Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum Dosen Pembimbing

Operasi Teknik Kimia II Ir. Rozanna Sri Irianty ,


M.Si

PENGERINGAN BENDA PADAT

Disusun Oleh :

Kelompok V

1. Muhammad Akbar 2007034769


2. Agus Parlindungan Pasaribu 2007035935
3. Chantika Maharani 2007036668
4. Alya Az Zahra 2007036175

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2022
Lembar Pengesahan Laporan Praktikum

Laboratorium Dasar Teknik Kimia

Pengeringan Benda Padat

Dosen Pengampu praktikum dengan ini menyatakan bahwa :

Kelompok V

Muhammad Akbar 2007034769

Agus Parlindungan Pasaribu 2007035935

Chantika Maharani 2007036668

Alya Az Zahra 2007036175

1. Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh dosen


pengampu/asisten praktikum
2. Telah menyelesaikan laporan lengkap praktikum kinetika reaksi dari
praktikum Laboratorium Teknik Kimia yang disetujui oleh dosen
pengampu/asisten praktikum.

Catatan Tambahan :

Pekanbaru, 17 Maret 2022


Dosen Pengampu

Ir. Rozanna Sri Irianty, M.Si


ABSTRAK
Pengeringan (drying) secara umum adalah proses pemisahan sejumlah kecil air atau zat
cair dari suatu zat padat dengan cara menguapkan kedalam suatu gas. Proses pengeringan
pada prinsipnya menyangkut proses perpindahan massa dan perpindahan panas yang
terjadi secara bersamaan. Proses perpindahan panas yang terjadi dengan cara konveksi
serta perpindahan panas secara konduksi. Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan
kadar air baik dalam persen massa maupun rasio massa, menentukan X C, XE, NC
percobaan dan NC teoritis, menentukan kelembaban udara didasarkan dry bulb dan wet
bulb, serta mempelajari pengaruh variable pengeringan terhadap laju pengeringan pada
periode pengeringan konstan. Pada percobaan ini dilakukan yaitu dengan mengambil
sebanyak 50 gram sampel basah pasir untuk ditentukan % berat air di pasir mula-
mulanya. Sampel pasir pada tray dimasukkan kedalam dryer pada pengaturan suhu alir
pengering dan laju alir yang sudah ditugaskan. Berat sampel basah sebesar 0,05 kg
sedangkan berat sampel konstan 0,04259 kg. Jadi berat kadai air mula-mula adalah
14,82%.

Kata kunci : kelembaban udara, laju alir pengering, pengeringan, tray dryer.
ABSTRACT

Drying in general is the process of separating a small amount of water or liquid from a
solid by evaporating it into a gas. The drying process in principle involves the process of
mass transfer and heat transfer that occur simultaneously. The process of heat transfer
that occurs by convection and heat transfer by conduction. The purpose of this practicum
is to determine the moisture content in both mass percent and mass ratio, determine XC,
XE, experimental NC and theoretical NC, determine air humidity based on dry bulb and
wet bulb, and study the effect of drying variables on drying rate at constant drying
period. In this experiment, it was carried out by taking as much as 50 grams of wet sand
samples to determine the weight % of water in the sand initially. The sand sample on the
tray is fed into the dryer at the specified drying temperature and flow rate settings. The
wet sample weight was 0.05 kg while the constant sample weight was 0.04259 kg. So the
initial weight of the water content is 14.82%.

