Anggota Kelompok :
Dalam penulisan makalah ini penulis tidak lepas dari kesulitan dan hambatan.
Tetapi berkat bantuan, bimbingan, pengarahan dan dorongan dari berbagai pihak,
penulis dapat menyelesaikannya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan yang
penulis miliki. Oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif dari segenap pihak
sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya. Namun demikian penulis berdo’a
semoga karya tulis ini dapat membantu dan menambah wawasan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak
lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu yang
mempelajari kelainan bawaan disebut dismorfologi. Menurut World Health
Organization (WHO) , kelainan kongenital adalah suatu keadaan yang umum.
Dengan keberhasilan penanggulangan penyakit akibat infeksi dan gangguan gizi,
masalah yang akan muncul ke permukaan adalah masalah genetik (termasuk di
dalamnya kelainan bawaan).
3
bayi prematur. Sampai saat ini belum ada penelitian tentang faktor-faktor yang
berpengaruh terjadinya kelainan kongenital traktus gastrointestinal.
1. Seperti apa Teori dari transplantasi organ pada bayi baru lahir dari bayi yang
baru lahir mengalami kelainan kongenital.
2. Apa saja Kode etik atau teori pendukung dari transplantasi organ pada
mempebayi baru lahir dari bayi yang baru lahir mengalami kelainan
kongenital.
3. Bagaimana Pendekatan pengambilan keputusan dari transplantasi organ
pada bayi baru lahir dari bayi yang baru lahir mengalami kelainan
kongenital.
1. Mengetahui Teori dari transplantasi organ pada bayi baru lahir dari bayi
yang baru lahir mengalami kelainan kongenital.
2. Mengetahui Kode etik atau teori pendukung dari transplantasi organ pada
bayi baru lahir dari bayi yang baru lahir mengalami kelainan kongenital.
3. Mengetahui Pendekatan pengambilan keputusan dari transplantasi organ
pada bayi baru lahir dari bayi yang baru lahir mengalami kelainan
kongenital.
4
BAB II
Kode Etik
ض ِّم ْى ُك ْم ۗ َو ََل تَ ْقتُلُ ْْٓىا ٍ ارةً عَهْ تَ َزا ِ يٰ ْٓٓاَ ُّي َها الَّ ِذيْهَ ٰا َمىُ ْىا ََل تَأْ ُكلُ ْْٓىا اَ ْم َىالَ ُك ْم بَ ْيىَ ُك ْم ِبا ْل َب
َ اط ِل اِ َّ َْٓل اَنْ تَ ُك ْىنَ تِ َج
ّللاَ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما ّ ٰ َّس ُك ْم ۗ اِن
َ ُاَ ْوف
Artinya " Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu."
a. Pasal 28A UUD 1945 bahwa “setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Terkait dengan tindak
pidana perdagangan transplantasi organ dan/ atau jaringan tubuh dalam hal
ini dijelaskan bahwa hak setiap orang untuk mempertahankan kehidupan
dan mendapat kesehatan dijunjung tinggi.
5
b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981 Tentang Bedah Mayat Klinis
dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh
Manusia
c. Peraturan pemerintah nomor 18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis dan
bedah mayat anatomis serta transplantasi alat atau jaringan tubuh manusia
mengatur tentang tindak pidana dan tata cara transplantasi organ dan
jaringan tubuh manusia hanya sebagai aturan yang melibatkan donor mati
atau donor jenasah.
i. Pasal 10 menjelaskan tentang tata cara yang utama dalam
melakukan transplantasi yaitu mendapat persetujuan (informed
consent) dari pasien atau dari keluarga.
ii. Pasal 11 menjelaskan tentang tenaga kesehatan yang ditunjuk
dalam undang-undang dalam melakukan transplantasi.
iii. Pasal 12 menjelaskan status kematian dalam pelaksanaan
transplantasi ditentukan oleh 2 (dua) orang dokter yang tidak
memiliki hubungan medik yang melakukan transplantasi.
iv. Pasal 15 menjelaskan tentang kewajiban dokter dalam memberikan
penjelasan dan informasi terhadap tindakan transplantasi yang akan
dilakukan.
v. Pasal 16 menjelaskan larangan pendonor atau keluarga donor
terhadap kompensasi material dari tindakan donor transplantasi.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Di Indonesia larangan terhadap tindak pidana perdagangan transplantasi
organ dan jaringan masnusia yang terakhir dan lebih khusus diatur dalam
undang-undang kesehatan tahun 2009. Pasal-pasal yang terkait dengan
tindak pidana tersebut diantaranya adalah Pasal 64 ayat (1),(2), dan (3),
65 ayat (1),(2), dan (3), Pasal 66,67 ayat (1),(2),dan (3), dan Pasal 192. Isi
dan analisis pasal-pasal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dalam Pasal 64 menjelaskan tentang transplantasi, implant, obat dan
alat kesehatan, bedah plastic, rekuntruksi, penggunaan sel punca
6
hanya untuk pemulihan kesehatan serta larangan jual beli organ tanpa
dalih apapun.
2. Dalam Pasal 65 menjelaskan tentang syarat kompetensi tenaga
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam melaksanakan
transplantasi organ serta perlunya informed consent dalam
pelaksanaan tranasplantasi organ
3. Pasal 66 menjelaskan bahwa tranasplantasi hanya dilakukan apabila
terbukti keamanan dan kemanfaatannya
4. Dalam Pasal 67 menjelaskan tentang kompetensi terhadap fasilitas
dan tenaga kesehatan tertentu dalam melakukan transplantasi organ
7
BAB III
PENDEKATAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
8
Misalnya, Saat perawat membantu dokter menjelaskan prosedur transplantasi
organ perawat memberitahu keluarga jika ada kemungkinan faktor resiko.
Dengan hal ini perawat harus bersifat transparan kepada keluarga sehingga
tidak ada yang ditup tutupi.
6. Prinsip fidelity (menepati janji)
Merupakan sikap perawat dalam memberikan pelayanan harus setia
kepada klien serta memiliki komitmen dalam memberikan pelayanan dengan
baik.
Misalnya, Sebelum menjelaskan mengenai prosedur transplantasi yang
dilakukan perawat membuat janji temu antara keluarga pasien dan dokter
untuk membicarakan masalah ini lebih lanjut. Dan perawatan akan selalu
menepati janji merawat pasien dengan baik.
7. Prinsip accountability (bertanggungjawab)
Merupakan sikap perawat harus bertanggungjawab mengenai tindakan
yang dilakukan terhadap klien maupun keluarga.
Misalnya, Perawat dapat memegang perkataan yang di ucapkan kepada klien
dan keluarga klien dan berani menanggung resiko dari implementasi
keperawatan oleh perawat terhadap klien
8. Prinsip confidentiality (kerahasiaan)
Merupakan sikap perawat harus menjaga rahasia setiap klien, baik pada
saat klien masih hidup maupun sudah meninggal (Utami, 2016).
Misalnya, Perawat berhak untuk tidak memberitahukan kondisi pasien kepada
siapa saja kecuali keluarga yang bersangkutan dan yang bertanggung jawab
atas hal ini.
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada
sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetic maupun non
genetik. Transplantasi organ diperoleh asalkan tetap mematuhi
prosedur yang ditetapkan, dilakukan oleh ahli profesional serta
memperhatikan Etik yang ada.
10
DAFTAR PUSTAKA
- http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/view/163
9
- https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pr
insip+kode+etik+kiki&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DV1tlx1vf
5vYJ
11