Anda di halaman 1dari 12

TRANSPLANTASI ORGAN PADA BAYI BARU LAHIR DARI BAYI YANG

BARU LAHIR MENGALAMI KELAINAN KONGENITAL DENGAN KASUS


TERMINAL

Anggota Kelompok :

1. Dewi Eka Yanti 2020013


2. Triedwin rizki zaldy 2020046
3. Ismi Farah Adibah 2020024
4. Lita Pramitasari 2020028
5. Mohammad Azzam Rozaqi 2020079
6. Widya Dwi Aprilia 2020048

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN


Tahun 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran allah SWT. Karena


dengan limpahan rahmat, taufik serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Transplantasi Pada Bayi Baru Lahir Dari
Byi Baru Lahir Mengalami Kelainan kongenital Dengan Kasus Terminal.” Sholawat
serta salam semoga tetap allah limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,
beserta keluarga dan para sahabat-sahabatnya yang telah memberi jalan terang bagi
umat seluruh alam.

Dalam penulisan makalah ini penulis tidak lepas dari kesulitan dan hambatan.
Tetapi berkat bantuan, bimbingan, pengarahan dan dorongan dari berbagai pihak,
penulis dapat menyelesaikannya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan yang
penulis miliki. Oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif dari segenap pihak
sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya. Namun demikian penulis berdo’a
semoga karya tulis ini dapat membantu dan menambah wawasan.

Malang, 06 Oktober 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 3
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 4
1.3 TUJUAN PENELITIAN ................................................................................ 4
1.4 MANFAAT PENILITIAN............................................................................. 4
BAB II KODE ETIK .................................................................................................... 5
2.1 Kode Etik Transplantasi Organ menurut hukum Islam ...................................... 5
2.2 Kode Etik Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia 1945 ............ 5
BAB III PENDELATAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ....................................... 8
3.1 Pendekatan Pengambilan Keputusan Berdasarkan Kode Etik Keperawatan ...... 8
BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 10
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak
lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu yang
mempelajari kelainan bawaan disebut dismorfologi. Menurut World Health
Organization (WHO) , kelainan kongenital adalah suatu keadaan yang umum.
Dengan keberhasilan penanggulangan penyakit akibat infeksi dan gangguan gizi,
masalah yang akan muncul ke permukaan adalah masalah genetik (termasuk di
dalamnya kelainan bawaan).

WHO memperkirakan adanya 260.000 kematian (7% dari seluruh kematian


neonatus) yang disebabkan oleh kelainan kongenital di tahun 2004. Di negara
maju, 30% dari seluruh penderita yang dirawat di rumah sakit anak terdiri dari
penderita dengan kelainan kongenital dan akibat yang ditimbulkannya. Salah satu
kelainan kongenital yang terjadi adalah kelainan kongenital traktus
gastrointestinal. Jenis kelainan kongenital yang termasuk dalam kelainan
kongenital traktus gastrointestinal adalah stenosis pilorus, atresia atau stenosis
duodenum, atresia atau stenosis yeyunum atau ileum, malrotasi dengan atau
tanpa volvulus neonatus, ileus mekonium, penyakit Hirschsprung, anus
imperforata, duplikasi-duplikasi dan divertikulum, divertikulum, obstruksi usus
akuisita, intususepsi, malformasi anorektal.

Kelainan kongenital traktus gastrointestinal banyak menyebabkan


morbiditas dan mortalitas. Sebelas bayi yang lahir dengan kelainan kongenital
traktus gastrointestinal, 3 diantaranya meninggal karena mempunyai hubungan
dengan kelainan yang lain. Faktor-faktor yang diperkirakan dapat berpengaruh
terhadap kejadian kelainan kongenital traktus gastrointestinal pada neonatus
antara lain usia ibu, infeksi intrauterin, diabetes mellitus, status sosial ekonomi,

3
bayi prematur. Sampai saat ini belum ada penelitian tentang faktor-faktor yang
berpengaruh terjadinya kelainan kongenital traktus gastrointestinal.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Seperti apa Teori dari transplantasi organ pada bayi baru lahir dari bayi yang
baru lahir mengalami kelainan kongenital.
2. Apa saja Kode etik atau teori pendukung dari transplantasi organ pada
mempebayi baru lahir dari bayi yang baru lahir mengalami kelainan
kongenital.
3. Bagaimana Pendekatan pengambilan keputusan dari transplantasi organ
pada bayi baru lahir dari bayi yang baru lahir mengalami kelainan
kongenital.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui Teori dari transplantasi organ pada bayi baru lahir dari bayi
yang baru lahir mengalami kelainan kongenital.
2. Mengetahui Kode etik atau teori pendukung dari transplantasi organ pada
bayi baru lahir dari bayi yang baru lahir mengalami kelainan kongenital.
3. Mengetahui Pendekatan pengambilan keputusan dari transplantasi organ
pada bayi baru lahir dari bayi yang baru lahir mengalami kelainan
kongenital.

