Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PKN

PENERAPAN SIKAP TOLERANSI


BERAGAMA DI INDONESIA

OLEH:
ELISABETH KRISTANTI AD (3K201201)
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita

semua, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan makalah yang

berjudul “Penerapan Sikap Toleransi Beragama di Indonesia”

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya

bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman

dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, kritik dan

saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi terciptanya makalah

yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.


DAFTAR ISI
JUDUL.................................................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Masalah........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
BAB III PENUTUP & SARAN...........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk (pluralistik

society), Kemajemukannya tersebut antara lain ditandai oleh berbagai

perbedaan, baik perbedaan kehidupan politik, sosial, budaya, suku

bangsa, adat istiadat maupun agama. Salah satu fakta yang tidak dapat

kita pungkiri dalam kehidupan sosial adalah keragaman agama yang


dipeluk oleh masyarakat.

Memeluk suatu agama adalah meyakini suatu agama. Setiap

orang memiliki kebebasan memeluk suatu agama dan menjalankan

ibadat menurut agama dan kepercayaan yang diyakininya. Kita tidak

dibenarkan memaksakan suatu agama kepada seseorang. Seseorang

memutuskan memeluk suatu agama atas dasar kemerdekaan pribadi

yang dikaruniakan oleh Allah Swt sejak ia lahir atas dasar Negara kita

yang berdasarkan Pancasila diperincikan lagi ke dalam Undang-Undang

Dasar yang disebut UUD 1945 Pasal 29 ayat (2) yang berbunyi :

“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan

kepercayaannya itu.”

Pernyataan ini mengandung arti bahwa keanekaragaman

pemeluk agama yang ada di Indonesia diberi kebebasan untuk

melaksanakan ajaran agama sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Kebebasan yang demikian harus dilakukan agar tidak mengganggu

dan merugikan umat yang beragama lain, karena jika hal tersebut

terjadi akan membawa akibat yang dapat menggoyahkan persatuan dan

kesatuan bangsa.

Salah satu faktor yang berkontribusi nyata dalam menciptakan

suasana kehidupan manusia adalah agama. Agama, demikian perspektif

sosiologis, mempunyai peran dan fungsi ganda, bisa konstruktif dan bisa

pula destruktif. Secara konstruktif, ikatan agama sering melebihi ikatan


darah dan hubungan nasab atau keturunan. Maka karena agama, sebuah

komunitas atau masyarakat bisa hidup teguh bersatu, rukun, dan damai.

Sebaliknya, secara destruktif agama juga mempunyai kekuatan

memporak-porandakan persatuan bahkan dapat memutus ikatan tali

persaudaraan sedarah. Sehingga suatu konflik yang berlatarbelakang

agama sulit diprediksi kesudahannya.3 Jadi ini tergantung kepada

manusia itu sendiri, apakah mau hidup rukun dan damai atau sibuk

dengan konflik dan saling bertikai.

Pluralitas adalah sebuah keniscayaan bagi bangsa Indonesia.

Sepanjang sejarah bangsa ini justru berdiri kokoh karena ditopang oleh

berbagai perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang ada baik suku, agama,

ras, golongan ataupun keanekaragaman budaya seharusnya menjadi

tugas setiap warga Indonesia dalam menjaga dan membiarkan untuk

bertumbuh subur. Perbedaan juga bagaikan pedang bermata dua, sisi

negatif dan sisi positif. Sisi negatif, kadangkala perbedaan yang ada

dapat menjadi sumber konflik, terutama bila berhadapan dengan

kepentingan yang saling bertolak belakang antara satu sama lain. Tetapi

disisi lain, pluralitas memiliki potensi positif, terutama bila

keanekaragaman yang ada mampu dikelola secara baik sehingga

memiliki kekuatan dalam membangun kesejahteraan umum.

Sebagai manusia semua umat beragama mendambakan hidup

damai kendati dalam komunitas multiagama dan keyakinan. Namun,

kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama tersebut hanya


terwujud apabila setiap umat menghargai toleransi. Tanpa toleransi,

kerukunan antar umat beragama sulit bahkan tidak pernah terjadi.

Sungguh, hubungan toleransi dan kerukunan adalah bersifat kausalitatif

atau hubungan sebab akibat, maka toleransi adalah syarat mutlak bagi

terwujudnya kerukunan itu sendiri.

