengan menyuntikkan
pada kulit pasien + 1 cc kontras, tunggu + 15 menit
jika tidak ada reaksi alergi lanjutkan pemeriksaan.
 Isi data pasien pada consul.
 Pilih protokol thorax -C
 Posisikan pasien berbaring dengan kaki lebih dekat
dengan gantri (feet first).
 Pasang venflon no 20, injeksi salin untuk mengecek.
 Persiapan injector, pasang syring, masukkan kontras,
pasang cubing, lalu sambungkan ke venflon pasien.
Klik tombol hijau pada injector.
 Masukkan pasien ke dalam gantry dengan batas atas
cervical 5
 Lakukan scan pre kontras. Klik confirm, lalu scan
klik 2x. atur local area scan batas atas cervical dan
batas bawah umbilicus
 Atur flow rate 2,5 dan PSI 200 pada layer injector.
 Injeksikan kontras + 3 ml untuk mengecek aliran
kontras.
 Jika semuanya lancar, tidak ada hambatan lanjutkan
pemeriksaan , beritahu pasien
 Atur flow rate 2,5 dan PSI 200 pada layer
injector.volume kontras : 70 -80 ml

160
PEMERIKSAAN CT SCAN THORAX
DENGAN KONTRAS

No Dokumen No. Revisi Halaman


/RO/SPO/2016
0 2/3

 Pilih protokol thorax + -C, atur start locdan end


locnya sama dengan pre kontras
 Beritahu pasien untuk mengikuti aba-aba
 Lakukan scan post kontras kontras. Klik
confirm, lalu scan klik 2x. atur local area scan
batas atas cervical dan batas bawah umbilicus
 Tunggu scan selesai, klik stop rotate
 Periksa keadaan pasien,apakah ada masalah
 Lepaskan alat injeksi
 Biarkan pasien berbaribg sebentar sambil
mengecek kemungkinan terjadi reaksi alergi
 Turunkan pasien dari meja memeriksaan

Cara membuat irisan


 Cari nama pasien di gambar tabung, klik nama
pasien, klik MPR, dan klik Load.
 Atur thickness 5 minIP .
 Klik Batch MPR untuk mengatur Start dan End
pada irisan Sagital.konsultasikan dengan
Radiolog
 Atur lock number irisan sesuai kebutuhan, lalu
Save
 Irisan dapat dibuat sesuai dengan keinginan
permintaan Radiolog

Unit Terkait IRD


Rawat Jalan.
Rawat Inap

161
PEMERIKSAAN CT SCAN ABDOMEN
DENGAN KONTRAS

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
Standar Prosedur 2 Januari 2016 Direktur :
Operasional
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Tata cara pemeriksaan abdomen dengan menggunakan sinar
x dan bantuan komputer yang akan menghasilkan gambaran
digital irisan axial, sagital dan coronal dengan
menggunakan kontras media.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
melaksanakan pemeriksaan ct scan abdomen dengan
kontras
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur :
 Persiapan pasien
1. Hasil faal ginjal.
2. Puasa minimal 4 jam.
3. Minum kontras yang dicampur dengan air putih, 1
jam sebelum pemeriksaan minum 250 ml, menjelang
pemeriksaan 200 ml.
4. Benda-benda logam harus dilepas.
5. Isi inform consent.
 Indikasi
 Tumor abdomen
 Agenesis ginjal
 Tumor Kandungan
 Persiapan alat
- Ct scan sudah di warm up

162
PEMERIKSAAN CT SCAN ABDOMEN
DENGAN KONTRAS

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/4

- Syring 100 cc=cubing


- Kontras 100 ml - Alkohol swab
- Hipafix - Spuit 1 cc
- Kalmetason - Nedle no 20
- Spuit 3 cc - Cateter no 18
- Venflon no 20
 Tehnik pemeriksaan
 Lakukan test alergi dahulu dengan menyuntikkan
pada kulit pasien + 1 cc kontras, tunggu + 15 menit
jika tidak ada reaksi alergi lanjutkan pemeriksaan.
 Isi data pasien pada consul.
 Pilih protocol- Organ Abdomen multi
 Posisikan pasien berbaring dengan kaki lebih dekat
dengan gantri (feet first).
 Pasang venflon no 20, injeksi salin untuk
mengecek.
 Persiapan injector, pasang syring, masukkan
kontras, pasang cubing, lalu sambungkan ke
venflon pasien. Klik tombol hijau pada injector.
 Masukkan pasien ke dalam gantry dengan batas atas
xypoid.
 Lakukan scan pre kontras. Klik confirm, lalu scan
klik 2x. atur local area scan batas atas xypoid dan
batas bawah symphisis.
 Atur flow rate dan PSI pada layer injector.
 Injeksikan kontras + 3 cc untuk mengecek aliran
kontras.
 Jika semuanya lancar, tidak ada hambatan lanjutkan
pemeriksaan , beritahu pasien
 Atur flow rate 3 dan PSI 200 pada layer
injector.volume kontras : 80 - 90 ml

163
PEMERIKSAAN CT SCAN ABDOMEN
DENGAN KONTRAS

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ¾

 Pilih protokol thorax +-C, atur start locdan end


locnya sama dengan pre kontras
 Beritahu pasien untuk mengikuti aba-aba/ instruksi
 Lakukan scan post kontras kontras. . atur local area
scan batas atas cervical dan batas bawah umbilicus
 Klik confirm, klik scan, klik scan bersamaan
dengan klik tombol injektor
 Tunggu scan selesai, klik stop rotate
 Periksa keadaan pasien,apakah ada masalah
 Scan delay, konfirmasi dengan radiolog,
 Scan seperti pre kontras, set scan detail berapa
delay yang diinginkan radiolog
 Atur area scan dari bawah umbillicus sampai
sympicis pubis ( buli ),
 Scan selesai, klik stop rotate
 Lepaskan alat injeksi
 Biarkan pasien berbaribg sebentar sambil mengecek
kemungkinan terjadi reaksi alergi
 Turunkan pasien dari meja memeriksaan

Cara membuat irisan


 Cari nama pasien di gambar tabung, klik nama
pasien, klik MPR, dan klik Load.
 Atur thickness 5 minIP .
 Klik Batch MPR untuk mengatur Start dan End
pada irisan Sagital.konsultasikan dengan Radiolog
 Atur lock number irisan sesuai kebutuhan, lalu
Save
 Irisan dapat dibuat sesuai dengan keinginan
permintaan Radiolog

164
PEMERIKSAAN CT SCAN ABDOMEN
DENGAN KONTRAS

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 4/4

Format
 Pre kontras, klik MPR, klik volume ‘tanpa CE’,klik
load
 Topo : coronal
 Thicknes : 5
 Irisan : dari atas ke bawah 39 slice ( 2 film )

Unit Terkait  IRD


 Rawat Jalan
 Rawat Inap

165
PEMERIKSAAN CT SCAN ABDOMEN
SPINE

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
Standar Prosedur 2 Januari 2016 Direktur :
Operasional
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian Suatu tindakan teknik pemeriksaan radiology yang


menggambarkan irisan penampang melintang secara
axial,coronal,dan sagital daerah tulang belakang yang
dalam rekontruksi gambarnya menggunakan komputer .
Tujuan Untuk mencari kelainan / menilai daerah tulang belakang
( Spine ).
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur :
1. Procedur Medik
Pasien tidak perlu puasa.
2. Prosedur Pemerikasaan :
1. Tanpa kontras atau dengan kontras Intrahtecal
disebut CT Myelografi.
2. Isi data pasien pada kolom registrasi pasien .
3. Setelah prosedur registrasi selesai pilih protocol
SPINE.
4. Klik OK
 Kemudian Klik LOAD tunggu sampai muncul
start ,

166
PEMERIKSAAN CT SCAN ABDOMEN
SPINE

No Dokumen No. Revisi Halaman


/RO/SPO/2016
0 2/3

tekan tombol START Atur posisi topogram ( lihat


batas atas,bawah/depan,belakang)
5. Kemudian Klik LOAD .
6. Tunggu sampai muncul perintah. Tekan tombol
MOVE sampai muncul perintah START .
7. Tekan tombol START.
8. Kemudian tunggu hingga proses scanning selesai.
9. Apabila dengan bahan kontras maka terlebih dahulu
protocol disiapkan agar mempercepat proses
pemeriksaan .
10. Untuk kasus HNP :
 Potongan hanya di daerah discus.
 Sejajar dengan discus.
 Kondisi soft tissue dan tulang bila perlu untuk
kasus Tumor / Spondylitis / distruksi tulang.
 Kondisi soft tissue dan tulang .
Unit Terrkait  IGD
 R.Jalan
 R. Inap

167
PEMERIKSAAN CT SCAN VERTEBRA
LUMBAL

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan,


DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
Standar Prosedur 2 Januari 2016 Direktur :
Operasional
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian Tata cara pemeriksaan vertebrae lumbal dengan


menggunakan sinar x dan bantuan komputer yang akan
menghasilkan gambaran digital irisan axial / coronal
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
melaksanakan pemeriksaan ct vertebrae lumbal
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur :
1. Persiapan pasien
a. Tidak ada persiapan khusus, benda-benda logam
harus dilepas
b. Pasien anak-anak dan pasien yang tidak cooperative
diperlukan anesthesi
2. Indikasi
 Trauma
 LBP
3. Tehnik pemeriksaan
 Posisikan pasien diatas meja pemeriksaan dengan
kaki lebih dahulu ( feed first )
 Tangan di letakkan diatas kepala, posisikan kaki
hingga
pasien terasa nyaman, pasang fiksasi
 Masukan meja ke dalam gantry dengan menekan
tombol masuk
 CP pada prosecus Xipoid
 Tekan clear, sampai nol

168
PEMERIKSAAN CT SCAN VERTEBRA
LUMBAL

No Dokumen No. Revisi Halaman


/RO/SPO/2016
0 2/3

 Masukkan data pasien di komputer dengan huruf


besar, dan klik Load.
 Pilih protokol pemeriksaan pelvis, pilih parameter
spine lumbal.3mm
 Klik cinfirm, klik start 2 x untuk melakukan
scanoAP dan lateral
 Atur helical blog, jangan ada organ yang
terpotong
 Klik confrim, klik start 2 x
 Tunggu scan selesai, klik stop rotate
 Pemeriksaan selesai, turunkan pasien dari meja
pemeriksaan

4. Cara Membuat Irisan Sagital.


 Cari nama pasien di gambar tabung, klik nama
pasien, klik MPR, dan klik Load.
 Atur thickness 3, pilih topogram yang coronal
untuk membuat irisan sagital.
 Pilih tool 2, klik cureve MPR, aktifkan tool add.
 Letakkan titik awal di tengah-tengah corpus VL-1,
tarik garis lurus sampai S-5.
 Lalu klik Batch MPR untuk mengatur Start dan
End pada irisan Sagital.
 Atur lock number irisan sesuai kebutuhan, lalu
Save

5. Cara Membuat Irisan Coronal.


 Pilih topogram yang sagital untuk membuat irisan
coronal.
 Pilih tool 2, klik cureve MPR, aktifkan tool add.
 tarik garis lurus sampai S-5.
 Lalu klik Batch MPR untuk mengatur Start dan
End pada irisan Coronal
 Atur lock number irisan sesuai kebutuhan, lalu
Save.

