DISUSUN OLEH
KELOMOK 4
Riskanarti K. Lihawa (432420013)
Sandra Podungge (432420002)
Ririn Septiani (432420009)
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki produk samping pertanian
cukup banyak dan beragam. Tebu merupakan salah satu komoditas pertanian
strategis yang banyak memberikan produk samping baik dari on farm maupun off
farm. Luas areal pertanaman tebu tahun 2010 adalah 418.259 ha dengan produksi
tebu nasional 34.218.549 ton (Ditjenbun, 2011). Limbah tebu yang dihasilkan dari
luasan tersebut akan mencapai 17.793.645 ton (Murni et al., 2008). Dengan
adanya program swasembada gula tahun 2014, salah satu akibatnya adalah areal
pertanaman tebu semakin luas. Hal ini akan memberikan dampak melimpahnya
produk samping tebu yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan menjadi
limbah dan pencemaran lingkungan.
Pakan fermentasi probiotik merupakan pakan yang memiliki nilai nutrisi
tinggi dari hasil fermentasi mikroba pengurai komponen organik yang tidak
tercerna dengan diperkaya oleh mikroba probiotik untuk meningkatkan daya cerna
dalam sistem pencernaan hewan. Aplikasi pemanfaatan limbah tebu menjadi
pakan fermentasi probiotik memiliki banyak kelebihan, yaitu meningkatkan nilai
gizi dan daya cerna pakan, mengurangi limbah organik, memberikan nilai tambah
usaha tani tebu, dan juga dapat diintegrasikan menjadi sistem pertanian terpadu
tebu dan ternak.
Pakan merupakan salah satu faktor pembatas dalam pengembangan ternak.
Pakan mengambil peranan penting dalam usaha peternakan sehingga sangat
menentukan untung ruginya suatu usaha. Sebagian besar pakan ternak ruminansia
berupa hijauan dan sebagian konsentrat. Kenaikan harga pakan yang tidak
sebanding dengan peningkatan harga produksi ternak menyebabkan para peternak
cemas dan rugi. Dengan demikian dibutuhkan wawasan luas akan teknologi
pemanfaatan produk samping sebagai sumber alternatif pakan agar didapatkan
sumber bahan pakan yang murah dan menguntungkan.
1.2 Rumusan Masalah
Ternak merupakan penghasil daging yang dipergunakan dalam memenuhi
kebutuhan manusia, khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan protein hewani.
Ternak yang digunakan sebagai penghasil daging memerlukan nutrien yang cukup
untuk tumbuh secara optimal. Pakan sebagai penyuplai nutrien harus dipenuhi
sesuai kebutuhan ternak seperti sapi, kambing, domba, dll sehingga ternak dapat
tumbuh secara optimal dengan tingkat efisiensi pemeliharaan yang tinggi.
Diperlukan bahan pakan alternatif yang dapat digunakan sebagai sumber serat
kasar. Ampas tebu merupakan salah satu bahan pakan sumber serat kasar yang
dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak. Sebelum digunakan sebagai bahan
pakan, terlebih dahulu ampas tebu diberikan perlakuan dengan fermentasi.
Dengan fermentasi ini, kandungan serat kasarnya menurun dan kandungan
proteinnya naik. Turunnya kandungan serat kasar karena di dalam starbio terdapat
mikroorganisme yang menghasilkan enzim yang mampu memecah serat kasar,
antara lain enzim sellulase yang memecah selulosa, dan lignosellulase yang
memecah ikatan lignin dan selulosa. Sedangkan protein dapat meningkat karena
urea yang ditambahkan pada proses fermentasi. Selain itu mikrobia starbio yang
mati selama proses fermentasi juga berperan dalam peningkatan kandungan
protein ampas tebu.
Berdasarkan uraian dia atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
tingkat penggunaan ampas tebu fermentasi dalam ransum terhadap performan
ternak.
1.3 Tujuan
Untuk memberi gagasan dan informasi dalam pemanfaatan ampas tebu
sebagai pakan ternak yang difermentasi dan diperkaya dengan mikroba probiotik.
1.4 Manfaat
Digunakan untuk meningkatkan kualitas pakan dengan nilai nutrisi dan daya
cerna lebih tinggi, sekaligus memberikan nilai tambah pada limbah pertanian tebu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman tebu tumbuh di daerah tropika dan subtropika sampai batas garis
isoterm 20o C yaitu antara 19o LU sampai 35o LS. Tanaman tebu dapat tumbuh
baik pada berbagai jenis tanah seperti alluvial, grumusol, latosol, dan regosol
dengan ketinggian antara 0 sampai 1400 m di atas permukaan laut (Indrawanto et
al., 2010). Hal ini sangat mendukung dalam upaya perluasan area pertanaman tebu
untuk memenuhi kebutuhan gula yang terus meningkat. Total perkebunan tebu
yang ada di Indonesia terdiri atas 50% perkebunan rakyat, 30% perkebunan
swasta, dan hanya 20% perkebunan negara (Misran, 2005).
Limbah tebu dapat digolongkan sebagai limbah on farm dan limbah off farm.