Keywords : air humidity, dryer flow rate, drying, and tray dryer.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah
yang relatif kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas. Hasil dari proses
pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai kadar air setara dengan kadar
air kesetimbangan udara normal atau setara dengan nilai aktivitas air yang aman
dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis dan kimiawi. Proses pengeringan suatu
material padatan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain luas permukaan kontak
antara padatan dengan fluida panas, perbedaan temperature antara padatan dengan
fluida panas, kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara.
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses perpindahan massa
dan perpindahan panas yang terjadi secara bersamaan. Proses perpindahan panas
yang terjadi dengan cara konveksi serta perpindahan panas secara konduksi dan
radiasi tetap terjadi dalam jumlah yang relati kecil. Pertama-tama panas harus
ditransfer dari medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan
air, uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium
sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida dengan cairan harus
disediakn untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui berbagai macam
tahanan agar dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air yang bebas.
Lama proses pengeringan tergantung pada bahan yang dikeringkan dan cara
pemanasan yang digunakan. Tujuan dilakukannya proses pengeringan adalah
untuk mengurangi kerusakan, seperti pembusukan, korosi, dll. Meskipun
demikian ada kerugian yang ditimbulkan selama pengeringan yaitu terjadinya
perubahan sifat fisika dan kimiawi bahan serta terjadinya penurunan mutu bahan.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah, sebagai berikut :
a. Menentukan kadar air suatu bahan baik dalam % massa maupun rasio
massa
b. Mengukur laju alir suatu arus udara dan menerapkan hukum kontinuitas
c. Mengukur dry bulb dan wet bulb temperature
d. Menentukan kelembaban udara didasarkan dry bulb dan wet bulb
temperature dengan menggunakan psycrometer chart
e. Membuat kurva karakteristik pengeringan
f. Menjelaskan perbedaan mekanisme pengeringan di setiap periode
pengeringan pada kurva karakteristik
g. Menjelaskan pengaruh variable pengeringan terhadap laju pengeringan
pada periode laju pengeringan konstan
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pengeringan


Pengeringan menurut James C Atuonwu (2011) pada dasarnya adalah
proses pengurangan kadar air dari suatu bahan atau pemisahan yang relatif kecil
dari bahan dengan menggunakan energi panas. Hasil dari proses pengeringan
adalah bahan kering yang mempunyai kadar air yang lebih rendah. Pada proses
pengeringan ini air diuapkan menggunakan udara tidak jenuh yang dihembuskan
pada bahan yang akan dikeringkan. Air (atau cairan lain) menguap pada suhu
yang lebih rendah dari titik didihnya karena adanya perbedaan kandungan uap
air pada bidang antar-muka bahan padat-gas dengan kandungan uap air pada
fasa gas. Gas panas disebut medium pengering, menyediakan panas yang
diperlukan untuk penguapan air dan sekaligus membawa air keluar.
Dengan tujuan dari pengeringan yaitu :
1. Pengawetkan bahan
2. Mengurangi biaya transportasi bahan dan pengemasan
3. Mempermudah penanganan dari bahan untuk proses selanjutnya
4. Mendapatkan mutu produk hasil yang diinginkan

2.2 Metode Umum Pengeringan


Metode dan proses pengeringan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara
yang berbeda. Proses pengeringan dapat dikelompokkan sebagai :
1. Pengeringan Batch adalah pengeringan dimana bahan yang dikeringkan
dimasukkan ke dalam alat pengering dan didiamkan selama waktu yang
ditentukan.
2. Pengeringan Continue adalah pengeringan dimana bahan basah masuk
secara sinambung dan bahan kering keluar secara sinambung dari alat
pengering. Berdasarkan kondisi fisik yang digunakan untuk
memberikan panas pada sistem dan memindahkan uap air, proses
pengeringan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
3. Pengeringan kontak langsung menggunakan udara panas sebagai
medium pengering pada tekanan atmosferik. Pada proses ini uap yang
terbentuk terbawa oleh udara
4. Pengeringan vakum menggunakan logam sebgai medium pengontak
panas atau menggunkan efek radiasi. Pada proses ini penguapan air
berlangsung lebih cepat pada tekanan rendah
5. Pengeringan beku (freeze drying) pengeringan yang melibatkan proses
sublimasi air dari material yang dibekukan dengan tekanan yang sangat
rendah dan dihasilkan kualitas produk dari pengeringan yang tinggi.
(Gaidhani, 2015)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.4 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah pasir dan air.
3.2 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Try dryer, Oven, Tray,
Neraca Digital, Manometer, Penggaris, Psychrometer, Stopwatch, Cawan
Pengering, Pipet tetes, Gelas Ukur, dan Baskom Plastik
3.3 Rangkain alat