169
PEMERIKSAAN CT SCAN VERTEBRA
LUMBAL

No Dokumen No. Revisi Halaman


/RO/SPO/2016
0 3/3

6. Cara Membuat Irisan Axial.


 Pilih Chlinical, klik General, lalu klik Spine
MPR.
 Pilih tool 2, klik cureve MPR, aktifkan tool
add.
 Letakkan titik awal di tengah-tengah corpus
VL-1, tarik garis lurus sampai S-5.
 Lalu klik Batch MPR untuk mengatur Start
dan End pada irisan Coronal..
 Atur lock number irisan sesuai kebutuhan, lalu
Save

Unit Terrkait  IGD


 R.Jalan
 R. Inap

170
PEMERIKSAAN CT SCAN EXTREMITAS

No Dokumen No Revisi Halaman


01 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
Standar Prosedur Direktur :
Operasional 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian Suatu tindakan teknik pemeriksaan radiology yang


menggambarkan irisan penampang melintang secara
axial,coronal,dan sagital daerah extremitas atas atau bawah
yang dalam rekontruksi gambarnya menggunakan
komputer .
Tujuan Untuk mencari kelainan / menilai daerah extremitas
anggota gerak atas atau bawah.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing

1. Procedur Medik
Pasien tidak perlu puasa.
2. Prosedur Pemerikasaan :
1. Tanpa kontras atau dengan kontras.
2. Isi data pasien pada kolom registrasi pasien .
3. Setelah prosedur registrasi selesai pilih protocol
sesuai dengan yang akan diperiksa ( Extremitas atas
atau bawah ).
4. Klik OK
5. Kemudian Klik LOAD tunggu sampai muncul
start ,

PEMERIKSAAN CT SCAN EXTREMITAS

171
No Dokumen No. Revisi Halaman
/RO/SPO/2016
0 2/3

tekan tombol START Atur posisi topogram ( lihat


batas atas,bawah/depan,belakang)
6. Kemudian Klik LOAD .
7. Tunggu sampai muncul perintah. Tekan tombol
MOVE sampai muncul perintah START .
8. Tekan tombol START.
9. Kemudian tunggu hingga proses scanning selesai.
10. Apabila dengan bahan kontras maka terlebih dahulu
protocol disiapkan agar mempercepat proses
pemeriksaan
11. Kondisi soft tissue dan tulang .
Unit Terrkait  IGD
 R.Jalan
 R. Inap

172
PEMERIKSAAN CT SCAN DENGAN SEDASI

No Dokumen No Revisi Halaman


01 1/2
/RO/SPO/2016

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Cara melakukan pemeriksaan Ct Scan yang menggunakan obat
penenang/ bius pada pasien yang kurang kooperatif
Tujuan Agar tidak pasien bisa tenang / tidak bergerak ketika dilakukan
pemeriksaan Ct scan
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur 1. Indikasi : pasien tidak koopratif
2. Pasien harus rawat inap
3. Petugas rawat inap mendaftar ke instalasi radiologi dengan
membawa surat permintaan pemeriksaan ct scan
4. Petugas radiologi menerima da memeriksa surat
permintaan pemeriksaan Ct Scan tersebut
5. Petugas radiologi berkonsultasi dengan dokter spesialis
radiologi
6. Petugas radiologi memberikan jadwal waktu pemeriksaan
kepada petugas rawat inap\
7. Petugas rawat ianp berkonsultasi dengan dokter anastesi
8. Petugas radiologi berkoordinasi dengan petugas anastesi
tentang pelaksanaan pemeriksaan
9. Pelaksanaan pemeriksaan ct scan didampingi dokter
anastesi
10. Pasca pemeriksaan pasien dalam pantauan perawat
anastaesi
11. Setelah pasien dinyatakan baik oleh perawat anastaesi baru
kembali ke ruang perawatan

173
PEMERIKSAAN CT SCAN DENGAN SEDASI

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

-
Unit terkait
 IGD
 R.Jalan
 R. Inap
 Unit Anastesi

174
PEMERIKSAAN CT SCAN NASOPHARYNX,
OROPHARYNX, LIDAH

No Dokumen No Revisi Halaman


01 1/2
/RO/SPO/2016

Ditetapkan,
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
oleh Direktur :
Standar Prosedur
Operasional 2 Januari 2016 dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian Suatu tindakan teknik pemeriksaan radiography yang


menggambarkan irisan penampang lintang pada daerah
terutama daerah nasopharynx, oropharynx dan lidah yang
dalam rekontruksi gambarnya menggunakan komputer.
Tujuan Untuk mencari kelainan/menilai daerah nasopharynx,
oropharynx dan lidah..
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
1. Prosedur Medik
Pada CT Scan otak, tidak memerlukan persiapan
khusus, kecuali pasien diminta puasa apabila
pemeriksan akan menggunakan bahan kontras
yodium intravena, maksudnya untuk mencegah
terjadinya aspirasi apabila timbul muntah.
2. Prosedur Pemeriksaan :
Nasopharynx : Potongan axial 3-5mm dari palatum
sampai sinus frontalis, sudut sejajar palatum. Tanpa
dan dengan bahan kontras, kemudian dilanjutkan
dengan potongan axial 5mm sejajar corpus
vertebrae cercicalis dari C2 s/d C6 dengan FOV
200mm untuk mencari pembesaran kelenjar. Setelah
itu dibuat potongan coronal 5mm dari choana
sampai cervical vertebrae sejajar dengan dinding
posterior nasopharinx. FOV 250mm.

175
PEMERIKSAAN CT SCAN NASOPHARYNX,
OROPHARYNX, LIDAH

No Dokumen No. Revisi Halaman


/RO/SPO/2016
0 2/2

potongan cornal kadang perlu dibuat dalam kondisi


tulang apabila ada distruksi basis cranii.
Oropharynx : sama dengan nasopharynx hanya
mulai agak rendah, garis axial dimulai dari
mandibula keatas.
Lidah : pasien harus diganjal gigi/rongga mulutnya
dengan sepotong gabus, agar pada potongan coronal
lidah tidak menyatu dengan palatum. Tehnik hampir
sama dengan nasopharinx, hanya axial dan
coronalnya harus mencakup seluruh daerah lidah.

Unit Terrkait  IGD


 R.Jalan
 R. Inap

PERSIAPAN PASIEN PEMERIKSAAN RADIOLOGI


DENGAN BAHAN KONTRAS TRACTUS
URINARIUS

176
No Dokumen No Revisi Halaman
0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
Standar Prosedur Direktur :
Operasional 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Persiapan adalah : hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum
dilakukan pemeriksaan Radiologi sehubungan dengan akan
dimasukkannya Bahan kontras kedalam tubuh pasien
dalam hal ini adalah Tractus Urinarius.
Tujuan 1) Agar isi abdomen kosong (bersih) sehingga gambaran
fotonya tampak jelas tidak terhalang oleh gambaran faeses.
2) Tidak terjadi pengulangan foto polos abdomen
sehingga mengurangi dosis radiasi pasien dan petugas.
3) Efisiensi bahan film dsb.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Pemeriksaan Radiologi Tractus Urinarius dengan bahan
kontras dilakukan oleh dokter spesialis Radiologi dan atau
Radiografer dibantu oleh perawat Radiologi.
Sebelum diputuskan untuk persiapan pemeriksaan
khususnya I.V.P. pasien harus ada hasil pemeriksaan
Laboratorium fungsi Ginjal : BUN dan Serum Creatinin.
1. I.V.P (Intra Venous Pyelography)
1. 1.Untuk orang dewasa
a) 2 hari sebelum pemeriksaan, makan makanan
yang lembek (bubur)
b) 15-12 jam sebelum pemeriksaan, minum obat
urus-urus (misalnya Dulcolax tablet ) sesuai
resep dokter.

177
PERSIAPAN PASIEN PEMERIKSAAN RADIOLOGI
DENGAN BAHAN KONTRAS TRACTUS
URINARIUS

No Dokumen No. Revisi Halaman


/RO/SPO/2016
0 2/3

c) 15-10 jam sebelum pemeriksaan, makan


terakhir (bubur) kemudian puasa sampai
dilakukan pemeriksaan, tetapi boleh minum air
putih.
d) Jika jam 6 pagi belum bersih isi perutnya, maka
diberikan obat Dulcolax Supositoria sesuai keadaan
pasien.
e) Pasien mengurangi kegiatan-kegiatan : banyak
bicara, merokok bergadang,dan minum-
minuman yang mengandung soda.

1. 2. Untuk bayi dan Anak-anak.


a) Bayi dan anak-anak tidak boleh diberi urus-
urus.
b) Boleh makan bubur dan minum air putih
secukupnya kemudian (2-4 jam) sebelum
pemeriksaan puasa.
c) + 4 jam sebelum pemeriksaan pasien
dilavement.
d) Bila perlu dipasang infuse Dextose 5-1 jam
sebelum pemeriksaan.

