Anda di halaman 1dari 6

The 6th University Research Colloquium 2017

Universitas Muhammadiyah Magelang

Validasi Metode Penetapan Kadar Asetosal dan Dipiridamol


secara KLT Densitometri Fase Terbalik

Wahyu Utami1*, Fatika Araiz2, Dedi Hanwar3


Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
*Email: wahyu.utami@ums.ac.id

Abstrak
Keywords: Kombinasi asetosal dan dipiridamol digunakan untuk penyakit trombotik
KLT densitometri; karena dapat mengurangi trombosis, terutama pada stroke iskemik.
asetosal; dipiridamol; Penelitian ini menggunakan metode KLT densitometri untuk menetapkan
validasi metode kadar asetosal dengan dipiridamol dalam sediaan farmasi. Kedua senyawa
dipisahkan menggunakan fase terbalik dengan metanol:ammonia (100:1,5)
sebagai fase gerak dan C18 sebagai fase diam. Deteksi dilakukan pada
panjang gelombang 280 nm. Validasi metode ditinjau dari parameter
validasi akurasi (% recovery), ripitabilitas (RSD), linieritas (r), dan
sensitivitas (LOD dan LOQ). Diperoleh hasil nilai % recovery untuk
asetosal adalah 91,0% dan untuk dipiridamol sebesar 123,70%. Nilai RSD
sebesar 2,73% untuk asetosal, sedangkan dipiridamol sebesar 3,17%. Nilai
r 0,971 dan 0,982, masing-masing untuk asetosal dan dipiridamol.
Selektivitas dan sensitivitas metode KLT densitometri lebih tinggi pada
asetosal dibandingkan pada dipiridamol dengan LOD dan LOQ asetosal
0,57 mg/mL dan 1,73 mg/mL, sedangkan dipiridamol sebesar 0,79 mg/mL
dan 2,42 mg/mL.

1. PENDAHULUAN Metode KLT densitometri terbukti


Asetosal dan dipiridamol merupakan memiliki hasil validasi yang baik untuk
kombinasi obat yang digunakan untuk penetapan kadar asetosal dalam tablet salut
mengurangi trombosis pada pasien dengan enterik dengan nilai presisi, akurasi, linearitas,
penyakit trombotik, terutama stroke iskemik. selektivitas dan ketangguhan yang memenuhi
Kedua obat tersebut memiliki aktivitas sebagai syarat keberterimaan [11] serta merupakan
antiplatelet [1]. Beberapa metode analisis telah metode yang selektif untuk menetapkan
dilakukan pada penelitian sebelumnya dalam konsentrasi dipiridamol dalam serum [12].
menetapkan kadar kombinasi kedua obat yaitu Namun, validitas metode KLT densitometri
RP-UPLC [2]; RP-HPLC [3,4]; dan pada penetapan kadar kombinasi dipiridamol
spektrofluorometri [4,5]. Kedua obat secara dengan asetosal belum diketahui. Penelitian ini
tunggal dapat ditetapkan kadarnya ditujukan untuk memastikan atau mengukur
menggunakan spektrofotometri UV [6,8] validitas metode KLT densitometri dalam
maupun spektrofotometri visibel [9,10]. penetapan kadar kombinasi asetosal dengan
Metode analisis yang paling sering digunakan dipiridamol menggunakan fase terbalik
adalah HPLC karena memiliki validitas yang sehingga dapat digunakan sebagai metode
baik [3]. alternatif dan pengkayaan data ilmiah.
Validitas metode ditinjau dari parameter

