Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FITOKIMIA
( DESTILASI )

DISUSUN OLEH:

TANGGAL
NAMA KELOMPOK KELOMPOK
ACC
DESY RAHYANA
DEWA AYU SAVITRI A
IRMAYANTI VI (ENAM)
JINGGA LISTANTI
MUH.FARDIAN LADEN
MUH.PRIYAN ALPIANSYAH A
KELAS ASISTEN TTD NILAI

III A HASNAWATI,S.,Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU


POLITEKNIK BINA HUSADA
KENDARI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ekstraksi untuk mengambil zat kimia dalam tumbuhan dapat dilakukan

dengan banyak cara. Mulai dari perendaman hingga menggunakan perebusan

yang memanfaatkan perbedaan titik didih. Untuk mengekstrasi senyawa

kimia sangat diperhatikan dari kandungan senyawa yang akan diekstrasi.

Bahan – bahan yang tidak tahan panas dapat diekstraksi dengan cara

maserasi, perkolasi dan untuk senyawa kimia yang tahan panas dapat

menggunakan infusa dan dekokta serta refluks. Namun berbeda dengan

ekstraksi untuk minyak atsiri. Senyawa minyak atsiri di ekstraksi

mengunakan metode destilasi yang memanfaatkan perbedaan titik didih

cairan penyari dengan minyak yang akan diekstraksi.

Metode destilasi uap air digunakan untuk menyari simpilisia yang

mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang

mempunyai titik didih tinggi pada pada tekanan udara normal. Nilam adalah

salah satu tumbuhan yang telah diketahui mengandung minyak atsiri dalam

kandungan kimia nya.

Untuk memisahkan kandungan minyak atsiri yang terkandung dari nilam

digunakan metode destilasi sederhana dengan menggunakan aquadest sebagai

larutan penyarinya. Destilasi menggunakan penyari aquadest karena aquadest

karena pada umumnya tidak dapat bercampur, dan disisi lain minyak atisri
mengandung senyawa volatile yang tinggi sehingga untuk menguapkan

minyak atsiri tidak perlu pemanasan yang tinggi.

B. Tujuan Pratikum

1. Mahasiswa dapat memahami cara untuk mengekstraksi minyak atsiri

2. Mahasiswa dapat melakukan ekstraksi minyak atsiri yang terkandung

dalam sampel daun nilam.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi destilasi

Distilasi adalah proses pemisahan suatu campuran yang didasarkan

pada perbedaan titik didih dan tekanan uap yang cukup signifikan. Suatu

campuran komponen cair-cair yang saling larut dan keduanya merupakan

komponen yang volatil, tetapi memiliki perbedaan titik didih yang cukup

signifikan, dapat dipisahkan dengan cara distilasi. Umpan pada proses

distilasi dapat berupa campuran biner (campuran 2 komponen) atau

campuran multikomponen yang terdiri atas fase cair saja atau campuran

uap dan cairan. Komponen yang paling volatil dalam campuran tersebut

akan membentuk fase uap dan diperoleh sebagai produk atas pada menara

distilasi, sering kali disebut dengan istilah light key component.

Sementara itu, komponen yang kurang volatil pada campuran akan tetap

berada di fase cair dan diperoleh sebagai produk bawah pada menara

distilasi, dikenal dengan istilah heavy key component ( Arief Budiman.

2019 )

Distilasi sederhana adalah teknik pemisahan untuk memisahkan

dua atau lebih komponen zat cair yang memiliki perbedaan titik didih

yang jauh. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu

kecenderungan sebuah zat untuk menjadi gas ( Nugroho Tri Wahyudi.

2017)
B. Prinsip Kerja destilasi

Prinsip kerja destilasi adalah memisahkan titik didih. Konkritnya,

penyulingan dengan cara ini dilakukan dengan merendam bahan yang

akan disuling di dalam air, lalu direbus. Uap air yang keluar dialirkan

melalui kondensor (alat pendingin) agar menjadi cair (terkondensasi)

(Heru Nurcahyo. 2005).

C. Kelebihan dan Kekurangan destilasi

1. Kelebihan destilasi

a. Dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih yang tinggi.

b. Produk yang dihasilkan benar-benar murni.

2. Kekurangan destilasi

a. Hanya dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan titik didih

yang besar.

b. Biaya penggunaan alat ini relatif mahal.

