Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

KEGAWATDARURATAN

PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER & TERSIER PADA KASUS GAGAL NAFAS,


ASIDOSIS METABOLIK, & STATUS ASATIKUS

Disusun Oleh :

Mujida Nur Santi

201701024

3A Keperawatan

PROGRAM STUDI NERS S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa, atas berkat
rahmat dan hidayatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas III Kegawatdaruratan ini
tepat pada waktunya. penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini banyak
kekurangannya, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun dari pembaca.

Toli-Toli, 07 April 2020

Penulis
A. GAGAL NAFAS

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya yang dilakukan pada orang yang


mempunyai risiko agar tidak terjadi gagal napas. Orang yang berisiko tinggi untuk
mengalami gangguan paru-paru adalah hipoventilasi, adanya trauma pada lesi
batang, penyakit paru-paru lainnya.

Pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah:

a) Mengatur pola konsumsi protein.

b) Sedikit mengkonsumsi garam. Pola konsumsi garam yang tinggi akan


meningkatkan ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat menumpuk dan
membentuk kristal.
c) Mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah


orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit dan
menghindarkan komplikasi. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara
mendeteksi penyakit secara dini dan pengobatan secara cepat dan tepat. Tujuan
pencegahan sekunder adalah untuk mengobati penderita dan mengurangi akibat-
akibat yang lebih serius dari penyakit yaitu melalui diagnosis dini dan pemberian
pengobatan.

a) Diagnosis Dini
Untuk menetapkan diagnosis dini pada pasien adalah dengan pemeriksaan
faal paru, radiologis, analisis gas darah, dan defisiensi AAT.

b) Pemeriksaan Faal Paru


Pemeriksaan faal paru adalah pemeriksaan untuk mengetahui apakah
seseorang mempunyai faal paru yang normal atau mengalami gangguan.
Gangguan faal paru pada PPOK adalah obstruksi (hambatan aliran udara
ekspirasi). Faal paru seseorang meningkat mulai sejak dilahirkan sampai
mencapai nilai maksimal pada umur antara 19-21 tahun, kemudian menurun
secara bertahan. Penurunan faal paru juga terjadi pada orang normal sebesar
30 ml pertahun untuk nilai Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1).
Pemeriksaan faal paru sangat berguna untuk menunjang diagnose penyakit,
melihat laju perjalanan penyakit, evaluasi pengobatan, dan menemukan
prognosis penyakit. Pemeriksaan dengan menggunakan alat spirometri sangat
dianjurkan karena sederhana dan akurat.

c) Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto dada sangat membantu dalam menegakkan atau
menyokong diagnosis dan menyingkirkan penyakit-penyakit lain. Pada
emfisema gambaran yang paling dominan adalah radiolusen paru yang
bertambah , dan pembuluh darah paru mengalami penipisan atau menghilang.
Selain itu dapat juga ditemukan pendataran diafragma dan pembesaran rongga
retrosternal. Pada bronchitis kronik tampak adanya penambahan
bronkovaskular dan pelebaran dari arteri pulmonalis, disamping itu ukuran
jantung juga mengalami pembesaran.

d) Pemeriksaan Analisis Gas Darah


Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien-pasien dengan nilai VEP1 < 40%
prediksi, pasien dengan gagal jantung kanan serta pasien yang secara klinis
dicurigai adanya gagl napas. Diaktakan adanya gagal napas apabila dari
analisis gas darah didapat nilai tekanan parsial O 2 (PaO2) kurang dari 60
mmHg, dengan atau tanpa adanya peningkatan tekanan parsial CO2 (PaCO2)
lebiih dari 45 mmHg.

e) Pemeriksaan Defisiensi Alfa – 1 Antiripsin (AAT)


Pemeriksaan dilakukan dengan skrinning adanya defisiensi alfa – 1
antiripsin pada pasien yang mengalami PPOK sebelum berusia 45 tahun atau
pasien dengan riwayat keluarga PPOK. Pemeriksaan kadar AAT di dalam
darah dengan metode Imuno-turbidimetri. Nilai normal AAT adalah 200-400
mg/100cc. Kadar dibawah 20% dari normal menunjukkan bahwa pasien
homozigot defisiensi AAT. Kadar diatas 20% tidak ada pengaruhnya terhadap
perkembangan PPOK.
f) Pengobatan
Adapun pemberian pengobatan terhadap penderita PPOK meliputi:
bronkodilator, kortikosteroid, antibiotik, pemberian oksigen dan pembedahan.
1) Bronkodilator
Bronkodilator adalah obat utama dalam penatalaksanaan PPOK.
Bronkodilator utama pada PPOK adalah agonis beta-2, antikolinergik,
teofilin atau kombinasi obat tersebut.
2) Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid inhalasi secara regular hanya boleh
diberikan pada pasien yang telah tercatat dari hasil spirometri berespon
terhadap steroid, atau pada pasien yang VEP1 < 50%. Dapat juga
diberikan dalam bentuk oral dengan dosis tunggal prednisone 40mg/hari
paling sedikit selama 2 minggu, maka pengobatan kortikosteroid
sebaiknya dihentikan. Pada pasien yang menunjukkan perbaikan, maka
harus dimonitor efek samping dari kortikosterois pada penggunaan jangka
lama.
3) Antibiotik
Antibiotik merupakan salah satu obat yang sering digunakan dalam
penatalaksanaan PPOK. Pemberian antibiotik dengan spectrum yang luas
pada infeksi umum yang disebabkan oleh Streptococcus pneumonia,
Haemophilus influenza dan Mycoplasma.

4) Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen jangka panjang terhadap PPOK pada anlisis gas
darah didapatkan. Pemberian oksigen jangka panjang (lebih dari 15
jam/hari) pada pasien dengan gagal nafas kronis dapat meningkatkan
survival, memperbaiki kelainan hemodinamik, hemotologis, meningkatkan
kapasitas exercise dan memperbaiki status mental.
5) Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada PPOK berat dan tindakan
operasi diambil apabila diyankini dapat memperbaiki fungsi paru atau
gerakan mekanik paru. Jenis operasi pada PPOK adalah bullectomy, Lung
Voleme Reduction Surgery (LVRS) dan transpalantasi paru.
3. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier yang dilakukan pada penderita RF adalah untuk mencegah


kecacatan/kematian, mencegah proses penyakit lanjut dan rehabilitasi.
Rehabilitasi yang dapat dilakukan dapat berupa rehabilitasi fisik, social dan
psikologi. Pencegahan tersier terus diupayakan selama penderita RF belum
meninggal dunia. Tujuan pencegaha tersier adalah untuk mengurangi
keridakmampuan dan mengadakan rehabilitasi.

Pencegahan tersier meliputi:

a) Rehabilitasi Psikis

Rehabilitasi psikis bertujuan memberikan motivasi pada penderita untuk


dapat menerima kenyataan bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan
bahkan akan mengalami kecemasan, takut dan depresi terutama saat
eksaserbasi. Rehabilitasi psikis juga bertujuan mengurangi bahkan
menghilangkan perasaan tersebut.

b) Rehabilitasi Pekerjaan

Rehabilitasi pekerjaan dilakukan untuk menyelaraskan pekerjaan yang


dapat dilakukan penderita sesuai dengan gejala dan fungsi paru penderita.
Diusahakan menghindari pekerjaan yang memiliki resiko terjadi perburukan
penyakit.

c) Rehabilitasi Fisik
Penderita PPOK akan mengalami penurunan kemampuan aktivitas fisik
serta diikuti oleh gangguan pergerakan yang mengakibatkan kondisi inaktif dan
berakhir dengan keadaan yang tidak terkondisi. Tujuan rehabilitasi fisik yang
utama adalah memutuskan rantai tersebut sehingga penderita tetap aktif.
B. ASIDOSIS METABOLIK

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang


sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.Tujuan dari
pencegahan primer adalah untuk mengurangi insidensi penyakit dengan cara
mengendalikan penyebab-penyebab penyakit dan faktor-faktor resikonya.
Pecengahan primer meliputi:
a) Kebiasaan merokok harus dihentikan
b) Memakai alat pelindung seperti masker di tempat kerja (pabrik) yang
terdapat Asap mesin, debu.
c) Membuat corong asap di rumah maupun di tempat kerja (pabrik)
d) Pendidikan tentang bahaya-bahaya yang ditimbulkan.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan pencegahan agar yang sakit dapat sembuh.


Pencegahan yang dapat dilakukan pada asidosis metabolik yaitu dengan
melakukan dignosis dini, memberi obat-obatan seperti : natrium bikarbonat,
antibiotik, cairan infus, atau oksigen.

3. Pencegahan Tersier

Tujuan pencegaha tersier adalah untuk mengurangi keridakmampuan dan


mengadakan rehabilitasi.

Pencegahan tersier meliputi:

a) Rehabilitasi Psikis

Rehabilitasi psikis bertujuan memberikan motivasi pada penderita untuk


dapat menerima kenyataan bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan
bahkan akan mengalami kecemasan, takut dan depresi terutama saat
eksaserbasi. Rehabilitasi psikis juga bertujuan mengurangi bahkan
menghilangkan perasaan tersebut.
b) Rehabilitasi Pekerjaan

Rehabilitasi pekerjaan dilakukan untuk menyelaraskan pekerjaan yang


dapat dilakukan penderita sesuai dengan gejala dan fungsi paru penderita.
Diusahakan menghindari pekerjaan yang memiliki resiko terjadi perburukan
penyakit.

c) Rehabilitasi Fisik
Penderita PPOK akan mengalami penurunan kemampuan aktivitas fisik
serta diikuti oleh gangguan pergerakan yang mengakibatkan kondisi inaktif dan
berakhir dengan keadaan yang tidak terkondisi. Tujuan rehabilitasi fisik yang
utama adalah memutuskan rantai tersebut sehingga penderita tetap aktif.

C. STATUS ASMATIKUS

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer meliputi pencegahan periode prenatal dan periode


postnatal.

Pencegahan perinatal seperti : Menghindari makanan yang bersifat allergen


pada ibu hamil dengan resiko tinggi tetapi pada prinsipnya belum ada pencegahan
primer yang dapat direkomendasikan untuk dilakukan.

Periode postnatal seperti : Diet menghindari allergen pada ibu menyusui resiko
tinggi menurunkan resiko dermatitis atopik pada anak

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder pada status asmatikus yaitu mencegah yang sudah


tersensitisasi untuk tidak berkembang menjadi asma. Contohnya adalah pemberian
anti histamin H-1 dalam menurunkan onset mengi pada penderita anak dermatitis
atopik.

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier yaitu pencegahan agar tidak terjadi serangan atau


bermanifestasi klinis pada penderita yang sudah menderita asma. Contohnya
menghindari allergen yang menyebabkan tercetusnya serangan asma.
DAFTAR PUSTAKA

Http://id.scribd.com/document/441252394/334841841-pencegahan-primer-sekunder-
dan-tersier-docx Di Akses Pada Senin, 06 April 2020

https://id.scribd.com/doc/241695901/makalah-kasus-III-Gagal-Nafas Di Akses Pada


Senin, 06 April 2020

Anda mungkin juga menyukai