483
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

ketepatan (akurasi), ketelitian (presisi), Tabel 2. Campuran Baku Asetosal dan


sensitivitas serta linearitas. Dipiridamol
Volume
Asetosal Dipiridamol
2. METODE C pengambilan
(mg/mL) (mg/mL)
(ad metanol 1 mL)
2.1. Bahan dan Alat C1 2 3
Bahan : Larutan standar asetosal C2 500 µL C1 1 1,5
(SIGMA), larutan standar dipiridamol C3 500 µL C2 0,5 0,75
(SIGMA), tablet Persantin® 75 mg C4 500 µL C3 0,25 0,375
C5 500 µL C4 0,125 0,1875
dipiridamol (Boehringer Ingelheim) dan
C6 500 µL C5 0,0625 0,09375
tablet Thrombo Aspilet® 80 mg (Medifarma
C : Konsentrasi
Laboratories), metanol (Merck), ammonia
(Merck), air, asetonitril (Merck), orto asam
Optimasi Panjang Gelombang:
fosfat (Merck) dan plat KLT C18.
Panjang gelombang maksimum diketahui
Alat : KLT densitometer (Shimadzu),
dengan melihat spektrum bercak analit pada
bejana kromatografi (Pyrex), neraca analitik
panjang gelombang antara 200-400 nm.
(Ohauss), mikropipet (Scorex), sentrifugasi,
Validasi Metode: Parameter-parameter
vortex dan alat-alat gelas (Pyrex).
validasi yang dilakukan ini adalah akurasi,
ripitabilitas, linearitas, sensitivitas, dan
2.2. Jalannya Penelitian
selektivitas.
Optimasi Fase Gerak: Fase gerak yang
dipilih pertama adalah 0,1% orto asam fosfat-
2.2.1. Akurasi
asetonitril [3]; kedua, air-asetonitril-orto
Ditimbang untuk 4 kelompok
asam fosfat [4]; dan yang ketiga adalah
konsentrasi dan ditambah larutan baku
metanol-amonia [13] dengan perbandingan
dipiridamol dan asetosal (Tabel 3)
tertentu sesuai Tabel 1 sampai didapatkan
kemudian dihitung nilai RSD dan recovery.
pemisahan yang optimal.
2.2.2. Ripitabilitas
Ripitabilitas diambil dari data akurasi,
Tabel 1. Komposisi Fase Gerak
Fase Gerak Komposisi yaitu 4 kelompok perlakuan masing-masing
Metanol : ammonia 100 : 1,5 direplikasi sebanyak 3x [14]. RSD
Air : asetonitril : orto asam 70 : 30 : 5 ripitabilitas merupakan variasi kadar dari
fosfat 65 : 35 : 2 setiap kelompok perlakuan.
85 : 15 : 5
2.2.3. Linearitas
0,1% orto asam fosfat : 1:1
asetonitril 3:1 Sampel ditimbang sesuai Tabel 3,
9:1 kemudian ditotolkan 7,5 µL pada plat C18
dan dielusi dengan fase gerak, luas area
Pembuatan Larutan Baku: dibaca pada λ 280 nm. Regresi linear antara
Konsentrasi asetosal yang dibuat adalah 2 konsentrasi vs luas area.
mg/mL dan dipiridamol 3 mg/mL dalam
pelarut metanol. Seri larutan baku campuran Tabel 3. Penimbangan Bahan
dibuat dengan pengeceran bertingkat seperti Validasi Metode Linearitas Akurasi
tertera dalam Tabel 2. Bobot Sampel 70%-130% 100,0 mg
Penambahan zat
- 80%-120%
aktif
Penambahan
ad 25 mL ad 25 mL
metanol

484
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

2.2.4. LOD dan LOQ dikarenakan kedua senyawa memiliki panjang


Nilai LOD dan LOQ dihitung secara gelombang maksimal yang mendekati 280 nm,
statistik berdasarkan persamaan regresi sehingga asetosal dan dipiridamol dapat
linear kurva baku [14]. memberikan serapan yang optimal pada
2.2.5. Selektivitas panjang gelombang tersebut ketika dilakukan
Selektivitas diambil dari nilai intercept scanning secara bersamaan.
persamaan kurva baku asetosal dan
3.1. Akurasi
dipiridamol yang diperoleh.
Nilai recovery yang diperoleh sudah
cukup bagus walaupun menurut BPOM RI
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
[14] belum masuk dalam rentang
Fase gerak yang optimal untuk keberterimaan (Tabel 4) sehingga masih
memisahkan kombinasi senyawa asetosal dan perlu dilakukan perbaikan dalam hal optimasi
dipiridamol adalah metanol:amonia (100:1,5) pelarut dan fase gerak. Pelarut yang
dengan nilai Rf asetosal 0,88 dan nilai Rf digunakan mempengaruhi jumlah analit yang
dipiridamol 0,65 pada fase diam C18. Asetosal terekstraksi dalam sampel. Ekstraksi yang
terelusi lebih jauh dibanding dipiridamol, tidak maksimal menyebabkan nilai recovery
menandakan bahwa asetosal memiliki polaritas asetosal kecil. Kecilnya nilai recovery juga
yang lebih tinggi dibanding dipiridamol. dapat disebabkan karena pengaruh degradasi
Adanya dua gugus N siklik yang bersifat non asetosal dalam pelarut metanol. Penelitian
polar pada dipiridamol menyebabkan polaritas terbaru dari Skibinski and Komsta [16]
dipiridamol menjadi lebih rendah. Asetosal menyebutkan bahwa pelarut organik metanol
memiliki bobot molekul lebih kecil dari dan etanol merupakan pelarut yang tidak
dipiridamol dengan nilai 180,159 g/moL untuk stabil karena dapat mendegradasi sekitar 60%
asetosal dan 504,636 g/moL untuk dipiridamol asetosal dalam waktu 12 jam. Metanol yang
[15], sehingga menyebabkan asetosal lebih digunakan memiliki pengaruh yang besar
mudah terelusi dibanding dipiridamol. dalam nilai perolehan kembali asetosal,
sehingga perlu adanya perbaikan dalam
pemilihan pelarut.
Dipiridamol memiliki nilai recovery
yang besar. Hal ini kemungkinan dipengaruhi
oleh adanya senyawa pengotor dari zat
tambahan tablet yang memiliki polaritas dan
gugus kromofor yang mirip dengan
dipiridamol sehingga dapat menyebabkan
luas area dipiridamol menjadi besar ketika
dibaca di sinar UV. Oleh karena itu, optimasi
pelarut dan fase gerak diperlukan agar hanya
Gambar 1. Peak Panjang Gelombang Maksimal analit saja yang terlarut dan terelusi.
(a) Asetosal (b) Dipiridamol 3.2. Ripitabilitas
Penelitian yang dilakukan menunjukkan
Aspirin menunjukkan dua absorbansi metode KLT densitometri memiliki nilai
maksimal pada 225 nm (λ-1) dan 278 nm (λ-2), ripitabilitas yang baik dalam menetapkan
sedangkan dipiridamol menunjukkan dipiridamol maupun asetosal menurut Nash
absorbansi maksimal pada 284 nm (Gambar 1). and Wachter [17], namun belum memenuhi
Pemilihan panjang gelombang 280 nm persyaratan dari BPOM RI [14] (Tabel 4).