D. Jenis – jenis destilasi

Ada 4 jenis distilasi, yaitu distilasi sederhana, distilasi fraksionasi,

distilasi uap, dan distilasi vakum. Selain itu ada pula distilasi ekstraktif

dan distilasi azeotropic homogenous, distilasi dengan menggunakan

garam berion, distilasi pressure-swing, serta distilasi reaktif.


E. Klasifikasi

Klasifikasi Nilam

Kingdom : Plantae

Divisi : Sprematophyta

Subdivisi : Angiospermae

Ordo : Labiatales

Famili : Labiatae

Genus : Pogostemon

Spesies : Pogostemon cablin Benth. (Rukmana, 2003).

F. Morfologi

Nilam

Nilam merupakan tumbuhan tropik yang termasuk dalam famili

labiatae, kelas Angiospermae dan devisi Spermatophyta. Tanaman

nilam merupakan jenis tanaman berakar serabut, bentuk daun

bervariasi dari bulat hingga lonjong dan batangnya berkayu dengan

diameter berkisar antara 10 - 20 mm. Sistem percabangan banyak dan

bertingkat mengelilingi batang antara (3 - 5 cabang per tingkat).

Setelah tanaman berumur 6 bulan, tingginya dapat mencapai 1 meter


dengan radius cabang selebar kurang lebih 60 cm (Sahwalita &

Herdiana, 2016). Daun tanaman nilam berbentuk bulat telur sampai

bulat panjang (lonjong). Secara visual daun nilam mempunyai ukuran

panjang antara 5 cm -11 cm, berwarna hijau, tipis, tidak kaku, dan

berbulu pada permukaan bagian atas. Daun terletak duduk berhadap-

hadapan (Rukmana, 2003).

G. Manfaat

Tanaman Nilam

Pemanfaatan tanaman nilam selama ini banyak digunakan sebagai

bahan campuran produk kosmetik, kebutuhan industri makanan,

kebutuhan aroma terapi, bahan baku compound dan pengawetan

barang, serta berbagai kebutuhan industri lainnya (Idris et al., 2014).

Tanaman nilam juga telah lama dipergunakan secara umum pada obat-

obatan tradisional di China, India, dan Arab yaitu berkhasiat

sebagai aprodisiak (obat kuat), anti septik, meringankan sakit kepala

dan demam (Sahrul, 2019). Berbagai negara di Asia telah lama

memanfaatkan nilam sebagai obat tradisional seperti anti stress,

antioksidan, anti inflamasi, dan antimikroba (Silalahi, 2019). Daun

nilam segar digunakan sebagai pencuci rambut, sedangkan

daun nilam kering dapat digunakan untuk menghilangkan bau badan

dan sebagai corrigens dalam beberapa jamu (suatu bahan yang

digunakan untuk memperbaiki aroma, rasa, dan penampilan jamu

tersebut) (Rukmana, 2003)


H. Kandungan kimia

Tanaman Nilam

Selain minyak atsiri kandungan kimia nilam lumayan banyak juga,

diantaranya yaitu berupa tanim, saponin, flavonoida, terpenoid dan

steroid. Kemudian, di dalam minyak nilam juga terdapat kandungan

alkohol yang berfungsi sebagai bahan anti bakteri. Senyawa ini dapat

menghampat pertumbuhan bakteri.


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Timbangan analitik

b. Sendok tanduk

c. Batang pengaduk

d. Gelas beker

e. Gelas ukur

f. Condenser lurus

g. Labu alas bulat

h. Helting mantle

i. Erlenmeyar

j. Siku segitiga

k. Pompa air

l. Klem dan statis

2. Bahan

a. Daun nilam segar

b. Aquadest
B. Cara pemanenan dan pengolahan sampel

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dipanen daun nilam yang telah tua namun yang belum menguning

3. Dibersihkan sisa kotoran yang ada pada sampel

4. Dicuci sampel menggunakan air mengalir

5. Ditiriskan sampel daun nilam dan batang sereh merah yang telah di cuci

6. Dirajang sampel yang telah ditiriskan

C. Cara Ekstraksi Destilasi

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang sampel daun nilam sebanyak 80 g yang telah di Rajang