1. 3. Untuk Pasien Cito (segera/gawat)


a) Tanpa adanya persiapan khusus, yang penting
kandungan kencing dikosongkan .
b) Jika memungkinkan lakukan lavement

2. Cystrography atau Uretrocystrography


2.1. Untuk orang dewasa
a) Persiapan sama dengan IVP, bahkan kalau
Cito cukup dilavement.

178
PERSIAPAN PASIEN PEMERIKSAAN RADIOLOGI
DENGAN BAHAN KONTRAS TRACTUS
URINARIUS

No Dokumen No. Revisi Halaman


/RO/SPO/2016
0 3/3

2.2. Untuk anak ( 1- 7 tahun )


a) Tidak perlu diberi obat urus-urus
b) Cukup dilavement 4 jam sebelum pemeriksaan
c) Diperlukan pemberian obat penenang
Ukuran spuit,nedle,dosis obat kontras
disesuaikan dgn kondisi pasien.
Unit Terrkait  IGD
 R.Jalan
 R. Inap

179
PERSIAPAN PASIEN PEMERIKSAAN RADIOLOGI
DENGAN BAHAN KONTRAS UNTUK TRACTUS
DIAGESTIVUS

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
Standar Prosedur Direktur :
Operasional 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Persiapan adalah : hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum
dilakukan pemeriksaan Radiologi sehubungan dengan akan
dimasukkannya Bahan kontras kedalam tubuh pasien
dalam hal ini adalah Tractus Diagestivus
Tujuan 1. Agar isi abdomen kosong (bersih) sehingga
gambaran fotonya tampak jelas tidak terhalang oleh
gambaran faeses.
2. Tidak terjadi pengulangan foto polos abdomen
sehingga mengurangi dosis radiasi pasien dan
petugas.
3. Efisiensi bahan film dsb.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Pemeriksaan Radiologi Tractus Diagestivus dengan bahan
kontras dilakukan oleh dokter spesialis Radiologi dan atau
Radiografer dibantu oleh perawat Radiologi.
1) Pasien dan keluarganya serta perawatnya harus
benar-benar diberi penjelasan tentang prosedur
persiapan ini agar diperoleh hasil yang maximum.
2) Tersedianya bahan kontras dan alat kesehatan yang
diperlukan untuk pemeriksaan.
1.Oesophasus
b) Cukup puasa 4-6 jam sebelum pemeriksaan,
boleh minum air putih sedikit
c) Sedangkan untuk pasien cito diperbolehkan
tidak puasa.

180
PERSIAPAN PASIEN PEMERIKSAAN RADIOLOGI
DENGAN BAHAN KONTRAS UNTUK TRACTUS
DIAGESTIVUS

No Dokumen No. Revisi Halaman


/RO/SPO/2016
0 2/4

2.U.G.I (Upper Gastro Intestinal Tract) atau


O.M.D (Oesophasus Maag Duodenum) atau Barium
antuke
2.1. Untuk Orang Dewasa
d) Satu hari (24 jam) sebelum pemeriksaan,
pasien hanya boleh makan makanan yang
lembek (bubur + kecap) dan boleh minum air
putih.
e) 6 – 8 jam sebelum pemeriksaan diharuskan
puasa mutlak (tidak boleh makan , minum
ataupun merokok)
2.2. Untuk bayi dan anak kecil
a) Untuk bayi < 1 tahun, tanpa puasa sebelum
pemeriksaan dan dipasang Nasogastic tube atau
disediakan botol susu + dot yang bersih.
Untuk anak diatas 1 tahun cukup puasa selama
4 jam sebelum pemeriksaan.
e) + 4 jam sebelum pemeriksaan pasien
dilavement.
f) Bila perlu dipasang infuse Dextose 5-1 jam
sebelum pemeriksaan.

3. Barium Follow Trough


3.1. Untuk orang Dewasa
a) 48 jam ( 2 hari ) sebelum pemeriksaan hanya
boleh makan makanan yang lembek ( bubur +
kecap ) dan boleh minum air putih.
b) ( 15 – 18 ) jam sebelum pemeriksaan pasien
diberi obat urus-urus sesuai petunjuk dokter
( misal minum Dulcolax 2 X 2 tablet ).
c) 13 jam sebelum pemeriksaan makan terakhir
dengan bubur halus , kemudian puasa dan boleh
minum air putih sedikit.
d) Kalau perlu, pagi hari ( + 1 – 2 jam ) sebelum
pemeriksaan, pasien diberikan Dulcolax
Supositoria ( 2 X selang 10 menit) atau bisa
juga dilakukan lavement

181
PERSIAPAN PASIEN PEMERIKSAAN RADIOLOGI
DENGAN BAHAN KONTRAS UNTUK TRACTUS
DIAGESTIVUS

No Dokumen No. Revisi Halaman


/RO/SPO/2016
0 3/4

3.2. Untuk bayi dan anak kecil


a) Untuk bayi, cukup dipuasakan + 4 jam sebelum
pemeriksaan boleh diberikan air putih sedikit
sekali.
b) Untuk anak ( 1 – 7 tahun ) pasien puasa selama
+ 6 jam sebelum pemeriksaan , tergantung
kondisi umum dan variasi umumnya. Dan kalau
perlu 1 jam sebelum pemeriksaan pasien diberi
Dulcolax Suppositoria.
Untuk anak ( 8 – 12 tahun ) sama dengan poin
( B ) diatas hanya puasa 6 – 8 jam sebelum
pemiriksaan
4. Barium In Loop ( barium Enema = Barium In loop )
4.1. Memakai Pencahar ( Obat Urus – Urus )
a) 24 jam sebelum pemeriksaan, pasien hanya
makan malam yang lembek ( bubur + kecap )
dan minum air putih.
b) ( 15 – 18 ) jam sebelum pemeriksaan diberikan
obat urus- urus ( misal : Dulcolax 2x2 tablet )
atau sesuai resep dokter .
c) 12 jam sebelum pemeriksaan makan terakhir
bubur halus dan minum seperlunya, setelah itu
puasa sampai pemeriksaan dilakukan.
d) Kalau diperlukan atau karena belum bersih, bisa
dilakukan lavemat tinggi kira-kira 2 jam
sebelum pemeriksaan .
Tanpa obat Pencahar ( Urus-urus )
a) 48 jam sebelum pemeriksaan, hanya boleh
makan makanan yang lembek (bubur
halus+kecap) boleh minum susu atau air putih.
b) 14 jam sebelum pemeriksaan , pasien
dilavement.
c) (10 – 12) jam sebelum pemeriksaan makan
terakhir kemudian puasa. bole minum
d) (2 – 3) jam sebelum pemeriksaan dilakukan
lavement lagi sampai bersih
e) Khusus untuk bayi dan anak kecil
 Pasien tidak boleh di urus-urus

182
PERSIAPAN PASIEN PEMERIKSAAN RADIOLOGI
DENGAN BAHAN KONTRAS UNTUK TRACTUS
DIAGESTIVUS
No Dokumen No. Revisi Halaman
/RO/SPO/2016
0 4/4

 Persiapan seperti poin 4.2 (tanpa pencahar)


dengan puasa cukup (4 – 6) jam
f) Untuk kasus cito colon inloop (misalnya pada
kecurigaan adanya invaginasi dan kasus
megacolon) tanpa persiapan hanya puasa (8 –
12) jam sebelum pemeriksaan.
4.3. Untuk pasien dengan colostomy
a) Untuk anus buatan tetap (permanen ) persiapan
seperti poin 4.1 atau 4.2
b) Untuk anus buatan sementara :
 Pemeriksaan usus bagian proximal anus
buatan persiapan seperti poin 4.1 atau 4.2.
 Pemeriksaan usus bagian distal anus buatan
persiapan hanya lavement rendah.
Unit Terrkait  IGD
 R.Jalan
 R. Inap

183
PERSIAPAN PASIEN UNTUK PEMERIKSAAN
BNO (POLOS ABDOMEN)

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Pemeriksaan pada daerah abdomen dengan persiapan,
pemeriksaan tersebut merupakan foto awal dari pemeriksaan
radiologi secara khusus.

Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
persiapan pada pasien yang akan menjalani pemeriksaan
radiologi secara khusus demi kelancaran pemeriksaan tersebut.
Kebijakan
Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing

Prosedur
1. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang
tindakan yang akan dilakukan.
2. Urus – urus (cuci perut) dengan dulkolax tiga tablet atau
garam inggris/lavement tinggi.
3. Pasien harus puasa.
 IGD
Unit terkait  R.Jalan
 R. Inap

184
PERSIAPAN PASIEN UNTUK PEMERIKSAAN
HISTERO SALPINGOGRAPHY

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Pemeriksaan pada daerah kandungan secara radiologis, dengan
cara memasukkan kontras media urografin atau sejenisnya,
kedalam kandungan dan saluran indung telur manggunakan alat
khusus HSG.
Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
persiapan pada pasien yang akan menjalani pemeriksaan
radiologi secara khusus demi kelancaran pemeriksaan tersebut.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur
1. Beri penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang
tindakan yang akan dilakukan.
2. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan batas waktu 7
(tujuh) s/d 10 (sepuluh) hari, terhitung mulai dari
pertama haid.
3. Setelah selesai pemeriksaan pasien tidak boleh
meninggalkan bagian Radiologi, untuk mengobservasi
adanya rasa sakit yang kadang – kadang timbul akibat
dari pemeriksaan HSG.
4. Apabila timbul rasa sakit, Radiologi / dokter pengawas
radiologi akan memberikan obat untuk mengurangi rasa
sakit

185
PERSIAPAN PASIEN UNTUK PEMERIKSAAN
HISTERO SALPINGOGRAPHY

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

1. Instalasi Radiologi
Unit terkait
2. Rawat Jalan
3. Rawat Inap

186
PERSIAPAN PASIEN UNTUK PEMERIKSAAN
INTRAVENOUS URETHROGAPHY

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Pemeriksaan secara radiologis pada daerah ginjal sampai
dengan kandung kemih dan salurannya dengan menyuntikkan
bahan kontras media melalui pembuluh darah Vena. (urografin,
omnipaque, ultravist, zopamiro, telebric).

Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melaksanakan persiapan pada pasien yang akan menjalani
pemeriksaan radiologi secara khusus demi kelancaran
pemeriksaan tersebut

Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi


dan diagnotik imajing
Prosedur
1. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya
tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Pada pemeriksaan menggunakan bahan kontras
dengan penyuntikan melalui pembuluh darah vena.
Bahan kontras yang dipergunakan misalnya :
urographi, omnipaque, ultravist, Iopamint telebric.
3. Satu hari sebelum pemeriksaan makan makanan
yang mudah dicerna dan rendah serat (bubur dengan
kecap, kentang rebus, roti tawar).