Proses pemanenan tebu dihasilkan limbah berupa daun kering yang disebut
klenthekan atau daduk, pucuk tebu, dan sogolan (pangkal tebu). Sedangkan dalam
proses pengolahan gula di pabrik gula (PG) menghasilkan kurang lebih 5% gula
(Misran, 2005). Sedangkan ampas tebu (bagas) yang dihasilkan adalah 15%, tetes
(molasse) 3%, sisanya adalah blotong, abu, dan air (Gambar 1). Banyaknya
limbah yang dihasilkan dari pertanian tebu maupun proses pengolahan gula
menjadikan tanaman tebu prospektif untuk dijadikan alternatif pemenuhan sumber
bahan baku pakan ternak.
Ampas tebu merupakan Iimbah pabrik gula yang banyak ditemukan dan dapat
mencemari lingkungan apabila tidak dimanfaatkan. Saat ini belum banyak
peternak menggunakan ampas tebu tersebut untuk bahan pakan ternak, hal
ini karena ampas tebu memilik i serat kasar dengan kandungan lignin
sangat tinggi (19.7%) dengan kadar protein kasar rendah. Kondisi ini
menyebabkan rendahnya daya cerna dan berakibat terhadap konsumsi.
Oleh karena itu pemberiannya pada ternak ternak ruminansia sangat terbatas.
Melalui fermentasi menggunakan inokulan, kualitas dan tingkat kecernaan ampas
tebu akan diperbaiki sehingga dapat digunakan sebagai pakan.
Salah satu inokulan fermentasi yang dapat digunakan adalah Starbio. Starbio
berisi koloni bakteri yang diisolasi dari lambung ternak ruminansia, yang bekerja
secara enzimatis berfungsi memecah protein (proteolitik), karbohidrat struktural
(selulolitik, hemi selulolitik, lignolitik), dan lemak (lipolitik) serta dilengkapi
dengan bakteri Nitrogen Fiksasi Non Simbiose (Brosur LHM Research Station,
2006). Mikroorganisme tersebut diharapkan mampu mendegradasi komponen
ampas tebu menjadi komponen yang lebih mudah dicerna, dan dalam
pemberiannya pada ransum ternak domba dapat meningkatkan palatabilitas
ampas tebu tersebut.
Konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, faktor
ternak itu sendiri (bobot badan, status fisiologik, potensi genetik, tingkat
produksi, dan kesehatan ternak). Kedua, faktor pakan yang diberikan
(bentuk dan sifat, komposisi nutrien, frekuensi pemberian, keseimbangan
nutrien, dan antinutrisi). Ketiga, faktor lain (suhu dan kelembaban, curah hujan,
lama siang dan malam) (Siregar, 1994).
Menurut Parakkasi (1995) konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang
dikonsumsi oleh hewan apabila bahan pakan tersebut diberikan secara ad
libitum. Jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu paling penting
yang menentukan jumlah nutrien yang didapat oleh ternak
dan berpengaruh terhadap tingkat produksi. Ditambahkan oleh Arora
(1989) bahwa jumlah konsumsi pakan merupakan salah satu indikator terbaik
dari produksi ternak. Pengatur konsumsi pakan pada ternak ruminansia
sangat komplek dan banyak faktor yang terlibat di dalamnya (Wodzicka
et al., 1993).
Palatabilitas merupakan sifat performasi bahanbahan pakan yang
dicerminkan oleh organoleptik seperti kenampakan, bau, rasa, (hambar, pahit,
asin, manis), tekstur dan temperatur sehingga dapat menimbulkan daya tarik dan
merangsang ternak untuk mengkonsumsinya. Ternak ruminansia lebih menyukai
pakan hijauan yang dipotongpotong dari pada hijauan yang diberikan seutuhnya
karena ukuran partikelnya lebih mudah dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu,
rumput yang diberikan sebaiknya dipotongpotong menjadi ukuran yang lebih
kecil sebelum diberikan pada ternak (Kartadisastra, 1997).
Ternak yang normal (tidak dalam keadaan sakit atau sedang berproduksi)
mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya
untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok (Kartadisastra, 1997). Kebutuhan hidup
pokok adalah kebutuhan nutrien untuk memenuhi prosesproses hidup saja tanpa
adanya suatu kegiatan dan produksi sedangkan kebutuhan produksi adalah
kebutuhan nutrien untuk pertumbuhan, kebuntingan, produksi susu dan kerja
(Siregar, 1994).
Fermentasi adalah aktivitas mikroba baik aerob maupun anaerob yang mampu
mengubah senyawasenyawa kompleks menjadi sentawasenyawa sederhana.
Keberhasilan fermentasi tergantung pada aktivitas mikroba, sementara setiap
mikroba masingmasing memiliki syarat hidup seperti pH tertentu, suhu tertentu,
dan sebagainya. Produk fermentasi selain menghasilkan bio massa dapat
meningkatkan atau menurunkan komponen kimia tertentu tergantung komponen
bio katalisnya (Rosningsih, 2000).
BAB III
METODELOGI
3.2.2 Bahan
Ampas Tebu
EM4
Dedak
Gula Merah