3. Dimasukan sampel kedalam labu alas bulat yang telah diisi dengan batu

didih

4. Ditambahkan aquadest sebanyak 450 mL

5. Dirangkaikan alat destilasi

6. Dipanaskan hingga menghasilkan fase minyak dan fase air

7. Di pisahkan menggunakan corong pisah.


BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Hasil Pengamatan

1. Tabel 1 Hasil Pengamatan

Nama Volume Cairan Penyari Bobot Sampel

Sampel Awal Akhir Awal Akhir

Nilam 450 mL 5 mL 80 Gram 17,9 Gram


(Daun)

2. Perhitungan

Tanaman Daun Nilam

Volume cairan penyari (awal) = 450 mL

Volume ekstrak cair (akhir) =5 mL

Bobot sampel (awal) = 80 gram

Bobot sampel (akhir) = 17,9 gram

bobot sampel sebelum ekstrak 80 gram


% Kadar = x 100 % = x 100 %
bobot sampel setelah ekstraksi 17,9 gram

= 44,69%

jumlah ekstraksicair 5 ml
% Cairan penyari = x 100 % = x 100 %
jumlah awal cairan penyari 450 mL

= 1,11 %

Bobot ekstrak kental 5 mL


% Rendemen = x 100% = x 100% =
Bobot sampel awal 80 gram

6,25%
BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini,kami melakukan percobaan dengan mengekstraksi


sampel segar daun nilam dan dengan menggunakan metode destilasi yang
dilakukan dengan cara pemanasan, dengan suhu 90-98℃.

Pelarut yang kami gunakan adalah Aquadest. Alasan penggunaan


Aquadest dikarenakan pada umumnya pelarutnya murah dan mudah didapatkan
serta berfungsi sebagai fase air untuk memisahkan fase minyak.

Langkah awal yang dilakukan, yakni menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan. Kemudiaan dilakukan penimbangan sampel, agar diketahui bobot
awal sampel. Bobot awal sampel dan nilam adalah 80 g, lalu dimasukkan sampel
ke dalam labu alas bulat. Selanjutnya ditambahkan cairan penyari sebanyak 450
mL sampai sampel terendam. Kemudian dirangkaikan alat destilasi. Setelah itu,
dipanaskan di atas Heating Mantle selama 12 jam hingga didapatkan hasil
ekstraksi berupa air dan minyak atsiri.

Hasil destilasi minyak atsiri dipisahkan menggunakan corong pisah untuk


memisahkan air dengan minyak yang masih tercampur. Kemudian diukur volume
dan bobot akhir sampel. Volume akhir dari sampel daun nilam adalah mL dan
batang sereh merah sebanyak mL. Sedangkan bobot akhir daun nilam adalah
sebanyak 17,9 g dan batang sereh merah adalah sebanyak 20 g , kemudian
disimpan dalam botol coklat tertutup rapat dan terlindung dari cahaya ditutup
dengan aluminium foil serta menyimpannya pada suhu kamar

Setelah bobot awal, volume cairan penyari, bobot akhir dan volume akhir

didapatkan, dilakukan perhitungan untuk menentukan %K,%C, dan %R. Hasil

%Kadar yang didapatkan untuk sampel daun nilam adalah 44,69%, % Cairan

Penyari adalah 1,11 %, dan %Rendemen adalah 6,25%.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

 Distilasi atau biasa disebut dengan penyulingan merupakan salah satu

metode pemisahan bahan kimia yang menggunakan prinsip perbedaan

titik didih dari campuran bahan yang akan dipisahakan.

 Destilasi reaktif merupakan proses satu tahap, dimana reaksi dan

distilasi terjadi dalam satu tempat kolom distilasi. Distilasi reaktif pada

prinsipnya mereaksikan reaktan dalam suatu stage dengan katalis dalam

kolom kemudian produk yang dihasilkan langsung terpisah karena

terjadi perbedaan tekanan uap atau perbedaan titik didih.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penelitian ini antara lain

waktu reaksi, temperatur, jenis katalis, berat katalis, serta perbandingan

reaktan yang digunakan dalam pembuatan biodiesel

B. SARAN

 Pada praktikum distilasi reaktif ini hendaknya dilakukan pengecekan

tekanan secara berkala sehingga tekanan yang dapat sesuai yang

diharapkan karena tekanan dapat berubah secara dinamis sewaktu-

waktu.

 Alat destilasi reaktif yang digunakan harus dirawat secara baik

dikarenakan alat sangat riskan kerusakan.

Anda mungkin juga menyukai