187
PERSIAPAN PASIEN UNTUK PEMERIKSAAN
INTRAVENOUS URETHROGAPHY

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

4. Minum air putih (teh manis, teh tawar, sari buah)


5. 12 jam sebelum pemeriksaan, minum obat urus –
urus.
6. Kemudian tidak boleh makan, tetapi masih boleh
minum air putih sampai dengan 8 jam sebelum
pemeriksaan.
7. Memasukan dulcolax supositori melalui
anus/dilakukan klisma dua jam sebelum pemeriksaan
8. Melengkapi pemeriksan darah Ureum, Creatinin.

1) Instalasi Radiologi
Unit terkait
2) Rawat Jalan
3) Rawat Inap

PERSIAPAN PASIEN UNTUK

188
PEMERIKSAAN RADIOLOGI SECARA
KHUSUS PEMERIKSAAN MAAG-
DUODENUM

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
Standar Prosedur Direktur :
Operasional 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Pemeriksaan daerah lambung dan usus kecil secara
radiologis dan menggunakan bahan kontras media barium
sulfat per oral.

Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk


melaksanakan persiapan pada pasien yang akan menjalani
pemeriksaan radiologi secara khusus demi kelancaran
pemeriksaan tersebut.

Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi


dan diagnotik imajing

1. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarga


tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Pada pemeriksaan menggunakan bahan kontras
media secara oral.
3. Selama 6 s/d 8 jam sebelum pemeriksaan penderita
harus puasa (tahan makan, minum, merokok)

1. Rawat Jalan
2. Rawat Inap
3. IRD

189
PERSIAPAN PASIEN UNTUK PEMERIKSAAN
MICTURITION CYSTO URETRHOGRAPHY

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Pemeriksaan secara radiologis pada daerah kandung kemih dan
urethra yang dilakukan pemotretan pada waktu pasien
mengeluarkan air seni (kencing).

Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk


melaksanakan persiapan pada pasien yang akan menjalani
pemeriksaan radiologi secara khusus demi kelancaran
pemeriksaan tersebut

Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan


diagnotik imajing
Prosedur 1. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya
tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Pasien harus buang air besar (BAB) sebelum dilakukan
pemeriksaan.
3. Memasukkan dulcolax supositori melalui anus 2 jam
sebelum pemeriksaan
4. Untuk pasien rawat inap dapat dilakukan klisma,
sebelum pemeriksaan
5. Memasang kateter melalui urethra, kalau keadaan
memungkinkan (untuk pasin rawat inap).

190
PERSIAPAN PASIEN UNTUK PEMERIKSAAN
INTRAVENOUS URETHROGAPHY

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

1. Instalasi Radiologi
2. Rawat Jalan
Unit terkait
3. Rawat Inap

191
PERSIAPAN PASIEN UNTUK PEMERIKSAAN
RADIOLOGI SECARA KHUSUS
PEMERIKSAAN OESOPHAGUS

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Pemeriksaan daerah kerongkongan secara radiologis dengan
menggunakan bahan kontras media barium sulfat secara oral

Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
persiapan pada pasien yang akan menjalani pemeriksaan
radiologi secara khusus demi kelancaran pemeriksaan tersebut.

Kebijakan
Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing

Prosedur
1. Beri penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang
tindakan yang akan dilakukan.
2. Pada pemeriksaan nanti menggunakan bahan kontras
media
3. Pasien tetap boleh makan dan minum sebelum
pemeriksaan

1. Instalasi Radiologi
2. Rawat Jalan
Unit terkait
3. Rawat Inap

192
PERSIAPAN PASIEN UNTUK PEMERIKSAAN
USUS HALUS
(FOLLOW THROUGH)

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Pemeriksaan daerah usus halus secara radiologis dengan
menggunakan bahan kontras media barium sulfat per oral

Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melaksanakan persiapan pada pasien yang akan menjalani
pemeriksaan radiologi secara khusus demi kelancaran
pemeriksaan tersebut

Kebijakan
Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing

Prosedur
1. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya
tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Pada pemeriksaan menggunakan bahan kontras media
per oral.
3. Pasien diberitahu puasa (tanpa makan, minum) selama 6
s/d 8 jam sebelum pemeriksaan.

1. Instalasi Radiologi
2. Rawat Jalan
Unit terkait
3. Rawat Inap

193
PERSIAPAN PASIEN UNTUK PEMERIKSAAN
USG (ULTRASONOGRAPHY)

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Pemeriksaan pada organ tubuh, dengan menggunakan
gelombang suara berfrekwensi tinggi (lebih dari 20.000 HZ).

Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk


melaksanakan persiapan pada pasien yang akan menjalani
pemeriksaan radiologi secara khusus demi kelancaran
pemeriksaan tersebut
Kebijakan
Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing

Prosedur 1. Memberikan penjelasan pada pasien / keluarga pasien


mengenai tindakan yang akan dilakukan
2. Untuk pemeriksaan daerah abdomen terutama kandung
empedu, pasien sebaiknya puasa 6 s/d 8 jam sebelum
pemeriksaan.
3. Untuk pemeriksaan daerah genetalia externa/interna
pasien sebaiknya tahan kencing 2 s/d 3 jam sebelum
pemeriksaan.
4. Pemeriksaan prostat, bila memakai kateter sebaiknya
kateter di klem 1 s/d 2 jam sebelum pemeriksaan.

1. Instalasi Radiologi
2. Rawat Jalan
Unit terkait
3. Rawat Inap

194
PENGOPERASIAN ALAT X-RAY FOTO

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
//RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Penggunaan yang dimaksud adalah segala kegiatan mulai dari
mengontrol kesiapan pesawat sinar x , menghidupkan pesawat
dan cara operasionalnya
Tujuan a) Meminimalkan kegagalan pemotretan akibat kesalahan
prosedur pemakian pesawat sinar x
b) Agar keadaan pesawat sinar x selalu terjaga.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur Pengoperasian dan perawatan sinar x dalam pengawasan
Radiografer senior
a) Adanya infrastruktur yang memadai agar pesawat Rontgen
bisa dioperasikan ( misalnya daya listrik yang sesuai )
b) Sebelum mengoprasionalkan pesawat, terlebih dahulu di
cek keadaan pesawat termasuk kabel-kabel, kebersihan
pesawat dan sebagainya.
c) Prosedur Rontgen SMS 100 mA
d) Hidupkan listrik dengan mengarahkan swict ON / OF
pada panel bok kearah on
e) Pastikan voltase 220 volt + 10 %
f) Hidupkan pesawat sinar x dengan menekan tombol ON
pada bagian ” Power ” (kiri bawah kontrol panel)
g) Tekan tombol X – Ray Tube pada bagian TECH (kiri
atas tombol panel )
 Tube I untuk Radiologi

195
PENGOPERASIAN ALAT X-RAY FOTO
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

-Radiografer /Operator
Unit terkait

196
PENGOPERASIAN
ALAT X-RAY MOBILE UNIT

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1
005
Pengertian
Mobile unit adalah alat X-Ray yang digunakan untuk foto di
ruangan, dimana penderita tidak bisa dibawa ke ruang
Radiologi, karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan.

Tujuan
Untuk membantu menentukan diagnosa yang tepat untuk
mengetahui kelainan pada organ tubuh.

Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi


dan diagnotik imajing
Prosedur
Prosedur pengoperasian Mobile Unit.
1. Pastikan saklar tertancap pada listrik.
2. Tekan saklar power panel bawah kea rah atas.
3. tekan tanda ON pada alat.
4. Siapkan pasien pada posisi yang akan diminta.
5. Siapkan kaset foto pada posisi yang diminta.
6. atur ukuran mAs dan Kv pada alat sesuai ukuran yang
diminta.
7. Atur kolimator cahaya pasien.
8. Setelah semua siap tekan tombol shoot pada samping
alat.

PENGOPERASIAN
ALAT X-RAY MOBILE UNIT

197
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

-Radiografer /Operator
Unit terkait

198
PENGOPERASIAN PANORAMIC X-RAY

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Penggunaan yang dimaksud adalah segala kegiatan mulai dari
mengontrol kesiapan pesawat sinar x , menghidupkan pesawat
dan cara operasionalnya
Tujuan a) Meminimalkan kegagalan pemotretan akibat
kesalahan prosedur pemakian pesawat sinar x
b) Agar keadaan pesawat sinar x selalu terjaga.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan
diagnotik imajing
Prosedur 1) Nyalakan Power Utama pada Breaker (Box Panel)
keposisi ON
2) Tekan tombol Power (ON) Indikator menunjukkan
besaran 75 kVp dan 12 sec.
3) Taruh kaset pada unit dental Panoramic.
4) Tombol(RESET) untuk memposisikan pergerakan tube,
setelah tube berhenti bergerak pilih proses Panoramic
atau TMJ.
5) Tentukan Besaran kVp yang akan diberikan dengan
menekan tombol kVp (UP) untuk menghitung
meningkat (Dn) untuk menghitung menurun.
6) Tentukan lama waktu Expose dengan menekan tombol
sec (UP) dan (Dn)
7) Tombol (Ready) untuk memulai pemeriksaan setelah
posisi kaset dan posisi pasien sudah tepat ,dan expose
akan terjadi setelah indikator ekpose berkedip tiga kali
dan bunyi
8) Tombol (TMJ) untuk memilih TMJ Radiografi

199
PENGOPERASIAN PANORAMIC X-RAY

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

9)Tombol (INDICATOR) untuk menyalakan lampu Collimator


(berupa tiga posisi garis) selama 50 detik
10)Lampu indicator (EXPOSURE) akan menyala berkedib
menandakan proses Expose sedang berlangsung
11)Tombol (CE) untuk memilih pemeriksaan Cephalometri
12)Lakukan Pengoperasian , jika telah selesai matikan pesawat
dengan menekan tombol (POWER) (OFF)/secara otomatis
dalam 10 menit tidak ada pemeriksaan maka akan OFF
13)Matikan Power Utama pada circuit breaker (Box Panel) ke
posisi OFF

-Radiografer /Operator
Unit terkait

200
PENGOPERASIAN ALAT CR

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Computed Radiography (CR) merupakan media / alat pengubah
sistem Konvensional / Analog menjadi sistem Digital yang
berfungsi sebagai pengganti Automatic Processing (Analog /
Konvensional).
Tujuan
Sebagai pendukung proses pelayanan Radiologi

Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi dan


diagnotik imajing
Prosedur
1. Nyalakan modalitas CR , yaitu : Printer , work station
( VAWS ) , dan CR.
2. Siapkan data pasien yang akan diperiksa.
3. Masukkan data pasien ke dalam CR , klik New patient
=> isi form yang wajib ( diberi nama ) => Add View /
Save change.
4. Lakukan pemeriksaan pada pasien dengan posisi ID
Window kaset berada disebelah kanan atas atau bawah
petugas.
5. Barcode kaset sesuai pemeriksaan ( View ) yang dipilih
pada tutorial view yang berwarna kuning.

