Anda di halaman 1dari 4

2.

2 STUDY KASUS

2.2.1 EFEKTIVITAS PSIKOEDUKASI PAIN MANAGEMENT DALAM MENGURANGI NYERI TUBUH PADA
DEWASA LANSIA DI POSYANDU LANSIA X

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas psikoedukasi pain management dalam.
mengurangi nyeri tubuh pada dewasa lansia di posyandu lansia X. Penelitian ini termasuk eksperimen
kuasi dengan jumlah partisipan 25 orang lansia yang merupakan anggota posyandu lansia X. Desain
penelitian yang digunakan adalah one group pretest posttest design. Alat ukur yang digunakan adalah
Geriatric Pain Measure dari Ferrell, Stein & Beck (2000) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa
indonesia. Analisa data menggunakan teknik statistik Paired T test dengan hasil sig 0,044 yang berarti
ada perbedaan skor nyeri yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikannya psikoedukasi pain
management pada.

2.2.2 Kepatuhan Penggunaan Obat pada Komunitas Pasien Lanjut Usia dengan Penyakit Kronis di
Kecamatan Muntilan Jawa Tengah

Pasien lanjut usia dengan penyakit kronis yang mendapatkan terapi jangka panjang, memiliki risiko lebih
tinggi untuk tidak patuh. Kepatuhan mempunyai arti penting untuk memastikan manfaat terapeutik
diterima oleh pasien. Namun, kepatuhan terhadap obat selalu menjadi masalah, terutama di kalangan
orang tua. Pasien lanjut usia dengan komorbiditas multipel, memiliki risiko ketidakpatuhan yang lebih
tinggi karena mereka menerima lebih dari satu macam obat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi tingkat kepatuhan pengobatan pada pasien lanjut usia dengan penyakit kronis.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional observasional yang dilakukan selama bulan April -
Juni 2019. Pengumpulan data dilakukan secara purposive sampling yang melibatkan 182 pasien lanjut
usia suku Jawa di Kecamatan Muntilan, Jawa Tengah. Metode pill count digunakan untuk mengukur
kepatuhan pasien. Pasien dengan tingkat kepatuhan rata-rata < 80 % dikategorikan sebagai tidak patuh.
Hubungan antara faktor pasien lanjut usia dengan tingkat kepatuhan minum obat dianalisis
menggunakan regresi sederhana. Dari hasil penelitian diperoleh tingkat kepatuhan pasien lanjut usia
terhadap terapi penyakit kronis dikategorikan tidak patuh dengan rata-rata 65,53 % ± 26,86%,
sementara faktor demografis dan faktor klinik lainnya dari pasien lanjut usia tidak terkait. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah kepatuhan minum obat pada pasien usia lanjut suku Jawa dikategorikan tidak
patuh

2.2.3 DUKUNGAN KELUARGA DAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

Bertambah usia akan diikuti dengan perubahan pada sistem organ tubuh, terutama pada lansia. akan
mengalami berbagai masalah kesehatan salah satunya adalah hipertensi Hipertensi adalah penyakit
degenaratif yang dapat menjadi pembunuh secara diam-diam, oleh sebab itu manajemen hipetensi
sangat dibutuhkan bagi lansia untuk menghindari komplikasi lanjut. Manajemen hipertensi dapat
terlaksana bila ada dukungan keluarga, karena keluarga dalah orang yang terdekat dengan lansia. Salah
satu dukungan keluarga yang dapat diberikan untuk membantu activity daily living lansia adalah
mengingatkan untuk rutin minum obat hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat. Desain penelitian ini deskriptif dengan pendekatan
cross sectional. Pengambilan sampling dengan menggunakan teknik proposive sampling. Pengumpulan
data dilakukan di Desa Karyawangi RT/RW 003/007 Kacamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat
dengan responden sebanyak 37 responden, menggunakan alat ukur kuesioner dukungan keluarga dan
Morisky 8-item Medication Adherence Questionnaire (MMAS-8) yang diisi oleh responden. Penelitian ini
menggunakan uji Spearmen. Hasil penelitian menunjukkan 26 orang (70.3%) memperoleh dukungan
keluarga yang rendah, dan sebanyak 25 orang (67.6%) patuh minum obat Hipertensi. Hasil analisis
statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat
dengan (p value 0,748). Saran yang dapat diberikan adalah bagi keluarga lansia penderita hipertensi
untuk tetap memberikan dukungan dalam mengingatkan lansia agar rutin minum obat. Untuk peneliti
selanjutnya melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan
minum obat

2.2.4 ANALISA KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DEWASA POLI PENYAKIT
DALAM DI RSUD KARAWANG

Hipertensi merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi. Adanya beberapa hal yang
menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, diantaranya usia, tidak dapat mengendalikan stress,
kualitas pelayanan kesehatan, polifarmasi. Salah satu penentu keberhasilan terapi adalah adanya
kepatuhan minum obat pada pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran tingkat
kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien dewasa dan hubungan antara faktor risiko dengan
jenis kelamin dan polifarmasi di RSUD Karawang. Penelitian ini merupakan penelitian Analitik dengan
desain cross sectional dimana sampel diambil dengan teknik Purposive Random Sampling. Dari 115
resep yang diperoleh selama penelitian, terdapat 31 pasien (27%) laki-laki dan 84 pasien (73%)
perempuan. Setelah dilakukan wawancara menggunakan kuesioner MMAS-8, didapatkan hasil sebanyak
(22,6%) patuh dan ( 77,4%) pasien dewasa tidak patuh. Dari hasil analisis berdasarkan uji Chi Square
dapat disimpulkan Jenis Kelamin (p=0,317) dan Polifarmasi (p=0,459) bukan fakor resiko terhadap
ketidakpatuhan minum obat hipertensi pada pasien dewasa. Kata Kunci: Hipertensi, Tingkat Kepatuhan,
Faktor Resiko