485
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

Penelitian ini menggunakan campuran


asetosal dan dipiridamol dari dua tablet yang r = 0,971 r = 0,982
berbeda, hal ini dapat menyebabkan
terjadinya campuran yang tidak homogen

Luas area
yang dapat memperbesar variasi pengukuran. Asetosal

Kandungan zat aktif dalam sampel juga harus Dipiridamol


diperhatikan. Menurut Farmakope IV
menyebutkan bahwa tablet salut enterik
asetosal mengandung 95%-105% zat aktif Kadar (mg/mL)
dari kadar yang ada pada klaim [18].
Perbedaan kandungan zat aktif dari masing-
Gambar 2. Grafik Parameter Linearitas
masing tablet akan mempengaruhi kadar
yang diperoleh, sehingga mempengaruhi 3.4. LOD dan LOQ
nilai keterulangan yang dihasilkan. LOD dari asetosal 0,57 mg/mL dan
dipiridamol 1,73 mg/mL, sedangkan LOQ
Tabel 4. Hasil Parameter Validasi Asetosal dan asetosal adalah 0,79 mg/mL dan dipiridamol
Dipiridamol 2,42 mg/mL. Nilai LOD dan LOQ asetosal
Aseto Dipiridam
Parameter Validasi lebih kecil daripada dipiridamol sehingga
sal ol
Akurasi recovery (%) 91,0 123,70 metode KLT densitometri memiliki
RSD (%) 4,65 5,71 sensitivitas lebih tinggi dalam menetapkan
Ripitabilitas RSD (%) 2,73 3,17 asetosal dibandingkan dipiridamol.
Linearitas R 0,971 0,982
Sensitivitas LOD (mg/mL) 0,57 0,79 3.5. Selektivitas
LOQ (mg/mL) 1,73 2,42
Nilai intercept (a) yang diperoleh
Keterangan : Syarat keberterimaan yang
menunjukkan bahwa asetosal memiliki nilai a
ditetapkan oleh BPOM RI (14) untuk akurasi
= 36,4 dan dipiridamol 222,5. Ini berarti
dengan recovery 98%-102% dan RSD ≤ 2%;
dengan konsentrasi 0, suatu metode KLT
linearitas dengan r > 0,98; ripitabilitas dengan
densitometri memberikan respon berupa luas
RSD < 2% atau menurut Nash and Wachter (17)
area sebesar 36,4 untuk asetosal dan 222,5
dengan RSD < 3,7%.
untuk dipiridamol. Nilai intercept ini
3.3. Linearitas menunjukkan bahwa KLT densitometri
Linearitas dikatakan baik apabila respon kurang selektif dalam menetapkan kadar
dari suatu metode proporsional terhadap kedua senyawa. Suatu metode dikatakan
konsentrasi sampel dengan nilai r > 0,98 [14]. selektif apabila nilai intercept yang diperoleh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa r 0 atau mendekati 0. Selektivitas untuk
asetosal = 0,971 dan r dipiridamol = 0,982, asetosal lebih baik dibanding dipiridamol
terlihat bahwa semakin besar konsentrasi dilihat dari nilai intercept asetosal yang lebih
asetosal dan dipiridamol maka luas area yang kecil. Kurang selektifnya KLT densitometri
dihasilkan semakin besar (Gambar 2). Nilai dalam menetapkan kadar asetosal dan
keduanya sudah cukup baik dan cukup linear dipiridamol disebabkan karena dalam
walaupun nilai r asetosal masih dibawah nilai penelitian tidak dilakukan pembacaan luas
keberterimaan, namun sudah mendekati area blanko saat pengukuran pada
persyaratan yang ditetapkan. densitometer sehingga menyebabkan nilai
intercept menjadi besar.