201
PENGOPERASIAN ALAT CR

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

6. Atur pencitraan sesuai kebutuhan dengan brightness


( terang – gelap ) , latitude ( grayscale ) dan contrast
( tajam – buram ) . lakukan rotasi atau flip jika
diperlukan .
7. Beri marker sesuai posisi obyek dan save change.
8. Untuk mencetak gambar ( printing ) pilih ikon select
destination , contreng ukuran film yang akan dipakai ,
save change dan back. Untuk mengatur ukuran obyek
pada film masuk ke jendela pengaturan printing , pilih
true size , manual crop atau fit to size. Dan Accept
image. Gambar akan terkirim langsung ke printer dan
ke VAWS. Pada hal ini VAWS sudah dikunci sebagai
destination mandatory.
9. Setelah selesai , end study patient.

-Radiografer /Operator
Unit terkait

202
PENGOPERASIAN ALAT USG

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Penggunaan yang dimaksud adalah segala kegiatan mulai dari
mengontrol kesiapan pesawat sinar x , menghidupkan pesawat
dan cara operasionalnya
Tujuan a) Meminimalkan kegagalan pemotretan akibat kesalahan
prosedur pemakian pesawat sinar x
b) Agar keadaan pesawat sinar x selalu terjaga.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Prosedur 1) Tekan tombol ON (power), pada alat UPS, (lampu
indikator menyala hijau)
2) Tekan tombol ON (power) pada alat USG, untuk
menghidupkan pesawat
3) Tunggu beberapa saat sampai monitor dan lampu-lampu
keyboard menyala
4) Tekan tombol ON (Power) pada Video graphic printer
(Hitam putih)
5) Tekan tombol ON (power) pada color video printer
(Berwarna)
6) .Masukan data pasien yang akan diperiksa, (Nama, usia, no
register)
7) Beri aquasonic gell secukupnya sebagai media diujung
probe USG
8) Lakukan pemeriksaan sesuai permintaan dan kebutuhan
9) Bersihkan aquasonic gel menggunakan tissue hingga
permukaan probe kering setelah melakukan pemeriksaan

203
PENGOPERASIAN ALAT USG

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

- Radiolog
Unit terkait
- Perawat Radiologi

204
PENGOPERASIAN ALAT CT SCAN

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


DIREKTUR RSUD Ditetapkan oleh
Standar Prosedur Direktur :
Operasional 2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005

Pengertian Tindakan CT Scan yang dimaksud adalah segala kegiatan


mulai dari mengontrol kesiapan Alat CT Scan,
menghidupkan dan cara Pengoperasiannya.
Tujuan Membuat gambaran foto CT Scan
Kebijakan Kebijakan Direktur no: tentang pelayanan radiologi
dan diagnotik imajing
Langkah – Langkah Melakukan Scanning
1. Isi data di kolom-kolom yang disediakan (ID, Last
Name, Date of Birth, Age,Sex, Organ)
2. Pilih protocol pemeriksaan (contoh: Brain HCT 5
mm)
3. Atur area yang mau di scan (kotakkuning)
4. Klik “Confirm”
5. Tekantombol x ray yang berkedip
6. Setelahselesai, klik “stop rotate”  “ quit exam” 
“next patient”
Langkah langkah melakukan pengolahan data di MPR
1. Klik“Autoview S’
2. Klik“MPR”
3. Klik “Directory atauGambarTabung di pojok kanan
atas

PENGOPERASIAN ALAT CT SCAN

205
No Dokumen No. Revisi Halaman
/RO/SPO/2016
0 2/7

4. Pilihnamapasien yang ingindiolah di directory


5. Pilih data volume
6. Klik “Load”
7. Akan muncul 3 bidangatau planar (coronal, sagittal,
dan axial)
8. Misal, untukmembuatpotongan axial, klik di planar
ataubidang axial, klik “Batch MPR” (ada di
pojokbawah)atur slice
thickness/tebalpotonganatur lock
number/banyaknyapotongan,
enteraturpotonganawal/mulai (Tarik gariskuning,
pilihgambaruntukawalpotonganklikkanan
“start”aturpotonganakhir (Tarik gariskuning,
pilihgambaruntukakhirpotonganklikkanan
“end”klik “preview” (untukmelihathasil yang
sudahdibuat)klik”save”
9. Untukpotongan sagittal klik di planar
ataubidangsagitallulangilangkah no 7
10. Untukpotongan coronal klik di planar ataubidang
coronal ulangilangkah no 7
Langkah-Langkah membuat 3D, contohuntuk brain
atau kepala
1. Klik “Autoview S”
2. Klik “3D”
3. Klik “Directory atauGambarTabung di
pojokkananatas
4. Pilihnamapasien yang ingindiolah di directory
5. Pilih data volume

PENGOPERASIAN ALAT CT SCAN


No Dokumen No. Revisi Halaman

0 3/7
/RO/SPO/2016

206
6. Klik “Load”
7. Pilih preset “Bone”
8. Ambilgambar, klik “Image Save”
Langkah-langkah ngeprint film
1. Pilih icon filming, klik “Autoview S”
2. Klik “Filming”
3. Klik “Directory”
4. Klik “Load”
5. Pilihgambar yang ingindiprint, lalu Tarik
kedalamkotak-kotak
6. Atur format film, klik “Make Preset”
7. Klik “Print”
Langkah – langkah merekontruksi data di raw data
1. Klik “Raw Data”
2. Pilihnamapasien yang ingindirekontruksiulang,
pilih data HE (helical)
3. Klik “Load”
4. Klik “Volume”
5. Klik “On”
6. Atur area yang ingindirekontruksiulang, set start
untukawalgambardan set end untukakhirgambar,
aturluas
area/kolimasidenganmengaturbesarkecilnyalingka
ran
7. Atur Slice thickness 1.0 mm dan slice interval
0.8/0.5 mm
8. Atur Sure IQ sesuaidengan organ yang diinginkan,
9. misalinginmerekontruksi Sinus, Klik “Sure

PENGOPERASIAN ALAT CT SCAN


No Dokumen No. Revisi Halaman
/RO/SPO/2016
0 4/7

10. IQ””Bone””High Resolution”


11. Klik “Recon”
Langkah-langkah membuat Scano CT
1. Klik “ Auto View S”
2. Klik “Directory atauTabung” untukmemilihpasien
3. Klik” Image Selector”
4. Pilihdan Blok Gambar yang ingindibuatscanonya
5. Klik “Scano CT”
6. Klik “Screen Save” ada di tools 1
Langkah-Langkah membuatpotongan axial Spine/

207
Tulangbelakang di Aplikasi Spine MPR
1. Klik “Autoview S”
2. Klik “Clinical”
3. Klik “Directory”
4. Pilihnamapasien, lalupilih data volume
5. Klik “General””Spine MPR”
6. Double Klik protocol yang sudahada, cth:
lumbalatauthoracal
7. Aturtebaldanbanyaknyapotongan, kliki “preview”
”save”
Langkah-Langkah menyimpan gambar di DVD
1. Masukkan DVD-R
2. Klik Directory atauGambarTabungdiatas
3. Pilihnamapasien yang ingindisimpan
4. KlikDicom Media Send, cek di Icon samping Icon
Printer, apakah data yang tadi
disendsudah completed

PENGOPERASIAN ALAT CT SCAN

No Dokumen No. Revisi Halaman


/RO/SPO/2016
0 5/7

5. KlikDicom Media Write


Langkah – langkah menghapus data pasien
1. Klik Directory atauGambarTabungdiatas
2. Pilihnamapasien yang ingindihapus
3. Klik “Delete” adadipojokbawah
Langkah-Langkah mengedit data pasien yang salah
1. Klik “Utility”
2. Klik”Info Change”
3. Pilihnamapasien yang ingindiubah
4. Ubah data
5. Klik “Register”
Center Point untuk Scanning
1. Kepala / Brain, posisi head first (kepaladuluan)
Garissinarhorizontal : di mandibular
Garissinarvertical : di atastelinga
2. Leher, posisi head first (kepaladuluan)
Garissinarhorizontal : di atasxhypodeus
Garissinarvertical : di pertengahanobjek
3. Thorax, posisifeet first (kakiduluan), tangan
ditaruh diatas kepala
Garis sinar horizontal : di bawah mandibula

208
Garis sinar vertical : di mid axillary line
4. Abdomen, posisi feet first (kaki duluan), tangan
ditaruh diatas kepala
Garis sinar horizontal : di bawah xhypodeus atau
pertengahan thorax
Garis sinar ertical : di mid sagittal plan
5. Pelvis, posisi feet first (kaki duluan), tangan
ditaruh diatas kepala

PENGOPERASIAN ALAT CT SCAN

No Dokumen No. Revisi Halaman


/RO/SPO/2016
0 6/7

Garis sinar horizontal : di umbilicus atau SIAS


Garis sinar vertical : di mid sagittal plane
6. Ektremitas atas atau bawah, objek tidak
Boleh diluar batas meja, usahakan di tengah meja
pemeriksaan
Garis sinar horizontal :batas atas objek
Garis sinar vertical : pertengahan objek
Langkah-Langkah mengeprint untuk pemeriksaan
1. Brain
Buatpotongan axial sebanyak 19 potongan,
kondisi jaringan brain, slice thickness 5 mm, atur
format film 4 x5 sebanyak 1 lembar
Kasus KLL atau trauma, sebanyak 2 lembar,
ulangi langkah di atas dan lembar lainnya buat
kondisi tulang dengan area, slice thickness dan
jumlah potongan yang sama
2. Sinus, ada 2 lembar
- Buat potongan axial sebanyak 20 potongan,
kondisi sinus (bone), slice thickness 3 mm, atur
format film 4 x 5 sebanyak 1 lembar
- Buat potongan coronal sebanyak 19 potongan,
kondisisinus (bone) , slice thickness 3 mm, atur
format film 4 x 5 sebanyak 1 lembar