2.2.5 Profil Kerapuhan dan Masalah Terkait Obat pada Kelompok Lanjut Usia di Panti Jompo Kota
Surabaya

Kondisi klinis yang semakin rapuh dan masalah terkait penggunaan obat (MTO) cukup sering dijumpai
pada kelompok lanjut usia (lansia) yang tinggal di panti jompo. Sampai saat ini, belum banyak terdapat
informasi terkait kondisi kerapuhan dan MTO pada lansia yang tinggal di panti jompo di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan profil kerapuhan dan MTO pada lansia yang tinggal
di pantijompo kota Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan pada 3
(tiga) panti jompo di kota Surabaya. Kuesioner Integrated Systematic Care for older People (ISCOPE)
digunakan untuk mengidentifikasi profil kerapuhan partisipan penelitian. Beers Criteria, screening tool
of older person's prescriptions (STOPP), geriatric dosage handbook dan drug interactions analysis and
management digunakan untuk identifikasi dan analisis MTO pada penelitian ini. Beberapa MTO yang
dianalisis dalam penelitian ini adalah ketidaktepatan pemilihan obat, interaksi obat, dan ketidaktepatan
dosis. Total terdapat 68 orang lansia yang dilibatkan dalam penelitian ini dan sebanyak 41, 18 %
diklasifikasikan sebagai lansia rapuh. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya interaksi obat yang
bermakna klinis, namun demikian secara berturut-turut sebanyak 58,82% dan 19,12 % lansia
menggunakan dosis obat yang tidak tepat dan menggunakan obat yang sebaiknya dihindari. Temuan
terkait kondisi kerapuhan dan MTO pada lansia mengindikasikan perlunya strategi dan intervensi
berkesinambungan yang tepat untuk mengoptimalkan penggunaan obat pada lansia yang tinggal di
panti jompo

2.2.6 ANALISIS MASALAH TERKAIT OBAT PADA PASIEN LANJUT USIA PENDERITA OSTEOARTRITIS DI POLI
ORTOPEDI DI SALAH SATU RUMAH SAKIT DI BANDUNG

Osteoartritis (OA) adalah penyakit nyeri sendi yang paling sering ditemukan dan menjadi penyebab
kecacatan, terutama pada usia lanjut. Masalah medis yang kompleks yang umumnya ditemui pada
pasien lanjut usia, menyebabkan golongan usia ini rentan terhadap timbulnya masalah-masalah yang
berkaitan dengan obat yang dapat mempengaruhi hasil terapi. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi dan menilai kejadian masalah terkait obat pada pasien lanjut usia penderital
osteoartritis. Penelitian ini bersifat deskriptif, meliputi penetapan kriteria pasien, penetapan kriteria
obat, kriteria penggunaan obat, pengumpulan data dari rekam medik secara retrospektif, dan analisa
data. Hasil penelitian ditemukan jumlah pasien osteoartritis adalah 34 pasien, pasien terbanyak adalah
perempuan sebesar 70.6 %. Jumlah pasien berdasarkan penggunaan obat terbanyak adalah golongan
58.8%. NSAID yaitu natrium diklofenak sebanyak 58.8 %. Masalah terkait obat yang terjadi adalah
adanya potensi interaksi obat antara obat golongan NSAID (Diklofenak, AsamMefenamat) terhadap obat
golongan H-2 bloker (Ranitidin) yaitu 11.7%

2.2.7 EVALUASI TERAPI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN GERIATRI DI INSTALASI
RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2016

Hipertensi merupakan faktor utama penyebab stroke, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan komplikasi
yang berkaitan dengan penurunan usia harapan hidup. Sementara itu, pada lanjut usia terjadi
penurunan beberapa fungsi organ sehingga pemberian obat yang tepat dapat menentukan keberhasilan
terapi dan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran dan ketepatan penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatri yang didiagnosa
hipertensi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2016. Evaluasi rasionalitas terapi yang dilakukan
dalam pen penelitian ini meliputi tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, dan tepat dosis. Jenis dan
rancangan penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pengambilan data secara retrospektif
dan analisis data secara deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling dan sebanyak 61 data yang agai sampel dianalisis berdasarkan standar terapi yang
digunakan, yaitu diambil sebagai sampel Pharmacotherapy a Pathophysiology Approach Seventh Edition,
Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure. Adults Report From the Panel
Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8) dan Geriatric Dosage Handbook
16th Edition. Berdasarkan hasil penelitian dari analisis rasionalitas terapi penggunaan obat
antihipertensi pada pasien geriatri, diperoleh hasil yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 95,08%
tepat obat, dan 96,55% tepat dosis. Hasil penggunaan obat antihipertensi tunggal yang paling banyak
digunakan yaitu amlodipin sebesar 32,78% dan obat antihipertensi kombinasi yang paling banyak
digunakan yaitu amlodipin dengan candesartan sebesar 19,67%.

Anda mungkin juga menyukai