1.4 MANFAAT PENILITIAN

Untuk mengetahui Teori, Kode etik dan pendekatan pengambilan


keputusanKode etik atau teori pendukung dari transplantasi organ pada bayi
baru lahir dari bayi yang baru lahir mengalami kelainan kongenital.

4
BAB II
Kode Etik

2.1 Kode Etik Transplantasi Organ menurut hukum Islam

Dalam Ensiklopedi Hukum Islam disebutkan, bahwa transplantasi adalah


usaha pemindahan atau memindahkan seluruh atau sebagian anggota tubuh atau
organ ke tubuh yang lain atu dari tempat yang satu ke tempat yang lain
dalamtubuh yang sama. Dalam pemahaman Islam disebutkan bahwa transplantasi
ditujukan untuk mengganti organ yang tidak berfungsi pada penerima. Sesuai
dengan maksud surat An-Nisa ayat : 29

‫ض ِّم ْى ُك ْم ۗ َو ََل تَ ْقتُلُ ْْٓىا‬ ٍ ‫ارةً عَهْ تَ َزا‬ ِ ‫يٰ ْٓٓاَ ُّي َها الَّ ِذيْهَ ٰا َمىُ ْىا ََل تَأْ ُكلُ ْْٓىا اَ ْم َىالَ ُك ْم بَ ْيىَ ُك ْم ِبا ْل َب‬
َ ‫اط ِل اِ َّ َْٓل اَنْ تَ ُك ْىنَ تِ َج‬
‫ّللاَ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬ ّ ٰ َّ‫س ُك ْم ۗ اِن‬
َ ُ‫اَ ْوف‬
Artinya " Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu."

2.2 Kode Etik Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia 1945

1. Penjelasan mengenai undang-undang pendukung transplantasi organ


adalah sebagai berikut:

a. Pasal 28A UUD 1945 bahwa “setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Terkait dengan tindak
pidana perdagangan transplantasi organ dan/ atau jaringan tubuh dalam hal
ini dijelaskan bahwa hak setiap orang untuk mempertahankan kehidupan
dan mendapat kesehatan dijunjung tinggi.

5
b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981 Tentang Bedah Mayat Klinis
dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh
Manusia
c. Peraturan pemerintah nomor 18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis dan
bedah mayat anatomis serta transplantasi alat atau jaringan tubuh manusia
mengatur tentang tindak pidana dan tata cara transplantasi organ dan
jaringan tubuh manusia hanya sebagai aturan yang melibatkan donor mati
atau donor jenasah.
i. Pasal 10 menjelaskan tentang tata cara yang utama dalam
melakukan transplantasi yaitu mendapat persetujuan (informed
consent) dari pasien atau dari keluarga.
ii. Pasal 11 menjelaskan tentang tenaga kesehatan yang ditunjuk
dalam undang-undang dalam melakukan transplantasi.
iii. Pasal 12 menjelaskan status kematian dalam pelaksanaan
transplantasi ditentukan oleh 2 (dua) orang dokter yang tidak
memiliki hubungan medik yang melakukan transplantasi.
iv. Pasal 15 menjelaskan tentang kewajiban dokter dalam memberikan
penjelasan dan informasi terhadap tindakan transplantasi yang akan
dilakukan.
v. Pasal 16 menjelaskan larangan pendonor atau keluarga donor
terhadap kompensasi material dari tindakan donor transplantasi.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Di Indonesia larangan terhadap tindak pidana perdagangan transplantasi
organ dan jaringan masnusia yang terakhir dan lebih khusus diatur dalam
undang-undang kesehatan tahun 2009. Pasal-pasal yang terkait dengan
tindak pidana tersebut diantaranya adalah Pasal 64 ayat (1),(2), dan (3),
65 ayat (1),(2), dan (3), Pasal 66,67 ayat (1),(2),dan (3), dan Pasal 192. Isi
dan analisis pasal-pasal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dalam Pasal 64 menjelaskan tentang transplantasi, implant, obat dan
alat kesehatan, bedah plastic, rekuntruksi, penggunaan sel punca