3. Leher, ada 2 lembar


- Buat potongan axial sebanyak 23 potongan,
kondisi jaringan, slice thickness 3 mm, atur
format film 4 x6 sebanyak 1 lembar
- Buat potongan coronal sebanyak 19 potongan,
kondisi jaringan, slice thickness 3 mm, atur

209
format film 4 x 5 sebanyak 1 lembar

PENGOPERASIAN ALAT CT SCAN

No Dokumen No. Revisi Halaman

0 7/7
/RO/SPO/2016

4. Thorax, ada 2 lembar


- Buat potongan axial sebanyak 23 potongan,
kondisi mediastinum atau jaringan, slice
thickness 5 atau 7 mm, atur format film 4 x 6
sebanyak 1 lembar
- Buat potongan coronal sebanyak 19 potongan,
kondisi lung, slice thickness 5 atau 7 mm, atur
format film 4 x 5 sebanyak 1 lembar
5. Abdomen, ada 2 lembar
- Buat potongan axial sebanyak 23 potongan,
kondisi jaringan, slice thickness 5 atau 7 mm,
atur format film 4 x 6 sebanyak 1 lembar
- Buat potongan coronal sebanyak 19 potongan,
kondisi jaringan , slice thickness 5 atau 7 mm,
atur format film 4 x 5 sebanyak 1 lembar
6. Ektremitas atas / bawah, ada 2 lembar
- Buat potongan axial sebanyak 15 potongan,
slice thickness 3 mm, atur format film 4x4
sebanyak 1 lembar
- Buat potongan coronal sebanyak 15 potongan,
slice thickness 3 mm, aturformat film 4 x 4
sebanyak 1 lembar

Unit Terrkait  Radiografer


 Radiolog

210
PEMELIHARAAN ALAT MEDIS RADIOLOGI

No Dokumen No Revisi Halaman


0 ½
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Pemeliharaan Alat Radiologi adalah bentuk standar mengenai
langkah-langkah teknis yang harus diikuti oleh teknisi
elektromedis dalam melaksanakan pemeliharaan alat Radiologi
yang berdasarkan prasyarat dan prosedur yang harus dipenuhi.
Tujuan 1. Agar pemeliharaan dapat dilakukan sesuai prosedur yang
benar.
2. Alat selalu dalam kondisi siap dan laik pakai, sehingga
usia teknis alat dapat tercapai.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur Pemeliharaan dilakukan atas permintaan dari Instalasi
Radiologi
A. Persiapan
1. Siapkan alat kerja dan alat ukur.
2. Siapkan bahan pemeliharaan, bahan
operasional .
3. Pemberitahuan kepada Unit Pelayanan pengguna
alat.
B. Pelaksanaan pemeliharaan
1. Cek dan bersihkan seluruh bagian alat
2. Cek tombol pengendali dan pengereman,
lakukan pengencangan dan pelumasan bila perlu
3. Cek gerakan dan pengunci tabung X-ray tube,
lakukan pengencangan dan pelumasasan bila perlu
bila perlu
4. Cek fungsi kolimator, perbaiki bila perlu
5. Cek fungsi selector KV, mA dan mAs serta
tombol expose

211
PEMELIHARAAN ALAT MEDIS RADIOLOGI

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

6. Cek fungsi-fungsi indikator .


7. Cek / ukur keluaran KV dan mAs
8. Cek kondisi kabel HTT
9. Lakukan pengecekan Graund ( pembumian)
10.Lakukan Uji kinerja alat
C. Pencatatan
1. Lakukan Pencatatan di formulir , buku kegiatan
dan, kartu pemeliharaan.
2. Simpulkan hasil pemeliharaan :
- Alat baik.
- Alat tidak baik.
3. Pengguna alat menandatangani Buku Kegiatan,
sebagai bukti pemeliharaan alat telah dilaksanakan.
D. Pengemasan
1. Cek alat kerja dan alat ukur, sesuaikan dengan
lembar kerja.
2. Cek dan rapikan dokumen teknis penyerta.
3. Kembalikan alat kerja, alat ukur dan dokumen
teknis penyerta ke tempat semula.
Bersihkan alat X-ray Unit dan lokasi pemeliharaan.

Unit terkait Radiografer


IPS

212
PERBAIKAN KERUSAKAN PERALATAN
RADIOLOGI

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Perbaikan kerusakan peralatan Radiologi adalah upaya dalam
memperbaiki peralatan – peralatan yang ada di Instalasi
Radiologi bila ada kerusakan dari peralatan tersebut.

Tujuan
Sebagai acuan dalam pemeliharaan maupun perbaikan peralatan
Radiologi.

Kebijakan
Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing

Prosedur
1. Melaporkan pada teknisi tentang kerusakan.
2. Teknisi mengecek tentang peralatan yang rusak.
3. Bila tidak bisa diatasi oleh teknisi setempat dan harus
diganti, dibuatkan kembali berita acara sesuai dengan
prosedur yang berlaku untuk dilaporkan ke Direktur.

Unit terkait Radiografer


IPS

213
PENGADAAN FILM X – RAY FOTO

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Penyediaan Film x-ray foto yang dimaksud adalah Penyediaan
film X-Ray Foto yang belum terpakai
Tujuan 1) Agar film x-ray foto selalu tersedia setiap saat
2) Agar pelayanan Radiologi tetap lancar.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur
Pengadaan kebutuhan bahan Film dan bahan kimia atas
permintaan dari Instalasi Radiologi kepada Direktur Rumah
Sakit sesuai kebutuhan.
1. Permintaan pengadaan kebutuhan bahan Film x-ray
Intalasi Radiologi diajukan oleh Kepala Instalasi
Radiologi kepada Direktur Rumah Sakit melalui
Bidang Penunjang Pelayanan sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan.
2. Barang bahan kebutuhan yang telah didapat harus
disimpan dengan baik dan benar menurut Standar
prosedur penyimpanan bahan dan material yang
berlaku.

214
PENGADAAN FILM X – RAY FOTO

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

3. Setiap awal tahun (januari) kepala Instalasi Radiologi


dan staf mengevaluasikan penggunaan bahan
material,selama 1 tahun terakhir dan menyusun daftar
rencana kegiatan dan kebutuhan bahan untuk tahun
anggaran berikutnya.
Pada saat pembelian bahan dan material kebutuhan
Radiologi harus diperhatikan spesifikasi dan batas
waktu kedaluwarsa penggunaan bahan tersebut.

Unit terkait - Administrasi &Logistik


- Radiografer
- Bidang Penunjang Pelayanan

215
PENGADAAN OBAT DAN BAHAN MEDIS

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan medis di Instalasi
radiologi.

Tujuan
Sebagai acuan untuk memenuhi kebutuhan pengadanaan obat
dan bahan medis di Instalasi Radiologi.

Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015


tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur
1. Petugas Instalasi Radiologi mengajukan permintaan
obat/bahan medis berdasarkan persediaan yang habis
dengan surat permintaan obat/bahan yang telah
disetujui/ditandatangani oleh Kepala Farmasi.
2. Surat permintaan obat/bahan medis disampaikan ke
Instalasi farmasi.
3. Bagian pengadaan Instalasi Farmasi dan koordinasi
dengan kepala unit peminta obat/bahan medis mengenai
spesifikasi merk, komposisi obat/bahan medis yang
diminta.
4. Dilakukan melalui telepon atau langsung kepada
salesman masing-masingg supplier.

216
PENGADAAN OBAT DAN BAHAN MEDIS

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait - Administrasi &Logistik


- Perawat Radiologi
- Farmasi

217
PENYIMPANAN FILM X – RAY FOTO

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Penyimpanan film yang dimaksud adalah Penyimpanan film
Rontgen yang belum ter-expose ( dipakai ) dan masih dalam
bok
Tujuan 1) Agar film tetap baik,sehingga hasil foto bagus
2) Agar film tidak terkena Radiasi
Kebijakan Kebijakan Direktur no:188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur Penyimpanan film pada Prinsipnya adalah menghidari Film
Rontgen yang belum terpakai dari Radiasi, cahaya dan tekanan
mekanik.
1. Syarat Umum
 Simpan dalam Suhu 20 o C- 25o C
 Kelembapan 50%
 Terlindung  dari radiasi
 Jauh dari bahan kimia
 Terhindar dari tekanan mekanis
2. Teknik Penyimpanan Film di Ruangan
 Dingin dan kering
 Sirkulasi udara
 Tersimpan menurut xep date
 Suhu 20o C-25o C
 Susunan film dalam posisi berdiri

218
PENYIMPANAN FILM X – RAY FOTO

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

3. Teknik Penyimpanan Film di Kamar Gelap


 Simpan di meja kering
 Dibuka saat keadaan gelap
 Disimpan tegak ( posisi film dalam bok berdiri )
 Box film harus selalu dalam keadaan tertutup
4. Teknik Penyimpanan Film di Kamar Pemeriksaan
 Disimpan di dalam kaset
 Jauh dari sumber radiasi
Harus terpisah, kaset yang sudah di expose dengan yang
belum

Unit terkait - Administrasi &Logistik


- Bidang Penunjang Pelayanan

219
PENYIMPANAN DOKUMEN HASIL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Suatu tindakan yang dilakukan untuk pengamanan dokumen.

Tujuan
Sebagai langkah – langkah untuk mengamankan semua
dokumen hasil pemeriksaan radiographi maupun ultrasonografi
bila terjadi pengingkaran dari pasien maupun keluarganya dan
dokter yang memeriksa.

Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015


tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur
1. Hasil pemeriksaan radiodiagnostik dan ultrasonografi
dibuat rangkap tiga, untuk dokter pengirim/pasien,
rekam medik, arsip.
2. Arsip untuk bagian radiologi disertai dengan formulir
permintaan pemeriksaan radiologi, dilipat jadi satu
dengan rapi.
3. Selanjutnya disimpan dalam almari dokumen, ditata
sedemikian rupa sehingga terlihat rapi dibendel dalam
satu bulan.

Unit terkait - Administrasi &Logistik

220
PENYIMPANAN DOKUMEN PAPARAN
RADIASI

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Suatu tindakan yang dilakukan untuk pengamanan dokumen.