Gambar 3.1 Rangkaian alat tray drier


3.4 Prosedur pratikum
1. Disiapkan pasir sebanyak 1,5 kg setelah itu diberi air secukpnya dan
diaduk sampai rata.
2. Diambil sampel pasir sebanyak 50 gr setelah itu ditimbang dan dicatat
sebagai berat sampel basah (Wb), sampel tadi dimasukkan kedalam
oven dengan suhu 110⸰ C sampai berat konstannya didapat (Wc). %
wb−wc
berat air di pasir mula-mula = x 100%.
wb
3. Disiapkan tray drier, dan dihidupkan MCB nya.dinyalakan laju alir
udara dan pengatur suhu udara kering,
4. Diukur luas penampang drier diujung (A1) M2 dibagian tengah (A2) M2.
5. Dibasahi kain psycrometer dengan pipet tetes dilakukan setiap kali
mengukur kelembapan udara.
6. Diatur laju alir udara dan suhu udara pengering yang ditentukan,tunggu
steady tercapai.diukur laju, suhu dan suhu bola basah udara pengering.
7. Disiapkan tray, ukur Panjang dan lebarnya catat luas tray timbang dan
catat masanya.
8. Dimasukkan pasir basah 600 gr (Wm) diratakan di tray. Diukur
ketebalan pasir dan dicatat.
9. Sebelum pasir dimasukkan kedalam tray timbang pasir basah. Dicatat
massanya dan dimasukkan kedalam tray. Setiap 10 menit tray
dikeluarkan dari pengering dan dicatat masanya.
10. Diperiksa laju dan suhu udara pengering. Jika ada perubahan atur suhu
dan laju udara.
11. Dihentikan percobaannya jika selisih penimbangan setiap 0,1 gram.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Pada percobaan pengeringan benda padat ini dilakukan operasi laju alir
dengan skala 5 dan temperature dengan skala 8. Data yang diperoleh dari
percobaan ini adalah seperti tabel berikut:

Tabel 4.1 Tabel Hasil Percobaan Mengguanakan Tray Dryer


No Waktu Massa Massa Kadar Kecepatan Laju
(menit) Pasir + Pasir Air X Udara (m/s) Pengeringan
Tray(kg) (kg) (N)
1 0 0,94150 0,6 0,1483 0,75 0
2 10 0,93865 0,59715 0,1440 0,73 0,26
3 20 0,93546 0,59396 0,1397 0,70 0,26
4 30 0,92734 0,58584 0,1279 0,68 0,72
5 40 0,91808 0,57658 0,1143 0,65 0,83
6 50 0,91582 0,57432 0,1097 0,62 0,39
7 60 0,91385 0,57235 0,1066 0,59 0,38
8 70 0,90975 0,56825 0,1003 0,55 0,18
9 80 0,90974 0,56824 0,1002 0,54 0,005

4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pengaliran udara selama 80 menit dengan
pengukuran berat bahan setiap 10 menit sekali. Dengan dilakukannya pengukuran
bahan setiap 10 menit sekali maka diperoleh kadar air dan laju pengeringan yang
dapat dilihat dari kurva berikut ini:
0.9
0.8 C
0.7

laju pengeringan N
0.6
B
0.5 D
0.4
0.3
0.2 A E
0.1
0
0.1002 0.1003 0.1066 0.1097 0.1143 0.1279 0.1397 0.144 0.1483
kadar air X

