Anda di halaman 1dari 2

B.

Peta Kekuatan Politik Nasional

Antara tahun 1960-1965, kekuatan politik pada waktu itu terpusat di tangaan Presiden
Soekarno. Presiden Soekarno memegang seluruh kekuasaan negara dengan TNI AD dan PKI
disampingnya. Dihidupkannya UUD 1945 merupakan usulan dari TNI dan didukung penuh
dalam pelaksanaannya. Menguatnya pengaruh TNI AD, membuat Presiden Soekarno berusaha
menekan pengaruh TNI AD, terutama Nasution dengan dua taktik, yaitu Soekarno berusaha
mendapat dukungan partai-partai politik yang berpusat di Jawa terutama PKI dan merangkul
angkatan-angkatan bersenjata lainnya terutama angkatan udara.

Kekuatan politik baru lainnya adalah PKI, PKI sebagai partai yang bangkit kembali pada
tahun 1952 dari puing-puing pemberontakan Madiun 1948. PKI kemudian muncul menjadi
kekuatan baru pada pemilihan umum 1955. Kemudian dengan menyokong gagasan Nasakom
dari Presiden Soekarno, PKI dapat memperkuat kedudukannya. Sejak saat itu PKI berusaha
menyaingi TNI dengan memanfaatkan dukungan yang diberikan oleh Soekarno untuk menekan
pengaruh TNI AD. Ketika TNI AD mensinyalir adanya upaya dari PKI melakukan
pemberontakan di Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan,
pimpinan TNI AD mengambil tindakan berdasarkan UU Keadaan Bahaya mengambil tindakan
terhadap PKI dengan melarang terbitnya Harian Rakyat dan dikeluarkan perintah penangkapan
Aidit dan kawan-kawan, namun mereka berhasil lolos. Kegiatan-kegiatan PKI-PKI di daerah
libekukan. Namun tindakan TNI AD ini tidak disetujui oleh Soekarno dan memerintahkan segala
keputusan dicabut kembali. Presiden Soekarno melarang Peperda mengambil tindakan politis
terhadap PKI.

Pada akhir tahun 1964, PKI disudutkan dengan berita ditemukannya dokumen rahasia
milik PKI tentang Resume Program Kegiatan PKI. Dokumen tersebut menyebutkan bahwa PKI
akan melancarkan perebutan kekuasaan. Namun pimpinan PKI, Aidit, menyangkal dengan
berbagai cara dan menyebutnya sebagai dokumen palsu. Peristiwa ini menjadi isu politik besar
pada tahun 1964. Namun hal ini diselesaikan Presiden Soekarno dengan mengumpulkan para
pemimpin partai dan membuat kesepakatan untuk menyelesaikan permasalahan diantara unsur-
unsur di dalam negeri diselesaikan secara musyawarah karena sedang menjalankan proyek
Nekolim, konfrontasi dengan Malaysia. Kesepakatan tokoh-tokoh partai politik ini dikenal
sebagai Deklarasi Bogor. Namun PKI melakukan tindakan sebaliknya dengan melakukan sikap
ofensif dengan melakukan serangan politik terhadap Partai Murba dengan tuduhan telah
memecah belah persatuan Nasakom. Kemudian partai murba dibekukan oleh Soekarno.

Merasa kedudukannya yang semakin kuat PKI berusaha untuk memperoleh kedudukan
dalam kabinet. Berbagai upaya dilakukan PKI mulai dari aksi corat-coret, pidato-pidato dan
petisi-petisi yang menyerukan pembentukan kabinet Nasakom. Mereka juga menuntut
penggantian pembantu-pembantu Presiden yang tidak mampu merealisasikan Tri Program
Pemerintah, serta mendesak supaya segera dibentuk Kabinet Gotong-Royong yang berporoskan
Nasakom. Terhadap TNI AD pun, PKI melakukan berbagai upaya dalam rangka mematahkan
pembinaan teritorial yang sudah dilakukan oleh TNI AD. Seperti peristiwa Bandar Betsy
(Sumatera Utara), Peristiwa Jengkol. Upaya merongrong ini dilakukan melalui radio, pers, dan
poster yang menggambarkan setan desa yang harus dibunuh dan dibasmi. Tujuan politik PKI
disini adalah menguasai desa untuk mengepung kota.

Anda mungkin juga menyukai