Dalam hubungannya dengan agama dan kepercayaan, toleransi

berarti menghargai, membiarkan, membolehkan kepercayaan agama

yang berbeda itu tetap ada, walaupun berbeda dengan agama dan

kepercayaan seseorang. Toleransi tidak berarti bahwa seseorang harus

melepaskan kepercayaannya atau ajaran agamanya karena berbeda

dengan yang lain, tetapi mengizinkan perbedaan itu tetap ada. Toleransi

menjadi jalan terciptanya kebebasan beragama, apabila kata tersebut

diterapkan pada orang pertama kepada orang kedua, ketiga dan

seterusnya. Artinya, pada waktu seseorang ingin menggunakan hak

kebebasannya, ia harus terlebih dahulu bertanya pada diri sendiri,

“apakah saya telah melaksanakan kewajiban untuk menghormati

kebebasan orang lain?” Dengan demikian, setiap orang akan

melaksanakan kebebasannya dengan bertanggung jawab. Agama-agama

akan semakin moderat jika mampu mempersandingkan kebebasan dan

toleransi. Kebebasan merupakan hak setiap individu dan kelompok yang

harus dijaga dan dihormati, sedang toleransi adalah kewajiban agama

dalam hidup bersama.

Oleh karena itu bangsa indonesia harus mampu membina dan


mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa dan harus dapat

menciptakan kerukunan bangsa, jangan terpecah belah karena agama

tapi harus berpegang teguh pada semboyan ‘’Bhineka Tunggal Ika’’.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Sikap Toleransi?

2. Bagaimana Penerapan Sikap Toleransi Beragama di Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui makna dari Sikap Toleransi.

2. Untuk mengetahui penerapan dari sikap toleransi umat beragama

masyarakat di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sikap Toleransi

Toleransi adalah sikap manusia untuk saling menghormati dan

menghargai perbedaan, baik antarindividu maupun kelompok. Untuk

menghadirkan perdamaian dalam keberagaman, perlu menerapkan sikap


toleransi.

Secara etimologi, toleransi berasal dari bahasa latin, 'tolerare' yang

artinya sabar dan menahan diri.  Sedangkan secara terminologi, toleransi

adalah sikap saling menghargai, menghormati, menyampaikan pendapat,

pandangan, kepercayaan kepada antarsesama manusia yang bertentangan

dengan diri sendiri. Berdasarkan arti secara bahasa, toleransi dapat

dimaknai sebagai kemampuan setiap orang untuk bersabar dan menahan

diri terhadap hal-hal yang tidak sejalan dengannya.

Dengan adanya sikap toleransi, konflik dan perpecahan

antarindividu maupun kelompok tidak akan terjadi. Banyak orang

menyebut toleransi sebagai kunci utama perdamaian yang patut dijaga. Hal

tersebut penting untuk diperhatikan mengingat bangsa Indonesia

mempunyai latar belakang perbedaan yang beragam, mulai keyakian,

suku, ras, hingga warna kulit.

Menurut para ahli, pengertian sikap toleransi antara lain:

1. Tillman

Toleransi menurut Tillman adalah sebuah sikap untuk

saling menghargai, melalui pengertian dengan tujuan untuk

kedamaian. Toleransi disebut-sebut sebagai faktor esensi dalam

terciptanya sebuah perdamaian.

2. Max Isaac Dimont


Menurut Dimont, Pengertian Toleransi adalah sikap untuk

mengakui perdamaian dan tidak menyimpan dari norma-norma

yang diakui dan berlaku. Toleransi juga diartikan sebagai sikap

menghormati dan menghargai setiap tindakan orang lain.

3. Friedrich Heiler

Menurut Heiler, pengertian toleransi adalah sikap seseorang

yang mengakui adanya pluralitas agama dan menghargai setiap

pemeluk agama tersebut. Ia menyatakan, setiap pemeluk agama

mempunyai hak untuk menerima perlakuan yang sama dari semua

orang.

Toleransi juga memiliki beberapa jenis yaitu:

1. Toleransi Beragama

Toleransi beragama adalah sikap saling menghormati dan

menghargai perbedaan agama yang ada dalam kehidupan. Dalam

beragama, contoh toleransi adalah dengan menghormati hak setiap

orang untuk memilih agamanya serta memberikan ruang bagi

mereka untuk menjalankan ibadah sesuai agamanya masing-

masing.