Gambar 4.1 Kurva Kadar Air Vs Laju Pengeringan


Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa proses pengeringan terjadi 4
periode, yaitu :
Dari gambar 4.1 Periode pertama, pada titik AB merupakan periode
penyesuaian awal. Pada periode ini, laju pengeringan naik secara perlahan seiring
dengan waktu. Pada periode kedua, yakni pada titik BC merupakan periode laju
pengeringan konstan dimana suhu permukaan padatan basah sama dengan suhu
bola basah udara pengering. Pada periode ini, semua panas yang dipindahkan dari
udara pengering digunakan untuk menguapakan air sampai pada suatu kadar air
tertentu (titik kritis).
Pada periode ketiga, yakni pada titik CD merupakan periode laju
pengeringan menurun pertama. Secara teori pada periode ini, titik kritis telah
tercapai sehingga laju pengeringan tidak bisa diimbangi difusi air dari dalam
padatan kepermukaan padatan, sehingga pada permukaan padatan pasir terbentuk
tempat-tempat kering (dry spot) yang makin lama makin luas. Akibatnya luas
muka pengeringan akan menurun dan menyebabkan laju pengeringan
menurun.Pada peride keempat yakni pada titik DE merupakan periode laju
pengeringan menurun kedua. Pada periode ini, laju pengeringan hanya ditentukan
oleh laju difusi air dalam padatan kepermukaan padatan.
Pada grafik memperlihatkan kurva karakteristik pengeringan laju alir udara
pada skala 5 dan temperatur pada skala 8. Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat
bahwa AB merupakan periode penyesuaian awal, CD merupakan periode laju
pengeringan menurun I sedangkan DE merupakan periode laju pengeringan
menurun II. Kurva karakteristik hasil percobaan pada pengeringan laju alir udara
pada skala 5 dan temperatur pada skala 8 tidak memperlihatkan adanya periode
laju pengeringan konstan. Selama periode BC terjadi kenaikan laju pengeringan.
Kesalahan ini terjadi karena ketidakakuratan praktikan dalam mengukur massa
pasir + tray selama percobaan.
Kurva karakteristik pengeringan belum menunjukkan kadar air
kesetimbangan, pengeringan terjadi empat periode laju pengeringan, hanya lama
periodenya berbeda–beda tergantung jenis bahan dan kondisi pemgeringan. Dalam
hal ini, semakin tinggi laju udara pengering maka semakin tinggi turbulensi nya,
sehingga akan memperbesar koefisien perpindahan panas konvektif dan hal ini
berarti memperbesar laju perpindahan panas. Semakin banyak energi panas yang
diterima padatan akan semakin banyak air yang bisa di uapkan sehingga semakin
tinggi laju pengeringan. (Satria, 2019)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dikakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar air yang didapat pada pasir basah mula-mula adalah 14,82%
2. Nilai laju alir pada t = 10 adalah 0,26 kg/m 2 jam, dan secara lengkap
dapat dilihat pada tabel percobaan
3. Laju pengeringan berbanding lurus terhadap air semakin besar kadar air
semakin besar pula laju pengeringan yang didapat
4. Laju pengeringan mengalami dua kali penurunan yaitu pada titik CD dan
titik DE yang diakibatkan adanya permukaan padatan pasir terbentuk
tempat tempat kering (dry spot) yang makin lam makin luas sehingga
luas permukaan pengeringan akan menurun

5.2 SARAN
Adapun saran dari percobaan ini adalah, sebagai berikut :
1. Jika ingin melalukan percobaan pengeringan terhadap pasir, sebaiknya
gunakan suhu diatas 50 ℃ agar waktu yang dibutuhkan untuk
pengeringan lebih singkat dan hasil yang didapatkan lebih bagus. Untuk
penggunaan suhu yang tidak terlalu tinggi dan waktu pengeringan yang
singkat, sebaiknya gunakan bahan yang memiliki volatilitas yang tinggi.
2. Sebaiknya pratikan lebih teliti dalam melakukan perhitungan agar tidak
terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Atuonwu. dkk.Optimizing Energy Efficiency in Low Temperature Drying by


Zeolite Adsorption and Process Integratio.Chemical Engineering
Transaction. volume 25. 2011.
Gaidhani K.A. (2015). Lyophilization / Freeze Drying. World Journal of
Pharmaceutical Research. 4(8). 516-54
Lian, Satria.2019. Pengeringan Benda Padat, Laporan, Laboratorium Dasar
Teknik Kimia, Program Studi D-III Teknik Kimia, Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik, Universitas Riau, 2022.
Setyopratomo P. 2012. Produksi asam lemak dari minyak kelapa sawit dengan
proses hidrolisis. Jurnal Teknik Kimia. 7(1): 26-31.
LAPORAN SEMENTARA

Kelompok V :
1. Muhammad Akbar 2007034769
2. Agus Parlindungan Pasaribu 2007035935
3. Chantika Maharani 2007036668
4. Alya Az Zahra 2007036175
Kelas : D3 Teknik Kimia
Judul percoban : Pengeringan Benda Padat

Percobaan 1 :
Data pegukuran kadar air :
Berat cawan kosong W₀ = 37,10 gr

Tabel A.1 Data Pengukuran Kadar Air


No Waktu (menit) Berat cawan dan pasir (gr)
1 0 87,10
2 30 82,50
3 50 80,64
4 60 79,79
5 65 79,69
6 70 76,69