Tujuan
1. Sebagai langkah-langkah untuk mengamankan suatu
dokumen hasil paparan radiasi dan mengevaluasi atau
memantau pemanfaatan tenaga nuklir dan radiasi pengion
dengan aktivitas dan paparan radiasi sangat renda yang tidak
membahayakan masyarakat.
2. Sebagai pelengkap suatu persyaratan dan tata cara
memperoleh ijin pemanfaatan tenaga nuklir dan radiasi
pengion.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur 1. Petugas Instalasi radiologi mengajukan kepada BPFK
Surabaya tentang Kalibrasi pesawat X-Ray untuk
paparan radiasi.
2. Pengajuan dilaksanakan 1 tahun sekali.
3. Petugas kalibrasi atau paparan radiasi (BPFK Surabaya )
meninjau peralatan yang akan dikalibrasi sesuai
permintaan dari Instalasi Radiologi RSPN.
4. Hasil paparan radiasi akan diterima paling lambat 2
minggu setelah dilaksanakan.
Hasil disimpan dalam dfokumen radiologi dalam jangka
waktu 30 tahun.

PENYIMPANAN DOKUMEN PAPARAN

221
RADIASI

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Copy dan hasil paparan radiasi dikirim ke BAPETEN Jakarta


guna sebagai pengawasan dan juga sebagai kelengkapan
persyaratan ijin pemanfaatan radiasi.

Unit terkait - Administrasi &Logistik


- Bidang Penunjang Pelayanan

222
PENGGUNAAN APD

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Alat Pelindung Diri Adalah Alat yang digunakan oleh petugas
Radiasi dan atau pasien dari bahaya Radiasi
Tujuan 1) Untuk mengurangi terjadinya efek Radiasi Somatik
Stokastik yang mungkin timbul
2) Untuk menghindari terjadinya efek Radiasi non
Stokastik
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
.tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur Pelaksana Proteksi Radiasi dilakukan oleh semua unsur terkait
mulai dari petugas Radiasi, pasien dan masyarakat umum,yang
diawasi dan dipantau oleh petugas Proteksi Radiasi yang
mempunyai lisensi dari BAPETEN
Tersedianya APD yang memadai yang dilengkapi dengan SOP
1) Pemeriksaan non kontras pada umumnya petugas
Radiasi / Operator berlindung dibalik dinding operator
atau Sheldin

223
PENGGUNAAN APD

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

2) Untuk pasien pengaturan lapangan penyinaran


( diafragma) disesuaikan dengan obyek yang diperlukan.
3) Bagi Pasien Hamil foto diluar Abdomen di beri Apron
4) Gunakan Apron badan menutupi area badan depan
5) Ikatkan pengikat/perekat apron melingkar hingga
kearah depan badan
6) Letakkan Apron dengan posisi datar, digantung,
tidak dilipat/ditekuk agar timah Pb yang ada
didalamnya tidak rusak/pecah.

Unit terkait - Radiografer


- Pasien

224
PROTEKSI DAN KESELAMATAN
RADIASI UNTUK PERSONIL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
STANDAR oleh Direktur :
PROSEDUR 2 Januari 2016
OPERASIONAL
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik,mental,
dan sosial bagi pekerja, pasien dan keluarga yang disebabkan
tindakan pemeriksaan yang dilakukan
Tujuan Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman dalam rangka meningkatkan kesehatan karyawan
rumah sakit.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
entang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur
a. Tidak berada pada berkas utama pesawat sinar X.
b. Menggunakan perlengkapan proteksi radiasi seperti Apron
protective / dibalik tabir pelindung.
c. Menggunakan film TLD selama bekerja di Instalasi
Radiologi.
d. Menutup pintu masuk dengan rapat.
e. Pada saat bekerja, memperhatikan pasien dari kacaPb.

225
PROTEKSI DAN KESELAMATAN
RADIASI UNTUK PERSONIL
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait - Radiografer


- Pasien

226
PROTEKSI DAN KESELAMATAN
RADIASI UNTUK PASIEN

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik,mental,
dan sosial bagi pekerja, pasien dan keluarga yang disebabkan
tindakan pemeriksaan yang dilakukan
Tujuan Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman dalam rangka meningkatkan kesehatan karyawan dan
pasien
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur 1. Menggunakan kolimasi pembatas sinar utama sesuai
luas daerah yang di periksa.
2. Memperhatikan jumlah panduan paparan medis.
3. Melakukan sesuai SPO (Standar Prosedur Operasional)
di Instalasi Radiologi.
Bilamana mungkin berikan pelindung pada organ yang
peka terhadap radiasi seperti gonad, lensa mata,
payudara dan tiroid
4. Melakukan uji kesesuaian pesawat secara berkala.

227
PROTEKSI DAN KESELAMATAN
RADIASI UNTUK PASIEN
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait - Radiografer


- Pasien

228
PROTEKSI DAN KESELAMATAN
RADIASI PENDAMPING PASIEN

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik,mental,
dan sosial bagi pekerja, pasien dan keluarga yang disebabkan
tindakan pemeriksaan yang dilakukan
Tujuan Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman dalam rangka meningkatkan kesehatan karyawan dan
pendamping pasien
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur
a. Keluarga, rekan tidak berada pada berkas utama pesawat
sinar X.
b. Menggunakan perlengkapan Proteksi radiasi seperti Apron
Protective.
c. Keluarga/ rekan/ keraba yang dewasa dan tidak sedang
Hamil.

PROTEKSI DAN KESELAMATAN


RADIASI PENDAMPING PASIEN

229
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait - Radiografer


- KeluargaPasien

230
PEMAKAIAN FILM BADGE / TLD

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Pemakaian film badge / TLD adalah salah satu cara mencatat
dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi dengan
memakai alat.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pencatatan
dosis radiasi yang diterima oleh petugas radiasi
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur
1. Pakai Film badge / TLD di bagian depan badan diarea
antara panggul dan kerah dibagian luar pakaian sisi yang
tertulis nama menghadap kedepan
2. Informasi yang harus dicatat untuk setiap individu yang
memakai film badge / TLD :
a. nama
b. nomor jaminan sosial, jika ada
c. tanggal lahir
3. Film badge / TLD tidak boleh di pindahkan keluar fasilitas.
4. Lakukan pertukaran Dosimetri sesuai dengan jenis
Dosimetri yang digunakan 1 bulan untuk film badge dan 3
bulan untuk TLD.

231
PEMAKAIAN FILM BADGE / TLD

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait - Radiografer


- IPS

232
INTERVENSI PENANGGULANGAN
KEADAAN GAWAT DARURAT

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Keadaan darurat adalah keadaan di luar dugaan yang
memungkinkan terjadinya bahaya radiasi bagi pekerja radiasi,
pasien maupun masyarakat umum.
Tujuan Mencegah kejadian yang lebih buruk ditimbulkan akibat
kecelakaan kerja
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur
Tindakan yang harus dilakukan adalah:
a. Mematikan aliran listrik.
b. Mengevakuasi pasien.
c. Mengevaluasi dan mengisolasi tempat kejadian.
d. Meninjau kemungkinan yang terjadi dan mencatat semua
kejadian untuk dilaporkan ke BAPETEN.

233
INTERVENSI PENANGGULANGAN
KEADAAN GAWAT DARURAT
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

Unit terkait - Radiografer


- IPS

234
PENUNDAAN PELAYANAN RADIOLOGI
KARENA TERDAPAT GANGGUAN ALAT

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Penundaan pemeriksaan radiologi, karna terdapat gangguan alat
radiologi RS sehingga tidak dapat melakukan pemeriksaan
radiologi dalam 1 jam dari permintaan.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk tetap mampu
memberikan pelayanan radiologi walaupun terdapat gangguan
alat radiologi, sehingga kepuasan pasien dan keluarga tetap
terjaga.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur 1. Perawat (IGD / Ruang perawatan) memberi penjelasan
kepada pasien dan keluarga,perlunya pemeriksaan
radiologi.
2. Perawat yang bersangkutan menghubungi Instalasi
Radiologi, memberitahu ada permintaan pemeriksaan
radiologi.
3. Petugas radiologi memberitahu ada gangguan alat,
sehingga pemeriksaan radiologi tersebut tidak dapat
segera dilakukan di RS
4. Perawat melakukan koordinasi ulang dengan DPJP atau
dokter jaga IGD.
5. Jika pemeriksaan untuk sementara dapat ditunda sampai
alat radiologi siap, maka bari penjelasan ulang kepada
pasien dan keluarga.

235
PENUNDAAN PELAYANAN RADIOLOGI
KARENA TERDAPAT GANGGUAN ALAT
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

6. Jika pemeriksaan radiologi tidak dapat ditunda, karena


berkaitan dengan pengobatan, maka pasien dilakukan
pemeriksaan radiologi di tempat lain.
Pasien dan keluarga diberi penjelasan, mengapa harus
dilakukan pemeriksaan radiologi di luar RS berikan
prosedurnya.

Instalasi Gawat Darurat ( IGD ).


Unit terkait
Rawat Jalan.
Rawat Inap

236
PENUNDAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI
KARENA HARUS ANTRI
(PASIEN IGD / RAWAT INAP)
No Dokumen No Revisi Halaman
0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Pelayanan radiologi yang baru dapat dilaksanakan setelah > 30
menit dari saat permintaan untuk pasien darurat dari IGD atau >
1 jam dari saat permintaan untuk pasien tidak gawat tidak
darurat di IGD / IRNA.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengurangi
ketidakpusan pasien / keluarga selama menunggu pemeriksaan
radiologi.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur 1) Perawat (IGD / IRNA) memberi penjelasan kepada
pasien dan keluarganya, perlunya pemeriksaan
radiologi.
2) Perawat yang bersangkutan menghubungi instalasi
radiologi..
3) Petugas instalasi Radiologi memperkirakan lama waktu
tunggu.
4) Jika lama waktu tunggu melebihi batas waktu
penundaan, jelaskan alasannya (> 30 menit untuk pasien
darurat dan > 1 jam untuk pasien TGD dari IGD, > 1jam
untuk pasien IRNA.