2. Toleransi Berbudaya

Di Indonesia yang memiliki ragam budaya, toleransi adalah

kunci untuk hidup rukun satu sama lain. Dengan toleransi, tidak
ada sikap merendahkan atau superioritas antarbudaya. Karena itu,

setiap orang harus mampu untuk memandang sama rata terhadap

budaya yang lain.

3. Toleransi Berpolitik

Toleransi ini lebih mengarah pada bagaimana setiap orang

dapat menghargai dan menghormati pendapat politik yang dimiliki

oleh orang lain. Dengan toleransi, setiap orang dapat sama-sama

menjaga hak politiknya masing-masing.

B. Toleransi Beragama di Indonesia

Sebagai Negara yang berlandaskan pancasila yang mengakui

keragaman, maka pemerintah berkewajiban dalam hal ini untuk

menjamin terciptannya kebebasan beragama, sebagaimana yang telah

diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Konstitusi

mengamatkan bahwa kebebasan beragama itu dijamin penuh oleh

Negara sebagai bagian dari prinsip. Negara kita yang mengakui

perbedaan. Pelarangan penggunaan jilbab bagi anggota Polwan tidak

hanya ditinjau dari segi kewajiban berjilbab itu sendiri juga harus

dipandang sebagai kebebasan bagi setiap warga negara untuk

menjalankan apa yang diyakininya tanpa mengabaikan kewajibannya

sebagai seorang abdi negara yang sejatinnya melaksanakan tugas dengan

profesional, bermoral, dan bersahaja.

Dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia


ada pada konstitusi kita, yaitu Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar

Tahun 1945 (“UUD 1945”): “Setiap orang bebas memeluk agama dan

beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran,

memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal

diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.”

Seluruh umat beragama harus memberikan konstribusi yang

nyata bagi pembangunan nasional yang dilaksanakan bangsa Indonesia.

Nilai-nilai religius harus dapat memberikan motivasi positif dan menjadi

arah tujuan dalam seluruh kegiatan pembangunan di Indonesia.

Peraturan dan kerjasama antar umat beragama mutlak diperlakukan.

Namun adalah soal hubungan antar umat beragama adalah soal yang

sangat peka. Banyak kejadian yang kadangkadang mengarah kepada

permusuhan dan penghancuran aset nasional disebabkan isu yang

dikaitkan dengan hubungan antar agama (disamping unsur lain yang

sering disebut SARA, suku, golongan). Walaupun sebenarnya setiap

umat agama mengajarkan kerukunan antar manusia dan antar umat

beragama. Kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah sangat

diperlukan bagi terciptannya stabilitas nasional dalam rangaka

pembangunan bangsa. Kerukunan ini harus didukung oleh kerukunan

antar umat beragama dan kerukunan intern umat beragama. Tugas

mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia adalah

tugas bersama seluruh umat beragama di Indonesia dan pemerintah.

Setiap individu dan kelompok umat beragama dalam kesehariannya


selalu terlihat dan berhubungan satu sama lain dan berbagai

kepentingan, perlu memahami secara benar dan tepat akan arti

kerukunan hidup umat beragama, bagi kepentingan mereka.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Sikap toleransi umat beragama dalam masyarakat di Indonesia

sangatlah penting, selain menjaga keharmonisan dan perbedaan,

penerapan toleransi beragama juga dapat meningkatkan tali

persaudaraan sebagaimana yang tertulis dalam “Bhineka Tunggal Ika’.

B. Saran

1) Bagi Pemerintah

Pemerintah hendaknya benar-benar mengayomi semua

pemeluk agama atau umat beragama secara adil.

2) Bagi Tokoh Agama

Untuk para pemuka agama agar memberikan pengertian

kepada jama’ahnya untuk menjaga hubungan baik dengan orang

yang berbeda keyakinan, dengan begitu para pemeluk agama

bisa mendalami ajaran agamanya masing-masing tanpa harus

menjelek-jelekkan agama lain.

3) Bagi Masyarakat

Setiap pemeluk agama agar memahami secara benar, taat

dan patuh menjalankan syariat agamanya dengan saling

bertoleransi antar umat beragama.

Anda mungkin juga menyukai