Data Percobaan :
Berat tray, WT = 341,50
Berat pasir basah dalam tray ,Wm = 600 gr
Ukuran tray : panjang =27,5 cm, lebar = 18,5 cm

Tabel A.2 Hasil Pengukuran Pengeringan Percobaan 1


No Waktu (menit) Berat tray dan pasir (gr)
1 0 941,50
2 10 938,65
3 20 935,46
4 30 927,34
5 40 918,08
6 50 915,82
7 60 913,85
8 70 909,75
9 80 909,74

Asisten Laboratorium Praktikan

Azni Febrianti Zulma Alya Az Zahra


LAMPIRAN B
LEMBAR PERHITUNGAN

B.1 Penentuan Kadar Air

1. Perhitungan Persen (%) Berat Air di Pasir Awal.


Wb = (Berat cawan + pasir mula-mula) – W0
= 87,10 gr - 37,10 gr
Wb = 50gr = 0,05 kg
Wc = (Berat cawan + pasir konstan) – W0
= 79,69 gr – 37,10 gr
= 42,59 gr = 0,04259 kg
Wb−Wc
% Berat Air di pasir mula−mula= x 100 %
Wb
0,05 kg−0,0425 kg
% Berat Air di Pasir mula−mula= x 100 %
0.05 kg
% Berat Air di Pasir mula – mula = 14,82%
Lakukan hal yang sama untuk percobaan selanjutnya.

B.2 Penentuan Kecepatan Pengeringan Berdasarkan Data Percobaan.


Run 1 Tray 1 1 (Air Flow Pada Skala 5 dan Temperatur Pada Skala 8)

% Berat Air Di Pasir Mula-Mula : 14,82%


Berat tray (WT) : 341,50 g = 0,341 kg
Pasir Basah dalam Tray (Wm) : 0.6 kg
Berat Tray + pasir masuk tray (W0) : 941,50 g = 0,941 kg
Panjang Tray : 27,5 cm = 0,275 m
Lebar Tray : 18,5 cm = 0,185 m
Luas Tray (A) : 0,275 m x 0,185 m = 0,05 m2
Beda Waktu ∆t : 10 menit = 0,167 jam
Pasir Kering (Ls) : 0,511 kg

1. Pada waktu t =0
∆t = 0,167 jam

Pasir basah = W0 - WT
= (0,941 – 0,341) kg

= 0,6 kg

Pasir kering (Ls) = (100% - % air mula-mula) × Wm

= (100 % - 14,82 %) x 0,6 kg

= 0,511 kg

(massa pasir basah – massa pasir kering)


Kadar Air (X1) =
masa pasir basah

= (0,6 - 0,511) kg / 0,6 kg

= 0,1483

∆X = 0

−Ls Δx
N¿ =0
A Δt

2. Pada waktu t = 10 menit


∆t = 0,167 jam

Pasir basah = W0 - WT

= (0,938 – 0,341) kg

= 0,597 kg

Pasir kering (Ls) = (100% - % air mula-mula) × Wm

= (100 % - 14,82 %) x 0,6 kg

= 0,3125 kg

(massa pasir basah – massa pasir kering)


Kadar Air (X2) =
masa pasir basah

= (0,597 - 0,511) kg / 0,597 kg

= 0,1440

∆X = X2 - X1

= 0,1440 – 0,1483
= - 0,01

−Ls Δx
N¿ =0
A Δt

( 0,511 kg )(−0,0043 ) 2
N¿− =0,26 kg/m jam
( 0,05 m ) ( 0,167 jam )
2

Lakukan hal yang sama pada percobaan selanjutnya.


LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

Gambar C.1 menimbang pasir Gambar C.2 pasir diratakan di tray

Gambar C.3 Tray dimasukkan kedalam dryer


Gambar C.4 Pengukuran Suhu Udara Gambar C.5 Pengukuran Laju Alir
Menggunakan Psychrometer Udara Menggunakan Anemometer

Gambar C.4 Pengaturan Temperature Pada Tray Dryer

Anda mungkin juga menyukai