237
PENUNDAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI
KARENA HARUS ANTRI
(PASIEN IGD / RAWAT INAP)
No Dokumen No Revisi Halaman
/RO/SPO/2016 0 2/2

5) Perawat memberi penjelasan kepada pasien dan


keluarga, perkiraan lama menunggu, jelaskan juga
bahwa selama menunggu pasien dilakukan persiapan
pemeriksaan radiologi dan tetap diberi penanganan lain
yang dipelukan.
6) Pasien IGD menunggu di IGD, sambil di observasi dan
diberi penanganan kegawat daruratan.
Pasien ruangan menunggu di ruangan dan diobservasi
oleh perawat ruangan.

Instalasi Gawat Darurat ( IGD ).


Unit terkait
Rawat Jalan.
Rawat Inap

238
PENUNDAAN PENYERAHAN HASIL
RADIOLOGI

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Penundaan penyerahan hasil radiologi, karena menunggu
bacaan dokter Radiologi yang mana baru dapat diserahkan
setelah 1 jam dari saat pemeriksaan untuk pasien gawat /
darurat atau 2 jam untuk pasien tidak gawat/ tidak darurat. .
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengurangi
ketidak puasan pasien / keluarga selama menunggu hasil
pemeriksaan radiologi.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur 1) Setelah melakukan proses pemeriksaan radiologis,
petugas Radiologi memberi informasi kepada pasien /
keluarganya (jika pasien dari poliklinik), atau perawat
IGD (pasien dari IGD), atau perawat ruang perawatan
(pasien dari ruangan), berapa lama waktu tunggu hasil
pemeriksaan radiologi.
2) Untuk pasien IGD / Poliklinik, hasil pemeriksaan
sementara dapat dibawa ke dokter pengirim untuk
dibaca oleh dokter pengirim dahulu.
3) Jika dokter jaga IGD / Poliklinik ragu – ragu atas
evaluasinya dan diputuskan untuk menunggu hasil
bacaan dokter radiologi, maka dokter memberi
penjelasan kepada pasien / keluarga perlunya menunggu
bacaan dari dokter radiologi.

239
PENUNDAAN PENYERAHAN HASIL
RADIOLOGI

No Dokumen No Revisi Halaman


0 2/2
/RO/SPO/2016
3. Selama menunggu hasil bacaan dokter dokter radiologi:
a. Pasien Rawat Jalan :
Dapat pulang dulu, kemudian jika sudah mengambil
hasil, hasil dapat konsultasikan kepada dokter jaga
IGD (jika Poliklinik sudah tutup), berikut terapinya
atau hasil dibawa kepada dokter IRJ keesokan
harinya.
b. Pasien IGD :
 Dapat pulang, jika dokter jaga IGD memutuskan
tidak perlu menunggu hasil bacaan dokter radiologi
dan diberi terapi. Hasil bacaan dokter radiologi
dapat diambil pada saat kantrol.
 Dapat menunggu di IGD sambil diobservasi,jika
dokter jaga IGD memutuskan untuk menunggu
hasil bacaan dokter radiologi, baru kemudian dapat
menentukan tindakan penanganan selanjutnya.
 Dapat langsung dilakukan tindak lanjut penanganan
jika pasien memerlukan rawat inap, cito bedah dll.
c. Pasien ruang rawat inap:
 Pasien menunggu di ruang rawat inap masing-
masing.
 Jika DPJP datang, maka hasil pemeriksaan
radiologi ditunjukkan dulu ke DPJP.

Instalasi Gawat Darurat ( IGD ).


Unit terkait
Rawat Jalan.
Rawat Inap

240
PEMERIKSAAN ULANG KARENA
KEGAGALAN RADIOGRAPHY

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Pemeriksaan ulang adalah pemeriksaan pasien yang diulang
disebabkan karena hasil tidak maksimal dan kurang jelas

Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengurangi


ketidak puasan pasien.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur Indikasi :
1) Karena Kesalahan posisi Pemeriksaan
2) Kesalahan Pengaturan kondisi Pemotretan.
3) Kesalahan Diagnose / Interpretasi Perintah Dokter
4) Kesalahan Prosessing Film
5) Kesalahan karena aliran listrik yg tidak normal
6) Kesalahan karena alat yang Rusak

Instalasi Gawat Darurat ( IGD ).


Unit terkait
Rawat Jalan.
Rawat Inap

241
PELAPORAN HASIL

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian Sebagai proses akhir dari seluruh pemeriksaan untuk
mendapatkan hasil diagnose dari Dokter Spesialis Radiologi
Tujuan  Pasien mendapatkan hasil pemeriksaan radiologi yang
telah didiagnose dari Dokter Spesialis Radiologi
 Hasil pemeriksaan Radiologi ditujukan ke dokter
pengirim agar pasien dapat mengetahui serta dapat
dilakukan tindakan pengobatan oleh dokter pengirim
 Memberikan kepastian kepada dokter pengirim akan
keluaran hasil expertise dokter spesialis radiologi yang
akan dipergunakan sebagai penunjang penegakkan
diagnose penyakit pasien.
Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015
tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur  Laporan diberikan secara tertulis yang mencamtumkan
uraian temuan-temuan penyakit dan disimpulkan.
 Laporan dibuat oleh dokter spesiali Radiologi
1) Setelah dilakukan pemeriksaan , dokter
Radiologi ,segera menuliskan hasil-hasil temua dikertas
jawaban secara terperinci, untuk selanjutnya diberikan
kesimpulan.
2) Laporan rangkap dua , lembar pertama diserahkan
kepada pasien untuk selanjutnya diberikan kepada
klinisi (dokter pengirim), lembar kedua untuk arsip
bagian Radiologi

242
PELAPORAN HASIL

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Instalasi Gawat Darurat ( IGD ).


Unit terkait
Rawat Jalan.
Rawat Inap

243
PENGAMBILAN / PENYERAHAN HASIL
PEMERIKSAAN RADIOLOGI

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Suatu tindakan pelayanan dimana petugas radiologi
memberikan hasil radiodiagnostik yang telah diekspertise oleh
dokter spesialis radiologi kepada pasien/keluarga pasien
/petugas rawat inap/rawat jalan/IRD..

Tujuan Agar hasil radiodiagnostik yang telah diekspertise segera


mungkin di ketahui oleh dokter yang merujuk, guna
memberikan tindakan/terapi selanjutnya.

Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015


tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing
Prosedur
1) Instalasi Rawat Inap :
 Hasil pemeriksaan radiology yang telah diexpertise oleh
dokter spesialis radiolog, dikonfirmasi kembali ketepatan
serta kebenaran hasilnya .
 Hasil pemeriksaan radiodiagnostik yang telah diekspertise
oleh dokter spesialis radiologi, petugas administrasi
Radiologi mengantarkan hasil pemeriksaan ke ruangan
Rawat inap

244
PENGAMBILAN HASIL PEMERIKSAAN
RADIOLOGI

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur 2) Instalasi Rawat Jalan :


 Hasil pemeriksaan radiology yang telah diexpertise oleh
dokter spesialis radiolog, dikonfirmasi kembali
ketepatan serta kebenaran hasilnya kepada
KUPR/petugas senior yang bertanggung jawab pada
saat itu.
 Petugas radiologi memberitahu kepada pasien atau
keluarganya, bahwa hasil pemeriksaan radiodiagnostik
bisa diambil kira-kira 1 s/d 2 jam kemudian setelah
diekspertise oleh dokter spesialis radiology
 Hasil pemeriksaan radiodiagnostik yang telah
diekspertise oleh dokter spesialis radiologi, diambil oleh
keluarga pasien atau pasien sendiri dengan menunjukan
bukti pengambilan hasil pemeriksaan
 Petugas radiologi memberikan hasil foto kepada
pasien /keluarganya sesuai dengan bukti pengambilan
pemeriksaan.

3) Instalasi Gawat Darurat


 Untuk pasien IGD hasil pemeriksaan Radiodiagnostik
yang belum di Ekspertise oleh dokter radiologi ,dapat
ditunjukkan dulu kepada dokter jaga IGD , agar pasien
dapat segera ditindak lanjuti.

- Instalasi Gawat Darurat ( IGD ).


Unit terkait
- Rawat Jalan.
- Rawat Inap

245
HASIL PEMERIKSAAN NILAI KRITIS
DI INSTALASI RADIOLOGI

No Dokumen No Revisi Halaman


0 1/2
/RO/SPO/2016

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
DIREKTUR RSUD S Ditetapkan
PROSEDUR oleh Direktur :
OPERASIONAL
2 Januari 2016
dr. Fitril Akbar, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19610318 1968901 1 005
Pengertian
Hasil Pemeriksaan Nilai Kritis adalah hasil pemeriksaan
Radiologi yang memerlukan penanganan segera dan apabila
tidak segera ditangani dapat menyebabkan pasien dalam
kondisi yang serius atau mengancam jiwa pasien
Interpretasi Hasil Kritis Radiologi meliputi :
Pneumothorax, Perforasi (pneumoperitonium),Hemorrage
Stroke , Trauma capitis dengan perdarahan epidural dan
subdural luas, Ileus obstruksi, Efusi pleura massif,Corpus
alienum saluran nafas.

Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah agar diperoleh
pelayanan pemeriksaan dan hasil expertise dengan segera untuk
menegakkan diagnose, sehingga dapat dilakukan tindakan
medis dengan segera. guna memberikan tindakan/terapi
selanjutnya.

Kebijakan Kebijakan Direktur no: 188/22/435.210/2015


tentang pelayanan radiologi dan diagnotik imajing

246
HASIL PEMERIKSAAN NILAI KRITIS
DI INSTALASI RADIOLOGI

No Dokumen No Revisi Halaman


/RO/SPO/2016 0 2/2

Prosedur 1. Petugas Radiografer memperkirakan hasil pemeriksaan


Rontgen dalam kategori kritis

2. Hasil Rontgen segera diberikan kepada Dokter


Radiologi untuk dilakukan expertise.

3. Apabila hasil expertise menurut dokter Radiologi


dipastikan masuk kategori kritis , petugas Radiologi
menghubungi petugas IGD /IRNA agar hasil dapat
segera diambil dan untuk dilaporkan ke dokter DPJP

4. Hasil pemeriksaan kritis diagnostik/penunjang


dilaporkan segera ke DPJP dalam waktu kurang dari 1
jam

5. Pada lembar hasil pemeriksaan , hasil yang kritis diberi


tanda/ stempel KRITIS

 Instalasi Gawat Darurat


Unit terkait
 Rawat Inap
 Rawat Jalan.

247

Anda mungkin juga menyukai