6
hanya untuk pemulihan kesehatan serta larangan jual beli organ tanpa
dalih apapun.
2. Dalam Pasal 65 menjelaskan tentang syarat kompetensi tenaga
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam melaksanakan
transplantasi organ serta perlunya informed consent dalam
pelaksanaan tranasplantasi organ
3. Pasal 66 menjelaskan bahwa tranasplantasi hanya dilakukan apabila
terbukti keamanan dan kemanfaatannya
4. Dalam Pasal 67 menjelaskan tentang kompetensi terhadap fasilitas
dan tenaga kesehatan tertentu dalam melakukan transplantasi organ

7
BAB III
PENDEKATAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

3.1 Pendekatan Pengambilan Keputusan Berdasarkan Kode Etik Keperawatan

1. Prinsip autonomy (kebebasan)


Merupakan prinsip menghormati otonomi klien, dimana klien dan
keluarga bebas dan berhak untuk memilih dan memutuskan apa yang akan
dilakukan perawat terhadapnya.
Misalnya, Setelah perawat membantu dokter menjelaskan prosedur
transplantasi organ. Perawat membiarkan keluarga membuat pilihan
berdasarkan pemikiran mereka tanpa campur tangan dari perawat.
2. Prinsip beneficience (berbuat baik)
Merupakan setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat harus memiliki
manfaat kepada klien maupun keluarga klien.
Misalnya, Perawat memberikan saran dan dukungan yang mendukung
kesembuhan klien
3. Prinsip nonmaleficience (tidak merugikan)
Merupakan tindakan perawat harus sesuai prosedur agar tidak terjadi
kesalahan maupun kelalaian yang dapat merugikan klien maupun keluarga.
Misalnya, Perawat tidak serta merta dalam tindakan kepada klien, penerapan
SOP secara benar tanpa ada kesalahan yang dapat merugikan pasien
4. Prinsip justice (keadilan)
Merupakan tindakan perawat dalam memberikan pelayanan dilarang
membeda-bedakan antara klien satu dengan klien lainnya.
Misalnya, Perawat tidak boleh bersifat cuek kepada klien tetapi bersifat ramah
kepada klien lain yang dapat menimbulkan sikap diskriminasi kepada klien
5. Prinsip veracity (kejujuran)
Merupakan sikap perawat diwajibkan berkata jujur dan jelas terhadap apa
yang akan dilakukannya kepada klien maupun keluarga klien.

8
Misalnya, Saat perawat membantu dokter menjelaskan prosedur transplantasi
organ perawat memberitahu keluarga jika ada kemungkinan faktor resiko.
Dengan hal ini perawat harus bersifat transparan kepada keluarga sehingga
tidak ada yang ditup tutupi.
6. Prinsip fidelity (menepati janji)
Merupakan sikap perawat dalam memberikan pelayanan harus setia
kepada klien serta memiliki komitmen dalam memberikan pelayanan dengan
baik.
Misalnya, Sebelum menjelaskan mengenai prosedur transplantasi yang
dilakukan perawat membuat janji temu antara keluarga pasien dan dokter
untuk membicarakan masalah ini lebih lanjut. Dan perawatan akan selalu
menepati janji merawat pasien dengan baik.
7. Prinsip accountability (bertanggungjawab)
Merupakan sikap perawat harus bertanggungjawab mengenai tindakan
yang dilakukan terhadap klien maupun keluarga.
Misalnya, Perawat dapat memegang perkataan yang di ucapkan kepada klien
dan keluarga klien dan berani menanggung resiko dari implementasi
keperawatan oleh perawat terhadap klien
8. Prinsip confidentiality (kerahasiaan)
Merupakan sikap perawat harus menjaga rahasia setiap klien, baik pada
saat klien masih hidup maupun sudah meninggal (Utami, 2016).
Misalnya, Perawat berhak untuk tidak memberitahukan kondisi pasien kepada
siapa saja kecuali keluarga yang bersangkutan dan yang bertanggung jawab
atas hal ini.

9
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada
sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetic maupun non
genetik. Transplantasi organ diperoleh asalkan tetap mematuhi
prosedur yang ditetapkan, dilakukan oleh ahli profesional serta
memperhatikan Etik yang ada.

10
DAFTAR PUSTAKA
- http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/view/163
9
- https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pr
insip+kode+etik+kiki&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DV1tlx1vf
5vYJ

11

Anda mungkin juga menyukai