486
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

4. KESIMPULAN Pharmaceutical Formulation. Indian E-


Metode KLT densitometri belum Journal Pharm Sci. 2015;1(1):40–4.
memenuhi semua parameter-parameter [7] Motan G, Pui A. Studies of Different
validasi dalam menetapan kadar kombinasi Types of Aspirin by Spectrophotometric
asetosal dan dipiridamol pada sediaan farmasi Methods. Acta Chem Iasi.
dan masih memerlukan suatu perbaikan dalam 2014;22(2):155–64.
optimasi pelarut, optimasi fase gerak dan [8] Toledo RA de, Castilho M, Mazo LH.
pembacaan blanko. Determination of Dipyridamole in
Pharmaceutical Preparations using Square
REFERENSI Wave Voltammetry. J Pharm Biomed
Anal. 2005;36:1113–7.
[1] Diener HC, Cunha L, Forbes C, Sivenius J,
[9] Mohammed SS. Comparative Analytical
Smets P, Lowenthal A. European Stroke
Study for Determination of Acetylsalicylic
Prevention Study 2 . Dipyridamole and
Acid in Bulk and in Pharmaceutical
Acetylsalicylic Acid in the Secondary
Formulations. J Al-Nahrain Univ.
Prevention of Stroke. J Neurol Sci.
2013;16(1):1–10.
1996;143:1–13.
[10] Shoukry AF, Ghani NTA, Issa YM,
[2] Rajput AP, Sonanis MC. Development and
Wahdan OA. Spectrophotometric
Validation of A Rapid RP-UPLC Method
Determination of Dipyridamole and
For the Determination of Aspirin and
Chlorpheniramine Maleate using Some
Dipyridamole in Combined Capsule
Chromotropic Acid Azo Dyes. Anal Lett.
Formulation. Int J Pharm Pharm Sci.
2001;34(10):1689–701.
2011;3(2):156–60.
[11] Bochenska P, Pyka A. Determination of
[3] Prakash K, Kalakuntla RR, Sama JR.
Acetylsalicylic Acid in Pharmaceutical
Rapid and Simultaneous Determination of
Drugs by TLC with Densitometric
Aspirin and Dipyridamole in
Detection in UV. J Liq Chromatogr Relat
Pharmaceutical Formulations by
Technol. 2012;35:1346–63.
Reversed-Phase High Performance Liquid
[12] Steyn JM. Spectrofluorimetric
Chromatography ( RP-HPLC ) Method.
Determination of Dipyridamole in Serum-
African J Pharm Pharmacol.
A Comparison of Two Methods. J
2011;5(2):244–51.
Chromatogr. 1979;164:487–94.
[4] Hammud HH, El Yazbi FA, Mahrous ME,
[13] Moffat AC, Osselton MD, Widdop B.
Sonji GM, Sonji NM. Stability-Indicating
Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons.
Spectrofluorimetric and RP-HPLC
4th ed. Lambeth High Street, London, UK:
Methods for the Determination of Aspirin
Pharmaceutical Press; 2011. p. 614.
and Dipyridamole in their Combination.
[14] BPOM RI. Petunjuk Operasional
Open Spectrosc J. 2008;2:19–28.
Penerapan Pedoman Cara Pembuatan
[5] Umapathi P, Parimoo P, Thomas SK,
Obat yang Baik 2012. Jakarta: Badan
Agarwal V. Spectrofluorometric
Pengawas Obat dan Makanan; 2013. p. 606
Estimation of Aspirin and Dipyridamole in
and 608.
Pure Admixtures and in Dosage Forms. J
[15] Pubchem. Pubchem Open Chemistry
Pharm Biomed Anal. 1997;15:1703–8.
Database [Internet]. 2017 [cited 2017 Jan
[6] Digambar MA, Gorakhnath H, Ritesh B.
22]. Available from:
Zero Order and Area Under Curve
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compou
Spectrophotometric Methods for
nd
Determination of Aspirin in
[16] Skibinski R, Komsta L. The Stability and

487
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

Degradation Kinetics of Acetylsalicylic


Acid in Different Organic Solutions
Revisited - An UHPLC - ESI- QTOF
Spectrometry Study. Curr Issues Pharm
Med Sci. 2016;29(1):39–41.
[17] Nash R., Wachter A. Pharmaceutical
Process Validation. New York: Marcel
Dekker; 2003. p. 109
[18] Depkes RI. Farmakope Indonesia. Edisi
IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 1995.

488

Anda mungkin juga menyukai